Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara dengan luas laut terbesar di dunia.
Panjang pantai yang dimiliki Indonesia adalah 81.000 km atau 14% garis pantai
seluruh dunia, dimana 2/3 wilayah Indonesia berupa perairan laut. Luas laut
kedaulatan 3,1 juta km2 Luas laut ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) 2,7 juta km2
(Sulistyono, 2013), sehingga sejak dulu Indonesia dikenal dunia dengan julukan
Negara Maritim.
Saat ini terdapat banyak kota di Indonesia, baik yang telah ada sejak jaman dulu
maupun yang baru tumbuh di pesisir pantai Indonesia, salah satunya adalah Kota
Kupang. Kota Kupang merupakan Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
memiliki area pesisir sebagai wilayah administrasi Kota Kupang, dengan panjang
pantai +27 km dan merupakan salah satu kota di Indonesia yang sedang
berkembang. Hal ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah bangunan serta aktifitas
di sepanjang pesisir pantai kota Kupang setiap tahun, contohnya pada kawasan
pesisir pasir panjang yang saat ini telah berdiri hotel dan beberapa bangunan
dengan fungsi lainnya. Pesisir pantai Pasir panjang sendiri telah beralih fungsi
sebagai lahan terbangun dan juga pusat pariwisata di Kota Kupang sendiri.
Pembangunan yang semakin hari semakin tidak terkontrol dan tidak mengikuti
UU yang ada dapat membawa dampak tersendiri bagi pesisir pantai khususnya di
pesisir Kelapa Lima. Pengelolaan area pesisir yang tidak tepat guna memberikan
dampak negatif dimana semakin berkurangnya lahan untuk perkembangan
ekosistem pantai seperti bakau, padang lamun dll. Hilangnya komponen-komponen
tersebut dapat membuat ekosistem pantai menajdi tidak seimbang. Selain itu
dampak lain dari pembangunan berlebih di pesisir pantai adalah semakin
berkurangnya area pantai sebagai tempat interasi dan aktivitas.
Secara keseluruhan, pembangunan berlebih di pesisir pantai pasir panjang
sendiri tidak hanya memberi dampak negatif bagi ekosistem pantai sendiri, namun

1
juga terhadap manusia. Sementara isu-isu arsitektural yang berkembang di dunia
saat ini yaitu pembangunan yang ……… pada lingkungan. Oleh karena itu,
masalah pembangunan berlebih di sepanjang pesisir Kelapa Lima mesti diteliti
lebih lanjut.

1.2 Identifikasi Masalah


Terdapat beberapa masalah yang timbul dari perkembangan Kota Kupang sebagai
kota pesisir, diantaranya:
a) Pembangunan di area pesisir
Pembangunan dalam suatu kota merupakan hal yang penting, namun
dampak negatif yang ditimbulkan harus dapat diminimalisir. Munculnya Hotel
dan beberapa bangunan lain yang timbul di area pesisir kota Kupang dalam
beberapa tahun terakhir. Pembangunan hotel-hotel di area pesisir Pasir
Panjang cenderung tidak memperhatikan undang-undang. Jarak bangunan
hotel dari pasang tertignggi sendiri kurang dari seratus meter. Hal ini jelas
melanggar Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2018 tentang sempadan
pantai dimana ditetapkan panjang area sempadan pantai adalah 100 meter
dihitnung dari pasang tertinggi ke arah darat.

b) Peralihan ruang publik ke privat


Pengaruh lain yang ditimbulkan dari pertumbuhan bangunan di area pesisir
kota Kupang adalah beralihnya ruang publik ke privat, yakni ruang – ruang
pesisir pantai yang harusnya dengan mudah diakses masyarakat diambil alih
oleh pihak swasta menjadi ruang privat.

c) Sampah & Limbah


Sampah merupakan masalah yang palig sering ditemui di daerah
berkembang, salah satunya adalah kota Kupang. Pembangunan yang terjadi
tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat akan kebersihan pesisir.

2
Pesisir Pantai masih dijadikan tempat pembuangan akhir baik sampah
maupun limbah-limbah dari bangunan sekitar Pesisir.

1.3 Rumusan Masalah


Dari beberapa masalah diatas, didapat rumusan masalah sebagai berikut:
a. Apa saja dampak pembangunan secara berlebihan di daerah pesisir Pasir
Panjang ?
b. Bagaimana upaya mengimbangi perkembangan kota di daerah pesisir terutama
di daerah Pasir Panjang ?

1.4 Tujuan & Sasaran


a) Tujuan
Adapun tujuan dari proposal penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
dampak-dampak dari pembangunan secara berlebihan di pesisir pantai Pasir
Panjang dan merumuskan strategi pengembangan pesisir pantai Pasir
Panjang ke arah yang lebih baik dari ekologi

b) Sasaran
Adapun sasaran dari proposal penelitian ini adalah :
 Teridentifikasinya dampak-dampak dari pembangunan secara
berlebihan di pesisir pantai Pasir Panjang dan
 tercapainya strategi pengembangan pesisir pantai Pasir Panjang ke
arah yang lebih baik dari segi ekologi

1.5 Ruang Lingkup study

 spasial
ruang lingkup spasial dari proposal penelitian ini pemilihan pesisir pantai Pasir
Panjang sebagai kawasan pesisir dengan pembangunan yang berlebihan.

 Substansial

3
Ruang lingkup substansial dari proposal penelitian ini adalah dampak-dampak
pembangunan berlebihan dan strategi pengembangan kawasan pesisir Pasir
Panjang ke arah ekologis

1.5 Sistematika Penulisan


BAB I. PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan,
sasaran, dan manfaat penelitian, ruang lingkup, metodologi, dan sistematika
penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Kajian teoritis merupakan uraian-uraian tentang materi yang berkaitan dengan
pesisisr pantai serta peraturan pemerintah mengenai sempadan pantai

BAB III TINJAUAN OBJEK PENELITIAN


Tinjauan kawasan studi berisi tentang lokasi studi, fisik dasar lokasi, sosial budaya
dan potensi pesisir.

BAB IV METODOLOGI
Berisi tentang metode pengumpulan data serta metode analisa objek kajian yaitu
masalah dan pengembangan

BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Wilayah Pesisir


Secara umum, tidak ada konsep dan definisi yang baku tentang wilayah pesisir.
Ketchum (1972) menyebutkan bahwa pada dasarnya wilayah pesisir adalah wilayah
pertemuan antara wilayah daratan (terrestrial) dan wilayah laut (the coast may be
thought of as the area that shows a connection between land andocean). Selanjutnya,
secara ekologis Ketchum mendefinisikan wilayah pesisir sebagai (Ketchum, 1972). The
band of dry land and adjacent ocean space (water andsubmerged land) in which
terrestrial processes and land usesdirectly affect oceanic processes and uses, and vice
versa. Dari definisi tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa wilayahpesisir adalah
sebuah wilayah yang dinamik dengan pengaruh daratan terhadap lautan atau
sebaliknya. Proses keterkaitan (interlinkages) antara wilayah darat dan laut ini
merupakan sumber dinamika yang penuh tantangan dalam kerangka pengelolaan
wilayah pesisir dan laut secara terpadu (integratedcoastal management; ICM).
Sedangkan dalam konteks kebijakan Jones and Westmascot (1993) mendefinisikan
wilayah pesisir sebagai berikut:

Coastal zone management involves the continuous managementof the use of coastal
lands and waters and their resources withinsome designated area, the boundaries of
which are usuallypolitically determined by legislation or by executive order

Definisi di atas menjelaskan bahwa wilayah pesisir tidak hanya diidentifikasi


berdasarkan sifat ekologis semata, namun harus pula mencakup definisi administratif
sebagai sebuah wilayahpengelolaan. Menurut FAO (2000) istilah coastal zone lebih
tepat digunakan daripada coastal area yang lebih berkonotasi sebagai wilayah

5
geografis sebelum dijadikan sebuah kawasan pengelolaan. Dalam modul ini, istilah
“wilayah pesisir”digunakan untuk kedua pengertian coastal zone maupun coastal area.
Pada tataran global, definisi wilayah pesisir tergantung dari tujuan pengelolaan,
dari definisi paling sempit sampai luas. Srilanka, misalnya mendefinisikan wilayah
pesisirnya sebagai kawasan dengan panjang 1 km ke arah laut (seaward) dan 300
meter sampai 2 km ke arah darat (landward) (Scura, et.al., 1992). Selanjutnya, menurut
hukum Prancis, wilayah pesisir didefinisikan sebagai kawasan geografis yang
memerlukan zonasi tertentu dan perlindungan tata guna lahan dan pembangunan
(FAO, 2000). Sementara itu, definisi wilayah pesisir di negara bagian Queensland,
Australia adalah wilayah pesisir yang mencakup kawasan perairan (coastal waters) dan
seluruh wilayah daratan (landward) yang memiliki fitur fisik, ekologi, dan proses alam
atau kegiatan manusia yang mempengaruhi atau yang berpotensi mempengaruhi
pantai (coast) dan sumber daya pesisir (coastal resources) (Kay andAlder, 2000).
Sedangkan, dalam naskah akademik Usulan RUU Pengelolaan Wilayah Pesisir (DKP,
2001), definisi wilayah pesisir yang digunakan mencakup 3 pendekatan batasan, yaitu
pendekatan ekologi, pendekatan administrasi dan pendekatan perencanaan. Dalam
konteks pendekatan ekologis, wilayah pesisir didefinisikan sebagai kawasan daratan
yang masih dipengaruhi oleh proses dan dinamika laut, seperti pasang surut, intrusi air
laut, dan kawasan laut yang masih mendapat pengaruh dari proses dan dinamika
daratan, seperti sedimentasi dan
pencemaran. Sementara itu, pendekatan administrasi membatasi wilayah pesisir
sebagai wilayah yang administrasi pemerintahan memiliki batas terluar sebelah hulu
dari kecamatan atau kabupaten/kota yang mempunyai laut dan ke arah laut sejauh 12
mil dari garis pantai untuk provinsi dan seper tiganya untuk
kabupaten/kota. Sedangkan dalam konteks pendekatan perencanaan, wilayah pesisir
merupakan wilayah perencanaan pengelolaan sumber daya yang difokuskan pada
penanganan isu yang akan dikelola secara bertanggung jawab.

6
B. Kebijakan Nasional Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut
Telah dikemukakan di atas, potensi sumber daya pesisir dan laut merupakan
karunia yang harus dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan, di luar potensi sumber daya pesisir dan laut yang besar, sudah jamak
diketahui bahwa wilayah pesisir dan laut menyimpan potensi permasalahan sekaligus
ancaman terutama yang berasal dari aktivitas manusia. Pencemaran industri di darat,
pemanfaatan sumber daya yang berlebihan (overexploitation) atau konflik pemanfaatan
sumber daya adalah contoh permasalahan dan ancaman yang ada dalam konteks
pengelolaan pesisir dan laut.Dalam hal ini, pengelolaan wilayah pesisir dan laut
secaraterpadu menjadi penting dan relevan untuk mengurangi potensipermasalahan
dan ancaman sekaligus mampu mewujudkan tujuan pengelolaan sumber daya dan
lingkungan wilayah pesisir dan laut berkelanjutan.Berdasarkan latar belakang tersebut,
Pemerintah Indonesia melalui DepartemenKelautan dan Perikanan telah
menerbitkanSurat Keputusan Menteri Kelautan dan PerikananNo. 10/MEN/2003
tentang Panduan Perencanaan Pengelolaan Pesisir Secara Terpadu (Integrated
Coastal Zone Management;ICZM). Tujuan penerbitan panduan ini untuk:
1. menyediakan panduan bagi pemerintah provinsi, kabupaten/kota, pihak swasta
maupun
masyarakat dalamperencanaan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu;
2. memfasilitasi pihak-pihak yang terkait (stakeholders) dalam mengikuti proses
dan tahapan
perencanaan pengelolaan pesisir secara terpadu sesuai dengan kondisi ekologi,
sosial, dan ekonomi masyarakat di wilayah pesisir yang terkait;
3. melakukan standardisasi mekanisme perencanaan pengelolaan wilayah pesisir
secara
terpadu.

Sedangkan target yang diharapkan akan tercapai daripenyusunan panduan ini adalah:
1. integrasi perencanaan pengelolaan pesisir dari seluruh pihak yang terkait
(stakeholders);
2. formulasi kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan laut danseperangkat program

7
prioritas dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut;
3. tersusunnya dokumen pengelolaan wilayah pesisir dan lautsecara terpadu di seluruh
level pemerintahan baik provinsidan kabupaten/kota yang memiliki wilayah pesisir.

Lebih lanjut, rencana strategis pengelolaan pesisir ini juga sesuaidengan


semangat otonomi daerah yang dikembangkan dalam UUNo. 32/2004 tentang Otonomi
Daerah. Sesuai dengan UU tersebut, daerah memiliki kewenangan lokal untuk
mengaturdirinya sendiri sebatas sesuai dengan aspirasi masyarakat lokal dan
disesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Dalam UU ini juga disebutkan
kewenangan pengelolaan wilayah laut bagiprovinsi, yaitu sepanjang 12 mil dari garis
pantai dan bagi pemerintah kabupaten/kota adalah seper tiga dari kawasanpengelolaan
provinsi atau sepanjang 4 mil.

C. Potensi Sumber Daya Pesisir dan Laut


FAO (2000) mengidentifikasi bahwa pemanfaatan sumber daya wilayah pesisir sudah
dilakukan sejak zaman prasejarah mengingat wilayah pesisir menyediakan barang dan
jasa yang diperlukan oleh manusia khususnya yang terkait dengan komunikasi,
transportasi dan penyediaan bahan pangan. Dalam perspektif statistik global, Soares,
et.al (1998)menyebutkan bahwa 50-70% dari seluruh populasi dunia mendiami
kawasan pesisir. Selanjutnya, NOAA (1992) memprediksi bahwa dalam 30 tahun ke
depan, jumlah populasi penduduk di kawasan pesisir akan bertambah dari keadaan
saat ini. Selain itu, statistik global juga menunjukkan bahwa luas perairan laut adalah
361 juta km2 atau sekitar 70% dari totalwilayah bumi dengan total volume laut global
sebesar 1.348 juta km kubik. Dari 3 wilayah laut dunia (Atlantik, Pasifik danIndia), rata-
rata kedalaman laut adalah 3,7 km dan kedalamantertinggi ada di Laut Pasifik, yaitu
11,02 km. Secara nasional, wilayah pesisir dan laut Indonesia merupakan wilayah
penting yang diharapkan dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi bangsa. Hal
ini didorong oleh besarnya potensi sumber daya pesisir dan laut yang dapat
dimanfaatkan untuk kesejahteraan bangsa. Bagian ini menyajikan secara ringkas

8
potensi sumber daya pesisir dan laut, kemudian diikuti dengan peran secara ekonomi
sektor-sektor pembangunan yang
berbasis pada pemanfaatan sumber daya pesisir dan lautan.

1. Potensi Sumber Daya Perikanan


a. Perikanan Tangkap
Membangun perikanan bagi Indonesia merupakan sebuahtantangan sekaligus
kewajiban, mengingat secara
alamiahIndonesia memiliki potensi sumber daya perikanan (SDP)yang melimpah.
Sebagai negara Kepulauan
(archipelagicstate) terbesar di dunia, wilayah perairan mendominasi total wilayah
Indonesia dengan luas tidak
kurang dari 5,8 juta km2 dan potensi SDP sebesar 6,4 juta ton/tahun (Dahuri, 2004).
Secara spasial, potensi
SDP tersebut tersebar di dua perairan besar, yaitu Samudra Hindia (selatan) dan
Samudra Pasifik (utara),
masing-masing mencakup 14 dan 9 kawasan perairan domestik.

b. Perikanan Budi daya


Potensi perikanan budi daya Indonesia sampai tahun 2000baru menghasilkan produksi
sekitar 994 ribu ton dengan nilai sekitar 2.268 miliar US$. Jumlah ini jauh lebih keciljika
dibandingkan dengan negara-negara produser perikananlainnya, seperti China, India,
Jepang dan Filipina. Pada tahun 2000 produksi perikanan budi daya China
sudahmencapai sekitar 32.444 ribu ton dengan nilai sekitar 28.117miliar
US$.Sementara itu, potensi budi daya kelautan di Indonesiamencapai 24.528.178
hektar yang tersebar di 26 provinsi. Dari keseluruhan potensi tersebut, potensi luas
lahan budidaya laut terbesar terdapat di Provinsi Papua dengan luas 9.938.100 hektar.

2. Potensi Sumber Daya Energi dan Mineral


Potensi sumber daya mineral kelautan tersebar pada jalurtektonik mulai dari kawasan
pantai sampai Zona EkonomiEksklusif Indonesia (ZEEI). Pada umumnya mineral-

9
mineral tersebut terperangkap di dalam lapisan sedimen, mulai dari sedimen
permukaan berumur Kuarter sampai ribuan meter di bawah dasar laut pada sedimen
tersier. Sumber daya mineral penting yang mampu mendukung kegiatan industry
pertambangan adalah endapan hidrotermal yang pembentukannya dipengaruhi oleh
kegiatan magmatis, dan endapan mineral sedimen yang berasosiasi dengan
pengendapan sedimen (PKSPL-IPB, 2004).

3. Potensi Perhubungan Laut


Menggeliatnya sektor riil akan berpengaruh terhadap perkembangan usaha transportasi
laut karena meningkatnya kegiatan ekspor impor. Bertambahnya jumlah pengguna juga
memberikan dampak positif bagi bangkitnya transportasi darat. Setelah lebih kurang
empat tahun mengalami stagnasi akibat kondisi perekonomian nasional yang dilanda
krisis, para pelaku usaha di sektor transportasi laut boleh menaruh harapan akan
bangkitnya kembali bidang ini (PKSPL-IPB, 2004). Untuk menggairahkan transportasi
laut perlu diupayakan berbagai kebijakan yang mendukung. Misalnya, menetapkan
Pelabuhan Tanjung Priok sebagai international hub port (pelabuhan pengumpul
internasional) yang diharapkan bisa mengurangi cost akibat transit di Singapura.
Diperkirakan penghematan bisa mencapai US$500 juta per tahun. Menurut data
statistik Indonesia mempunyai peti kemas 5,3 juta twenty feet equivalent unit's (TEU's)
per tahun. Sebanyak 90% dari jumlah tersebut dikirim dulu ke Singapura, kemudian
baru dilanjutkan ke negara tujuan ekspor. Untuk impor barang pun berlaku hal yang
sama. Artinya ada sekitar 9,4 juta TEU's yang ke luar dan masuk Indonesia setiap
tahun (PKSPL-IPB, 2004).

4. Potensi Pariwisata Bahari


Indonesia memiliki potensi pariwisata bahari yang memilikidaya tarik bagi wisatawan.
Selain itu juga potensi tersebutdidukung oleh kekayaan alam yang indah dan
keanekaragamanflora dan fauna. Misalnya, kawasan terumbu karang di seluruhperairan
Indonesia luasnya mencapai 7.500 km2 dan umumnya

10
terdapat di wilayah taman laut. Selain itu juga didukung oleh 263jenis ikan hias di
sekitar terumbu karang tersebut. Potensipariwisata bahari tersebut tersebar di sekitar
241 daerah Kabupaten/Kota. Selain itu, kawasan pulau yang diidentifikasimemiliki
potensi pariwisata bahari disajikan secara lengkap pada
Tabel berikut :

2. Peraturan Pemerintah Mengenai Batas Sempadan

PERATURAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21/PERMEN-KP/2018
TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


1. Batas Sempadan Pantai adalah ruang Sempadan Pantai yang ditetapkan
berdasarkan metode tertentu.
2. Sempadan Pantai adalah daratan sepanjang tepianpantai, yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 m (seratus
meter) dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
3. Parameter adalah unsur-unsur yang digunakan untuk menggambarkan suatu
konsep.
4. Indeks adalah angka/nilai yang mencerminkan suatukeadaan fenomena suatu
unsur tertentu.
5. Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang
dipengaruhi olehperubahan di darat dan laut.
6. Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2
(dua ribu kilometer persegi)beserta kesatuan Ekosistemnya.

11
7. Pantai adalah daerah antara muka air surut terendah dengan muka air pasang
tertinggi.
8. Hidro-oseanografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari proses-proses
9 .Ekosistem adalah kesatuan komunitas tumbuh-tumbuhan, hewan, organisme
dan nonorganisme lainserta proses yang menghubungkannya dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas.

Pasal 12

(1) Parameter ketentuan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf d,


ditentukan oleh keberadaan bangunan pelindung Pantai terhadap Erosi atau
abrasi.
(2) Keberadaan bangunan pelindung Pantai terhadap Erosi atau abrasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam Indeks Kerentanan :
a. tinggi, apabila tidak terdapat bangunan pelindung Pantai;
b. sedang, apabila terdapat bangunan pelindung Pantai di sebagian Pantai; atau
c. rendah, apabila terdapat bangunan pelindung Pantai sepanjang Pantai.
(3) Jenis bangunan pelindung Pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. krib;
b. pengarah arus aliran sungai dan arus pasang surut;
c. revetmen;
d. tanggul laut;
e. tembok laut; dan
f. pemecah gelombang.

BAB III
PENGHITUNGAN LEBAR SEMPADAN PANTAI
Pasal 22

(1) Tingkat Risiko Bencana merupakan dasar penghitungan

12
lebar Batas Sempadan Pantai.

(2) Tingkat Risiko Bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk jenis bencana
Erosi atau abrasi dan Banjir dari Laut dihitung berdasarkan perkalian antara Indeks
Ancaman dan Indeks Kerentanan bencana Erosi atau abrasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 12 atau perkalian antara Indeks Ancaman
dan Indeks Kerentanan Banjir dari Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 sampai
dengan Pasal 21.

(3) Tingkat Risiko Bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk jenis bencana
Erosi atau abrasi dan Banjir dari Laut dihitung berdasarkan perkalian antara Indeks
Ancaman dan Indeks Kerentanan bencana Erosi atau abrasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 12 atau perkalian antara Indeks Ancaman dan
Indeks Kerentanan Banjir dari Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 sampai
dengan Pasal 21.

(4) Tingkat Risiko Bencana sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) diklasifikasikan dalam rentang kelas:
a. tingkat risiko kurang dari 4,33 (empat koma tigapuluh tiga);
b. tingkat risiko 4,34 (empat koma tiga puluh empat) sampai dengan tingkat risiko
7,67 (tujuh koma enam puluh tujuh); atau
c. tingkat risiko lebih dari 7,67 (tujuh koma enam puluh tujuh).

(5) Lebar Sempadan Pantai dengan tingkat risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf a sejauh paling sedikit 100 m (seratus meter).

(6) Lebar Sempadan Pantai dengan tingkat risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf b sejauh paling sedikit 200 m (dua ratus meter).

(7) Lebar Sempadan Pantai dengan tingkat risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf c sejauh paling sedikit 300 m (tiga ratus meter).

13
BAB III

TINJAUAN OBJEK PENELITIAN

3.1 TINJAUAN OBJEK PENELITIAN


A. Aministratif
Kawasan pesisir Pasir Panjang terletak di Kelurahan Pasir Panjang,
Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang. Kota Kupang sendiri merupakan
ibukota Provinsi Nusa tenggara timur. Dengan Demikian Kota Kupang
merupakan bagian administratif dari di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Sumber : https://docplayer.info/65497728-Kelurahan-pasir-panjang-kecamatan-kota-
lama-kota-kupang.html

14
B. Geografis
Letak geografis Kota Kupang yaitu pada 10°36’14”-10°39’58” Lintang
Selatan dan 123°32’23”-123°37’01” Bujur Timur;

Pada gambar diatas menunjukkan luasan sepanjang pesisir pantai Pantai


Panjang yang menjadi lokasi penelitian. Lokasi ini berada di Kelurahan
Kelapa Lima, Kota Kupang. Pada gambar diatas dapat fdilihat bahwa
bangunan-bangunan mulai mendominasi daerah pesisir pantai Pasir
Panjang.

3.2 FISIK DASAR (IKLIM, CUACA, TOPOGRAFI DAN VEGETASI)


a. Iklim
Kondisi iklim suatu wilayah dapat mempengaruhi keadaan suatu
wilayah. Seperti halnya di tempat lain di Indonesia, di Kota Kupang
hanya dikenal 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Secara umum, pada Juni-September, arus angin berasal dari Australia

15
dan tidak banyak mengandung uap air sehingga mengakibatkan
musim kemarau.
Rata-rata kelembaban udara di Kota Kupang tahun 2009 sebesar 76,5
persen, tekanan udara 1.010,42 milibar, dan rata-rata suhu udara di
atas 27,26° (Sumber:https://nttbangkit.wordpress.com/21-kab-
kota/kabupaten-kupang/ ).

b. Cuaca
Seperti yang telah disebutkan di atas, sebagai daerah beriklim tropis,
Indonesia, khususnya kabupaten Kupang, hanya memiliki dua musim
yaitu musim kemarau dan musim hujan.

c. Topografi
Topografi Pesisir pantai Pasir Panjang sebagaimana keadaan
topografi Wilayah Pesisir umumnya sebagian besar merupakan
wilayah dataran dengan ketinggian kurang dari 600 mdpl. Keadaan
wilayah sepanjang pesisir umumnya datar sampaiberombakdengan
kemiringan 3% sampai 5%.

d. Vegetasi
Seperti yang diketahui wilayah pesisir pantai biasanya ditumbuhi oleh
vegetasi pohon Bakau. Hal terse but juga berlaku bagi pesisir pantai
Pasir Panjang yang ditumbuhi Pohon Bakau.

3.3 SOSIAL BUDAYA


Setiap tempat pembangunan di daerah pesisir dampak terhadap lingkungan baik
lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya. dari data dan fakta yang
terhimpun, kegiatan pembangunan di pesisir pantai Pasir Panjang memberikan
dampak yang cukup signifikan baik dampak positif maupun dampak negatif. Untuk
dampak positif, berkaitan dengan kepariwisataan dimana pantai pasir panjang
dijadikan sebagai ladang pencaharian masyarakat sekitar maupun pihak-pihak

16
tertentu. Namun dampak negatifnya pembangunan di wilayah pesisir membuat
daerah pesisir semakin sempit dan ruang terbuka tempat interaksi atau bahkan
berekreasi masyarakat menjadi berkurang.

3.4 POTENSI
Wilayah Pesisir Pasir Panjang memiliki potensi yang diantaranya :
 Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan
yang penting di kawasan pesisir. Selain mempunyai fungsi ekologis
sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan
asuhan bagi bermacam biota, penahan abrasi, penyerap limbah,
pencegah intrusi air laut, dan lain sebagainya, hutan mangrove juga
mempunyai fungsi ekonomis seperti penyedia kayu, daun-daunan sebagai
bahan baku obat obatan, dan lain-lain. Wilayah Pesisir Pasir Panjang
memiliki potensi sebagai hutan mangrove jika dikembangkan secara baik
dan benar.

 Potensi Wisata
Wilayah Pesisir Pasir Panjang bisa dimanfaatkan sebagai tempat wisata
dan rekreasi mengingat potensi pemandangannya yang indah. Hamparan
laut bisa menjadi daya tarik wisata tersendiri.

Keindahan Pesisir Pantai Pasir Panjang

17
BAB IV

METODOLOGI

4.1 PENGUMPULAN DATA

 Jenis Data

Ada dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif
adalah data yang tidak dapat dianalisis dengan tehnik statistic. Sedangkan data
kuantitatif adalah data yang dianalisis dengan teknik statistic. Berdasarkan
sumbernya data kualitatif dibedakan menjadi data historis, data teks, data
kasus dan data pengalaman individu. Penelitian yang akan digunakan ini dilihat
dari sumbernya termasuk penelitian yang bersumber dari data kasus. Dalam
penelitian ini data yang akan diambil adalah jenis data kualitatatif. Karena
dalam penelitian ini data yang akan digali bersumber dari pernyataan kata-kata
atau gambaran tentang sesuatu yang dinyatakan dalam bentuk penjelasan
dengan kata-kata atau tulisan.

 Kebutuhan Data
Kebutuhan data yang akan diambil dalam penelitian ini disajikan dalam table
berikut :
NO KEBUTUHAN DATA CARA PENGAMBILAN DATA
1 GAMBAR KONDISI PESISIR DOKUMENTASI
PANTAI MENGGUNAKAN CAMERA
DATA PEMBANGUNAN DI WAWANCARA DAN
2 DAERAH PESISIR PANTAI DOKUMENTASI
PASIR PANJANG
3 BANGUNAN SEKITAR PESISIR DOKUMENTASI BERUPA FOTO
KEBIJAKAN PEMERINTAH
4 MENGENAI SEMPADAN STUDI LITERATUR
PANTAI

18
5 KEBIJAKAN MENGENAI STUDI LITERATUR
PEMBANGUNAN

 Teknik Pengumpulan Data


 Data Primer
Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh
lansung dari lapangan atau tempat penelitian. Sedangkan menurut
Lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-
kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang
diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti
menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi lansung tentang
Pengaruh pembangunan berlebihan di daerah pesisir pantai Pasir
Panjang.

 Data sekunder
Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan
berbagai macam sumber lainnya. Data sekunder yang didapat pada
penelitian ini berasal dari lampiran-lampiran dari badan-badan resmi
seperti kementrian-kementrian, Undang-undang dan peraturan
pemerintah, jurnal, hasil-hasil studi sebagainya. Peneliti menggunakan
data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi
yang telah dikumpulkan.

4.2 ANALISIS DATA


Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan metode Kualitatif untuk menganalis
kualitatif untuk menganalisa data. Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris
yang diperoleh adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan

19
rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur klasifikasi.
Data-data hasil penelitan ini yang telah didapat melalui observasi, wawancara, maupun
dokumentasi nantinya akan dikumpulkan dan dianalisis secara kualitatif dengan
pendekatan deskriptif.

20
BAB V

RENCANA PENELITIAN

5.1 ORGANISASI PENELITIAN

5.2 RENCANA BIAYA PENELITIAN

21

Anda mungkin juga menyukai