Anda di halaman 1dari 11

Tugas 2

Keahlian HSE, CSR & ASR FDP 2019-2020


Studi Kasus FDP tahun 2019/2020 adalah POD 2 untuk kegiatan di Lepas Pantai
(Offshore).

Pertanyaan 1:
WKP Perusahaan Hulu Migas (KKKS) yang akan melakukan kegiatan pengembangan
lapangan adalah di lepas pantai (Offshore). Untuk bekerja di Offshore, diperlukan training
mandatori untuk menghadapi kemungkinan timbilnya risiko dan bahaya, yang dikenal
sebagai Training of Tropical Basic Offshore Safety Induction & Emergency Training (T-
BOSIET).
a. Sebutkan ada 4 (empat) jenis training, dan
b. jelaskan kegunaan trainingnya.
Jawaban:
……………………………………….

Pertanyaan 2:
Jika Perusahaan Hulu Migas (KKKS) akan melakukan kegiatan pengembangan lapangan
lanjutan (POD 2), apakah boleh menggunakan Studi Amdal (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan) yang telah dibuat sebelumnya di dalam perencanaan POD 1? Jelaskan
alasannya.
Jawaban:
……………………………………….

Pertanyaan 3:
Hasil produksi minyak dan gas yang akan dibeli dan diterima oleh pembeli adalah di Titik
Serah (point of sales).
a. Apa makna Titik Serah tersebut?
b. Apa keterkaitan antara Titik Serah dengan lingkup studi amdal?
Jawaban:
a. Makna Titik Serah adalah tujuan terakhir dari alur migas, dimana migas
ditransportasikan ke konsumen sebagai pembeli dari hasil produksi migas.
b. Keterkaitan Titik Serah dengan Lingkup Studi Amdal adalah dalam
mentransportasikan migas ke titik serah/konsumen, perlu menggunakan perantara
yang otomatis perantara tersebut harus aman dalam arti tidak merusak lingkungan saat
ditransportasikan, sehingga dalam hal ini Titik Serah dapat dikatakan berkaitan
dengan Amdal
Pertanyaan 4:
Di dalam melakukan kegiatan operasi produksi, akan timbul limbah cair, limbah padat dan
limbah gas yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.
Jenis limbah cair apa saja yang timbul akibat kegiatan hulu Migas?
Jawaban:
- Fenol
- Amoniak
Pertanyaan 5:
Idem Pertanyaan No. 4
Jenis limbah padat apa saja yang timbul akibat kegiatan hulu Migas?
Jawaban:
……………………………………….

Pertanyaan 6:
Idem Pertanyaan No. 5
Jenis limbah gas/emisi apa saja yang timbul akibat kegiatan hulu Migas?
Jawaban:
……………………………………….

Pertanyaan 7:
Mengapa kegiatan operasi migas di lepas pantai harus mentaati Peraturan Pemerintah No. 17
Tahun 1974 Tentang Pengawasan Kegiatan Minyak dan Gas Bumi di Lepas Pantai?
Jawaban:

Karena terdapat peningakatan perkembangan pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi
di daerah lepas pantai pada masa sekarang, dianggap perlu untuk segera mengatur pengawasan
pelaksanaan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi didaerah lepas pantai dengan suatu
Peraturan Pemerintah. Selain itu untuk agar semuanya dapat berjalan dengan efektif serta
transparan, setiap kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi dapat diawasi oleh pemerintah
untuk meminimalisir masalah yang dapat terjadi.

Pertanyaan 8:
Harap Sdr rangkum tentang pencegahan & pengendalian pencemaran laut dari hasil
mempelajari Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1974 Tentang Pengawasan Kegiatan
Minyak dan Gas Bumi di Lepas Pantai.
Jawaban:
Pencegahan:
Agar tidak terjadi pemborosan dan pencemaran minyak bumi hal yang dapat diperhatikan
terlebih dahulu adalah dipergunakan instalasi dan peralatan yang memenuhi syarat  keamanan
dan keselamatan kerja serta memperhatikan pelaksanaan rencana operasi pertambangan minyak
dan gas bumi.

Pengendalian :

­   Pengusaha   dilarang   mengakibatkan   terjadinya   pencemaran   pada   air   laut,   air   sungai,
pantai dan udara dengan minyak mentah atau hasil pengolahannya, gas yang merusak, zat
yang mengandung racun, bahan radio aktif, barang yang tidak terpakai lagi serta barang
kelebihan dan lain­lain

­ Instalasi   pertambangan   harus   didirikan   sedemikian   rupa   sehingga   aman   terhadap


kekuatan angin, gelombang dan arus laut yang mungkin timbul 

­ Pengusaha   harus   taat   terhadap   peraturan   yang   telah   ditetapkan   pemerintah   mengenai
jangka waktu pelaporan apabila ingin memasang pipa dan melakukan pembongkaran.

­ Dilarang menggukan bahan peledak untuk kepentingan geofisika pada waktu tertentu,
hal­hal yang berkaitan dengan hal ini harus dilaporkan.

­ Pembakaran minyak mentah serta hasil pengolahannya, sampah dan barang yang tidak
terpakai   lagi   harus   dilakukan   pada   alat   yang   khusus   dibuat   untuk   keperluan   itu   atau
dikapal atau tongkang khusus, dipantai atau ditempat lainnya menurut peraturan yang
berlaku dengan jarak yang cukup aman dari tempat suatu kegaitan tanpa merugikan pihak
lain, sedangkan gas bumi harus dibakar. 

Pertanyaan 9:
Mengapa kegiatan dumping (pembuangan limbah ke laut) dilakukan pengawasan secara ketat
di dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.12/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2018 Tentang Tata Cara Dumping (Pembuangan) Limbah
ke Laut?
Jawaban:
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang
karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan, merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Dumping (pembuangan) limbah B3 merupakan alternative paling akhir dalam
pengelolaan limbah B3. Pembatasan jenis limbah B3 yang dapat dilakukan dumping
(pembuangan) ke laut dimaksudkan untuk elindungi ekosistem layt serta menghindari terjadinya
pencemaran lingkungan hidup dan perusakan lingkungan hidup di laut karena air laut merupakan
media yang mudah dan cepat menyebarkn polutan dan/atau zat pencemar. Dumping
(pembuangan) limbah B3 ke laut hanya dapat dilakukan jika limbah B3 yang dihasilkan dari
kegiatan di laut tidak dapat dilakukan pengelolaan di darat berdasarkan pertimbangan lingkungan
hidup, teknis, dan ekonomi.
Pertanyaan 10:
Harap Sdr rangkum hasil mempelajari Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
No. P.12/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2018 Tentang Tata Cara Dumping (Pembuangan)
Limbah ke Laut, khususnya limbah cair.
Jawaban:

Dumping (Pembuangan) Limbah ke Laut adalah kegiatan membuang, menempatkan,


dan/atau memasukkan limbah dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi
tertentu dengan persyaratan tertentu ke laut.
Limbah yang dapat dilakukan Dumping (pembuangan) ke laut meliputi Limbah B3 dan
Limbah nonB3. Limbah B3 bersumber dari kegiatan pertambangan mineral berupa tailing,
eksplorasi dan/atau eksploitasi minyak dan gas bumi di laut berupa serbuk bor dari pemboran
yang menggunakan lumpur bor berbahan dasar sintetis (synthetic based mud). Limbah nonB3
bersumber dari kegiatan eksplorasi dan/atau eksploitasi minyak dan gas bumi di laut, berupa
serbuk bor dari pemboran yang menggunakan lumpur bor berbahan dasar air (water based mud)
dan limbah lumpur bor dari pemboran yang menggunakan lumpur bor berbahan dasar air (water
based mud).
Setiap orang yang melakukan Dumping (Pembuangan) Limbah ke laut harus memenuhi
ketentuan:
a. persyaratan Limbah sebelum dilakukan Dumping (Pembuangan) Limbah ke laut;
b. persyaratan lokasi Dumping (Pembuangan) Limbah ke laut;
c. tata cara Dumping (Pembuangan) Limbah ke laut; dan
d. pemantauan lingkungan.
Limbah sebelum dilakukan Dumping (Pembuangan) ke laut wajib dilakukan netralisasi
atau penurunan kadar racun. Terhadap Limbah yang telah dilakukan netralisasi atau penurunan
kadar racun dilakukan uji:
a. total konsentrasi zat pencemar, toksikologi LC50, dan teratogenisitas, untuk Limbah
B3 berupa tailing; dan
b. total konsentrasi zat pencemar, toksikologi LC50, dan kandungan hidrokarbon, untuk:
Limbah B3 dan Limbah nonB3.
Lokasi dumping (pembuangan) limbah ke laut harus memenuhi persyaratan :
a. terletak di dasar laut pada laut yang memiliki lapisan termoklin permanen
b. tidak berada di lokasi tertentu atau di daerah
sensitive
c. rona awal kualitas air laut harus memenuhi baku
mutu air laut sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pertanyaan 11:
UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi mengatur tentang kegiatan tata kelola
minyak dan gas bumi di Indonesia. Selain mengatur hal-hal teknis operasional (good
engineering practices) minyak dan gas bumi, apakah mengatur juga memperhatikan tentang
aspek HSE, CSR & ASR?
Jawaban:
……………………………………….

Pertanyaan 12:
Menunjuk Pertanyaan 11, aspek HSE seperti apa yang diatur? Jalaskan pasal-pasalnya.
Jawaban:
……………………………………….

Pertanyaan 13:
Menunjuk Pertanyaan 11, aspek CSR seperti apa yang diatur? Jalaskan pasal-pasalnya.
Jawaban:
……………………………………….

Pertanyaan 14:
Menunjuk Pertanyaan 11, aspek ASR seperti apa yang diatur? Jalaskan pasal-pasalnya.
Jawaban:
……………………………………….

Pertanyaan 15:
Apa pengertian Abandonment & Site Restoration

(ASR)? Apa saja tahapan kegiatannya? Jawaban:


……………………………………….
Pertanyaan 16:
Apakah pengertian Abandonment & Site Restoration (ASR) sama dengan Decommisioning?
a. Apa pengertian Abandonment & Site Restoration (ASR)
b. Apa pengertian Decommisioning?
c. Bila ya sama, apa persamaannya?
d. Bila berbeda, apa perbedaannya?
Jawaban:
……………………………………….

Pertanyaan 17:
Apakah pengertian Corporate Social Responsibility sama dengan Community Development?
a. Apa pengertian Corporate Social Responsibility?
b. Apa pengertian Community Development?
c. Bila ya sama, apa persamaannya?
d. Bila berbeda, apa perbedaannya?
Jawaban:
……………………………………….

Pertanyaan 18:
a. Pengembangan masyarakat di suatu daerah adalah tanggung jawab Pemerintah Daerah
atau Perusahaan yang beroperasi di daerah setempat?
b. Mengapa Perusahaan yang beroperasi di suatu daerah melakukan CSR/CD?
Jawaban:
……………………………………….

Pertanyaan 19:
Apa sebutan Program CSR di Chevron Pacific Indonesia?
Sebutkan 5 (lima) bidang CSR yang dilakukan oleh Chevron Pacific Indonesia?
Jawaban:
……………………………………….

Pertanyaan 20:
Sebutan 4 (empat) Agenda Global yang dicanangkan oleh PBB tahun 2015-2030 terdiri dari 17
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals)?
Jawaban:
……………………………………….
Lampiran:
1. UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi.
2. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1974 Tentang Pengawasan Kegiatan Minyak dan Gas
Bumi di Lepas Pantai
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.38/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2019 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan
Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.12/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2018 Tentang Tata Cara Dumping (Pembuangan)
Limbah ke Laut,

Anda mungkin juga menyukai