Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Faradillah Asri
Pendidikan Biologi Unggulan 2017
17030204083
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada praktikum ini adalah:
1. Apa pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang
terplasmolisis?
2. Larutan sukrosa dengan konsentrasi berapakah yang menyebabkan 50% dari
jumlah sel mengalami plasmolisis?
3. Bagaimana cara menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metode
plasmolisis?
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang
terplasmolisis.
2. Mengidentifasi konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari jumlah
sel mengalami plasmolisis.
3. Menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metode plasmolisis.
C. Hipotesis
TO sel = 22,4 . M . T
273
Dengan :
TO : tekanan osmotik
M : konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
T : temperatur mutlak (273 + t◦ C)
D. Kajian Pustaka
Sel Tumbuhan terdiri dari dinding sel dan protoplast. Dinding sel terdiri dari sel
primer tipis 1-3um terdiri dari 9-25% sellulose membentuk molekul panjang tidak
bercabang berupa mikrofibril tebalnya kurang lebih 3,5 nm. Pengaturan molekul
sellulose mengakibatkan sel mempunyai daya renggang. Mengandung 25-50%
hemisellulose dan petin dan ada protein 10% sehingga sel bisa lemas sewaktu
merenggang.Protoplast bagian sebelah dalam sel terdiri dari sitoplasma, inti sel,
vakuola, ergastik material, kloroplast dll. Sitoplasma berupa bahan kompleks
berbentuk suspense koloid didalamnya ditemukan organel bermembran. Sitoplasma,
inti sel, kloroplast termasuk bagianyang hidup sedagkan vakuola dan bahan ergastik
termasuk bahan tak hidup.
Membran plasma adalah bagian protoplasma yang berbentuk lapisan tipis dan
berfungsi membatasi isi sel dengan lingkungannya. Membran plasma melindungi sel
dari lingkungan dan juga memungkinkan adanya kompartemen di dalam sel untuk
aktivitas metabolik. Pada permukaan membrane plasma terletak banyak reseptor yang
berbeda-beda untuk mengenali sel lain, mengikat hormon tertentu, dan merasakan
berbagai isyarat lain yang berasal dari lingkungan luar (Lehninger, 1982:87).
Lakitan (1993:10-11) menyatakan bahwa membran bersifat semipermeabel,
artinya molekul air dapat menembus membran tersebut sedangkan bahan-bahan yang
terlarut dalam air tersebut tidak dapat menembus membran tersebut. Namun pada
kenyataannya, bersama-sama molekul air akan ikut pula ion atau senyawa tertentu yang
terlarut di dalamnya dan bergerak menembus membran.
Menurut Campbell (2010: 143), mekanisme lalu lintas membran sel dibedakan
menjadi dua yaitu tanspor pasif dan transport aktif. Transpor pasif merupakan difusi
suatu zat melintasi membran biologis tanpa pengeluaran energi, misalnya: difusi dan
osmosis.
Proses difusi dapat terjadi pada satu zat terlarut maupun dua zat terlarut. Pada
difusi satu zat terlarut, membran memiliki pori-pori yang cukup besar untuk dilewati
molekul pewarna. Pergerakan acak molekul pewarna akan menyebabkan sebagian
diantaranya melewati pori-pori,Pewarna berdifusi dari tempat yang konsentrasinya
tinggi ke tempat yang konsentrasinya rendah.
Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel secara
differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah.
Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut tekanan osmosis. Makin besar
terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan osmosisnya.Ekstraksi osmosis
merupakan peristiwa berpindahnya kadar air dalam sel melalui membran semi
permeable dari keadaan sel yang hipotonis menuju hipertonis, sehingga terjadi
plasmolisis yang menyebabkan terlepasnya sitoplasma dari dinding sel (Rahmasari,
2014).
Menurut Ting apabila peristiwa plasmolisis mencapai 50% (kondisi di luar
sama dengan di dalam sel) maka dpat dikatakan potensial osmotic larutan sama dengan
potensial osmotic cairan sel. Apabila sel berada pada larutan dimana ψπ (PO larutan =
ψπ (PO) sel dikatakan larutan isotonic. Apabila sel berada dalam larutan dimana
konsentrasi diluar besar dari dlam sel ψπ (PO) larutan kecil dari dalam sel maka air
akan keluar, larutan diluar disebut Hipertonik. Apabila potensial osmotic (ψπ) larutan
diketahui maka ψπ (PO) dari sel dapat dicari. Dari uraian diatas dapat diturunkan rumus
untuk mencari potensial osmotic dimana tekanan osmotic ditentukan melalui
rumus :
T.O = 22,4 x M x T
273
Potensial air akan lebih rendah daripada air murni oleh terlarutnya bahan dan gaya oleh
ikatan air ke permukaan oleh kekuatan matriks. Potensial air kemudian dilambangkan
Potensial air terdiri atas potensial osmosis (solut) dan potensial turgor
(tekanan). Penggunaan tekanan, dapat meningkatkan potensial air, sedangkan
penambahan solut akan mengurangi potensial air. Karena adanya pengaruh diantara
penggunaan tekanan dan penambahan solut, maka secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut.
terlarut, potensial air berbanding lurus dengan tekanan, peningkatan tekanan akan
menaikkan ψ (Neil A. Campbell, 2003 : 321).
a. Difusi
Proses difusi berlangsung dari daerah yang memiliki konsentrasi partikel tinggi
ke daerah yang konsentrasinya rendah. Difusi memiliki peran penting dalam sel-sel
tumbuhan yang hidup. Air masuk ke dalam akar, bergerak dari sel ke sel dan
meninggalkan tubuh dalam bentuk uap, semua melalui proses difusi. Gas-gas seperti
O2 dan CO2, unsur-unsur dan bahan makanan juga masuk ke dalam sel atau diantara
sel-sel dengan jalan difusi. Difusi
berlangsung karena adanya perbedaan konsentrasi. Selain perbedaan konsentrasi,
perbedaan sifat juga dapat menyebabkan difusi (Sasmitamihardja, 1990 :22).
Ketika bercampur menjadi larutan yang homogen, pada proses difusi terjadi
pencampuran antara dua molekul yang beda konsentrasi. Campuran larutan tersebut
akan menyebar ke segala arah sampai mencapai konsentrasi yang sama. Penyebaran
tersebut ditimbulkan oleh suatu gaya yang identik dengan energi kinetis. Dengan
adanya gaya kinetis
tersebut, maka sumber gerakan molekul-molekul ada pada tempat dimana larutan
tersebut memiliki konsentrasi pekat. Sehungga gerakan difusi akan menuju ke tempat
yang kekurangan molekul atau berkonsentrasi rendah.
Difusi merupakan proses spontan, karena difusi itu menurunkan energi bebas.
Apabila suatu substansi lebih tinggi konsentrasinya pada satu sisi membran daripada
sisi yang lain, substansi tersebut akan cenderung berdifusi melintasi membran
menuruni gradien konsentrasinya (Campbell, 2000 : 148). Berikut adalah proses
terjadinya difusi.
Pada gambar diatas setiap molekul berwarna bergerak ke sana sini secara acak,
namun ada perpindahan neto molekul-molekul pewarna melintasi membran ke sisi
yang awalnya
berisi air murni. Molekul pewarna akan terus menyebar melintasi membran sampai
kedua larutan memiliki konsentrasi larutan yang sama. Setelah itu tercapai,
keseimbangan dinamik akan berlangsung, dengan molekul pewarna yang sama banyak
akan bergerak melintasi membran dalam dua arah setiap detik. Zat apapun yang
berdifusi menuruni gradien konsentrasi, wilayah gradasi penurunan densitas Zat kimia
(Neil A. Campbell, dkk. 2008:142).
Banyak lalulintas membran sel melalui difusi. Ketika zat lebih terkonsentrasi
pada satu sisi membran daripada sisi satunya, ada kecenderungan zat itu berdifusi
melintasi membran menuruni gradien konsentrasinya. Difusi zat melintasi membran
biologis disebut transpor pasif karena sel tidak harus mengeluarkan energi. Gradien
konsentrasi mempresentasikan energi potensial dan menggerakkan difusi (Neil A.
Campbell, dkk.
2008:143).
b. Osmosis
Kelangsungan hidup sel tumbuhan bergantung pada kemampuannya untuk
menyeimbangkan pengambilan dan pengeluaran air. Pengambilan atau pengeluaran
netto air oleh suatu sel terjadi melalui osmosis, yaitu transport pasif air melewati suatu
membrane.
Dalam kasus sel hewan air akan bergerak akibat osmosis dari arah hipotonik ke
hipertonik.
Akan tetapi dalam kasus sel tumbuhan, kehadiran dinding sel menjadi faktor kedua
yang mempengaruhi tekanan fisik osmosis. Pengaruh gabungan dari kedua faktor ini
(konsentrasi zat ter larut dan tekanan) disebut potensial air, disingkat dengan huruf
Yunani psi (ψ).
Komponen potensial dalam potensial air mengacu pada energy potensial, yaitu
kapasitas untuk melaksanakan kerja ketika air bergerak dari daerah dengan ψ yang
lebih tinggi ke daerah dengan ψ yang lebih rendaah. Keadaan ini adalah suatu kasus
khusus mengenai kecenderungan umum pada system untuk berubah secara spontan
menuju pada keadaan energy-bebas-terendah (Neil A. Campbell, 2003 : 320).
Osmosis merupakan peristiwa perpindahan air dari daerah yang konsentrasi
airnya tinggi ke daerah yang konsentrasi airnya rendah melalui membran
semipermeabel. Membran semipermeabel yaitu membran yang hanya mengijinkan
masuknya air dan menghambat lalunya zat terlarut (Sasmitamihardjo, 1990 : 24).
Osmosis memiliki tujuan untuk melarutkan zat terlarut sampai terjadi equilibrum pada
kedua larutan. Kecepatan osmosis bergantung
pada konsentrasi solut di dalam larutan, suhu larutan, muatan titik solut, dan perbedaan
tekanan osmotik (Asmadi, 2008 : 53).
Tekanan osmotik adalah tekanan maksimum yang dapat terjadi akibat proses
osmosis dalam larutan. Tekanan osmotik bukan merupakan tekanan sesungguhnya,
akan tetapi tekanan yang dapat terjadi bila keadaan ideal. Tekanan osmotik ini
bergantung pada konsentrasi larutan.
Larutan yang konsentrasi zat terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan
larutan di dalam sel dikatakan sebagai larutan hipertonis. Sedangkan jika larutan yang
terdapat di luar sel, konsentrasi zat terlarutnya lebih rendah daripada di dalam sel,
sehingga disebut sebagai larutan hipotonis. Untuk larutan yang konsentrasinya sama
dengan larutan di dalam sel disebut larutan isotonis.
Pada larutan hipertonis, sel tumbuhan akan kehilangan tekanan turgor dan mengalami
plasmolisis. Sedangkan pada sel hewan akan menyebabkan krenasi sehingga sel akan
mengkerut. Pada larutan hipotonis, sel tumbuhan akan mengembang dan mengalami
peningkatan tekanan turgor sehingga sel menjadi keras. Sedangkan pada sel hewan, sel
akan mengembang dan pecah. Pada larutan isotonis, sel tumbuhan dan sel hewan
memiliki bentuk yang normal.
c. Plasmolisis
Plasmolisis merupakan suatu fenomena pada sel berdinding dimana sitoplasma
mengkerut dan membran plasma tertarik mengikuti airnya ke lingkungan hipertonik
(Niel A Campbell, 2002: 20). Pada plasmolisis, protoplas menyusut pada semua
dinding kecuali pada tempat terdapatnya plasmodesmata. Salah satu fenomena akibat
dehidrasi sel adalah terjadinya plasmolisis (Sri Mulyani E.S, 2006: 49).
Sel tumbuhan dapat mengalami kehilangan air. Jika sel kehilangan air dalam jumlah
yang cukup besar, maka kemungkinannya volume sel juga menurun sehingga tidak
dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Artinya membran dan
sitoplasma akan terlepas dari dinding sel. Peristiwa ini disebut dengan plasmolisis. Sel
yang sudah terplasmolisis dapat disehatkan kembali dengan memasukkannya ke dalam
air murni.
Plasmolisis menyebabkan jaringan yang ditempatkan pada larutan yang
hipertonis (konsentrasi air di dalam sel lebih tinggi daripada konsentrasi air di larutan
sebelah luar sel), akan terdorong untuk berdifusi keluar dari sel menembus membran
kemudian keluar. Keadaan ini menyebabkan sel kehilangan turgornya, vakuola
mengkerut, dan membran sel terpisah dari dinding sel. Pada larutan hipotonis dan
isotonis, sel jaringan tidak akan mengalami plasmolisis.
Dalam keadaan tertentu, sel masih mampu kembali ke keadaan semula apabila
jaringan dikembalikan ke air murni. Peristiwa ini dikenal dengan gejala deplasmolisis.
Plasmolisis merupakan proses yang secara nyata menunjukkan bahwa pada sel,
sebagai unit terkecil kehidupan, terjadi sirkulasi keluar masuk suatu zat. Adanya
sirkulasi ini menjelaskan
bahwa sel dinamis dengan lingkungannya. Jika memerlukan materi dari dari luar maka
sel harus mengambil materi tersebut dengan segala cara, misalnya dengan mengatur
tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar dapat masuk. Jika sel
tumbuhan diletakkan pada larutan hipertonik, sel tumbuhan akan kehilangan air dan
tekanan turgor yang menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan keadaan
sel seperti ini disebut layu. Kehilangan air lebih banyak lagi menyebabkan terjadinya
plasmolisis. Tekanan terus
berkurang sampai disuatu titik dimana sitoplasma mengerut dan menjahui dinding sel
sehingga dapat terjadi cytorrhysis runtuhnya dinding sel. Tidaka ada mekansme
didalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secra berlebihan, juga
mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan dilarutan
hipertonik.
Plasmolisis biasanya terjadi pada kondisi yang ekstrim dan jarang terjadi di
alam. Metode plasmolisis dapat digunakan sebagai salah satu metode penaksiran nilai
potensial osmotik jaringan. Sebagai perkiraan terdekat, potensial osmotik jaringan
ditaksir ekuivalen dengan potensial osmotik suatu larutan yang telah menimbulkan
plasmolisis sebesar 50% yang disebut Incipient plasmolysis (Asri Widowati dan
Ekosari, 2013: 28).
E. Variabel Penelitian
1. Variabel manipulasi : konsentrasi larutan sukrosa
2. Variabel kontrol : sayatan epidermis bawang merah, ukuran cup plastik, jumlah
sayatan dalam setiap cup plastik, waktu perendaman, perbesaran mikroskop, dan
volume larutan sukrosa dalam cup plastik
3. Variabel respon : sel yang terplasmolisis, konsentrasi sukrosa yang
menyebabkan 50% sel mengalami plasmolisis, dan tekanan osmosis
F. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel manipulasi : variabel manipulasi merupakan variabel yang diubah-
ubah, dimana dalam praktikum ini adalah konsentrasi larutan sukrosa yang dibuat
berbeda pada tiap cup plastik yang digunakan, yaitu larutan sukrosa dengan
konsentrasi 0,28 M; 0,26 M; 0,24 M; 0,22 M; 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M dan 0,14
M.
2. Variabel kontrol : variabel kontrol merupakan variabel yang dibuat tetap
dalam kegiatan praktikum, dimana dalam praktikum ini adalah sayatan epidermis
bawang merah yang digunakan untuk dilihat sel yang terplasmolisis, ukuran cup
plastik yang digunakan, jumlah sayatan dalam setiap cup plastik yaitu sebanyak 3
sayatan dalam setiap cup plastik, waktu perendaman sayatan epidermis bawang
merah yaitu selama 30 menit, perbesaran mikroskop yang digunakan, yaitu
perbesaran 10x untuk setiap sayatan epidermis bawang merah yang diamati, dan
volume larutan sukrosa dalam cup plastik yang dibuat sama untuk setiap cup
plastik yaitu sebesar 5 mL.
3. Variabel respon : variabel respon merupakan variabel yang merupakan
hasil dari perlakuan yang dilakukan, dimana dalam praktikum ini variabel
responnya adalah jumlah sel yang terplasmolisis yang merupakan hasil dari adanya
perlakuan sayatan epidermis bawang merah yang direndam dalam larutan sukrosa
berbagai konsentrasi, konsentrasi sukrosa yang menyebabkan 50% sel mengalami
plasmolisis, dan tekanan osmotik yang diperoleh setelah konsentrasi sukrosa yang
menyebabkan 50% sel mengalami plasmolisis diperoleh.
H. Rancangan Percobaan
Rata Rata
Konsentrasi Jumlah Sel Jumlah sel
Sel Sel Presentase
Sukrosa seluruhnya plasmolisis
seluruhnya plasmolisis
118 29
0,14 M 129 36,33 28,16%
184 42
120 38
246 68
279 70
137 39
170 60
122 39
214 60
186 43
161 37
335 158
260 118
217 133
177 82
225 120
214 103
50
40
30
20
10
0
0.14 0.16 0.18 0.2 0.22 0.24 0.26 0.28
Konsentrasi Larutan Sukrosa
Campbell dan Reece. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Lang, Ingeborg, et all. 2014. Plasmolysis : Loss of Turgor and Beyond. Jurnal
Tumbuhan ISSN 2223-7747. Volume Plants 2014, 3, 583-593;
doi:10.3390/plants3040583.
Mastuti, Retno. 2016. Keseimbangan Air pada Tumbuhan. Jurusan Biologi-FMIPA
UB.
Rachmadiarti, dkk. 2007. Biologi Umum. Surabaya: Unesa University Press.
Rahayu, Yuni Sri, dkk. 2017. Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan.
Jurusan Biologi-FMIPA Unesa.
LAMPIRAN