PENDAHULUAN
1
juga terhadap manusia. Sementara isu-isu arsitektural yang berkembang di dunia
saat ini yaitu pembangunan yang ……… pada lingkungan. Oleh karena itu,
masalah pembangunan berlebih di sepanjang pesisir Kelapa Lima mesti diteliti
lebih lanjut.
2
Pesisir Pantai masih dijadikan tempat pembuangan akhir baik sampah
maupun limbah-limbah dari bangunan sekitar Pesisir.
b) Sasaran
Adapun sasaran dari proposal penelitian ini adalah :
Teridentifikasinya dampak-dampak dari pembangunan secara
berlebihan di pesisir pantai Pasir Panjang dan
tercapainya strategi pengembangan pesisir pantai Pasir Panjang ke
arah yang lebih baik dari segi ekologi
spasial
ruang lingkup spasial dari proposal penelitian ini pemilihan pesisir pantai Pasir
Panjang sebagai kawasan pesisir dengan pembangunan yang berlebihan.
Substansial
3
Ruang lingkup substansial dari proposal penelitian ini adalah dampak-dampak
pembangunan berlebihan dan strategi pengembangan kawasan pesisir Pasir
Panjang ke arah ekologis
BAB IV METODOLOGI
Berisi tentang metode pengumpulan data serta metode analisa objek kajian yaitu
masalah dan pengembangan
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Coastal zone management involves the continuous managementof the use of coastal
lands and waters and their resources withinsome designated area, the boundaries of
which are usuallypolitically determined by legislation or by executive order
5
geografis sebelum dijadikan sebuah kawasan pengelolaan. Dalam modul ini, istilah
“wilayah pesisir”digunakan untuk kedua pengertian coastal zone maupun coastal area.
Pada tataran global, definisi wilayah pesisir tergantung dari tujuan pengelolaan,
dari definisi paling sempit sampai luas. Srilanka, misalnya mendefinisikan wilayah
pesisirnya sebagai kawasan dengan panjang 1 km ke arah laut (seaward) dan 300
meter sampai 2 km ke arah darat (landward) (Scura, et.al., 1992). Selanjutnya, menurut
hukum Prancis, wilayah pesisir didefinisikan sebagai kawasan geografis yang
memerlukan zonasi tertentu dan perlindungan tata guna lahan dan pembangunan
(FAO, 2000). Sementara itu, definisi wilayah pesisir di negara bagian Queensland,
Australia adalah wilayah pesisir yang mencakup kawasan perairan (coastal waters) dan
seluruh wilayah daratan (landward) yang memiliki fitur fisik, ekologi, dan proses alam
atau kegiatan manusia yang mempengaruhi atau yang berpotensi mempengaruhi
pantai (coast) dan sumber daya pesisir (coastal resources) (Kay andAlder, 2000).
Sedangkan, dalam naskah akademik Usulan RUU Pengelolaan Wilayah Pesisir (DKP,
2001), definisi wilayah pesisir yang digunakan mencakup 3 pendekatan batasan, yaitu
pendekatan ekologi, pendekatan administrasi dan pendekatan perencanaan. Dalam
konteks pendekatan ekologis, wilayah pesisir didefinisikan sebagai kawasan daratan
yang masih dipengaruhi oleh proses dan dinamika laut, seperti pasang surut, intrusi air
laut, dan kawasan laut yang masih mendapat pengaruh dari proses dan dinamika
daratan, seperti sedimentasi dan
pencemaran. Sementara itu, pendekatan administrasi membatasi wilayah pesisir
sebagai wilayah yang administrasi pemerintahan memiliki batas terluar sebelah hulu
dari kecamatan atau kabupaten/kota yang mempunyai laut dan ke arah laut sejauh 12
mil dari garis pantai untuk provinsi dan seper tiganya untuk
kabupaten/kota. Sedangkan dalam konteks pendekatan perencanaan, wilayah pesisir
merupakan wilayah perencanaan pengelolaan sumber daya yang difokuskan pada
penanganan isu yang akan dikelola secara bertanggung jawab.
6
B. Kebijakan Nasional Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut
Telah dikemukakan di atas, potensi sumber daya pesisir dan laut merupakan
karunia yang harus dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan, di luar potensi sumber daya pesisir dan laut yang besar, sudah jamak
diketahui bahwa wilayah pesisir dan laut menyimpan potensi permasalahan sekaligus
ancaman terutama yang berasal dari aktivitas manusia. Pencemaran industri di darat,
pemanfaatan sumber daya yang berlebihan (overexploitation) atau konflik pemanfaatan
sumber daya adalah contoh permasalahan dan ancaman yang ada dalam konteks
pengelolaan pesisir dan laut.Dalam hal ini, pengelolaan wilayah pesisir dan laut
secaraterpadu menjadi penting dan relevan untuk mengurangi potensipermasalahan
dan ancaman sekaligus mampu mewujudkan tujuan pengelolaan sumber daya dan
lingkungan wilayah pesisir dan laut berkelanjutan.Berdasarkan latar belakang tersebut,
Pemerintah Indonesia melalui DepartemenKelautan dan Perikanan telah
menerbitkanSurat Keputusan Menteri Kelautan dan PerikananNo. 10/MEN/2003
tentang Panduan Perencanaan Pengelolaan Pesisir Secara Terpadu (Integrated
Coastal Zone Management;ICZM). Tujuan penerbitan panduan ini untuk:
1. menyediakan panduan bagi pemerintah provinsi, kabupaten/kota, pihak swasta
maupun
masyarakat dalamperencanaan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu;
2. memfasilitasi pihak-pihak yang terkait (stakeholders) dalam mengikuti proses
dan tahapan
perencanaan pengelolaan pesisir secara terpadu sesuai dengan kondisi ekologi,
sosial, dan ekonomi masyarakat di wilayah pesisir yang terkait;
3. melakukan standardisasi mekanisme perencanaan pengelolaan wilayah pesisir
secara
terpadu.
Sedangkan target yang diharapkan akan tercapai daripenyusunan panduan ini adalah:
1. integrasi perencanaan pengelolaan pesisir dari seluruh pihak yang terkait
(stakeholders);
2. formulasi kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan laut danseperangkat program
7
prioritas dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut;
3. tersusunnya dokumen pengelolaan wilayah pesisir dan lautsecara terpadu di seluruh
level pemerintahan baik provinsidan kabupaten/kota yang memiliki wilayah pesisir.
8
potensi sumber daya pesisir dan laut, kemudian diikuti dengan peran secara ekonomi
sektor-sektor pembangunan yang
berbasis pada pemanfaatan sumber daya pesisir dan lautan.
9
mineral tersebut terperangkap di dalam lapisan sedimen, mulai dari sedimen
permukaan berumur Kuarter sampai ribuan meter di bawah dasar laut pada sedimen
tersier. Sumber daya mineral penting yang mampu mendukung kegiatan industry
pertambangan adalah endapan hidrotermal yang pembentukannya dipengaruhi oleh
kegiatan magmatis, dan endapan mineral sedimen yang berasosiasi dengan
pengendapan sedimen (PKSPL-IPB, 2004).
10
terdapat di wilayah taman laut. Selain itu juga didukung oleh 263jenis ikan hias di
sekitar terumbu karang tersebut. Potensipariwisata bahari tersebut tersebar di sekitar
241 daerah Kabupaten/Kota. Selain itu, kawasan pulau yang diidentifikasimemiliki
potensi pariwisata bahari disajikan secara lengkap pada
Tabel berikut :
PERATURAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21/PERMEN-KP/2018
TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
11
7. Pantai adalah daerah antara muka air surut terendah dengan muka air pasang
tertinggi.
8. Hidro-oseanografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari proses-proses
9 .Ekosistem adalah kesatuan komunitas tumbuh-tumbuhan, hewan, organisme
dan nonorganisme lainserta proses yang menghubungkannya dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas.
Pasal 12
BAB III
PENGHITUNGAN LEBAR SEMPADAN PANTAI
Pasal 22
12
lebar Batas Sempadan Pantai.
(2) Tingkat Risiko Bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk jenis bencana
Erosi atau abrasi dan Banjir dari Laut dihitung berdasarkan perkalian antara Indeks
Ancaman dan Indeks Kerentanan bencana Erosi atau abrasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 12 atau perkalian antara Indeks Ancaman
dan Indeks Kerentanan Banjir dari Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 sampai
dengan Pasal 21.
(3) Tingkat Risiko Bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk jenis bencana
Erosi atau abrasi dan Banjir dari Laut dihitung berdasarkan perkalian antara Indeks
Ancaman dan Indeks Kerentanan bencana Erosi atau abrasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 12 atau perkalian antara Indeks Ancaman dan
Indeks Kerentanan Banjir dari Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 sampai
dengan Pasal 21.
(5) Lebar Sempadan Pantai dengan tingkat risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf a sejauh paling sedikit 100 m (seratus meter).
(6) Lebar Sempadan Pantai dengan tingkat risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf b sejauh paling sedikit 200 m (dua ratus meter).
(7) Lebar Sempadan Pantai dengan tingkat risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf c sejauh paling sedikit 300 m (tiga ratus meter).
13
BAB III
Sumber : https://docplayer.info/65497728-Kelurahan-pasir-panjang-kecamatan-kota-
lama-kota-kupang.html
14
B. Geografis
Letak geografis Kota Kupang yaitu pada 10°36’14”-10°39’58” Lintang
Selatan dan 123°32’23”-123°37’01” Bujur Timur;
15
dan tidak banyak mengandung uap air sehingga mengakibatkan
musim kemarau.
Rata-rata kelembaban udara di Kota Kupang tahun 2009 sebesar 76,5
persen, tekanan udara 1.010,42 milibar, dan rata-rata suhu udara di
atas 27,26° (Sumber:https://nttbangkit.wordpress.com/21-kab-
kota/kabupaten-kupang/ ).
b. Cuaca
Seperti yang telah disebutkan di atas, sebagai daerah beriklim tropis,
Indonesia, khususnya kabupaten Kupang, hanya memiliki dua musim
yaitu musim kemarau dan musim hujan.
c. Topografi
Topografi Pesisir pantai Pasir Panjang sebagaimana keadaan
topografi Wilayah Pesisir umumnya sebagian besar merupakan
wilayah dataran dengan ketinggian kurang dari 600 mdpl. Keadaan
wilayah sepanjang pesisir umumnya datar sampaiberombakdengan
kemiringan 3% sampai 5%.
d. Vegetasi
Seperti yang diketahui wilayah pesisir pantai biasanya ditumbuhi oleh
vegetasi pohon Bakau. Hal terse but juga berlaku bagi pesisir pantai
Pasir Panjang yang ditumbuhi Pohon Bakau.
16
tertentu. Namun dampak negatifnya pembangunan di wilayah pesisir membuat
daerah pesisir semakin sempit dan ruang terbuka tempat interaksi atau bahkan
berekreasi masyarakat menjadi berkurang.
3.4 POTENSI
Wilayah Pesisir Pasir Panjang memiliki potensi yang diantaranya :
Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan
yang penting di kawasan pesisir. Selain mempunyai fungsi ekologis
sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan
asuhan bagi bermacam biota, penahan abrasi, penyerap limbah,
pencegah intrusi air laut, dan lain sebagainya, hutan mangrove juga
mempunyai fungsi ekonomis seperti penyedia kayu, daun-daunan sebagai
bahan baku obat obatan, dan lain-lain. Wilayah Pesisir Pasir Panjang
memiliki potensi sebagai hutan mangrove jika dikembangkan secara baik
dan benar.
Potensi Wisata
Wilayah Pesisir Pasir Panjang bisa dimanfaatkan sebagai tempat wisata
dan rekreasi mengingat potensi pemandangannya yang indah. Hamparan
laut bisa menjadi daya tarik wisata tersendiri.
17
BAB IV
METODOLOGI
Jenis Data
Ada dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif
adalah data yang tidak dapat dianalisis dengan tehnik statistic. Sedangkan data
kuantitatif adalah data yang dianalisis dengan teknik statistic. Berdasarkan
sumbernya data kualitatif dibedakan menjadi data historis, data teks, data
kasus dan data pengalaman individu. Penelitian yang akan digunakan ini dilihat
dari sumbernya termasuk penelitian yang bersumber dari data kasus. Dalam
penelitian ini data yang akan diambil adalah jenis data kualitatatif. Karena
dalam penelitian ini data yang akan digali bersumber dari pernyataan kata-kata
atau gambaran tentang sesuatu yang dinyatakan dalam bentuk penjelasan
dengan kata-kata atau tulisan.
Kebutuhan Data
Kebutuhan data yang akan diambil dalam penelitian ini disajikan dalam table
berikut :
NO KEBUTUHAN DATA CARA PENGAMBILAN DATA
1 GAMBAR KONDISI PESISIR DOKUMENTASI
PANTAI MENGGUNAKAN CAMERA
DATA PEMBANGUNAN DI WAWANCARA DAN
2 DAERAH PESISIR PANTAI DOKUMENTASI
PASIR PANJANG
3 BANGUNAN SEKITAR PESISIR DOKUMENTASI BERUPA FOTO
KEBIJAKAN PEMERINTAH
4 MENGENAI SEMPADAN STUDI LITERATUR
PANTAI
18
5 KEBIJAKAN MENGENAI STUDI LITERATUR
PEMBANGUNAN
Data sekunder
Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan
berbagai macam sumber lainnya. Data sekunder yang didapat pada
penelitian ini berasal dari lampiran-lampiran dari badan-badan resmi
seperti kementrian-kementrian, Undang-undang dan peraturan
pemerintah, jurnal, hasil-hasil studi sebagainya. Peneliti menggunakan
data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi
yang telah dikumpulkan.
19
rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur klasifikasi.
Data-data hasil penelitan ini yang telah didapat melalui observasi, wawancara, maupun
dokumentasi nantinya akan dikumpulkan dan dianalisis secara kualitatif dengan
pendekatan deskriptif.
20
BAB V
RENCANA PENELITIAN
21