PEMBAHASAN
Yodium sendiri adalah adalah sejenis mineral yang terdapat di alam, baik di
tanah maupun di air, merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup. Dalam tubuh manusia Yodium
diperlukan untuk membentuk Hormon Tiroksin yang berfungsi untuk mengatur
pertumbuhan dan perkembangan termasuk kecerdasan mulai dari janin sampai
dewasa.
1
Faktor Penyebab Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
2
hormon. Dengan adanya defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap
berbagai tahap dalam sintesis hormon tiroid terutama tahap transportasi
hormone.
d) Pangan Goitrogenik
Zat goitrogenik adalah senyawa yang dapat mengganggu struktur
dan fungsi hormon tiroid secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung zat goitrogenik menghambat uptake yodida anorganik oleh
kelenjar tiroid. Seperti tiosianat dan isotiosianat menghambat proses
tersebut karena berkompetisi dengan yodium. Ada dua jenis zat
goitrogenik yang berasal dari bahan pangan yaitu:
Tiosianat terdapat dalam sayuran kobis, kembang kol, sawi,
rebung, ketela rambat dan jewawut
Isotiosianat terdapat pada kobis.
Berdasarkan mekanis kerjanya, zat goitrogenik dipengaruhi oleh proses
sintesis hormon dan kelenjar tiroid trhadap bahan – bahan goitrogenik.
Bahan tersebut adalah:
Kelompok tiosianat, dimana mekanisme kerjanya memperngaruhi
transportasi yodium.
Misalnya : rebung, ubi jalar.
Kelompok tiroglikosid, dimana mekanisme kerjanya
mempengaruhi oksidasi, organofikasi, dan coupling.
Misalnya : bawang merah, bawang putih, bassica dan yellow
turnips.
Kelompok akses iodida, dimana mekanisme kerjanya
mempengaruhi protealisis, pelepasan, dan halogenasi.
Misalnya : gangguan asupan yodium lebih dari 2 gram sehari akan
menghambat sintesis dan pelepasan hormon.
e) Genetik
Faktor genetik dalam hal ini merupakan variasi individual terhadap
kejadian GAKY dan mempunyai kecenderungan untuk mengalami
3
gangguan kelenjar tiroid. Faktor genetic banyak disebabkan karena
keabnormalan fungsi faal kelenjar tiroid.
Penyebab genetic lain adalah sejumlah cact metabolic yang diturunkan,
yang melukiskan kepentingan berbagai tahapan dalam biosintesis hormon
tiroid. Cacat ini adalah cacat pada pengangkutan yodium, cacat pada
iodinasi, cacat perangkaian, defisiensi deiodinasi, dan produksi protein
teriodinasi yang abnormal.
(GAKY)
4
1. Aspek perkembangan kecerdasan.
2. Aspek perkembangan sosial.
3. Aspek perkembangan ekonomi.
Kekurangan yodium padaibu hamil akan menyebabkan kretin pada bayi yang
akan dilahirkannya. Slain itu juga akan disertai dengan kerusakan susunan syaraf
pusat dan hipotirodisme. Secara klinis kerusakan susunan syaraf pusat akan
berupa retardasi, gangguan pendengaran sampai bisu tuli, gangguan neuromotor
seperti gangguan bicara, dll.
Dampak sosial lain yang lebih besar yaitu sulitnya penderita untuk dididik san
dimotivasi karena rendahnya perkembangan mentalsehingga apabila berada dalam
lingkungan yang buruk akan lebih cepat terpengaruh atau terlibat kriminalitas.
5
Anak dan Remaja Gondok, Gangguan pertumbuhan
fisik dan mental, Hipotiroid juvenile
Dewasa Gondok dan Hipotiroid
GAKY merupakan salah satu permasalahan gizi yang sangat serius, karena
dapat menyebabkan berbagai penyakit yang mengganggu kesehatan antaralain
;Gondok, Kretenisme, Reterdasi Mental dll. Penyakit gondok biasanya dapat
dilihat secara kasatmata dengan munculnya pembengkakan pada leher bagian
depan bawah, pada posisi dimana kelenjar tiroid berada.Pada bayi dan anak- anak
gejala tambahan yang dapat dilihat adalah gangguan tumbuh kembang dan
kretinisme (kekerdilan). Gejala yang timbul akibat kekurangan iodium secara
terus-menerus dalam jangka waktu lama disebut sebagai GAKY (Gangguan
Akibat Kurang Iodium). Penderita kurang iodium ringan dapat tidak menunjukkan
gejala apa-apa sehingga sering tidak disadari. Disamping itu karena tak terasa
sakit, kadang penyakit gondok ini sering diabaikan. Padahal hasil penelitian di
berbagai daerah di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 42 juta penduduk di
Indonesia tinggal di daerah endemis gondok, yaitu daerah yang tanahnya
kekurangan iodium.
1. Grade 0 : Normal
Dengan inspeksi tidak terlihat, baik datar maupun tengadah maksimal,
dan dengan palpasi tidak teraba.
2. Grade IA
Kelenjar Gondok tidak terlihat, baik datar maupun penderita tengadah
maksimal, dan palpasi teraba lebih besar dari ruas terakhir ibu jari
penderita.
3. Grade IB
6
Kelenjar Gondok dengan inspeksi datar tidak terlihat, tetapi terlihat
dengan tengadah maksimal dan dengan palpasi teraba lebih besar dari
Grade IA.
4. Grade II
Kelenjar Gondok dengan inspeksi terlihat dalam posisi datar dan
dengan palpasi teraba lebih besar dari Grade IB.
5. Grade III
Kelenjar Gondok cukup besar, dapat terlihat padajarak 6 meter atau
lebih.
7
Tabel 1
Grade Keterangan
0 Tidak teraba/tidak terlihat
1 Teraba dan tidak terlihat pada posisi kepala biasa
2 Terlihat pada posisi kepala biasa
Sumber: Joint WHO/UNICEF/ICCIDD, 1992
8
mulai banyak dipakai dan memberikan ukuran tiroid lebih luas dan bebas
dari bias pengukuran. Prosedurnya tidak invasif dan bisa digunakan untuk
mengukur ratusan orang dalam sehari. Teknik tersebut bisa dipelajari
dengan baik dalam beberapa hari. (Gatie, 2006)
Kelebihan dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) adalah
memberikan suatu pengukuran objektif dari volume tiroid, dalam beberapa
kasus mungkin bisa menunjukkan pertimbangan terhadap GAKY dan
karenanya program pencegahan yang mahal bisa dihindarkan,
ultrasonografi dengan cepat menggantikan palpasi. Pemeriksaan USG juga
merupakan suatu pengukuran yang tepat untuk melihat pembesaran
volume tiroid dibandingkan dengan palpasi. Volume tiroid yang dihitung
berdasarkan panjang, jarak dan ketebalan dari kedua cuping, volume yang
dihitung dibandingkan dengan standar dari suatu populasi dengan masukan
iodium yang cukup. Pengukuran volume tiroid dengan menggunakan
Ultrasonografi untuk saat ini hanya bisa dilakukan oleh dokter ahli yang
sudah terlatih dalam teknik ini. Hasil pemeriksaan volume tiroid pada
sampel merupakan penjumlahan dari volume tiroid kanan dan kiri (Untoro
Y dan Gutekunts dalam Gatie, 2006)
9
Tabel 2
Laki-laki Perempuan
Umur
WHO 2001 WHO 2001 Indonesia
(tahun) Indonesia (ml)
(ml) (ml) (ml)
6 3,8 2,4 3,6 4,0
7 4,0 3,9 4,2 4,1
8 4,3 4,6 4,9 6,1
9 4,8 5,9 5,7 6,7
10 5,5 6,8 6,5 7,5
11 6,4 7,8 7,4 8,0
12 7,4 8,1 8,3 9,9
Sumber : WHO/ICCIDD (1997)
10
dianggap sebagai tanda biokimia yang dapat digunakan untuk mengetahui
adanya defisiensi yodium dalam suatu wilayah (Dunn dan Stanbury dalam
gatie, 2006)
11
Tabel 3
Nilai median UIE dalam suatu populasi dapat digunakan untuk mengukur
derajat endemisitas GAKY (Rachmawati, 1993). Klasifikasi endemisitas
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium berdasarkan median UIE ditunjukan
dalam Tabel 4.
Tabel 4
12
GAKY lebih sering ditemukan di daerah pegunungan dibandingkan dengan
daerah pantai.
Secara global, GAKY telah menjadi masalah di lebih kurang 118 negara
yang mencederai 1,572 juta orang, sekitar 12% penduduk dunia (sekitar 655 juta
orang) menderita gondok, 11,2 juta mengalami kretin, dan 43 juta menderita
gangguan mental dengan berbagai tingkatan. Hasil survey nasional evaluasi
Intensifikasi Penanggulangan GAKY (IP-GAKY) di Indonesia tahun 2003,
menunjukkan bahwa 35,8% kabupaten endemis ringan, 13,1% kabupaten endemis
sedang, dan 8,2% kabupaten endemis berat.
13
Determinan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
1. Lokasi
Faktor lokasi dapat berpengaruh terhadap kejadian GAKY, hal ini
disebabkan kandungan yodium yang berbeda di setiap daerah. Penderita
GAKY secara umum banyak ditemukan di daerah perbukitan atau dataran
tinggi, karena yodium yang berada dilapisan tanah paling atas terkikis oleh
banjir atau hujan dan berakibat tumbuh-tumbuhan, hewan dan air di
wilayah ini mengandung yodium rendah bahkan tidak ada (Kodyat dalam
Rusnelly, 2006)
Menurut data Departemen Kesehatan Tahun 1990 daerah pantai
atau dataran rendah bebas dari penderita GAKY. Daerah pantai atau
dataran rendah secara teoritis mengandung cukup yodium, dengan
demikian maka tanaman sumber air minum dan hewan mengandung
yodium lebih banyak (Adriani dkk dalam Rusnelly, 2006)
2. Asupan Energi dan Protein
Gangguan akibat kekurangan yodium secara tidak langsung dapat
disebabkan oleh asupan energi yang rendah, karena kebutuhan energy
akan diambil dari asupan protein. Protein (albumin, globulin, prealbumin)
merupakan alat transport hormon tiroid. Protein transport berfungsi
mencegah hormon tiroid keluar dari sirkulasi dan sebagai cadangan
hormon. (Rusnelly, 2006)
3. Status Gizi
Pengaruh status gizi terhadap kejadian GAKY masih belum banyak
diteliti, namun secara teoritis cadangan lemak merupakan tempat
penyimpanan yodium. Jumlah simpanan yodium di dalam tubuh setiap
individu akan berbeda sesuai dengan kondisi status gizinya (Oenzil dalam
Rusnelly, 2006)
Kadar yodium urin anak dengan status gizi baik lebih tinggi
dibandingkan dengan anak dengan status gizi kurang setelah diberikan
kapsul yodium selama 3 hari berturut-turut (Prihartini dalam Rusnelly,
2006)
14
Status gizi kurang atau buruk akan berisiko pada biosintesis
hormon tiroid karena kurangnya TBP (Thyroxin binding Protein),
sehingga sintesis hormon tiroid akan berkurang (Djokomoejanto dalam
Rusnelly, 2006)
4. Pangan Goitogenik
Ada dua jenis zat goitrogenik yang berasal dari bahan pangan
yaitu:
Tiosianat terdapat dalam sayuran kobis, kembang kol, sawi,
rebung, ketela rambat dan jewawut, singkong
Isotiosianat terdapat pada kobis
Zat goitrogenik adalah senyawa yang dapat mengganggu struktur dan
fungsi hormon tiroid secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung
zat goitrogenik menghambat up take yodida anorganik oleh kelenjar tiroid.
Seperti tiosianat dan isotiosianat menghambat proses tersebut karena
berkompetisi dengan yodium. Menghambat oksidasi yodida anorganik dan
inkorporasi yodium yang sudah teroksidasi dengan asam amino tirosin
untuk membentuk monoiodotyrosine (MIT) dan diodotyrosine (DIT) serta
menghambat proses coupling yang dimediasi oleh enzim thyroid
peroxidase (TPO). Menghambat pelepasan hormon tiroid (T3 dan T4) ke
dalam sirkulasi darah. Secara tidak langsung hormon thyrotropin dapat
menurunkan sintesis dan pelepasan T4 dan T3 serta involusi kelenjat tiroid
(Kartasurya dalam Rusnelly, 2006)
5. Pangan Kaya Yodium
Konsumsi pangan kaya akan yodium dipengaruhi oleh ketersediaan
bahan pangan tersebut dan lokasi tempat tinggal. Penelitian Fatimah
Tahun 1999 menemukan rata-rata frekuensi konsumsi pangan kaya
yodium pada penduduk di desa-desa lereng gunung daerah endemis
GAKY di Pati dan Jepara 1-2 kali dalam seminggu, sedangkan frekuensi
konsumsi pangan kaya yodium di dataran rendah konsumsi ikan laut 2-4
kali dalam seminggu.
Macam dan jumlah makanan yang dikonsumsi secara individu
maupun kelompok masyarakat tertentu setiap hari dapat disebut “Pola
15
Konsumsi Makanan”. Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan
pola konsumsi di suatu daerah atau masyarat adalah:
Faktor yang berhubungan dengan ketersediaan atau pengadaan
pangan yang juga dapat dipengaruhi oleh letak geografis, iklim,
kesuburan tanah, transportasi atau distribusi, teknologi.
Faktor kebiasaan atau sosial budaya, sosial ekonomi masyarakat
setempat cukup berperan dalam memberikan gambaran pola
konsumsinya (Kardjati dalam Rusnelly, 2006)
16
DAFTAR PUSTAKA
Mutiara Kasih, Lestari dkk. 2013. Hubungan Antara Kadar Yodium Garam
Dengan Kejadian Gondok Pada Wanita Usia Subur (WUS) Di Desa
Purbosono Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. STIKES Ngudi
Waluyo.
Ritanto, Mus Joko. 2003. Faktor Risiko Kekurangan Yodium pada Anak Sekolah
Dasar di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Thesis Universitas
Diponegoro.
17