0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
19 tayangan18 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian anak usia prasekolah, ciri-ciri fisik, sosial, emosi dan kognitif anak prasekolah, tingkat perkembangan psikososial, psikoseksual dan mental anak prasekolah, serta faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak prasekolah seperti keturunan, nutrisi, hubungan interpersonal, tingkat sosial ekonomi, penyakit, bahaya lingkungan, stres, pen
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian anak usia prasekolah, ciri-ciri fisik, sosial, emosi dan kognitif anak prasekolah, tingkat perkembangan psikososial, psikoseksual dan mental anak prasekolah, serta faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak prasekolah seperti keturunan, nutrisi, hubungan interpersonal, tingkat sosial ekonomi, penyakit, bahaya lingkungan, stres, pen
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian anak usia prasekolah, ciri-ciri fisik, sosial, emosi dan kognitif anak prasekolah, tingkat perkembangan psikososial, psikoseksual dan mental anak prasekolah, serta faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak prasekolah seperti keturunan, nutrisi, hubungan interpersonal, tingkat sosial ekonomi, penyakit, bahaya lingkungan, stres, pen
Anak prasekolah atau early childhood adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Pada masa ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi perkembangan dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan proses berpikir (Tanuwidjaya, 2014). Usia 3-6 tahun adalah usia prasekolah, pada usia prasekolah perkembangan fisik lebih lambat dan relatif menetap. Sistem tubuh seharusnya sudah matang dan sudah terlatih (Supartini, 2015). Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Usia ini anak umumnya mengikuti program anak (3 tahun - 6 tahun) dan kelompok bermain (usia 3 Tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak-Kanak (Patmonedowo, 2013). Menurut Noorlaila (2010), dalam perkembangan ada beberapa tahapan yaitu: 1) sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat “menyerap” pengalaman-pengalaman melalui sensorinya, usia setengah tahun sampai kira-kira tiga tahun, mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya, 2) masa usia 2-4 tahun, gerakan-gerakan otot mulai dapat dikoordinasikan dengan baik, untuk berjalan maupun untuk banyak bergerak yang semi rutin dan yang rutin, berminat pada benda-benda kecil, dan mulai menyadari adanya urutan waktu (pagi, siang, sore, malam). B. Ciri-ciri Anak Usia Prasekolah Muscari (2011), mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak. 1. Ciri Fisik Ciri fisik pada anak usia 3-6 tahun yaitu tinggi badan bertambah rata-rata 6,25-7,5 cm pertahun, tinggi rata-rata anak usia 4 tahun adalah 2,3 kg per tahun. Berat badan anak usia 4-6 tahun rata-rata 2-3 kg pertahun, berat badan rata-rata anak usia 4 tahun adalah16,8 kg (Muscari, 2015). 2. Ciri Sosial Pada usia 3-6 tahun anak sudah memiliki keterikan selain dengan orangtua, termasuk kakek nenek, saudara kandung, dan guru sekolah, anak memerlukan interaksi yang yang teratur untuk membantu mengembangkan keterampilan sosialnya (Muscari, 2014). 3. Ciri Emosional Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka, sikap marah, iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka sering kali memperebutkan perhatian guru dan orang sekitar. 4. Ciri Kognitif Pada usia 3-4 tahun anak sudah dapat menghubungkan satu kejadian dengan kejadian yang simultan dan anak mampu menampilkan pemikirn yang egosentrik, pada usia 4-6 tahun anak mampu membuat klasifikasi, menjumlahkan, dan menghubungkan objek-objek anak mulai menunjukkan proses berfikir intuifif (anak menyadari bahwa sesuatu adalah benar tetapi dia tidak dapat mengatakan alasanya ), anak menggunakan banyak kata yang sesuai tetapi kurang memahami makna sebenarnya serta anak tidak mampu untuk melihat sudut pandang orang lain (Muscari, 2015).
C. Tingkat Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Tingkat perkembangan anak prasekolah terdiri dari perkembangan psikososial, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan mental. 1. Perkembangan Psikososial Menurut Nursalam (2015), masalah psikososial yang dihadapi anak pada usia 3 dan 6 tahun di sebut “inisiatif versus rasa bersalah”. Orang terdekat anak usia prasekolah adalah keluarga, anak normal telah menguasai perasaan otonomi, anak mengembangan rasa bersalah ketika orangtua membuat anak merasa bahwa imajinasinya dan aktivitasnya tidak dapat mentoleransi pemindahan kepuasan dalam periode pertama. Rasa takut pada anak usia 3-6 tahun biasanya lebih tinggi dibandingkan usia lainnya, rasa takut yang umunya terjadi seperti takut kegelapan, ditinggal sendiri terutama pada saat menjelang tidur, perasaan takut anak prasekolah muncul dan berasal dari tindakan dan penilaian orangtua. Menghadapkan anak dengan objek yang membuatnya takut dalam lingkungan yang terkendali, dan memberikan anak kesempatan untuk menurunkan rasa takutnya (Muscari, 2016). 2. Perkembanngan Psikoseksual Pada tahap ini anak prasekolah termasuk pada tahap falik, dimana masa ini genitalia menjadi area tubuh yang menarik dan sensitif (Hidayat, 2011). Tahap falik berlangsung dari usia 3-5 tahun kepuasan anak berpusat pada genitalia dan masturbasi banyak usia anak prasekolah melakukan masturbasi untuk kesenangan fisiologis. Anak usia prasekolah berhubungan dekat dengan orangtua lain jenis tetapi mengidentifikasi orangtua sejenis, ketika identitas seksual berkembang kesopanan mungkin menjadi perhatian demikian halnya dengan ketakutan dengan kastrasi (Muscari, 2015). a. Perkembangan Mental Menurut Whalley dan Wong (2011), pada perkembangan kognitif salah satu tugas yang berhubungan dengan periode prasekolah adalah kesiapan untuk sekolah dan pelajaran sekolah. Disini terdapat fase praoperasional pada anak usia 3-6 tahun. Fase ini termasuk perkambangan prakonseptual pada usia 2-4 tahun, dan fase pikiran intuitif pada usia 4-6 tahun. Salah satu transisi utama selama kedua fase adalah pemindahan dari pikiran egosentris menjadi total menjadi kesadaran sosial dan kemampuan untuk mempertimbangkan sudut pndang orang lain.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Prasekolah
Faktor yang mempengaruhi perkembangan yaitu: keturunan, nutrisi, hubungan interpersonal, tingkat sosial ekonomi, penyakit, bahaya lingkungan, stres pada masa kanak-kanak dan pengaruh media, pola asuh orang tua. 1. Keturunan Anak yang mengalami gangguan mental dan fisik yang diturunkan akan mengubah atau menggangu pertumbuhan emosi, fisik dan interaksi anak dengan lingkungan sekitar (Nursalam, 2015). 2. Nutrisi Faktor diet mengatur pertumbuhan pada semua tahap perkembangan. Selama periode pertumbuhan pranatal yang cepat, nutrisi buruk dapat mempengaruhi perkembangan dari waktu implantasi ovum sampai kelahiran. Selama bayi dan anak-anak, kebutuhan kalori dan protein lebih tinggi dibandingkan pada saat periode perkembangan pascanatal. Nafsu makan anak akan meningkat sebagai respon terhadap keberagaman sampai pertumbuhan dimasa remja (Soetjiningsih, 2012). 3. Hubungan Interpersonal Pada masa anak-anak, hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting dalam perkembangan, terutama dalam perkembangan emosi, intelektual dan kepribadian. Anak yang melakukan kontak dengan orang lain dapat memberikan pengaruh pada anak yang sedang berkembang, tetapi dengan luasnya rentang kontak dapat menjadi pelajaran dalam perkembangan kepribadian sehat (Whalley dan Wong, 2012). 4. Tingkat Sosial Ekonomi Pada anak yang sosial ekonominya rendah tidak mampu memenuhi nutrisi yang lengkap untuk anaknya sehingga dapat mempengaruhi proses perkembangan anak baik perkembangan psikososial dan perkembangan kognitif anak karena gizi yang masuk tidak memenuhi kebutuhan anak (Whalley dan Wong, 2012). 5. Penyakit Perubahan pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu manifestasi klinis dan sejumlah gangguan herediter, gangguan pertumbuhan pada anak-anak terlihat pada gangguan skeletal, seperti sedikitnya satu anomali kromosom, gangguan pada pencernaan dan gangguan absropsi nutrisi tubuh pada anak akan menyebabkan efek merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan anak (Hidayat, 2015). 6. Bahaya Lingkungan Agen berbahaya yang paling sering dikaitan dengan resiko kesehatan adalah bahan kimia dan radiasi. Air dan udara serta makanan yang terkontaminasi dari berbagai sumber telah didokumentasikan dengan baik. Inhalasi asap rokok secara pasif oleh anak sangat berbahaya pada proses perkembangan anak (Riyadi dan Sukarmin, 2014). 7. Stres Pada Masa Kanak-Kanak Berdasarkan sudut pandang fsikologis dan emosi pada intinya stres adalah ketidakseimbangan antara tuntutan lingkungan dan sumber koping individu yang mengandung ekulibrium individu tersebut. Pada anak tampak lebih rentang mengalami stres bila dibandingkan dengan yang lain. Respon terhadap stresor dapat berupa prilaku, psikologis, atau fisiologis. Adanya stres tersebut maka akan menjadi strategi koping yang dapat melindungi dirinya menghadapi stress (Harjaningrum, 2017). 8. Pengaruh Media Masa Media dapat memperluas pengetahuan anak tentang dunia tempat mereka hidup dan berkonstribusi untuk mempersempit perbedaan antar kelas. Namun media juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak, karena anak masa kini terpikat seperti pada beberapa dekade lalu. Anak-anak masa ini lebih cendrung memilih media dan figur olahraga sebagai model peran ideal mereka, sedangkan di masa lalu anak lebih suka meniru orangtua atau walinya. Menurut Chairinniza (2018), faktor penghambat penyelesaian tugas perkembangan yaitu tingkat perkembangan anak yang mudur, tidak mendapatkan kesempatan yang cukup, dan tidak mendapat bimbingan dan arahan yang tepat, tidak ada motivasi, kesehatan buruk, cacat tubuh, dan tingat kecerdasan yang rendah. 9. Pola Asuh Orangtua Orang tua perlu mencermati hal-hal yang dibutuhkan anak sebagai pondasi keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal yang mendasar juga harus diperhatikan seperti konsep diri anak, sikap, rasa tanggung jawab, dan motivasi dalam diri yang tinggi (Chairnniza, 2018).
10. Definisi Akupresur
Akupresur atau yang biasa dikenal dengan terapi totok/tusuk jari adalah salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh (Fengge, 2012). Terapi akupresur merupakan pengembangan dari ilmu akupuntur, sehingga pada prinsipnya metode terapi akupresur sama dengan akupuntur yang membedakannya terapi akupresur tidak menggunakan jarum dalam proses pengobatannya. Akupresur berguna untuk mengurangi ataupun mengobati berbagai jenis penyakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan dan kelelahan. Proses pengobatan dengan tehnik akupresur menitikberatkan pada titik-titik saraf di tubuh. Titik-titik akupresur terletak pada kedua telapak tangan dan kedua telapak kaki. Di kedua telapak tangan dan kaki kita terdapat titik akupresur untuk jantung, paru- paru, ginjal, mata, hati, kelenjar tiroid, pankreas, sinus dan otak (Fengge, 2012).
11. Tujuan Akupresur
Teknik pengobatan akupresur bertujuan untuk membangun kembali sel-sel dalam tubuh yang melemah serta mampu membuat sistem pertahanan dan meregenerasi sel tubuh (Fengge, 2012). Umumnya penyakit berasal dari tubuh yang teracuni, sehingga pengobatan akupresur memberikan jalan keluar meregenerasikan sel-sel agar daya tahan tubuh kuat untuk mengurangi sel-sel abnormal. Pengobatan akupresur tidak perlu makan obat-obatan, jamu dan ramuan sebab dengan terapi akupresur tubuh kita sudah lengkap kandungan obat dalam tubuh jadi tinggal diaktifkan oleh sel-sel syaraf dalam tubuh. Tubuh manusia memiliki kemampuan memproduksi zat-zat tertentu yang berguna untuk ketahanan tubuh. Jika ditambah obat-obatan, yang terjadi adalah kelebihan dosis yang justru akan mengakibatkan kerusakan organ tubuh terutama ginjal (Fengge, 2012).
12. Manfaat Akupresur
Akupresur terbukti bermanfaat untuk memberi rangsangan pada titik terapi yang akan meningkatkan kontrol anak terhadap keinginan BAK, menguatkan saluran kandung kemih, membantu meseimbangkan elemen atau unsur air di dalam tubuh. Selain itu juga untuk pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, rehabilitasi (pemulihan) dan meningkatkan daya tahan tubuh. Untuk pencegahan penyakit, akupresur dipraktikan pada saat-saat tertentu secara teratur sebelum sakit, tujuannya untuk mencegah masuknya penyebab penyakit dan mempertahankan kondisi tubuh. Melalui terapi akupresur penyakit pasien dapat disembuhkan karena akupresur dapat digunakan untuk menyembuhkan keluhan sakit dan dipraktikan ketika dalam keadaan sakit. Akupresur juga dapat bermanfaat sebagai rehabilitasi (pemulihan) dengan cara meningkatkan kondisi kesehatan sesudah sakit. Selain itu, akupresur juga bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh (promotif) walaupun tidak sedang dalam keadaan sakit (Fengge, 2012). 13. Teori Dasar Akupresur Akupresur sebagai seni dan ilmu penyembuhan berlandaskan pada teori keseimbangan yang berasal dari ajaran “Taoisme” yang menyimpulkan bahwa semua isi alam raya dan sifat-sifatnya dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok yang disebut “Yin” dan “Yang”. Pemahaman terhadap Yin dan Yang yaitu dengan memahami bahwa semua benda-benda yang sifatnya mendekati api dikelompokkan ke dalam kelompok “Yang” dan semua benda yang sifatnya mendekati air dikelompokkan ke dalam kelompok “Yin”. Api dan air digunakan sebagai patokan dalam keadaan wajar dan dari sifat api dan air tersebut kemudian dirumuskan sifat-sifat penyakit dan bagaimana cara penyembuhannya. Seseorang dikatakan tidak sehat atau sakit apabila antara Yin dan Yang di dalam tubuhnya tidak seimbang (Fengge, 2012). 14. Komponen Dasar Akupresur Ada tiga komponen dasar akupresur yaitu Ci Sie atau energi vital, sistem meridian dan titik akupresur. 1) Ci Sie (Energi Vital) Ci sering diartikan sebagai zat sari-sari makanan dan Sie adalah darah sehingga secara singkat Ci Sie sering disebut sebagai energi vital. Ada dua sumber asal energi vital yaitu energi vital bawaan dan energi vital didapat. Energi vital bawaan berasal dari orangtua, maka sifat, watak, bakat, rupa, kesehatan fisik dan mental dari kedua atau salah satu orangtua sering muncul pada anaknya. Sementara itu, energi vital yang didapat bisa berasal dari sari makanan yang diperoleh dari ibu (selama dalam kandungan) maupun yang diperoleh sendiri sesudah lahir. Oleh karena itu, kondisi janin sangat tergantung pada jenis makanan, air dan suhu udara yang diperoleh ibu serta dukungan sosial dari lingkungannya. Kondisi janin tidak terlepas dari kondisi fisik, mental/psikis sang ibu. Energi vital inilah yang kemudian memberikan kehidupan pada manusia (Fengge, 2012). 2) Sistem Meridian Sistem meridian adalah saluran energi vital yang melintasi seluruh bagian tubuh seperti jaring laba-laba yang membujur dan melintang untuk menghubungkan seluruh bagian tubuh. Meridian merupakan bagian dari sistem saraf, pembuluh darah dan saluran limpa.
Fungsi meridian menurut Fengge (2012):
a. Menghubungkan bagian tubuh yang satu dengan yang lainnya
(muka-belakang, atas-bawah, samping kiri-kanan, bagian luar- bagian dalam). b. Menghubungkan organ tubuh yang satu dengan organ tubuh lainnya, menghubungkan organ dengan pancaindra dan jaringan tubuh yang lain. Sifat hubungan ini bolak balik. c. Menghubungkan titik-titik akupunktur/akupresur yang satu dengan yang lainnya, menghubungkan titik akupunktur/akupresur dengan organ dan menghubungkan jaringan tubuh dengan pancaindra. d. Merupakan saluran untuk menyampaikan kelainan fungsi organ ke permukaan tubuh yang dapat diketahui melalui kelainan keadaan titik pijat, pancaindra atau jaringan tubuh lainnya. e. Merupakan saluran bagi penyebab penyakit masuk ke dalam organ baik penyebab dari luar tubuh maupun penyebab penyakit dari dalam tubuh.
Meridian dikelompokan menjadi meridian umum dan meridian
istimewa. Meridian umum adalah meridian paru-paru, usus besar, jantung, limpa, lambung, usus kecil, kantong kemih, ginjal, selaput jantung, tri pemanas, kantong empedu dan hati. Meridian istimewa adalah meridian tu dan meridian ren yang melintas di garis tengah tubuh. Meridian istimewa ini merupakan pengikat atau penghubungan semua meridian sehingga keempat belas meridian merupakan mata rantai yang tidak terputus (Sukanta, 2018).
15. Kontraindikasi Akupresur
Akupresur merupakan terapi yang dapat dilakukan dengan mudah dan efek samping yang minimal. Meskipun demikian, akupresur tidak boleh dilakukan pada bagian tubuh yang luka, bengkak, tulang retak atau patah dan kulit yang terbakar (Sukanta, 2012).
16. Cara Perangsangan Titik Akupresur
Titik akupresur ialah bagian atau lokasi di tubuh sebagai tempat berakumulasinya energi vital. Pada titik akupresur inilah akan dilakukan pemijatan terapi akupresur. Di dalam tubuh kita terdapat banyak titik akupresur, kurang lebih berjumlah 360 titik akupresur yang terletak di permukaan tubuh dibawah kulit. Pertama kali yang harus diperhatikan sebelum melakukan pijat akupresur adalah kondisi umum penderita. Pijat akupresur tidak boleh dilakukan terhadap orang yang sedang dalam keadaan yang terlalu lapar atau pun terlalu kenyang; dalam keadaan terlalu emosional dan pada perempuan yang sedang dalam kondisi hamil (Fengge, 2011). Pijatan bisa dilakukan setelah menemukan titik meridian yang tepat yaitu timbulnya reaksi pada titik pijat berupa rasa nyeri, linu atau pegal. Terapi akupresur pijatan bisa dilakukan dengan menggunakan jari tangan (jempol dan jari telunjuk). Semua titik pijat berpasangan kecuali untuk jalur meridian Ren dan Tu. Lama dan banyaknya tekanan (pemijatan) tergantung pada jenis pijatan. Pijatan untuk menguatkan (Yang) dapat dilakukan dengan maksimal 30 kali tekanan, untuk masing masing titik- titik dan pemutaran pemijatannya secara jarum jam sedangkan pemijatan yang berfungsi melemahkan (Yin) dapat dilakukan dengan minimal 50 kali tekanan dan cara pemijatannya berlawanan jarum jam (Fengge, 2011). Menurut Fengge (2012), terdapat tiga macam titik akupresur yaitu: 1. Titik akupresur umum Titik akupresur umum ini terdapat di sepanjang saluran meridian. Setiap titik umum diberi nama oleh penemunya dalam bahasa Tionghoa yang memiliki arti tersendiri dan diberi nomor yang bersifat universal. Misalnya, titik Hegu yang memiliki arti kumpulan jurang. Hegu sama dengan titik usus besar dengan nomor 4 (UB.4) dan dalam bahasa Inggris disebut Large Intestine no.4 (LI.4). 2. Titik akupresur istimewa Titik akupresur istimewa adalah titik yang berserakan (tidak menentu), ada yang di jalur meridian dan ada pula yang di luar jalur meridian. Tiap-tiap titik umum mempunyai nama dan fungsi masing- masing. Misalnya Lamwei, berfungsi sebagai titik untuk mengobati penyakit usus buntu. 3. Titik nyeri (Yes Point) Titik nyeri berada di daerah keluhan (daerah yang mengalami masalah) misalnya sakit perut, sakit kepala, dan lain-lain. Menemukan titik nyeri ini adalah dengan meraba keluhan kemudian cari titik yang paling sensitif atau nyeri. Titik ini hanya berfungsi sebagai penghilang rasa sakit setempat saja, tetapi sering juga berpengaruh pada jaringan tubuh lainnya. BAB II PEMBAHASAN
A. Enuresis pada Anak Usia Prasekolah
1. Pengertian Enuresis Enuresis adalah ketidakmampuan berkemih pada usia dimana kontrol mikturisi seharusnya sudah dimiliki (Meadow & Simon, 2013). Enuresis atau mengompol merupakan kondisi yang biasanya terjadi karena saraf dalam menyuplai kantong kemih lambat matangnya, sehingga si anak tidak berhasil terbangun ketika kantong kemih penuh dan butuh dikosongkan (Siregar & Sri Minatun, 2011). Enuresis ialah suatu kelainan fungsional dalam mengendalikan pengosongan kandung kemih. Dari kelainan fungsional tersebut, maka muncul masalah yang diakui merupakan salah satu faktor kesulitan untuk memberikan definisi enuresis. Masalah tersebut ialah batasan umur anak yang dianggap telah dapat mengendalikan pengosongan kandung kemihnya. Pengertian lain menyebutkan bahwa enuresis adalah pengeluaran urin yang tidak disadari oleh anak berumur 5 tahun atau lebih, baik siang maupun malam hari (Suwardi, 2015). 2. Jenis-Jenis Enuresis Jenis-jenis enuresis dibagi menjadi dua yaitu: 1) Enuresis noktural / Noctural enuresis (mengompol di malam hari) Merupakan pengeluaran air kemih yang tidak disadari pada malam hari oleh seseorang yang pengendalian kandung kemihnya diharapkan sudah tercapai, dan hal ini terjadi pada malam hari. (Sekarwana, 2013). Noctural Enuresis terjadi pada anak-anak yang tidak bisa menahan buang air kecil dalam waktu yang lama seperti pada saat tidur (Meadow & Simon, 2013). Ngompol pada malam hari atau Noctural Enuresis itu sendiri terbadi menjadi dua jenis yaitu Nocturnal Enuresis Primer (NEP) dan Noctural Enuresis Sekunder (NES). Seseorang dikatakan mengalami Noctural Enuresis Primer (NEP) bila kebiasaan mengompol sudah terjadi sejak bayi dan berulang terus-menerus tanpa ada suatu periode waktu berhenti. Hal ini disebabkan saraf yang mensarafi kandung kemih masih belum sempurna, sehingga anak tidak terbangun saat urin (air seni) sudah memenuhi kandung kemih, sedangkan seseorang dikatakan mengalami Noctural Enuresis Sekunder (NES) bila kebiasaan mengompol terulang kembali setelah 3 sampai 6 bulan berhenti. Hal ini bisa terjadi karena adanya depresi yang beremosional ataupun karena adanya penyakit yang mendasarinya, seperti diabetes dan infeksi pada kandung kemih. NES juga bisa terjadi akibat kurangnya perhatian orangtua, seperti kehadiran anak kedua dalam keluarga yang menyebabkan anak pertama merasa tersaingi. Hal ini akan mempengaruhi fisik si anak dalam bentuk depresi, sehingga akan memicu terjadinya ngompol.
2) Enuresis Diurnal (mengompol di siang hari)
Merupakan pengeluaran air kemih yang tidak disadari pada siang hari oleh seseorang yang pengendalian kandung kemihnya diharapkan sudah tercapai, dan hal ini terjadi pada siang hari. Sekitar 1% anak sehat berusia 5 tahun mengompol di siang hari dan kebanyakan dari mereka tidak mengompol di malam hari. Masalah ini lebih umum ditemui pada anak perempuan dan biasanya disebabkan inkontinensia urgensi atau ketidakstabilan kandung kemih (Meadow & Simon, 2013). Setengah dari anak perempuan yang mengompol di siang hari mengalami bakteriuria. Bakteriura menyebabkan ketidakstabilan kandung kemih dan inkontinensia uregensi yang mengakibatkan celana dalam lembab dan bau yang merupakan predisposisi terhadap infeksi. Terdapat peningkatan insidensi gangguan emosional pada anak yang mengompol dan disertai infeksi dibandingkan dengan anak yang hanya mengompol. Dengan pertambahan usia, terdapat kecenderungan alami untuk tidak mengompol dan hal ini dipercepat dengan eradikasi bakteriuria dan penatalaksanaan cepat yang memberi tanggung jawab pada anak untuk buang air lebih sering dan menjaga kebersihan. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Enuresis Beberapa faktor etiologi yang paling sering ditemukan dalam berbagai penelitian adalah: 1. Genetik/familial Hallgren menemukan sekitar 70% keluarga dengan anak enuresis, salah satu atau lebih anggota keluarga lainnya juga menderita enuresis, dan sekitar 40% sekurang-kurangnya satu diantara orangtuanya mempunyai riwayat enuresis . Penelitian pada anak kembar menunjukkan bahwa anak kembar monozigot 68% akan mengalami enuresis dan kembar dizigot sebesar 36% (Suwardi, 2012). 2. Hambatan perkembangan dasar keadaan ini adalah kesulitan mekanisme hambatan yang mengatur pengosongan kandung kemih. Pengendalian kandung kemih merupakan keterampilan yang dipelajari sendiri, anak akan belajar mengkoordinasi penggunaan otot-otot levator ani, diafragma dan otot-otot abdomen yang menghasilkan voluntary mechanism berkemih. Melalui mekanisme ini anak dapat menggandakan kapasitas kandung kemihnya 4,5 tahun dibandingkan dengan kapasitas kandung kemihnya pada umur 2 tahun. Anak yang gagal menggandakan kapasitas kadung kemihnya akan menjadi anak enuretik (Suwardi, 2012). 3. Psikologis Frued dalam Kurniawati (2015) menyatakan bahwa anak yang sulit menahan kencing sewaktu tidur malam berhubungan erat dengan gangguan psikologis anak. Enuresis sekunder bisa terjadi akibat faktor psikologis, biasanya terjadi ketika anak tiba-tiba mengalami stres kejiwaan seperti pelecehan seksual, kematian dalam keluarga, kepindahan, mendapat adik baru, perceraian orang tua atau masalah psikis lainnya. Langkah awal yang harus diambil dalam mengatasi enuresis sekunder adalah mengenali perubahan-perubahan mendadak yang terjadi dalam kehidupan anak. Bila anak mengalami stres kejiwaan, penanganan secara psikologis lebih dibutuhkan. Penanganan anak yang mengalami enuresis memang tidak mudah. Tapi setidaknya kasih sayang, kesabaran serta pengertian orangtua untuk tidak memarahi atau menghukum ketika anak mengompol akan membantu membangun kepercayaan dirinya. Pengaruh buruk secara psikologis dan sosial yang menetap akibat ngompol akan mempengaruhi kualitas hidup anak sebagai seorang manusia dewasa kelak. 4. Lain-lain, seperti pola tidur, lingkungan termasuk kebiasaan yang kurang baik, dan lain-lain. Pola tidur nyenyak pada anak berperan penting untuk terjadinya enuresis, pola tidur yang nyenyak, umumnya ditemukan pada anak enuresis primer dan kebanyakan laki-laki, anak dengan enuresis cenderung tidur lebih nyenyak secara bermakna dibandingkan dengan saudaranya yang tidak enuresis. Terdapat hubungan antara lingkungan anak dengan enuresis, dilaporkan bahwa enuresis lebih sering terjadi pada anak-anak dari lingkungan sosial ekonomi rendah. Saat yang baik untuk memberikan latihan berkemih pada anak yaitu pada umur antara 18 tahun, saat tingkat pematangan psikologis anak mulai berkembang.
4. Sebab-Sebab Timbulnya Enuresis
Pada sebagian besar anak, mengompol terjadi begitu saja tanpa ada sebab yang jelas. Mengompol juga bukan kesalahan langsung pada anak, biasanya ini terjadi karena produksi urin pada malam hari lebih banyak daripada yang mampu ditahan oleh kandung kemih anak. Namun sensasi dari penuhnya kandung kemih ini ternyata belum mampu membangunkan anak yang sedang terlelap, maka terjadilah mengompol. Mengompol pada anak akan semakin parah dan memburuk, bisa jadi hal ini adalah ujung dari pertanda suatu masalah yang mungkin terjadi pada anak, antara lain: (Suwardi, 2013) 1. Stress yang berulang-ulang Anak awalnya sudah tidak lagi mengompol namun kembali muncul perilaku ini dikarenakan anak mengalami sesuatu yang membuatnya sangat tidak nyaman, misalnya awal masuk sekolah, kedatangan adik baru, menderita suatu penyakit, mendapatkan perlakuan yang buruk dari teman (bullying), atau anak mengalami pelecehan. 2. Makanan maupun minuman yang mengandung kafein Makanan atau minuman itu antara lain teh, kopi, cola, dan coklat. Kafein ini menyebabkan produksi urin yang dihasilkan oleh ginjal meningkat. 3. Sembelit (konstipasi) Jumlah feses yang berlebih bisa saja menekan dan mengirutasi bagian belakang kandung kemih. Anak yang sering mengalami konstipasi cenderung memiliki masalah mengompol juga. 4. Anak yang mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Anak yang mengalami gangguan ini akan memiliki resiko lebih besar menderita bedwetting atau mengompol. Enuresis pada seorang anak disebabkan tidak hanya oleh satu faktor saja. Misalnya, enuresis yang dianggap sebagai akibat hambatan perkembangan fungsional kandung kemih dapat diprovokasi oleh kelainan lokal atau masalah psikologis. Namun sering pula etiologi enuresis tidak diketahui. Anak yang sulit menahan kencing sewaktu tidur malam (enuresis nokturnal), berhubungan erat dengan faktor gangguan psikologis (Kurniawati, 2018). Namun ahli lain menyatakan bahwa faktor lain seperti keturunan atau adanya kelainan pada kandung kencing bisa juga menjadi penyebab (Kurniawati, 2018).
5. Sisi Negatif Enuresis pada Anak
Menurut Kurniawati (2018) sisi negatif enuresis pada anak diantaranya: 1. Anak akan mengalami gangguan psikologis 2. Perasaan cemas akan selalu ada pada diri anak 3. Minder terhadap teman-temannya 4. Infeksi saluran kemih 5. Penurunan kapasitas kandung kemih akibat konstipasi
B. Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Frekuensi Enuresis pada Anak
Usia Prasekolah Anak yang mengalami kesulitan menahan kencing berhubungan erat dengan faktor psikologis. Dampak secara sosial dan kejiwaan yang ditimbulkan akibat enuresis dapat menggangu kehidupan seorang anak. Pengaruh buruk secara psikologis dan sosial yang dapat di terima oleh anak akibat enuresis akan mempengaruhi kualitas hidupnya ketika dewasa (Fatmawati & Mariyam, 2013). Enuresis merupakan salah satu bentuk gangguan tumbuh kembang pada anak usia prasekolah yang harus diperhatikan. Enuresis adalah pengeluaran air kemih yang tidak disadari, yang terjadi pada saat pengendalian proses berkemih diharapkan sudah tercapai (Windiani, 2013). Berbagai penyebab enuresis pada anak antara lain faktor genetik, hormonal, anatomi, kondisi medis seperti konstipasi, infeksi saluran kencing, problem psikologis, kapasitas kandung kemih yang kecil, gangguan tidur, keterlambatan perkembangan, dan imaturitas fungsi sistem saraf pusat. Enuresis dapat memberikan dampak terhadap perkembangan anak. Anak akan mengalami gangguan perilaku internal ataupun eksternal. Anak akan merasa rendah diri, tidak percaya diri, atau lebih agresif. Sekitar 15% anak yang mengalami enuresis dapat mengatasi sendiri atau remisi secara spontan tiap tahunnya, namun jika enuresis tidak mendapatkan penanganan dini dan tepat akan berdampak terhadap perkembangan anak (Windiani, 2014). Salah satu cara untuk mengatasi enuresis pada anak yaitu dengan melakukan terapi akupresur. Akupresur sebagai salah satu terapi komplementer dalam mengatasi enuresis pada anak telah dibuktikan oleh beberapa penelitian, salah satu diantaranya adalah penelitian Elvira (2015). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi akupresur terhadap frekuensi enuresis pada anak usia prasekolah di Kota Pontianak. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terapi akupresur efektif terhadap frekuensi enuresis pada anak usia prasekolah. Akupresur merupakan terapi tusuk jari dengan memberikan penekanan dan pemijatan pada titik tertentu pada tubuh yang didasarkan pada prinsip ilmu akupunktur (Fengge, 2012). Penekanan ujung-ujung jari tangan pada daerah tertentu dipermukaan kulit yang berdampak positif terhadap kondisi fisik, mental dan sosial (Hartono, 2012). Fungsi dari terapi akupresur sendiri yaitu salah satunya memperbaiki jaringan tubuh dan otot, dan pada kasus enuresis akupresur difungsikan untuk memperbaiki fungsi ginjal dan meningkatkan fungsi otot detrusor pada kandung kemih. Pada saat dilakukan terapi akupresur, akan menekan titik tertentu pada tubuh, dengan menekan titik tersebut akan merangsang keluarnya hormon endorphin, hormon ini merupakan hormon yang dapat menimbulkan rasa kebahagian dan ketenangan, sehingga pada anak yang mengalami enuresis yang disebabkan oleh rasa cemas, takut, stres dan masalah psikologis, terapi akupresur sangat dapat membantu (Elvira, 2015). Menurut Supriatin (2015) mengatakan bahwa akupresur dapat menurunkan mual muntah akibat kemoterapi pada anak yang menderita leukeumia dan akupresur dapat diterapkan sebagai terapi non farmakologi untuk mengurangi mual muntah akibat kemoterapi pada anak di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. Hal ini di perkuat dengan pendapat Munjidah (2015) dimana dalam penelitiannya mengatakan bahwa pijat terapi akupresur Tui Na efektif dalam mengatasi kesulitan makan pada balita di RW 02 Kelurahan Wonokromo Surabaya. Analisis data melalui uji Chi Square dengan nilai kemaknaan alpha 0,05. Hasil penelitian menunjukkan nilai p 0,009 < α 0,05 sehingga dapat di simpulkan bahwa semakin rutin pijat akupresur Tui Na dilakukan, maka kesulitan makan pada balita akan teratasi.