KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Selain itu, terima kasih
kami ucapkan kepada Tim Dosen Blok DSP 4 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran yang telah memberikan arahan kepada kami dalam memperoleh data yang
kami butuhkan.
Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan mengenai mata kuliah DSP
4, khususnya tentang dental karies dan gingivitis. Selain itu makalah ini diajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah DSP 4 yang diberikan oleh Tim Dosen Blok DSP 4
Data diperoleh dari buku Burket’s Oral Medicine, Clinical Periodontology, dan
beberapa referensi buku lainnya yang telah mendukung keabsahan makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
Tutor 2
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................2
BAB I..............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................................5
BAB III..........................................................................................................................................70
KASUS..........................................................................................................................................70
BAB IV.........................................................................................................................................71
PEMBAHASAN.............................................................................................................................71
BAB V..........................................................................................................................................73
KESIMPULAN...............................................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................74
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karies dan gingivitis merupakan masalah gigi dan mulut yang banyak
bahwa 90% anak mengalami karies dan 80% menderita gingivitis. Karies gigi atau
gigi berlubang adalah kerusakan struktur gigi sehingga terbentuknya lubang pada
gigi. Gingivitis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plak yang
Apabila tidak ditangani segera, penyakit ini lama kelamaan dapat menimbulkan
nyeri, rasa sakit, dan kehilangan gigi bahkan menjadi pemicu timbulnya berbagai
penyakit berbahaya.
Dengan demikian, kami perlu lebih mengetahui tentang apa saja hal-hal yang
harus diketahui mengenai karies dan gingivitis yang dialami oleh pasien di dalam
kasus ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dengan penggunaan etsa HCL untuk mengerosi permukaan lesi agar porositas lesi
terpapar. Langkah ini dilanjutkan dengan proses infiltrasi lesi tersebut menggunakan
unfilled low viscosity ligthcured resin material. Metode perawatan micro-invasive
ini menghasilkan barrier diffusion tidak hanya pada permukaan, tapi juga di dalam
jaringan keras gigi yang akan menstabilkan dan menghentikan proses perjalanan
karies.
Lesi karies smooth surface terjadi pada permukaan yang halus pada mahkota gigi
yaitu pada daerah-daerah yang sulit untuk terkena pembersihan alami dari lidah, pipi,
dan bibir. Area ini mencakup permukaan proksimal dari gigi yaitu hanya dari cervical ke
kontak proksimal dan wajah serta permukaan lingual yaitu hanya dari cervical ke puncak
lekukan mahkota (sepertiga ginggiva mahkota). Root surface caries adalah tipe lain dari
karies smooth surface yang terjadi pada sementum, banyak ditemukan pada pasien
dengan penyakit periodontium, pasien dengan kekurangan aliran saliva. Tipe keries ini
melembutkan, proses destruktif yang tidak membutuhkan sebuah restorasi jika hanya
ada pengaruh yang minimal. Perawatan pada karies ini bisa dengan memoles akar,
menggunakan flouride dan menjaga akar bersih.
8
Lesi kelas I terjadi pada pit dan fissure enamel. Analisis visual yang hati-
hati dimana bersih, kering, dan pencahayaan yang baik dapat memperlihatkan
karies tipe ini sebagai pit fissure yang dikelilingi enamel dimana terlihat pucat
dan lebih opak (kurang translusen) dibandingkan dengan enamel berdekatan.
Lesi kelas I sering tidak terdeteksi pada radiograf sampai ini cukup dalam ke
dentin karena lesi ini dilapiskan diantara permukaan buccal yang tebal dan
permukaan lingual dari enamel.
Lesi kelas III adalah lesi smooth surface yang berlokasi pada permukaan
proksimal dari gigi anterior, dimulai dari cervix ke kontak proksimal, tetapi tidak
berhubungan dengan sudut incisal gigi. Permulaan lesi kelas III dapat dideteksi
klinis secara hati-hati memaparkan enamel dari sisi fasial dan lingual dimana
terdapat perubahan translusensi dari cerviks ke kontak proksimal. Enamel dapat
terlihat sedikit lebih gelap dan lebih opak daripada enamel sekitarnya. Perubahan
ini terlihat jelas saat sumber cahaya (seperti fiber optics) ditempatkan lingual
terhadap proksimal enamel dari gigi, mengungkapkan perubahan translusensi
dari sisi fasial. Metode deteksi klinis ini dinamakan transillumination. Radiograf
periapikal dari gigi anterior dapat digunakan untuk mendeteksi lesi kelas III.
11
Kelas 4, 5, 6
a. Karies akut yaitu karies yang berkembang dan memburuk dengan cepat. Kadang-
kadang dapat dijumpai pada pulpa yang sudah terbuka. Dapat berupa kavitas
yang undermind dimana pada permukaan gigi, pit/fissure lesi kariesnya kecil,
sedangkan dalam dentin karies sudah meluas. Karies akut sering dijumpai pada
anak-anak dan remaja, dimana dentinal tubulae masih meluas dan terbuka.
Konsistensi lunak (caries humida).
b. Karies kronis, proses karies berjalan lambat dengan dengan penampakan warna
kecoklatan sampai hitam. Karies ini tidak memberi gangguan pada penderita.
Pada permukaan karies dijumpai nekrotik dentin lunak, dibawahnya terdapat
sekunder dentin yang keras dan warnanya coklat tua. Sering dijumpai pada orang
dewasa. Konsistensi keras dan kering (caries sicca).
c. Karies terhenti (Arrested Caries), dimana karies terhenti secara menyeluruh, lesi
karies tidak berkembang, dapat disebabkan oleh perubahan lingkungan. Dentin
menjadi sangat keras dan secara klinis kadang-kadang sukar dibedakan dengan
karies kronis. Arrested caries dapat terjadi pada karies yang awal setelah karies
control yang efektif.
kelas IV ni, tetapi dapat berguna untuk menentukan kedalaman lesi relatif
terhadap proksimal rongga pulpa.
terhadap karies daripada enamel. Hasilnya adalah karies akar, sebuah kondisi
yang terjadi lebih sering pada populasi kita.
a. Karies akut yaitu karies yang berkembang dan memburuk dengan cepat. Kadang-
kadang dapat dijumpai pada pulpa yang sudah terbuka. Dapat berupa kavitas
yang undermind dimana pada permukaan gigi, pit/fissure lesi kariesnya kecil,
sedangkan dalam dentin karies sudah meluas. Karies akut sering dijumpai pada
anak-anak dan remaja, dimana dentinal tubulae masih meluas dan terbuka.
Konsistensi lunak (caries humida).
b. Karies kronis, proses karies berjalan lambat dengan dengan penampakan warna
kecoklatan sampai hitam. Karies ini tidak memberi gangguan pada penderita.
Pada permukaan karies dijumpai nekrotik dentin lunak, dibawahnya terdapat
sekunder dentin yang keras dan warnanya coklat tua. Sering dijumpai pada orang
dewasa. Konsistensi keras dan kering (caries sicca).
c. Karies terhenti (Arrested Caries), dimana karies terhenti secara menyeluruh, lesi
karies tidak berkembang, dapat disebabkan oleh perubahan lingkungan. Dentin
menjadi sangat keras dan secara klinis kadang-kadang sukar dibedakan dengan
karies kronis. Arrested caries dapat terjadi pada karies yang awal setelah karies
control yang efektif.
14
banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak
mempunyai karies gigi.
4. Waktu
Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang mejadi suatu kavitas
cukup bervariasi diperkirakan 6-48 bulan.
Faktor predisposisi :
1. Hipoplasia enamel
2. Penyakit sistemik
3. Pengaruh obat-obatan
4. Makanan kurang bereserat
5. Kebiasaan buruk
6. Penggunaan tembakau
7. Defisiensi vitamin
Karies gigi dihasilkan dari proses dynamic dari demineralisasi dan remineralisasi
dari sebuah gigi. Keseimbangan antara demineralisasi dan remineralisai merupakan
ilustrasi dari faktor patologi dan factor protektif. Terlalu banyak demineralisai pada
enamel akan megahsilkan cavitasi pada permukaan enamel. Demineralisasi dari fase
16
inorganic dan denaturasi serta degradasi dari fase organic akan menghasilkan cavitasi
pada dentin.
Lesi karies gigi akan berkembangjika biofilm mulut ibiarkan menjadi matang
(menjadi kariogenik)danbertahanpada gigi dalam waktu yang lama. Jika kavitas
dibiarkan terus berkembang, daerah tersebut menjadi habitat sehingga organism dalam
biofilm berangsur—angsur beradaptasi terhadap penurunan pH. Lubang gigi merupakan
tempat perlindungan bagibiofilm, dan selama pasien tidak bisa membersihkan daerah
ini, proses karies gigi akan terus berjalan. Karies gigi pada email awalnya terlihat
sebagai lesi white spot, yaitu daerah kecil di bawah permukaan gigi yang mengalami
demineralisasi yang terjadi di bawah biofilm gigi.
1. Teori Asam
Asam diproduksi oleh plak yang dihasilkan oleh bakteri di dalam demineralisasi
enamel
2. Teori Proteolysis-chealation
Demineralisai enamel dapat terjadi tanpa asam
3. Teori proteolytic
Karies diawal oleh enzim proteolitic
4. Teori phosphoprotein
Bakteri plak diproduksi enzim-enzim yang mampu untuk melepaskan phosphate
dari phosphoprotein
Adanya white spot leesion di permukaan gigi yang lama-kelamaan dapat berubah
menjadi kavitas pada gigi
Paseian dapat merasakan adanya kavitas dengan sentuhan lidah
Nyeri
Jika karies sudah mencapai dentin, kadang-kadang tidak menimbulkan nyeri,
hanya akan terasa jika makanan memasuki kavitas
Jika karies sudah mencapai pulpa maka akan terasa sangat nyeri, biasanya
menimbulkan pulpitis
Pada pulpitis kronis bisa tidak menimbulkan gejala atau hanya gejala ringan
Jika sudah pulpitis akut akan terasa sangat nyeri, seringa dipicu oleh rangsang
panas atau dingin. Nyeri tidak bisa dirasakan dengan tepat pada gigi yang mana.
Jenis Karies
Merupakan aktif karies, yaitu karies yang berkembang dan memburuk dengan
cepat. Ditandai dengan dentin yang basah, berwarna kuning atau coklat muda. Karies
dapat diambil lapis demi lapis dengan ekskavator. Mengenai beberapa gigi termasuk gigi
yang biasanya bebas karies Karies akut ini ditandai dengan rasa ngilu yang berat, tumpul
dan lama. Rasa ini sering datang pada saat akan tidur. Rasa ngilu datang tanpa adanya
rangsangan sebelumnya.
Pada karies akut, terkadang obat-obatan penghilang rasa ngilu sudah tidak
berfungsi lagi. Rampan karies terjadi karena ketidakseimbangan mineralisasi dalam
waktu lama di dalam rongga mulut diakibatkan peningkatan konsumsi karbohidrat atau
mungkin karena berkurangnya fluoride. Konsentrasi asam yang tinggi dapat cepat
menyebabkan demineralisasi dan menyebabkan karies.
2. Karies Kronis
Merupakan inaktif karies, yaitu karies yang berkembang dan memburuk dengan
lambat. Ditandai dengan dentin berwarna coklat tua sampai dengan hitam. Karies dapat
18
diambil dengan cara bor. Karies ini dicirikan dengan rasa ngilu yang ringan, tajam dan
singkat. Ngilu terasa akibat adanya rangsangan panas atau dingin, manis atau terkena
makanan.
Setelah rangsangan hilang maka rasa ngilu pun akan hilang dengan sendirinya.
Karena efek ngilunya hanya kecil, para penderita karies kronis terkadang tidak terlalu
ambil pusing. Padahal jika tidak segera mendapatkan perawatan oleh dokter gigi, maka
akan meningkat menjadi gejala akut.
3. Arrested Karies
Yaitu karies yang terhenti. Dimana lesi yang terjadi dalam kurun waktu yang
lama tidak berubah atau berkembang. Dijumpai jika lingkungan oral berubah dari yang
memungkinkan timbul karies menjadi keadaan yang cenderung menghentikan karies.
1. Rampant Caries
Menurut Kamus Kedokteran Gigi, rampant caries yaitu suatu tipe karies yang
timbul secara tiba-tiba dan menyebar dengan cepat. Ada banyak faktor yang
menyebabkan karies jenis ini, diantaranya yaitu oral hygiene yang kurang baik,
gangguan emosional, kurangnya saliva, dan kurangnya nutrisi.
Oral hygiene yang kurang baik merupakan faktor penyebab paling sering dari
rampant caries ini. Kebersihan rongga mulut sangat penting agar jumlah bakteri yang
ada di rongga mulut tidak berlebih karena bisa menyebabkan karies. Menjaga kebersihan
rongga mulut harus dilakukan oleh setiap orang agar bisa mencegah adanya infeksi
seperti karies ini.
19
Sedikitnya jumlah saliva yang ada di mulut bisa menyebabkan karies. Saliva
memiliki kemampuan mengatur ph di rongga mulut agar tetap normal. Karena saat ph
saliva menjadi asam maka akan terjadi demineralisasi yang bisa menyebabkan lesi pada
gigi.
Baby bottle caries yaitu karies yang disebabkan oleh penggunaan botol
susu yang berkepanjangan. Hal ini biasanya terjadi pada saat bayi menggunakan
botol susu saat akan tidur sehingga saat bayi tertidur masih ada genangan susu di
dalam mulutnya untuk jangka waktu yang cukup lama. Baby bottle caries ini
biasanya terjadi pada anak usia 2 hingga 4 tahun.
Tahap awal dari baby bottle caries ini meliputi gigi anterior rahang atas,
kemudian ke gigi posterior rahang atas dan rahang bawah, dan menyebar ke gigi
caninus rahang bawah. Babby bottle caries jarang terjadi pada gigi incisivus
rahang bawah karena terlindung oleh lidah pada saat bayi menggunakan botol
susunya.
20
Gambaran klinis dari baby bottle caries ini yaitu terlihat bercak putih atau
coklat tua pada bagian serviks dari incisivus yang dapat berkembang sehingga
bisa menyebabkan fraktur.
C. Karies Gigi Menurut Kedalamannya (Djuita, 1983).
1. Karies Superfisialis yaitu kedalaman karies baru mengenai email saja
(sampai dentino enamel junction), sedangkan dentin belum terkena.
2. Karies Media yaitu karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi
setengah dentin.
3. Karies Profunda yaitu karies yang sudah mengenai lebih dari setengah dentin
dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.
Perawatan mulut
Perawatan mulut dilakukan dengan mempraktekkan instruksi berikut :
1) Sikatlah gigi sekurang – kurangnya dua kali sehari pada waktu – waktu
yang tepat yaitu waktu sesudah makan, sebelum tidur, ditambah dengan
sesudah bangun tidur.
2) Pilihlah sikat gigi yang berbulu halus, permukaan datar dan kepala sikat
kecil.
3) Gunakan dental gloss (benang gigi) sedikinya satu kali sehari.
4) Gunakan pencuci mulut anti plak yang mengandung antibiotic
(vancomycin), enzim (destronase) dan antiseptik (chlor hexidine 0,1 %).
5) Untuk anak yang masih kecil dan belum dapat menggunakan sikat gigi
dengan benar, dapat digunakan kain pembersih yang tidak terlalu tipis untuk
membersihkan bagian depan dan belakang gigi, gusi serta lidah. Cara
mempergunakan yaitu dengan melilitkan pada jari kemudian digosokkan
pada gigi.
6) Kunjungi dokter gigi sedikitnya 6 bulan sekali atau bila mengalami
pengelupasan gigi, luka oral yang menetap lebih dari dua minggu atau sikat
gigi.
21
Diet
Karies dapat dicegah dengan menurunkan jumlah gula dalam makanan
yang dikonsumsi. Hindari kebiasaan makan makanan yang merusak gigi
(permen, coklat dan lain sebagainya) dan membiasakan mengkonsumsi
makanan yang menyehatkan gigi (buah dan sayur).
Flouridasi
Flouridasi dilakukan dengan memungkinkan dokter gigi memberikan sel
dental pada gigi, menambahkan floiuride pada suplai air minum dirumah,
penggunaan pasta gigi yang mengandung floiuride atau menggunakan tablet,
tetesan atau hisap natrium floiuride. Karies gigi dapat dihindari/dicegah
apabila anak melakukan perawatan gigi dengan benar setelah mengkonsumsi
makanan kariogenik.
Pencegahan karies :
a. Pencegahan primer
1. Tahap pre patogenitas
Upaya :
- Meningkatkan kesehatan (health promotion) : menyikat
gigi minimal 2x sehari, cara menyikat gigi yang baik dan benar.
- Menggunakan benang gigi
b. Pencegahan sekunder
Menghambat atau mencegah panyakit agar tidak berkembang atau kambuh lagi
dengan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat. Contoh : menambal pada lesi
karies yang kecil dapat mencegah kehilangan struktur gigi yang luas.
c. Pencegahan tersier
Pelayanan ditujukan terhadap akhir dari pathogenesis penyakit, mencegah
kehilangan fungsi. Contoh : implan, gigi tiruan.
Perawatan ini dapat dilakukan pada gigi sulung dan gigi permanen muda
yang kariesnya telah luas dan sangat dekat dengan pulpa. Tujuannya adalah
untuk membuang lesi dan melindungi pulpanya sehingga jaringan pulpa dapat
melaksanakan perbaikannya sendiri dengan membuat dentin sekunder. Dengan
demikian terbukanya jaringan pulpa dapat terhindarkan.
Indikasi :
• Lesi dalam dan tanpa gejala yang secara radiografik sangat dekat ke pulpa
tetapi tidak mengenai pulpa.
•Pulpa masih vital.
• Bisa dilakukan pada gigi sulung dan atau gigi permanen muda.
Kontra Indikasi :
• Nyeri spontan – nyeri pada malam hari.
• Pembengkakan.
• Fistula.
• Peka terhadap perkusi.
• Gigi goyang secara patologik.
• Resorpsi akar eksterna.
• Resorpsi akar interna.
• Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.
• Kalsifikasi jaringan pulpa.
• Ekscavator
Fungsinya :
a) Untuk membuang sisa-sisa akhir dari debris
b) Untuk membuang jaringan gigi yang lunak/karies
• Hachet email atau pahat
• Pinset berkerat
Fungsinya :
a) Untuk menjepit kapas dan gulungan kapas
• Plastis filling instrument
Fungsinya :
a) Untuk memasukkan, memanipulasi dan membentuk bahan tumpatan plastis
b) Aplikasi semen
c) Untuk mengurangi kelebihan bahan
• Alat pengaduk semen
Fungsinya :
a) Untuk memanipulasi bahan tumpatan
• Stopper cement
Fungsinya :
a) Untuk menempatkan atau memampatkan bahan basis/semen
Faktor keberhasilan
Faktor kegagalan
Indikasi :
• Gigi sulung dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis dengan besar tidak
lebih dari 1mm persegi dan di kelilingi oleh dentin bersih serta tidak ada
gejala.
• Gigi permanen dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis atau karena
karies dan lebarnya tidak lebih dari 1 mm persegi dan tidak ada gejala.
• Pulpa masih vital.
• Hanya berhasil pada pasien di bawah usia 30 tahun, misalnya pulpa
terpotong oleh bur pada waktu preparasi kavitas dan tidak terdapat invasi
bakteri maupun kontaminasi saliva.
Kontraindikasi
• Nyeri spontan – nyeri pada malam hari.
• Pembengkakan.
• Fistula.
26
e) Aplikasi semen
f) Untuk mengurangi kelebihan bahan
6. Alat pengaduk semen
Fungsinya :
b) Untuk memanipulasi bahan tumpatan
7. Stopper cement
Fungsinya :
b) Untuk menempatkan atau memampatkan bahan basis/semen
Bila perawatan ini berhasil maka vitalitas dari gigi dengan pulpa
terbuka dapat dipertahankan. Kondisi ini sangat tergantung pada diagnosis
yang tepat sebelum perawatan, tidak ada bakteri yang mencapai pulpa dan
tidak ada tekanan pada daerah pulpa yang terbuka.
Keberhasilan perawatan pulp capping direct, ditandai dengan hilangnya rasa
sakit, serta reaksi sensitive terhadap rangsang panas atau dingin yang
dilakukan pada pemeriksaan subjektif setelah perawatan. Kemudian pada
pemeriksaan objektif ditandai dengan pulpa yang tinggal akan tetap vital,
terbentuknya jembatan dentin yang dapat dilihat dari gambaran radiografi
pulpa, berlanjutnya pertumbuhan akar dan penutupan apikal.
Kegagalan perawatan
Perdarahan yang terjadi dapat berperan sebagai penghalang sehingga
tidak terjadi kontak antara bahan kalsium hidroksida dengan jaringan pulpa.
Hal ini menyebabkan proses penyembuhan pulpa terhambat.
Kegagalan perawatan ditandai dengan pemeriksaan subjektif yaitu timbulnya
keluhan, misalnya gigi sensitive terhadap rangsang panas dan dingin atau
gejala lain yang tidak diinginkan. Kemudian pada pemeriksaan objektif
28
tidak begitu nyata terlihat sampai beberapa waktu kemudian. Demikian pula,
sifat optimal semen gigi, khususnya semen polikarboksilat sangat dipengaruhi
oleh kebersihan permukaan preparasi pada waktu penambalan.
4. Menempatkan Subbase :
• Ca(OH)2
Base (basis) adalah bahan yang digunakan dalam bentuk yang relative
tebal untuk menggantikan dentin yang sudah rusak dan untuk melindungi
pulpa dari iritasi kimia dan fisik. (Eccles & Greene, 1994 : 78).
6. Penumpatan sementara
Keutuhan struktur berperan amat penting dalam mempertahankan seal
hermetik yang baik di atas pulpa. Penempatan restorasi sementara yang stabil
tanpa mengganggu bagian oklusal dan periodontal gigi tidak selalu mudah
dicapai. Restorasi sementara harus protektif, rapat, dan bagus estetik serta
fungsinya.
Tujuan restorasi sementara :
• Menutupi dentin yang terbuka dan mencegah kerusakan pulpa dan sakit
atau ketidaknyamanan bagi pasien. Jadi semen sementara juga harus non-
iritasi sehingga menjaga kenyamanan pasien selama periode waktu yang
singkat.
• Mencegah kontaminasi kavitas dari saliva dan benda asing lainnya.
• Mencegah pergerakan gigi atau gigi-gigi sekitarnya baik ke lateral, dengan
cara merestorasi titik kontak, atau ke oklusal dengan merestorasi stop sentrik.
31
Tes termal digunakan untuk melihat apakah gigi masih dalam keadaan
vital atau tidak. Rangsangan yang menyebabkan ekspansi pulpa panas dapat
diperoleh dari guta perca yang dipanaskan. Lokasi yang diperiksa adalah
daerah servikal gigi, karena tubuli dentin lebih banyak dan lapisan enamel
lebih tipis sehingga rangsangan mudah dihantarkan. Bila timbul reaksi nyeri
nyeri hebat akibat tes termal, maka dapat dikurangi dengan melakukan tes
termal yang berlawanan.
c. Perkusi
d. Druk
Gingivitis adalah keadaan gingiva yang mengalami inflamasi. Gingivitis dibagi menjadi
gingivitis akut dan kronis.
Gingivitis akut : peradangan gusi yang muncul secara tiba-tiba , disertai rasa
sakit yang hebat, dan dalam waktu yang singkat.
Gingivitis kronis : inflamasi non spesifik di marginal gingiva yang diakibatkan
adanya serangan dari bakteri pada host saat dental plak berakumulasi di celah
gusi.
33
Pendarahan akut. Pendarahan gingiva akut dapat disebabkan oleh jejas atau
terjadi dengan spontan pada penyakit gingival akut. Luka pada gingival yang
diakibatkan oleh bulu sikat gigi selama penyikatan gigi yang terlalu keras atau oleh
potongan tajam dari makanan keras, dapat menyebabkan pendarahan gingiva.
35
Pendarahan spontan atau pendarahan ringan dapat terjadi pada gingivitis ulseratif
nekrotik. Pembuluh darah pada jaringan konektif inflamasi terekspose oleh ulserasi
epithelium permukaan nekrotik.
jaringan yang terinflamasi. Vena stasis akan menambahkan warna menjadi agak
kebiruan, yang asalnya merah terang, warna tersebut berubah menjadi agak kebiruan dan
biru gelap dengan peningkatan kekronisan dari proses inflamasi. Perubahan dimulai dari
papila interdental, tepi gingival, dan juga attached gingiva. Diagnosis dan perawatan
yang tepat memerlukan pemahaman perubahan jaringan yang merubah warna gusi pada
tingkatan klinis.
Pada tepi gingiva akan terlihat kecil, bentuk seperti bulan sabit, dan berwarna
merah. Hal tersebut akan terjadi pada satu waktu melengkapi trauma dari oklusi, tetapi
sekarang telah diketahui bahwa lesi inflamasi kronis disebabkan oleh iritan lokal.
Perubahan warna sesuai dengan intensitas inflamasi. Pada semua hal, diawali
dengan adanya erithema merah terang. Jika kondisinya tidak memburuk, maka hanya
ada perubahan warna sampai gingiva kembali normal. Pada beberapa inflamasi akut,
warna merah berubah menjadi abu-abu berkilau dan berangsur-angsur menjadi abu-abu
agak keputihan. Warna abu-abu dihasilkan oleh nekrosis jaringan, dibatasi dengan
perbatasan gingiva oleh daerah tipis sehingga menegaskan daerah erithema.
Bismuth, arsenic, dan mercury menghasilkan garis hitam pada gingiva yang
mengikuti garis luar tepi. Pigmentasi dapat juga terlihat seperti bintik hitam pada tepi,
interdental, dan attached gingiva. Warna lebam dihasilkan pada pigmentasi garis tepi
gingiva berwarna merah atau biru gelap. Terpapar oleh perak dapat mrngakibatkan garis
tepi berwarna ungu, sering juga diikuti dengan warna abu-abu yang meyebar di mukosa
oral.
Pigmentasi oral dapat terjadi karena melanin dan bilirubin. Pigmentasi oral
melanin dapat menjadi pigmentasi fisiologi normal. Penyakit yang dapat meningkatkan
pigmentasi melanin, termasuk penyakit Addison yang disebabkan oleh disfungsi adrenal
dan memproduksi potongan-potongan pewarna yang merubah dari hitam menjadi
38
Kulit dan membran mukosa dapat di nodai oleh pigmen empedu. Penyakit
kuning dapat dideteksi paling baik dengan pemeriksan sclera, tetapi di mukosa oral
dapat ditemukan warna kekuning-kuningan. Deposisi zat besi pada hemokromatosis
dapat memproduksi warna abu-abu kehijauan pada mukosa oral. Beberapa endokrin dan
kekacauan proses metabolisme, termasuk diabetes dan kehamilan, dapat menghasikan
perubahan warna.
osteoid. Crystalline foreign bodies juga terdapat di gingiva namun asalnya belum dapat
ditentukan.
Dalam inflamasi kronik permukaan pada gusi juga serupa halusnya, mengkilap,
padat dan bernodul, tergantung apakah perubahan dominan nya ber eksudat atau
berfibrosis. Tekstur permukaan halus juga dihasilkan oleh atropi epitel dalam atropi gusi,
dan kupasan kulit pada permukaan terjadi dalam ginggivitis desquamative kronis.
Hiperkeratosis dihasilkan pada susunan kulit, dan non-inflamasi hperplasia gingival
menghasilkan permukaan nodular
erosi, ulserasi, dan disertai dengan eritem. Pada kasus kronik, kerusakan permanen pada
gingiva biasanya berbentuk resesi gingiva. Biasanya, lesi terbatas pada suatu tempat dan
kurangnya gejala-gejala pada kondisi sistemik yang mungkin memperlihatkan erosi atau
ulserasi lesi oral.
Terdapat dua jenis resesi: Visible, yang secara klinis bisa terlihat, dan Hidden
(tersembunyi), yang tertutupi oleh gingiva dan hanya bisa diukur dengan memasukkan
sebuah alat pada bagian yang berepitel. Sebagai contoh, penyakit periodontal pada akar
yang tertutup oleh dinding pocket yang inflamasi; dengan demikian beberapa dari resesi
ini tersembunyi, dan beberapa diantaranya terlihat.
Resesi merujuk pada lokasi gingiva, bukan pada kondisinya. Gingiva yang
menyusut selalu mengalami inflamasi, tapi mungkin normal, kecuali untuk posisinya.
Resesi bisa terdapat pada salah satu gigi atau suatu kelompok gigi atau dapat secara
umum pada keseluruhan mulut.
Etiologi Resesi. Resesi gingiva meningkat seiring usia; peristiwa ini bervariasi
dari 8% pada anak-anak sampai 100% setelah usia 50 tahun. Hal ini membuat beberapa
peneliti berasumsi bahwa resesi merupakan sebuah proses fisiologis yang berkaitan
dengan usia. Namun, bukti yang meyakinkan untuk bagian physiologic pada perlekatan
gingiva tidak pernah ada. Pergantian bagian apikal sedikit demi sedikit mungkin akan
menghasilkan efek kumulatif keterlibatan dari patologik ringan dan/atau trauma
41
langsung minor berulang pada gingiva. Pada beberapa populasi tanpa fasilitas dental
care, bagaimanapun resesi mungkin menyebakan meningkatnya penyakit periodontal.
Faktor-faktor berikut ini memiliki implikasi pada etiologi resesi gingival : teknik
menyikat gigi yang salah (abrasi gingiva), malposisi gigi, pergeseran dari jaringan lunak
(ablasi gingiva), peradangan gingiva, pelekatan frenum yang abnormal, dan iatrogenic
dentistry. Trauma oklusi juga telah diungkapkan, tapi mekanisme dari tindakan ini tidak
pernah ditunjukkan. Sebagai contoh, deep overbite berhubungan dengan inflamasi
gingiva dan resesi. Incisal overlap yang berlebihan dapat menyebakan traumatic injury
pada gingiva. Pergerakan orthodontik pada arah yang berhubungan dengan bibir telah
ditunjukkan pada monyet yang menghasilkan hilangnya tulang marginal dan pelekatan
jaringan ikat, sebagaimana dengan resesi gingiva.
Standar prosedur kebersihan mulut, diantaranya menyikat gigi dan flossing, yang
dapat meminimalisir gingival injury. Walaupun menyikat gigi sangat penting untuk
kesehatan gingiva, menyikat gigi dengan teknik yang salah atau menyikat terlalu keras
bisa menyebabkan injury. Tipe dari injury ini diantaranya, laserasi, abrasi, keratosis, dan
resesi, dengan bagian marginal gingiva yang sering terjangkit. Maka, pada kasus ini,
resesi cenderung jarang pada pasien dengan gingiva yang sehat secara klinis, sedikit
bakteri plak, dan kebersihan mulut yang baik.
Kerentanan pada resesi dipengaruhi oleh posisi gigi pada bagian lengkungan,
sudut tulang akar, dan lengkungan mesiodistal pada permukaan gigi. Pada arah berputar,
miring atau gigi yang digantikan yang berhubungan dengan muka, pelat tulang bisa
menipis atau berkurang secara berat. Tekanan dari kunyahan atau menyikat gigi secara
bisa menjauhkan gingiva yang tidak mendukung dan menghasilkan resesi. Efek dari
sudut akar pada tulang dalam resesi selalu diamati dengan adanya wilayah geraham
maxillary. Jika inklinasi lingual dari palatal root menonjol atau akar buccal melebar,
maka tulang pada wilayah servikal akan menipis atau memendek, dan resesi dihasilkan
dari trauma pada marginal gingiva yang tipis.
42
Plaque
44
Akumulasi bacterial plaque pada gigi, yang memancing terjadinya respon imun, yang
lama kelamaan akan menyebabkan destruksi jaringan gingival, dan komplikasi ,
termasuk diantaranya hilangnya gigi.
Dental plaque adalah biofilm yang terakumulasi secara alami pada gigi. Biasanya
membentuk koloni bakteri yang menempel pada permukaan gigi.
1. Maloklusi dan tidak digantinya gigi yang hilang - Pencabutan gigi yang tidak
disetai penggantian dengan gigi tiruan dapat menimbulkan serangkaian
perubahan yang menimbulkan dampak bagi periodonsium. Apabila gigi molar
pertama dicabut, perubahan awal yang terjadi adalah drifting ( bergesernya) dan
tilting (miring) gigi molar kedua dan ketiga mandibula, dan ekstrusinya molar
pertama maksila. Tilting gigi posterior juga menyebabkan berkurangnya dimensi
vertical dan bertambahnya overbite anterior. Gigi anterior mandibula meluncur
pada gingival sepanjang permukaan oral gigi anterior maksila dengan akibat
posisi mandibula bergeser ke distal. Selain itu, terjadi impaksi makanan dan
pembentukan saku pada gigi anterior. Drifting premolar kedua mandibula ke
distal menyebabkan terjadinya impaksi makanan.
Gigi-geligi yang tidak teratur menyebabkan control plak sukar bahkan tidak
mungkin dilakukan. Resesi gingival bias terjadi pada gigi labioversi. Disharmoni
oklusal yang disebabkan maloklusi dapat mencederai periodonsium. Overbite
yang berlebihan sering menyebabkan iritasi gingival pada rahang antagonis.
Openbite bisa menjurus ke perubahan periodontal yang disebabkan penumpukan
plak dan hilangnya fungsi.
Jenis-Jenisnya
Tepi Restorasi
Kontur Restorasi
Oklusi
Restorasi yang tidak sesuai dengan pola oklusal akan menimbulkan disharmoni
yang bisa mencederai jaringan periodontal pendukung.
47
Bahan Restorasi
Pada umumnya bahan restorasi tidak mencederai jaringan periodontal, kecuali
bahan akrilik self-curing. Yang terpenting adalah bahan restorasi harus dipoles
dengan baik agar tidak mudah ditumpuki plak.
Desain GTSL
Penggunaan klem rubber dam, cincin untuk matriks, dan disc yang tidak baik
bisa mencederai gingiva dengan akibat terjadinya inflamasi. Separasi gigi yang
terlalu memaksa dapat menimbulkan cedera pada jaringan periodontal
pendukung.
Obat kumur yang terlalu keras efeknya, tablet aspirin yang diletakkan
pada kavitas gigi yang sedang berdenyut, obat-obatan dengan efek
membakar, dan kontak tidak sengaja dengan bahan kimia seperti fenol
dan perak nitrat bisa menimbulkan inflamasi akut dengan ulserasi pada
gingiva.
gingival secara langsung. Akibat buruk tersebut akan lebih parah apabila
digunakan pula pasta gigi yang terlalu abrasive yang dapat meyebabkan :
- Perubahan Akut Gingiva, yaitu terkelupasnya epitel gingival,
pembentukan vesikel, atau eritema yang difus.
- Perubahan Kronis Gingival beruoa resesi gingival disertai tersingkapnya
akar gigi dan tepu gingival sedikit menggembung. Penggunaan tusuk gigi
yang berlebihan menyebabkan terbukanya ruang interproksimal yang
akan menjurus ke penumpukan debris dan perubahan inflamatoris.
11. Hereditas – individu yang memiliki riwayat keturunan gingivitis dalam keluarga
lebih rentan mengalami gingivitis.
Defisiensi Protein :
1. Terhambatnya aktivitas pembentukan tulang yang normal
2. Semakin parahnya efek destruktif dari iritan local dan trauma oklusal
52
Stage 1 (initial lession). Terjadi perubahan vaskuler berupa dilatasi kapiler dan
peningkatan aliran darah. Leukosit terutama PMN (Poly Morpho Nuclear)
meninggalkan kapiler dengan cara migrasi melalui dinding. Terjadi eksudasi protein
serum dari pembuluh darah dentogingiva ke jaringan ikat di sekitarnya. Kolagen di
sekeliling pembuluh darah maupun koronal epitel penyatu tersingkirkan. Deposisi fibrin
dan degenerasi sel-sel inflamatoris. Klinis belum nampak. Mikroskopis terlihat
gambaran inflamasi akut pada jaringan ikat di bawah JE (Junctional Epithelium).
Perubahan pada pembuluh darah dan penempelan netrofil pada dinding pembuluh darah,
terjadi 2-4 hari.
Stage 2 (Early lession). Klinis : eritema arena proliferasi kapiler dan peningkatan
pembentukan lup kapiler di antara rete peg atau ridge. Perdarahan pada saat probing
Mikroskopis : infiltrasi leukosit pada jaringan ikat di bawah JE (Junctional Epithelium).
Terdiri dari limfosit tetapi juga tersusun dari netrofil yang migrasi seperti makrofag, sel
plasma, dan sel mast. JE menjadi padat karena infiltrasi netrofil. Peningkatan jumlah
kerusakan kolagen. PMN tertarik ke bakteri dan menelan melalui proses fagositosis. Bila
penumpukan plak dibiarkan 7-14 hari reaksi inflamatoris akan berubah. Perubahan
vaskuler dan penumpukan limfosit lebih mencolok dibanding lesi inisial. Infiltrat sel
terutama mengandung limfosit terlokalisir di bawah epitel penyatu. Fibroblas yang
berada di daerah yang terinfiltrasi akan mengalami degenerasi.
53
Stage 3 (Establish lession). Klinis : gingiva kebiruan karena terjadi gingival anoxemia.
Pembuluh darah penuh dan alirannya melambat atau statis. Ekstravasasi sel darah merah
ke dalam jaringan ikat dan kerusakan hemoglobin menjadi komponen-komponen
pigmennya merubah warna jaringan gingiva yang terinflamasi kronis. Peningkatan
jumlah sel plasma. Aktivitas lisis kolagen meningkat pada jaringan gingiva terinflamasi
oleh karena enzim kolagenase. Kolagenase secara normal berada pada jaringan gingiva
yang dihasilkan oleh bakteri rongga mulut dan PMN. Perubahan-perubahan yang terjadi
pada epitel dan jaringan ikat menyebabkan bertambah dalamnya sulkus gingiva sehingga
memudahkan bakteri unutuk berkolonisasi.
Stage 4 (advance lession). Perubahan pada epitel sehingga epitel tidak melekat lagi ke
gigi dan berubah menjadi epitel saku yang memungkinkan plak subgingiva mengkoloni
daerah subgingiva lebih jauh ke arah apikal. Didominasi sel plasma meski dijumpai
makrofag dan limfosit. Kolagen semakin banyak yang rusak dan akhirnya serat-serat
utama ligamen periodontal terinfiltrasi dan mengalami degradasi.
Pembentukan poket diawali dengan peradangan pada jaringan ikat dinding sulkus
gingiva. Sel dan cairan eksudasi inflamasi menyebabkan degenerasi dari jaringan ikat
sekitar termasuk gingival fiber. Pada dasar JE kolagen fiber dirusak dan terisi sel-sel
radang yang oedema. Mekanisme yang menyertai hilangnya kolagen :
1. Kolagenase dan enzim lain disekresi oleh beberapa sel sehat dan jaringan inflamasi
seperti fibroblas, PMN, dan makrofag keluar sel dan merusak kolagen. Enzim ini
mendegradasi kolagen dan matriks makromolekul lain menjadi peptida kecil yang
disebut MMP.
1. Gingivitis akut
Timbul secara tiba-tiba dan dalam jangka waktu yang pendek.
1. Gingivitis subakut
Tahap yang lebih hebat dari kondisi gingivitis akut.
2. Gingivitis reccurent
Peradangan gusi yang dapat timbul kembali setelah dibersihkan dengan
perawatan atau hilang secara spontan dan dapat timbul kembali.
3. Gingivitis kronis
Timbul secara perlahan-lahan dalam waktu yang lama. Tidak terasa sakit apabila
tidak ada komplikasi dari gingivitis akut. Apabila dibiarkan lama dapat
menyebabkan periodontitis.
Gingivitis kronis merupakan bentuk gingivitis yang umum terdapat dan sering
tidak dikeluhkan. Beberapa keadaan dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya
gingivitis kronis. Apabila penyebabnya tidak segera dihilangkan maka akan
mengakibatkan periodontitis.
Patofisiologi Gingivitis
Gingivitis merupakan peradangan gusi yang paling sering terjadi dan merupakan
respon inflamasi tanpa merusak jaringan pendukung.Hal ini disebabkan karena adanya
akumulasi plak karena kebersihan mulut buruk, kalkulus, dan dapat terjadi karena
adanya iritasi mekanis atau trauma seperti tergigit. Trauma merupakan salah satu
penyebab dari gingivitis akut.
55
Plak akan berakumulasi dalam jumlah yang banyak di daerah interdental yang
sempit dan kemudian menyebar ke leher gigi. Gingivitis berawal dari daerah margin gusi
yang disebabkan oleh invasi bakteri atau rangsang endotoksin. Endotoksin dan enzim
dilepaskan oleh bakteri Gram negatif yang kemudian menghancurkan substansi
interseluler epitel dan menyebabkan ulser pada epitel sulkus. Enzim dan toksin
menembus jaringan pendukung di bawahnya, kemudian menyebabkan dilatasi pembuluh
darah yang ditandai dengan peradangan. Gusi akan terlihat merah, terjadi perdarahan,
dan dapat disertai eksudat.
Berbeda dengan gingivitis kronis, gingivitis akut akan menimbulkan rasa sakit
yang terjadi secara cepat dan tiba-tiba. Apabila iritan dari gingivitis ini dihilangkan,
gingiva akan kembali sehat. Sedangkan pada gingivitis kronis, sudah melibatkan
nekrosis pulpa maka tidak timbul rasa sakit. Gingivitis akut biasa ditandai dengan
adanya sel PMN yang aktif dalam peradangannya.
56
Gingivitis kronis merupakan peradangan kronis yang terjadi pada jaringan lunak
di sekitar gigi yang disebabkan oleh akumulasi plak, materi alba dan kalkulus. Salah satu
tanda klinis yaitu adanya pembengkakan pada gusi serta pendarahan pada gusi,
contohnya saat menyikat gigi (Neville, dkk, 1991; hircsh 2004;Stephen 2004). Gingivitis
kronis pada anak ditandai oleh hilangnya serat kolagen di area sekitar epitel junction.
57
1. Adanya perubahan warna gusi, dari yang normalnya berwarna pink/ merah
muda menjadi merah tua yang di mulai dari margin gingiva sampai attached
gingiva.
2. Perubahan pada kontur gusim dari yang berbentuk seperti kerah baju (margin
gingiva) menjadi membulat dan datar.
3. Perubahan pada tekstur yang awalnya berstippling banyak menajdi kurang
berstippling.
4. Konsistensi berubah dari konsistensi yang kenyal/lunak menjadi fibrotik.
Untuk prevalensinya pada anak umur tiga tahun sekitar 5%, anak umur 6 tahun
50% dan anak umur 11-17 tahun sekitar 80-90%. Gingivitis yang tidak dirawat akan
berkembang menjadi periodontitis.
58
meluas dari gusi ke arah tulang di bawah gigi sehingga menyebabkan kerusakan
yang lebih luas pada jaringan periodontal. (Dibar, 2010)
Klinis, terlihat keradangan kronis pada gingiva, poket periodontal dan hilangnya
tulang. Pada kasus lanjut terjadi, migrasi gigi patologis dan gigi goyang. Penyebab
adalah plak gigi. Akumulasi plak dapat disertai oleh iritasi lokal seperti karang gigi,
restorasi yang kurang baik dan impaksi makanan. Berdasarkan pada laju kerusakan
jaringan dari penampakan klinis, periodontitis marginalis dapat di subklasifikasikan
sebagai berikut :
Refractory periodontitis.
Refractory Periodontitis
Kasus-kasus yang tidak memberi respon terhadap perawatan dan/atau kambuh segera
setelah perawatan yang memadai tanpa diketahui penyebabnya disebut refractory
periodentitis. Menurut Page pada periodontitis tersebut di atas terjadi mekanisme
sebagai berikut : “respon host abnormal, organisme yang resisten atau masalah
morfologi yang tidak dirawat”.
PEMERIKSAAN
Adanya dan keparahan inflamasi gingiva tergantung pada statu kebersihan mulut;
bila buruk, inflamasi gingiva akan timbul dan terjadi pendarahan waktu penyikatan
atau bahkan pendarahan spontan. Bila penyikatan gigi pasien cukup baik, plak cukup
terkontrol tetapi ada deposit subgingiva karena skaling yang kurang adekuat, adnya
penyakit periodontal mungkin tidak ditemukan pada pemeriksaan superfisial.bila
dilakukan pemeriksaan riwayat dengan cermat pasien sering melaporkan riwayat
pendarahan dimasa lalu yang berhenti ketika ia makin rajin membersihkan giginya.
2. Poket
62
Teoritis, bila tidak ada pembengkakan gingiva, poket sedalam lebih dari 2 mm
menunjukkan adanya migrasi ke apikal dari epiteluim krevikular, tetapi
pembengkakan inflamasi sangat sering mengenai individu muda usia sehingga poket
sedalam 3-4mm dapat seluruhnya merupakan poket gingiva atau poket palsu.
Pemeriksaan kedalaman poket.
3. Resesi gingival
Resesi gingiva dan terbukanya akar dapat meyertai periodontitis kronis tetapi tidak
selalu merupakan tanda dari penyakit. Bila ada resesi, pengukuran kedalaman poket
hanya merupakan cerminan sebagian dari kerusakan periodontal seluruhnya.
4. Mobilitas gigi
Beberapa mobilitas gigi pada bidang labiolingual dapa terjadi pada gigi yang sehat,
berakar tunggal, khususnya pada gigi insisivus bawah yang lebih kecil mobil
daripada gigi berakar jamak.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menekan salah satu sisi gigi yang bersangkutan
dengan alat atau ujung jari dengan ujung jari lainnya pada sisi gigi yang
berseberangna dan gigi tetangganya yang digunakan sebagai titik pedoman sehingga
gerakan realtif dapat diperiksa. Cara lain untuk memeriksa mobilitas (walaupun tidak
megukurnya) adalah dengan pasien mengoklusikan gigi-geliginya.
63
6. Nyeri
Nyeri atau sakit waktu gigi diperkusi menunjukkan adanya inflamasi aktif dari
jaringan penopang, yang paling akut bila ada pembentukan abcess dimana gigi
sangan sensitif terhadap sentuhan. Sensitivitas terhadap dingin atau panas dan dingin
kadang ditemukan bila ada resesi gingiva dan terbukanya pulpa.
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
1. Skaling dan root planning. Skaling sub ginggiva adalah metode paling konservatif
dari reduksi poket dan bila poket dangkal, merupakan satu-satunya perawaan yang
perlu dilakukan. Meskipun demikian, bila kedalaman poket 4 mm atau lebih,
diperlukan perawatan tambahan. Ayng pain gsering adalah root planing dengan atau
tanpa kuretase subginggiva.
64
2. Antibiotik
Antibiotik biasanya diberikan untuk menghentikan infeksi pada gusi dan jaringan di
bawahnya. Perbaikan kebersihan mulut oleh pasien sendiri juga sangat penting.
Obat pilihan adalah tetrasiklin, tetapi akhir-akhir ini obat yang mengandung
metronidazol dibuktikan sangat efektif terhadap bakteri patogen periodontal.
Pengalaman klinik menunjukkan bahwa metronidazol dikombinasikan dengan
amoksisilin sangat efektif untuk perawatan periodontitis lanjut dan hasilnya
memuaskan.
3. Kumur-kumur antiseptic
Terutama yang sering digunakan pada saat sekarang adalah chlorhexidin atau
heksitidin yang telah terbukti efektif dalam meredakan proses peradangan pada
jaringan periodontal dan dapat mematikan bakteri patogen periodontal serta dapat
meghambat terbentuknya plak.
4. Bedah periodontal
Pada kasus-kasus yang lebih parah, tentunya perawatan yang diberikan akan jauh
lebih kompleks. Bila dengan kuretase tidak berhasil dan kedalaman poket tidak
berkurang, maka perlu dilakukan tindakan operasi kecil yang disebut gingivectomy.
Tindakan operasi ini dapat dilakukan di bawah bius lokal.
Pada beberapa kasus tertentu yang sudah tidak bisa diatasi dengan perawatan di atas,
dapat dilakukan operasi dengan teknik flap, yaitu prosedur yang meliputi pembukaan
jaringan gusi, kemudian menghilangkan kotoran dan jaringan yang meradang di
65
bawahnya.
5. Ektraksi gigi
Bila kegoyangan gigi parah atau didapatakan gangren pulpa, maka dilakukan
ektraksi gigi.
PENCEGAHAN PERIODONTITIS
• Sikat gigi dua kali sehari, pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum
tidur.
• Lakukan flossing sekali dalam sehari untuk mengangkat plak dan sisa makanan
yang tersangkut di antara celah gigi - geligi.
• Pemakaian obat kumur anti bakteri untuk mengurangi pertumbuhan bakteri dalam
mulut, misalnya obat kumur yang mengandung chlorhexidine. Lakukan konsultasi
terlebih dahulu dengan dokter gigi Anda dalam penggunaan obat kumur tersebut.
•Berhenti merokok.
• Lakukan kunjungan secara teratur ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk kontrol
rutin dan pembersihan.
1. Berkumur
a. Obat kumur antimikrobial yang efektif untuk kondisi ini adalah 0,12 %
Chlorhexidine. Pasien dapat berkumur dengan 1/2 ons larutan 2 x sehari setelah sikat
gigi.
b. Obat kumur lainnya yaitu segelas penuh 3 % hidrogen peroksida dan air hangat
dengan bagian-bagian sama banyak. Kumur-kumur dilakukan dengan kekuatan
66
penuh selama 3 - 4 menit. Ini dapat dilakukan tiap 2 atau 3 jam selama 24 sampai
48 jam pertama. Setelah itu dapat dikurangi menjadi 3 kali sehari, biasanya
setelah
makan. Bila timbul efek-efek yang tidak diinginkan dan hidrogen peroksida, dapat
digunakan air panas biasa untuk membilas.
c. Kumur dengan air panas dilakukan dengan teknik yang santa seperti kalau pasien
tidak memakai air panas biasa untuk berkumur. Panas air yang digunakan tergantung
pada daya tahan tubuh pasien.
2. Sikat gigi dengan bulu – bulu halus dan sebaiknya dengan metode Bass.
3. Pentingnya diet. Makanan yang lunak dianjurkan selama hari – hari pertama
perawatan agar pasien merasa enak ketika makan. Sebaiknya diberi tambahan vitamin
jika makanannya masih kurang bergizi.
ICD-10 terdiri dari lebih 14.400 kode berbeda dan bias dikembangkan menjadi
16.000 kode berbeda dengan menggunakan sub-klasifikasi.
Untuk permasalahan pada bagian oral kavitas pada ICD-X dimasukkan pada
penyakit digestive dengan kode K00-K14 (Diseases of oral cavity, salivary glands
and jaws)
Caries dikodekan dengan kode K02, sedangkan gingivitis dan penyakit periodontal
dikodekan K05.
69
BAB III
KASUS
Mr. Carry Pulpy
Seorang laki-laki pegawai bank umur 25 tahun datang ke klinik di RSGM dengan
keluhan kerusakan gigi depan yang meluas sejak 3 tahun yang lalu dan sangat
mengganggu penampilan serta gigi posterior kanan bawah yang sering sakit apabila
menggigit makanan yang keras. Gigi 36 sudah pernah dilakukan penumpatandengan
amalgam kurang lebih 4 tahun yang lalu.Terdapat riwayat sebagai peminum coca-cola
lebih dari 7 tahun.Terdapat kebiasaan membiarkan minuman coca cola berada dalam
rongga mulut selama beberapa detik untuk menikmati rasa minuman sebelum ditelan.
Pasien menyangkal adanya riwayat medik, alergi, kebiasaan makan yang ekstrim, dan
masalah gigi dalam keluarga, termasuk penyakit gastroesophageal reflux, xerostomia,
dan diabetes melitus.
Pada pemeriksaan intra oral ditemukan lesi karies berbentuk bulan sabit pada region
servikal di bukal gigi geligi.Tidak terdapat lesi pada permukaan lingual dan palatal gigi
anterior. Berbagai tahap lesi terlihat pada gigi, kerusakan parah terlihat pada gigi
insisivus dan caninus sedangkan lesi sedang terlihat pada gigi premolar dengan keluhan
sakit meskipun tidak sedang makan, pada gigi 36 terlihat tambalan dan pada
pemeriksaan Ro terlihat ada gambaran radioopak pada saluran akar.
Tampak dentin karies yang melunak, pada permukaan gigi pada dinding pulpa berwarna
kecoklatan, dan tidak tampak keterlibatan pulpa.Tidak ada keluhan nyeri atau sensitive
padagigi premolar yang mengalami karies.Gigi premolar rahang atas, asimtomatik pada
tes perkusi, palpasi, dan tes dingin.
Pada pemeriksaan periodontal terdapat sedikit perdarahan pada saat probing, namun
tidak terdapat attachment loss. Gingival pada gigi 36 tampak berwarna agak merah
edematous, stippling +, soft konsistensi lunak dan terdapat kedalam pocket 1-4 mm.
terdapat kalkulus pada gigi – gigi rahang bawah anterior dan sekitar gigi molar kiri atas
dan bawah.
Tidak terdapat pembesaran kelenjar lymph bilateral. Saliva tampak bening dan mengalir
dengan lancer dari saluran ludah. Genangan saliva tampak dalam batas normal pada
dasar mulut. Pemeriksaan jaringan lunak lainnya normal.
70
BAB IV
PEMBAHASAN
Nama : Mr. Carry Pulpy
Umur : 25 tahun
JenisKelamin : Laki-laki
KeluhanUtama:
Riwayat :
Lesi Karies berbentuk bulan sabit ada region servikal di bukal gigi geligi
Premolar RB sakit meskipun tidak makan
Premolar RA asimtomatik pada tes perkusi, palpasi, dan tes dingin
Pemeriksaan periodontal perdarahan saat probing, tidak ada attachment loss
Gingival 36 agak merah odematous, stippling +, konsistensi lunak, pocket 1-
4mm
Terdapat kalkulus gigi geligi RB anterior dan sekitar molar kiri atas danbawah
Tumpatan gigi 36 overhang daerah mesial
Mekanisme :
Bakteri streptococci
fermentasigula Akumulasi plak pada gigi tertentu
Terjadi demineralisasi
Dental Caries
Treatment :
BAB V
KESIMPULAN
Dental Caries merupakan salah satu penyakit oral yang ditandai dengan adanya
lubang yang pada awalnya ditandai dengan adanya white spote lesions. Dental caries
diklasifikasikan dalam berbagai pandangan yaitu kedalamannya, lokasi, dan klasifikasi
yang paling sering digunakan saat ini adalah klasifikasi Black dimana terdapat kelas-
kelas dalam terjadinya karies. Dental caries antara lain disebabkan oleh faktor-faktor
etiologinya antara lain bakteri asidogenik, diet (polamakan), kebersihan mulut.
Pada akhirnya, Mr. Carry Pulpy seharusnya menjaga oral hygienenya lebih lagi
sehingga tidak terjadi karies yang sangat banyak, dan gingivitis pada gigi tertentu. Oral
hygiene ini dapat ditingkatkan dari edukasi dokter gigi kepada pasiennya akan betapa
pentingnya merawat kesehatan gigi dan mulut.
73
DAFTAR PUSTAKA
Decker Inc.
Newman, MG., Takei, HH., Klollevold, PR, Carranza, FA. (2006). : Carranza’s Clinical