Abstrak
Latar belakang: Tujuan penelitian ini yaitu untuk mempelajari hasil akhir kehamilan pada
pasien-pasien dengan riwayat aborsi spontan sebelumnya.
Hasil: Total 70 pasien dengan riwayat aborsi spontan sebelumnya dimasukan dalam
penelitian, diantaranya sebanyak 40 pasien (57.2%) telah dibooking dan 30 pasien (42.8%)
baru pertama kali datang di emergensi. Mayoritas pasien (57.1%) masuk dalam kelompok
usia 21-29 tahun. Status pendidikan pasien menunjukan 61.4% tidak memiliki pendidikan
formal atau hanya mencapai tingkat primer. Anemia yang ditemukan yaitu anemia sangat
berat pada 4.3% pasien, anemia berat pada 10% pasien dan anemia sedang pada 30%
pasien. Kebanyakan pasien (45.7%) memiliki 1 kali riwayat aborsi sebelumnya, diikuti oleh
riwayat 2 kali aborsi (38.6%). Insidensi aborsi yang terjadi setelah 1 kali aborsi adalah 9.4%,
setelah 2, 3, 4 kali aborsi adalah 14.8%, 20%, dan 100%. Hasil akhirnya berupa bayi lahir
hidup aterm (74.3%), abortus (14.3%), persalinan prematur (8.6%) dan lahir mati (2.8%).
Dalam penelitian ini 10 kehamilan (14.3%) berakhir dengan abortus, 4 diantaranya
merupakan pasien yang telah melakukan booking sebelumnya dan 6 merupakan pasien
emergensi. Bayi yang hidup 90% berasal dari ibu yang telah terdaftar dalam pembukuan
(booking), sedangkan 70% dari pasien emergensi. Operasi sesar dilakukan pada 23.3%
pasien untuk indikasi yang bervariasi.
Kesimpulan: Riwayat abortus spontan sebelumnya berkaitan dengan hasil akhir kehamilan
yang tidak diharapkan. Terdapat peningkatan risiko aborsi, persalinan prematur, perlu
operasi sesar dan kematian janin bila ada riwayat aborsi spontan sebelumnya. Komplikasi
tersebut serta kematian janin dapat dikurangi dengan melakukan pembukuan sebelumnya
dan mendapat antenatal care.
PENDAHULUAN
Penelitian telah melaporkan hasil akhir yang baik pada 70-80% kelahiran hidup bila
melakukan konseling dan layanan suportif pada pasien dengan riwayat abortus.
Penelitian saat ini bertujuan untuk menilai hasil akhir kehamilan pada pasien-pasien
dengan riwayat abortus spontan sebelumnya.
METODE
Tabel 1. Hasil akhir kehamilan pada pasien dengan riwayat abortus spontan sebelumnya
HASIL
Dari 70 pasien, 40 (57.2%) telah terdaftar dalam pembukuan dan 30 (42.8%) baru
pernah melapor pertama kali di emergensi. Dari total pasien, 40 pasien (57.1%) masuk
dalam kelompok usia 21-29 tahun, 17 pasien (24.3%) pada kelompok usia <20 tahun, 12
pasien (17.2%) pada kelompok usia 30-35 tahun dan 1 pasien berusia >35 tahun.
Anemia sangat berat (Hb <4 gm%) pada 3 pasien (4.3%), anemia berat (Hb 4-6.9
gm%) pada 7 pasien (10%) dan anemia sedang (Hb 7-10 gm%) pada 20 pasien (30%).
Dari 70 pasien, 32 pasien (45.7%) memiliki riwayat 1 kali abortus, 27 pasien (38.6%)
dengan riwayat 2 kali abortus, 10 pasien (14.3%) dengan riwayat 3 kali abortus.
Insidensi abortus setelah 1 kali abortus yaitu 9.4%, dan setelah 2, 3, dan 4 kali
abortus insidensinya yaitu 14.7%, 20% dan 100%. Insidensi abortus selanjutnya lebih banyak
pada kasus emergensi dibandingkan dengan kasus-kasus yang telah terdaftar dalam
pembukuan. Hasil akhir pada semua pasien ditunjukan pada Tabel 1.
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hasil akhir kehamilan pada 70 pasien
dengan riwayat abortus spontan sebelumnya. Total 30 pasien (42.8%) datang pertama kali
di rumah sakit sebagai kasus emergensi untuk persalinan dan kasus-kasus tersebut dapat
membandingkan hasil akhir dengan pasien yang telah terdaftar dalam pembukuan
sebelumnya (40 pasien). Kebanyakan pasien masuk dalam kelompok usia 20-19 tahun, dan
merupakan periode maksimum reproduksi. Status pendidikan asien menunjukan bahwa 43
pasien (61.4%) tidak memiliki pendidikan formal atau hanya mencapai tingkat primer yang
serupa dengan temuan penelitian Hemminki dkk yang menunjukan bahwa abortus spontan
lebih sering terjadi pada pasien dengan status pendidikan yang rendah.
Dari 70 pasien, 55.5% pasien memiliki Hb ≥10 gm/dl yang berkaitan dengan alasan
hasila akhir persalinan dan kesehatan yang baik. Hasil serupa juga situnjukan oleh penelitian
Alizadeh, dkk.
Sheiner, dkk dalam penelitian pada 7503 pasien dengan abortus berulang
menunjukan adanya risiko komplikasi yang lebih tinggi, seperti solusio plasenta, gangguan
hipertensi dan operasi sesar. Dalam penelitian lain pada wanita dengan 3 atau lebih
keguguran, Reginald, dkk melaporkan adanya angka bayi kecil masa kehamilan, persalinan
prematur dan mortalitas perinatal yang lebih tinggi.
Telah diketahui bahwa layanan suportif dan checkup antenatal dapat memperbaiki
hasil akhir kehamilan. Dalam penelitian ini, janin yang dilahirkan berasal dari 90% ibu yang
telah terdaftar dalam pembukuan, dan menurun menjadi 70% pada pasien yang datang
pertama kali ke rumah sakit, hal ini serupa dengan temua oleh Clifford, dkk.
KESIMPULAN
Pemeriksaan membran serial cukup aman dan efektif untuk pencegahan kehamilan
yang lebih dari 41 minggu dan juga dapat menurunkan insidensi kehamilan post-term,
risikonya dan biaya yang terkait dengan kehamilan tanpa komplikasi.