Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Kontogeorgos (2014), regenerasi petani merupakan sebuah
proses transfer kegiatan usahatani dari petani tua kepada generasi penerusnya
atau petani muda. Menurut Alina dan MARCU (2014), regenerasi
petani/suksesi pertanian penting karena menentukan produktivitas dan daya
saing pertanian akibat penuaan petani menghambat perubahan struktur sosial
dan modernisasi pedesaan.
Saat ini pertanian Indonesia sedang mengalami tantangan yang serius.
Tidak hanya dari menurunnya kualitas agroekosistem, membajirnya produk
impor, stagnasi produksi, namun juga menurunnya jumlah petani. Disadari atau
tidak petani merupakan pihak paling depan dalam peningkatan produksi, karena
pada akhirnya yang melakukan proses penanaman adalah petani. Program
pertanian yang tidak berorientasi petani, kemungkinan besar gagal atau tidak
berkelanjutan.
Ditambah lagi, dalam konteks pembangunan, penurunan jumlah petani
kerap dipandang sebagai kemajuan. Semakin sedikit jumlah petani, semakin
maju pula kehidupan di desa. Perspektif pembangunan semacam ini hanya
menganggap sektor industrilah yang bisa memajukan suatu bangsa.
Persoalannya bukan soal efisiensi dan kemajuan industri belaka yang perlu
diperhatiakan. Berkurangnya jumlah petani, akan berimplikasi pada
menurunnya ketersediaan pangan produk dalam negeri, dan dapat berakibat
fatal bagi kelangsungan suatu bangsa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor yang menyebabkan masalah regenerasi pertanian di
Indonesia?
2. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah
regenerasi dalam pertanian Indonesia?
PEMBAHASAN

Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena berhubungan


langsung dengan ketersedian pangan suatu bangsa. Indonesia merupakan
wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, sehingga
sektor pertanian menjadi roda penggerak ekonomi nasional. Selain bertujuan
memenuhi hajat hidup masyarakat, sektor pertanian juga berguna untuk
mendongkrak citra Indonesia di mata dunia.
Namun sayangnya sektor ini masih kurang mendapatkan perhatian yang
serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa, salah satunya adalah
masalah regenerasi petani. Dimana saat ini petani yang masih aktif sudah
berusia lanjut, sedangkan generasi muda enggan meneruskan usahatani karena
dinilai bekerja sebagai petani lebih berat dan hanya mendapatkan sedikit
keuntungan.
Lambatnya regenerasi petani bisa mengancam cita-cita kedaulatan
pangan yang dicanangkan pemerintah. Hal ini terjadi karena pekerja disektor
pertanian mengalami penuaan dan populasi petani terus berkurang.
Berkurangnya petani tentu menjadi ancaman serius bagi produksi pangan.
Apalagi produksi pangan terus menurun sementara permintaan akan terus
tumbuh seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.
Masalah tentang regenerasi petani ini merupakan problematika
pertanian yang serius. Petani yang rata-rata sudah berusia diatas 50 tahun ini
merupakan fenomena sosial yang terjadi diseluruh Indonesia termasuk juga di
daerah Solo Raya. Berikut merupakan sampel data dari usia petani Karanganyar
yang kami ambil:

Nama Umur Status Penguasaan Lahan


No
Responden
Suami Istri 1 2 3 4
1 Sri Ngatminah - 35 - √ - -
2 Midi 70 - √ - - -
3 Suwarno 60 - - - - √
4 Katia - 28 √ - - -
5 Sutiyem - 50 √ - - -
6 Sudarti - 46 √ - - -
7 TeguhWibowo 43 - √ - - -
8 Kasan 27 - √ - - -
9 Supar 45 - √ - - -
10 Sarti - 63 √ - - -
11 Suyatmi - 58 √ - - -
12 Suyanti - 46 √ - - -
13 Sartono 60 - √ - - -
14 Darmo 52 - √ - - -
15 Wardi 65 - - √ - -
16 Sugiyem - 62 √ √ - -
17 Parjan 58 - √ - - -
18 Surijo 70 - √ - - -
19 Triani - 39 √ - - -
20 Rubiyanti - 55 √ √ - -
21 Painem - 55 √ - - -
22 Suyati - 44 √ - - -
23 Tarmusi 23 - √ - - -
24 Karti - 40 √ - - -
25 Mulyanto 60 - √ - - -

- - 22 4 - 1
Sumber : Data Primer
Keterangan :
1. Pemilik Penggarap
2. Penyewa
3. Penyakap
4. Buruh Tani

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa petani berusia dibawah 30 tahun
3 orang, usia 30-40 tahun 3 orang, usia 41-50 tahun 6 orang, dan diatas 50 tahun
13 orang. Dengan demikian dapat dikatakan 50% bahkan lebih petani Indonesia
berusia lanjut. Masalah regenerasi petani di Indonesia tidak dapat dihindari
khususnya pada komoditas pangan pokok yaitu padi. Generasi muda yang
terjun kedalam dunia pertanian cenderung memilih pertanian modern seperti
holtikultura. Sedang beras adalah kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia,
bila masalah regenerasi petani tak diselesaikan maka akan menimbulkan
penurunan hasil produksi pada beras. Tidak dapat kita pungkiri bahwa minat
generasi muda menjadi petani sangatlah kurang. Bahkan para lulusan sekolah
pertanian masih banyak yang enggan bekerja di sektor tersebut dengan berbagai
alasan.
Untuk meningkatkan ketertarikan generasi muda pada industri
pertanian, diperlukan strategi agar terjadi regenerasi petani. Salah satunya
adalah dengan mengenalkan dunia pertanian kepada generasi muda sejak dini
dan transformasi pendidikan tinggi pertanian. Pengenalan dunia pertanian bagi
generasi muda masih sangat kurang. Ini dapat kita lihat pada kurikulum
pendidikan dari SD hingga SMA. Tidak ada lagi mata pelajaran tentang
pertanian yang semula masih diajarkan walau hanya dalam muatan lokal.
Sekolah-sekolah justru mengajarkan tentang TIK atau Teknologi Informasi
yang tanpa diajarkan dalam sekolah akan dikuasai dengan cepat oleh generasi
muda sekarang ini.
Sekolah tinggi yang memiliki program studi penyuluhan, agribisnis
holtikutura, agribisnis perkebuan, dan mekanisme pertanian, harus menekankan
pula tentang agribisnis tanaman pangan. Dengan demikian generasi muda yang
terjun untuk menjadi petani sekaligus pelaku usahatani tanaman pangan akan
meningkat. Teknologi pertanian yang canggih juga akan membantu masalah
regenerasi petani di Indonesia, karena dengan canggihnya teknologi akan
memaksimalkan hasil pertanian dan meminimalisir tenaga yang dikeluarkan,
sehingga mengubah cara pandang generasi muda yang menganggap pertanian
mengeluarkan banyak tenaga.
Selain transformasi pendidikan tinggi pertanian dan teknologi,
diperlukan juga pembangunan jejaring dan koneksi dengan badan usaha dan
atau individu lainnya. Dengan jaringan usaha yang kuat diharapkan
kesejahteraan petani dapat terwujud. Dengan jaringan usaha yang meyakinkan
dan kesejahteraan yang terjamin maka generasi muda tidak lagi memiliki
persepsi bahwa pertanian hanya memperoleh sedikit keuntungan.
KESIMPULAN DAN SOLUSI
A. Kesimpulan
Ada banyak permasalahan pertanian yang terjadi di Indonesia salah
satunya ialah masalah regenerasi petani. Faktor yang menyebabkan masalah
regenerasi pertanian di Indonesia antara lain:
1. Kurangnya penanaman kesadaran bahwa petani merupakan pekerjaan yang
mulia kepada generasi muda.
2. Generasi muda yang terjun kedalam dunia pertanian cenderung memilih
pertanian modern seperti holtikultura.
3. Pandangan generasi muda bahwa pertanian adalah usaha yang kurang
menguntungkan.
4. Banyak lulusan sekolah pertanian enggan bekerja di sektor tersebut dengan
berbagai alasan.

B. Solusi
Penyelesaian masalah regenerasi pertanian di Indonesia tidak dapat
diselesaikan dari satu sisi saja, namun perlu adanya peran dari pemerintah,
masyarakat dan mahasiswa sebagai generasi muda. Tindakan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah regenerasi dalam pertanian Indonesia antara
lain:
1. Penyusunan kurikulum pendidikan yang menunjang kesuksesan regenerasi
petani.
2. Transformasi pendidikan tinggi pertanian agar berorientasi tidak hanya
agribisnis holtikutura, agribisnis perkebuan, dan mekanisme pertanian,
namun juga agribisnis tanaman pangan sehingga generasi muda disiapkan
untuk menjadi pelaku usaha tani yang mampu meningkatkan produktivitas
pangan.
3. Penerapan teknologi yang cangggih yang mampu menurunkan risiko
usahatani sehingga meningkatkan keuntungan para petani.
4. Mahasiswa sebagai generasi muda harus mulai menyadari betapa krusial
sektor pertanian bagi kelangsungan suatu bangsa, dan mulai bahu-membahu
membangun dan mengembangkan pertanian.

Anda mungkin juga menyukai