Anda di halaman 1dari 5

HASIL AKHIR KEHAMILAN SETELAH ABORTUS SPONTAN

Abstrak

Latar belakang: Tujuan penelitian ini yaitu untuk mempelajari hasil akhir kehamilan pada
pasien-pasien dengan riwayat aborsi spontan sebelumnya.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian prospektif yang melibatkan pasien-pasien


dengan riwayat aborsi spontan sebelumnya yang mendaftar pada Department of Obstetrics
and Gynaecology, GR Medical College and Kamla Raja Hospital, Gwalior antara bulan
september 2008 sampai februari 2009. Pasien-pasien yang terlibat merupakan pasien yang
telah dibooking (minimal 3 kali kunjungan di klinik antenatal) atau yang baru pertama kali
mendaftar sebagai pasien emergensi. Riwayat rinci tentang aborsi sebelumnya telah diambil
dan telah diinvestigasi tentang kemungkinan etiologinya. Kasus dengan riwayat aborsi pada
pertengahan trimester telah diperiksa apakah ada inkompetensi serviks. Semua pasien telah
diobservasi untuk komplikasi yang dialami selama kehamilan saat ini, yaitu ancaman aborsi,
pre eklampsia, persalinan prematur, kematian intra uterin dan hasil akhirnya.

Hasil: Total 70 pasien dengan riwayat aborsi spontan sebelumnya dimasukan dalam
penelitian, diantaranya sebanyak 40 pasien (57.2%) telah dibooking dan 30 pasien (42.8%)
baru pertama kali datang di emergensi. Mayoritas pasien (57.1%) masuk dalam kelompok
usia 21-29 tahun. Status pendidikan pasien menunjukan 61.4% tidak memiliki pendidikan
formal atau hanya mencapai tingkat primer. Anemia yang ditemukan yaitu anemia sangat
berat pada 4.3% pasien, anemia berat pada 10% pasien dan anemia sedang pada 30%
pasien. Kebanyakan pasien (45.7%) memiliki 1 kali riwayat aborsi sebelumnya, diikuti oleh
riwayat 2 kali aborsi (38.6%). Insidensi aborsi yang terjadi setelah 1 kali aborsi adalah 9.4%,
setelah 2, 3, 4 kali aborsi adalah 14.8%, 20%, dan 100%. Hasil akhirnya berupa bayi lahir
hidup aterm (74.3%), abortus (14.3%), persalinan prematur (8.6%) dan lahir mati (2.8%).
Dalam penelitian ini 10 kehamilan (14.3%) berakhir dengan abortus, 4 diantaranya
merupakan pasien yang telah melakukan booking sebelumnya dan 6 merupakan pasien
emergensi. Bayi yang hidup 90% berasal dari ibu yang telah terdaftar dalam pembukuan
(booking), sedangkan 70% dari pasien emergensi. Operasi sesar dilakukan pada 23.3%
pasien untuk indikasi yang bervariasi.
Kesimpulan: Riwayat abortus spontan sebelumnya berkaitan dengan hasil akhir kehamilan
yang tidak diharapkan. Terdapat peningkatan risiko aborsi, persalinan prematur, perlu
operasi sesar dan kematian janin bila ada riwayat aborsi spontan sebelumnya. Komplikasi
tersebut serta kematian janin dapat dikurangi dengan melakukan pembukuan sebelumnya
dan mendapat antenatal care.

Kata kunci: kehamilan, aborsi spontan, persalinan prematur, lahir mati

PENDAHULUAN

Kematian janin spontan atau keguguran (abortus sebelum usia kehamilan 24


minggu) terjadi pada 15% kehamilan. Di India, kejadian abortus spontan di area perkotaan
sama tingginya bila dibandingkan dengan area pinggiran. Risiko keguguran berulang (3 kali).
Penyebab utama abortus spontan sebelumnya tidak dapat diketahui pada separuh kasus
dalam investigasi ini. Penyebab utama aborsi berulang yaitu kelainan anatomi, abnormalitas
hormonal, anomali genetik dan trombofilia.

Risiko abortus sebelumnya pada seorang wanita meningkatkan risiko ancaman


aborsi, persalinan prematur dan kematian janin. Faktor-faktor tersebut harus menjadi
pertimbangan untuk memutuskan observasi ketat selama antenatal care serta tatalaksana
kehamilan pada pasien-pasien dengan riwayat abortus sebelumnya.

Penelitian telah melaporkan hasil akhir yang baik pada 70-80% kelahiran hidup bila
melakukan konseling dan layanan suportif pada pasien dengan riwayat abortus.

Penelitian saat ini bertujuan untuk menilai hasil akhir kehamilan pada pasien-pasien
dengan riwayat abortus spontan sebelumnya.

METODE

Penelitian ini melibatkan 70 pasien yang datang di Department of Obstetric and


Gynaecology, GR Medical College and Kamla Raja Hospital dari september 2008 sampai
februari 2009. Pasien-pasien dengan riwayat abortus spontan sebelum kehamilan saat ini
tanpa melihat usia kehamilan, kunjungan pertama atau telah melakukan pembukuan akan
dimasukan secara acak ke dalam penelitian. Riwayat rinci mengenai abortus sebelumnya
akan diambil dan diperiksa serta lebih berfokus pada informasi tentang abortus sebelumnya.
Selain melakukan pemeriksaan rutin seperti pemeriksaan Hb, ESR, TORCH, urin rutin
dan mikroskopis, pemeriksaan spesifik seperti VDRL, urea darah, dan gula darah puasa juga
diperiksa. Setiap pasien antenatal diberikan vaksinasi tetanus toksoid pada trimester kedua.

Pasien-pasien dengan hasil pemeriksaan Rh negatif dan suaminya ternyata Rh positif,


akan ditanyakan mengenai adanya riwayat hydrops foetalis, jaundice neonatus atau terapi
anti-D, riwayat menerima transfusi darah pada kehamilan sebelumya atau tidak. Pasien-
pasien dengan riwayat abortus pada pertengahan trimester akan diperiksa apakah ada
inkompetensi serviks atau tidak.

Tabel 1. Hasil akhir kehamilan pada pasien dengan riwayat abortus spontan sebelumnya

HASIL

Dari 70 pasien, 40 (57.2%) telah terdaftar dalam pembukuan dan 30 (42.8%) baru
pernah melapor pertama kali di emergensi. Dari total pasien, 40 pasien (57.1%) masuk
dalam kelompok usia 21-29 tahun, 17 pasien (24.3%) pada kelompok usia <20 tahun, 12
pasien (17.2%) pada kelompok usia 30-35 tahun dan 1 pasien berusia >35 tahun.

Status pendidikan pasien menunjukan bahwa 43 pasien (61.4%) tidak memiliki


pendidikan formal atau hanya mencapai tingkat primer, 19 pasien (27.7%) sampai sekolah
tinggi dan hanya 8 pasien (11.4%) yang sarjana.

Anemia sangat berat (Hb <4 gm%) pada 3 pasien (4.3%), anemia berat (Hb 4-6.9
gm%) pada 7 pasien (10%) dan anemia sedang (Hb 7-10 gm%) pada 20 pasien (30%).
Dari 70 pasien, 32 pasien (45.7%) memiliki riwayat 1 kali abortus, 27 pasien (38.6%)
dengan riwayat 2 kali abortus, 10 pasien (14.3%) dengan riwayat 3 kali abortus.

Insidensi abortus setelah 1 kali abortus yaitu 9.4%, dan setelah 2, 3, dan 4 kali
abortus insidensinya yaitu 14.7%, 20% dan 100%. Insidensi abortus selanjutnya lebih banyak
pada kasus emergensi dibandingkan dengan kasus-kasus yang telah terdaftar dalam
pembukuan. Hasil akhir pada semua pasien ditunjukan pada Tabel 1.

Mode persalinan yaitu pervaginam pada 42 pasien (70%), persalinan dengan


instrumen pada 4 pasien (6.7%) dan operasi sesar pada 14 pasien (23.3%).

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hasil akhir kehamilan pada 70 pasien
dengan riwayat abortus spontan sebelumnya. Total 30 pasien (42.8%) datang pertama kali
di rumah sakit sebagai kasus emergensi untuk persalinan dan kasus-kasus tersebut dapat
membandingkan hasil akhir dengan pasien yang telah terdaftar dalam pembukuan
sebelumnya (40 pasien). Kebanyakan pasien masuk dalam kelompok usia 20-19 tahun, dan
merupakan periode maksimum reproduksi. Status pendidikan asien menunjukan bahwa 43
pasien (61.4%) tidak memiliki pendidikan formal atau hanya mencapai tingkat primer yang
serupa dengan temuan penelitian Hemminki dkk yang menunjukan bahwa abortus spontan
lebih sering terjadi pada pasien dengan status pendidikan yang rendah.

Dari 70 pasien, 55.5% pasien memiliki Hb ≥10 gm/dl yang berkaitan dengan alasan
hasila akhir persalinan dan kesehatan yang baik. Hasil serupa juga situnjukan oleh penelitian
Alizadeh, dkk.

Telah diketahui bahwa risiko abortus berulang meningkat dengan semakin


bertambahnya kematian janin sebelumnya. Insidensi keguguran yaitu 9.4%, 14.8%, 20% dan
100% setelah terjadi 1, 2, 3 dan 4 kali abortus sebelumnya, temuan ini sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan temuan oleh Clifford, dkk yang melaporkan bahwa angka keguguran
setelah 3 dan 4 kali abortus yaitu 29% dan 27%.

Sheiner, dkk dalam penelitian pada 7503 pasien dengan abortus berulang
menunjukan adanya risiko komplikasi yang lebih tinggi, seperti solusio plasenta, gangguan
hipertensi dan operasi sesar. Dalam penelitian lain pada wanita dengan 3 atau lebih
keguguran, Reginald, dkk melaporkan adanya angka bayi kecil masa kehamilan, persalinan
prematur dan mortalitas perinatal yang lebih tinggi.

Dalam penelitian ini, 35.8% pasien menunjukan komplikasi yang berbeda-beda


seperti ancaman abrtus, pre eklampsia, perdarahan anterpartum, persalinan prematur dan
kematian janin intrauterine. Abortus dan lahir mati lebih banyak ditemukan pada pasien
emergensi dibandingkan dengan pada pasien yang telah terdaftar dalam pembukuan (Tabel
1).

Penelitian telah menunjukan hubungan yang signifikan antara abortus berulang


dengan operasi sesar bahkan setelah melakukan kontrol pada faktor perancu. Dalam
penelitian ini, operasi sesar dilakukan pada 23.3% pasien untuk berbagai indikasi. Insidensi
persalinan operatif dan persalinan dengan instrumen cukup tinggi untuk mengurangi
kelelahan maternal, kala II memanjang dan distress pada janin.

Telah diketahui bahwa layanan suportif dan checkup antenatal dapat memperbaiki
hasil akhir kehamilan. Dalam penelitian ini, janin yang dilahirkan berasal dari 90% ibu yang
telah terdaftar dalam pembukuan, dan menurun menjadi 70% pada pasien yang datang
pertama kali ke rumah sakit, hal ini serupa dengan temua oleh Clifford, dkk.

Kesimpulanya, pasien-pasien dengan riwayat aborsi spontan sebelumnya


berhubungan dengan hasil akhir kehamilan yang tidak diinginkan. Komplikasi dan kematian
janin dapat dikurangi dengan cara melakukan pembukuan pada pasien dan melakukan
antenatal care.

KESIMPULAN

Pemeriksaan membran serial cukup aman dan efektif untuk pencegahan kehamilan
yang lebih dari 41 minggu dan juga dapat menurunkan insidensi kehamilan post-term,
risikonya dan biaya yang terkait dengan kehamilan tanpa komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai