Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan gizi merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien
secara optimal baik pada pasien rawat inap maupun konseling gizi pada pasien
rawat jalan. Upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi dan
kesehatan masyarakat baik di dalam maupun diluar rumah sakit sebagai salah
satu upaya mewujudkan masyarakat sehat mandiri sesuai dengan visi
kementrian kesehatan, yang menjadi sslah satu tanggung jawab tenaga
kesehatan, khususnya yang bergerak di bidang gizi.
Kurikulum program DIII Gizi mengamanatkan bahwa peserta didik
diwajibkan untuk mengikuti praktik kerja lapangan (PKL) Asuhan Gizi Klinik
(AGK) yang merupakan bentuk pembelajaran untuk mempraktikan teori
dalam rangka mencapai jenjang Ahli madya Gizi dan juga merupakan bentuk
internship untuk mencapai sebutan profesi Teknisi Dietisien. PKL AGK
memberikan pengalaman kerja di rumah sakit kelas A/B/C dalam
melaksanankan kegiatan asuhan gizi klinik (Nutritional care process/NCP)
pada pasien rawat inap dan rawat jalan dengan bimbingan instruktur menuju
kemandirian untuk mampu menguasai 10 kompetensi utama dan 6 kompetensi
pendukung sebagai seorang Teknisi Dietisien.
Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) merupakan satu dari sepuluh fasilitas
pelayanan yang harus ada di rumah sakit. Program pelayanan gizi di rumah
sakit bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah
sakit.
Saat ini sedang dikembangkan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
yaitu proses pemecahan masalah secara sistematis yang digunakan oleh ahli
gizi yang berkualitas.
Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di rumah sakit dituntut adanya
pengetahuan, keterampilan serta hal-hal yang menunjang dalam
pelaksanaanya. Untuk memperoleh pengalaman itu perlu adanya kegiatan
PKL bagi mahasiswa jurusan gizi guna mempraktekkan teori yang didapat

1
dari bangku kuliah.
Pengaturan makanan bagi pasien merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari keseluruhan upaya penyembuhan yang dilakukan demi
kesembuhan penyakit yang diderita oleh pasien. Pengaturan makanan juga
dapat memperbaiki keadaan gizi pasien sehingga keadaan gizinya optimal.
Oleh karena itu mahasiswa program Studi DIII Gizi Jurusan Gizi
Poltekkes Kemenkes Gorontalo diwajibkan melakukan kegiatan PKL MAGK
dalam rangka mewujudkan kompetensi.
Studi kasus merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta kemampuan calon ahli gizi
dalam melakukan asuhan gizi pada pasien rawat inap. Kasus yang digunakan
dalam studi kasus kali ini yaitu pada pasien dengan diagnosa Diabetes
Mellitus Tipe II dan Psikosa Akut yang dirawat di ruang IPD 23 JIWA (AI)
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan gizi di rumah sakit di bawah
bimbingan.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu berpenampilan (unjuk kerja) sesuai dengan kode etik profesi
gizi.
b) Mampu melakukan penapisan gizi (nutrition screening) pada
klien/pasien secara individu.
c) Mampu melakukan pengkajian gizi (nutritional assesment) pasien
tanpa komplikasi dengan kondisi kesehatan umum.
d) Mampu membantu dalam pengkajian gizi (nutritional assesment) pada
pasien dengan komplikasi.
e) Mampu membantu merencanakan dan mengimplementasikan rencana
Asuhan Gizi pasien.
f) Mampu melaksanakan asuhan gizi untuk klien sesuai dengan
kebudayaan dan kepercayaan berbagai golongan umur.

2
g) Mampu melakukan rencana perubahan diet pada klien/pasien.
h) Mampu berpartisipasi dalam pemilihan formula enteral serta
monitoring dan evaluasi penyediaan.
i) Mampu melakukan monitoring dan evaluasi asupan gizi atau
makanan pasien.
j) Mampu mendokumentasikan kegiatan pelayanan asuhan gizi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Penyakit
1. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) atau disingkat Diabetes adalah gangguan
kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan atau resistensi
insulin (Wahyuni, 2010).
Menurut WHO (2006) Diabetes Mellitus adalah gangguan
metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah yang
disebut Hiperglikemia dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein yang disebabkan karena kerusakan dalam produksi insulin
dan kerja dari insulin yang tidak optimal (Ambarwati, 2012).
2. Psikosa Akut
Psikosa adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan
ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya
terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh. Perilaku yang
diperlihatkan oleh pasien yaitu :
1) Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
2) Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
3) Kebingungan atau disorientasi
4) Perubahan perilaku : menjadi aneh atau menakutkan seperti
menyendiri, kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang
lain atau lingkungan, bicara dan tertawa serta marah-marah atau
memukul tanpa alasan.
3. Klasifikasi Diabetes Mellitus
a) Diabetes Mellitus Tipe I
Diabetes Mellitus Tipe I disebabkan oleh defisiensi hormon
insulin karena kerusakan sel beta pankreas, yang disebabkan oleh
adanya reaksi autoimun. Destruksi sel beta pankreas tersebut
menyebabkan kadar insulin menjadi sangat rendah, atau bahkan tidak
ada sama sekali. Penderita Diabetes Mellitus Tipe I bergantung pada

4
insulin dari luar untuk bisa bertahan. Oleh karena itu, diabetes tipe ini
biasa disebut juga dengan Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM). Diabetes Mellitus Tipe I biasanya terjadi pada usia muda,
yaitu sebelum usia 30-40 tahun , namun dapat juga menyerang
berbagai usia.
b) Diabetes Mellitus Tipe II
Sebanyak 80%-90% kasus Diabetes Mellitus tergolong ke
dalam Diabetes Mellitus Tipe II atau Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM). Diabetes Tipe ini terjadi karena resistensi insulin
dan atau kurangnya sekresi insulin. NIDDM dapat disebabkan oleh
faktor genetik maupun faktor gaya hidup atau lingkungan. Pada
penderita Diabetes Mellitus Tipe II, insulin yang dihasilkan oleh sel
beta pankreas tidak dapat memenuhi jumlah yang dibutuhkan. Hal ini
menimbulkan terjadinya Hiperglikemia (tingginya kadar gula di
dalam darah) karena jumlah insulin yang dihasilkan kurang dari
jumlah yang dibutuhkan.
Diabetes Mellitus Tipe II juga dapat terjadi karena kurangnya
reseptor insulin pada sel-sel sehingga meskipun jumlah insulin yang
dihasilkan cukup, namun sel yang tidak dapat mengangkut cukup
glukosa dalam darah sehingga kadar glukosa darah tetap tinggi.
Situasi ini dikenal dengan nama “sesistensi insulin”.
c) Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes Mellitus Gestasional terjadi apabila seorang wanita
pertama kali terdiagnosa mengalami intoleransi glukosa pada masa
kehamilan. Artinya, jika terdapat kemungkinan bahwa diabetes
terjadi sebelum masa kehamilan, maka tidak digolongkan sebagai
diabetes gestasional.
d) Diabetes Mellitus Tipe Lain
Diabetes Mellitus Tipe Lain ini juga disebut dengan diabetes
sekunder. Penyebab dari Diabetes Mellitus tipe lain ini diantaranya
kelainan pada fungsi sel beta dan kerja insulin akibat gangguan
genetik, penyakit pada kelenjar eksokrin pankreas, obat atau zat

5
kimia, infeksi, kelainan imunologi, dan sindrom genetik lain yang
berhubungan dengan Diabetes Mellitus.
4. Klasifikasi Psikosa
a. Skizofrenia dan gangguan Psikosa lainnya
a) Skizofrenia
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia, dimana adanya
gejala-gejala-gejala khas tersebut telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap
fase non Psikosaprodromal).
b) Gangguan skizotipal
Tidak terdapat onzet yang pasti dan perkembangan serta
perjalanannya biasanya menyerupai gangguan kepribadian.
c) Gangguan waham menetap
Kelompok ini meliputi gangguan dengan waham-waham yang
berlangsung lama (paling sedikit selama 3 bulan) sebagai satu-
satunya gejala klinis yang khas atau yang paling mencolok dan
tidak dapat digolongkan sebagai gangguan mental organik,
skizofrenia atau gangguan efektif.
d) Gangguan Psikosa Akut dan Sementara
Memiliki onset yang akut (dalam masa 2 minggu), kesembuhan
yang sempurna biasanya terjadi dalam 2-3 bulan, sering dalam
beberapa minggu atau bahkan beberapa hari, dan hanya sebagian
kecil dari pasien dengan gangguan ini berkembang menjadi
keadaan yang menetap dan berbahaya.
e) Gangguan Waham Induksi
Dua orang atau lebih mengalami waham atau sistem yang sama
dan saling mendukung dalam keyakinan waham itu. Yang
menderita waham orisinil (gangguan psikotik) hanya satu orang.
Waham tersebut terinduksi (mempengaruhi) lainnya dan
biasanya menghilang apabila orang-orang tersebut dipisahkan.
f) Gangguan skizoafektif
Merupaka gangguan yang bersifat episodic dengan gejala afektif

6
dan skizofrenik yang sama-sama menonjol dan secara
bersamaan ada dalam episode yang sama.
g) Gangguan PsikosaNon-Organik Lainnya
Gangguan Psikosayang tidak memenuhi kriteria untuk
skizofrenia atau untuk gangguan afaektif yang bertipe
Psikosadan gangguan-gangguan yang Psikosayang tidak
memenuhi kriteria gejala untuk gangguan waham menetap.
b. Gangguan Suasana Perasaan
a) Episode Manik
Kesamaan karakteristik dalam efek yang meningkat, disertai
peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan
mental dalam berbagai derajat keparahan
b) Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan ini bersifat episode berulang (sekurang-kurangnya 2
episode) dimana efek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas
terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan efek
disertai penambahan energi dan aktvitas (mania dan hipomania),
dan pada waktu lain berupa penurunan efek disertai penurunan
efek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).
c) Episode depresi
Gejala utama berupa efek depresi, kehilangan minat dan
kegembiraan dan berkurangnya energi yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas.
Pada episode depresi, dari ketiga tingkat keparahan tersebut
diperlukan sekurang-kurangnya 2 minggu untuk menegakkan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan
jika gejala luar biasa beratnya, akan tetapi periode lebih pendek
dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung
cepat.
d) Gangguan Depresi Berulang
Terbagi atas episode depresi ringan, episode depresi sedang dan
episode depresi berat. Masing-masing episode tersebut rata-rata

7
lamanya sekitar 6 bulan akan tetapi frekuensinya lebih jarang
dibandingkan dengan gangguan bipolar.
e) Gangguan Suasana Perasaan Menetap Terbagi atas
1) Skilotimia
2) Distimia
f) Gangguan Suasana Perasaan Lainnya
Kategori sisa untuk gangguan suasana perasaan menetap yang
tidak cukup parah atau tidak berlangsung lama untuk memenuhi
kriteria skilotimia dan distimia.
5. Etiologi Diabetes Mellitus
Pendahuluan Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan
metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan
dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas
insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskular, makrovaskular dan neuropati.
6. Etiologi Psikosa Akut
Penyebabnya belum diketahui secara pasti tapi sebagian besar
dijumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki
kerentanan biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala
psikosa. Satu atau lebih faktor stres berat seperti peristiwa traumatis
konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian
orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu
psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung kerentanan genetik
untuk gangguan Psikosasingkat.
7. Gejala Diabetes Mellitus Tipe II
a) Infeksi pada ginjal, kandung kemih, atau kulit yang sering terjadi dan
memerlukan waktu lama untuk sembuh.
b) Lelah, letih
c) Rasa lapar
d) Merasa sangat haus
e) Frekuensi buang air kecil lebih sering

8
f) Pandangan kabur
g) Merasa sakit atau mati rasa pada kaki atau tangan
8. Gejala Psikosa Akut
a) Halusinasi (presepsi indera yang salah atau yang dibayangkan :
misalnya mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat
sesuatu yang tidak ada bendanya)
b) Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat
diterima oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa
mereka diracuni oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau
merasa diamati/diawasi oleh orang lain)
c) Agitasi atau perilaku aneh (bizar)
d) Pembicaraan aneh atau kacau (disorganisasi)
e) Keadaan emosional yang labil dan ekstrim (iritabel)
B. Penatalaksanaan Diet
1. Tujuan Diet
a) Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal
dengan menyeimbangkan asupan makan dengan insulin, dengan obat
penurun glukosa oral dan aktivitas fisik.
b) Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.
c) Memberikan cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai
berat badan normal.
d) Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka
pendek, dan jangka lama serta masalah yang berhubungan dengan
latihan jasmani.
e) Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi
yang optimal.
2. Syarat Diet
a) Energi diberikan 30 Kkal/Kg BBI untuk mempertahankan berat
badan normal.
b) Protein diberikan 15% dari kebutuhan energi total.
c) Lemak diberikan 20% dari kebutuhan energi total.

9
d) Karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu sebesar
65%.
e) Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak
diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu.
f) Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif
adalah bahan pemanis selain sukrosa.
g) Asupan serat dianjurkan 25g/hari.
h) Penggunaan natrium dibatasi karena tekanan darah pasien tinggi.
i) Cukup vitamin dan mineral.
j) Pemberian makanan memperhatikan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal).

10
BAB III
PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI ASUHAN GIZI

TERLAMPIR

11
12
13
14
15
B. Implementasi Asuhan Gizi
1. Diet pasien
Pasien diberikan diet Diabetes Mellitus yaitu diet yang khusus
diberikan pada pasien dengan diagnosa penyakit Diabetes Mellitus.
Bentuk makanan yang diberikan yaitu makanan lunak karena disesuaikan
dengan keadaan pasien yang sudah lanjut usia.
2. Edukasi dan Konseling Gizi
Edukasi dan konseling gizi yang diberikan pada keluarga pasien
yaitu tentang diet Diabetes Mellitus yang harus ditaati untuk memenuhi
kebutuhan gizi pasien, contohnya yaitu bahan makanan yang tidak
diperbolehkan, dibatasi dan yang diperbolehkan serta contoh menu sehari
untuk pasien Diabetes Mellitus.

16
BAB IV
HASIL MONITORING EVALUASI

TERLAMPIR

17
18
19
BAB V
PEMBAHASAN
A. Rencana Terapi Diet
Diabetes Mellitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan hormon insulin secara absolut atau relatif. Penatalaksanaan diet
hendaknya disertai dengan latihan jasmani dan perubahan perilaku tentang
makanan.
Sesuai konsesus Pengelolaan Diabetes Mellitus di Indonesia (2002) oleh
perkumpulan Endokrinologi Indonesia, penyakit Diabetes Mellitus dibagi
dalam 4 golongan, yaitu : Diabetes Mellitus Tipe I dan II, Diabetes Mellitus
Gestasional, dan Tipe lain.
Pada studi kasus ini pasien diberikan terapi diet Diabetes Mellitus 1900
kkal. Tujuan diet penyakit Diabetes Mellitus adalah untuk membantu pasien
memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol
metabolik yang lebih baik.

B. Hasil Monitoring Gizi


Monitoring pasien studi kasus berlangsung mulai pada tanggal 14 April
2015 sampai dengan tanggal 16 April 2015, yang meliputi monitoring
terhadap hasil edukasi dan konseling gizi, asupan makan pasien (konsumsi
energi dan zat gizi lainnya), perkembangan antropometri, perkembangan hasil
pemeriksaan laboratorium (biokimia), serta perkembangan fisik/klinis pasien.
1. Hasil Edukasi dan Konseling Gizi
a. Deskripsi Pemahaman Diet Pasien
Pasien diberikan penjelasan tentang diet yang diberikan yaitu Diet
Diabetes Mellitus, kemudian menjelaskan definisi, tujuan diet, syarat
diet, sumber bahan makanan yang dianjurkan, sumber bahan makanan
yang tidak dianjurkan, serta memberikan contoh menu sehari yang baik
untuk dikonsumsi. Dalam hal ini pasien terlihat sangat memahami
materi yang dijelaskan sehingga dalam proses pengamatan pasien
terlihat sangat patuh terhadap diet yang diberikan. Akan tetapi masih

20
ada bahan makanan yang tidak dikonsumsi karena beberapa faktor yaitu
pasien tidak mengkonsumsi buah apel yang secara utuh diberikan dari
rumah sakit karena faktor umur (gigi pasien sudah tidak ada). Oleh
sebab itu diberikan penjelasan pada pasien untuk merubah pola pikir
pasien yang tidak mau mengkonsumsi buah yang keras seperti apel,
misalnya buah apel tersebut dibuat menjadi jus (diblender).
b. Observasi Sisa Makanan Pasien
Observasi sisa makanan pasien dilakukan saat pasien makan pagi,
makan siang dan makan sore. Observasi dilakukan selama pasien
dirawat yaitu tanggal 14 April 2015 sampai 16 April 2015. Selama
observasi sisa makanan yang terlihat yaitu hanya buah yang tidak bisa
dikonsumsi karena keras (apel).
2. Konsumsi Energi dan Zat Gizi
Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat asupan energi
dan zat gizi lain pada pasien. Asupan makan pasien bisa didapatkan dari
observasi/pengamatan dan hasil recall 24 jam.
Grafik 1. Asupan energi
2100
2007.9 2007.9 2007.9
1800 1881.4
1754.9 1745.3
1500
1200
Asupan
900
Kebutuhan
600
300
0
Hari I Hari II Hari III

Keterangan :
Berdasarkan grafik diatas bahwa asupan energi pasien sudah hampir
mencapai kebutuhan. Pada hasil recall 24 jam energi yang
didapatkan mulai dari hari pertama yaitu 1754,9 kkal (87,3%), hari
kedua yaitu 1745,3 kkal (86,9%), sedangkan hari ketiga yaitu 1881,4
kkal (93,6%). Hal ini dikarenakan nafsu makan pasien sudah mulai
meningkat.

21
Grafik 2. Asupan protein
75.2 75.2 75.2 75.2
65.2 62.9
60.2
55.2 56.4
45.2
Asupan
35.2
25.2 Kebutuhan
15.2
5.2
-4.8
Hari I Hari II Hari III

Keterangan :
Berdasarkan grafik diatas bahwa asupan protein pasien sudah hampir
mencapai kebutuhan. Hasil pengamatan pada hari pertama yaitu 56,4
g (75%), pada hari kedua yaitu 60,2 g (80%), sedangakn pada hari
ketiga yaitu 62,9 g (83,6%). Hal ini dikarenakan nafsu makan pasien
dari hari kehari meningkat.
Grafik 3. Asupan lemak
50.6 50.3
48.6
46.6
44.6 44.6 44.6 44.6 Asupan

42.6 42.7 Kebutuhan

40.6
38.6
Hari I Hari II Hari III

Keterangan :
Berdasarkan grafik diatas bahwa asupan lemak pasien baik, pada
hari pertama yaitu 44,6 g (100%), pada hari kedua yaitu 42,7 g
(95,7%), sedangkan pada hari ketiga yaitu 50,3 g (112,7%).

22
Grafik 4. Asupan Karbohidrat
326.2 326.2 326.2 326.2
316.2
306.2
301.1
296.2
Asupan
286.2 286 284.8
Kebutuhan
276.2
266.2
256.2
Hari I Hari II Hari III

Keterangan :
Berdasarkan grafik diatas bahwa asupan karbohidrat pasien sudah
mendekati kebutuhan. Pada hari pertama yaitu 286,0 g (87,6%), pada
hari kedua yaitu 284,8 g (87,3%), sedangkan pada haari ketiga yaitu
301,1 g (92,3%). Hal ini dikarenakan nafsu makan pasien baik.
3. Perkembangan Pengukuran Antropometri
Secara umum antropometri yaitu “ukuran tubuh manusia”. Dari
sudut pandang gizi maka antropometri adalah berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dari berbagai tingkat umur.
Tabel 1. Pengukuran antropometri
Hasil pengukuran
Jenis pengukuran
Awal Akhir
Berat Badan 65 Kg 65 Kg
Tinggi Badan 161 Cm 161 Cm
BBI 58,2 Kg 58,2 Kg
2
Status gizi (IMT) 25 Kg/m 25 Kg/m2 (Normal)
(Normal)
Keterangan :
Berdasarkan tabel diatas bahwa pengukuran antropometri pada
pasien selama 3 hari tidak ada perubahan yang terjadi. Ini
dikarenakan pengamatan hanya dilakukan pada waktu singkat (3
hari) sehingga belum maksimal untuk mengetahui perubahan
antropometri pada pasien.

23
4. Perkembangan Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan untuk
menunjang diagnosis penyakit guna mendukung atau menyingkirkan
diagnosis lainnya. Pemeriksaan laboratorium juga digunakan sebagai
peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan yang lebih parah
lagi.
Tabel 2. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Hasil
Nilai Normal
Pemeriksaan 11 April 14 April 15 April 16 April

Hemoglobin 13,4 – 17,7 g/dL 11,70 - - -


g/dL
Ureum 16,6 – 48,5 39,00 - - -
mg/dL mg/dL
Kreatinin <1,2 mg/dL 1,78 - - -
mg/dL
Natrium 136 – 145 134 - - -
mmol/L mmol/L
Kalium 3,5 – 5,0 3,73 - - -
mmol/L mmol/L
GD2JPP <130 mg/dL - 144 - -
mg/dL
GDP 60 – 100 mg/dL - 76 - -
mg/dL
Keterangan :
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium terlihat bahwa kadar GD2JPP
tinggi yaitu 144 mg/dL. Hal ini terjadi karena pola makan pasien
sebelum sakit tidak seimbang. Sebelum sakit pasien suka skali
mengkonsumsi makanan/minuman yang manis seperti kue yang manis
serta teh yang sangat manis.

24
5. Perkembangan pemeriksaan fisik/klinis
Perkembangan fisik/klinis bertujuan untuk melihat perkembangan
kondisi pasien. Perkembangan kondisi tersebut dapat dilihat dari tekanan
darah, nadi, suhu tubuh serta respirasi.
Tabel 3. Pemeriksaan Fisik/Klinis
Jenis Nilai
Hari I Hari II Hari III
Pemeriksaan Normal
Tekanan 120/80 140/90 140/90 140/90
Darah mmHg mmHg mmHg mmHg
60-100
Nadi 83x/menit 80x/menit 80x/menit
x/menit
Suhu tubuh 37,5oC 360C 360C 360C
20-30
Respirasi 20x/menit 20x/menit 20x/menit
x/menit
Berdasarkan tabel hasil pengamatan selama 3 hari terlihat bahwa
tekanan darah pasien tinggi yaitu 140/90 mmHg. Hal ini terjadi karena
adanya riwayat hipertensi. Sedangkan nadi, suhu tubuh dan respirasi sudah
dalam keadaan normal.

25
BAB VI

PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil studi kasusu menunjukkan bahwa asuhan gizi pada pasien
Diabetes Mellitus Tipe II dan Psikosa Akut dapat ditarik kesimpulan bahwa,
diagnosis penyakit pasien adalah Diabetes Mellitus Tipe II dan Psikosa Akut,
diagnosa ini berdasarkan hasil pemeriksaan oleh dokter. Kemudian
permasalahan gizi pasien adalah tingginya kadar GD2JPP, tekanan darah
tinggi serta pola makan pasien yang salah sebelum masuk rumah sakit.
Terapi diet yang diberikan kepada pasien adalah diet Diabetes Mellitus.
Hasil pengamatan tingkat konsumsi energi, protein, lemak dan karbohidrat
pasien selama 3 hari tergolong dalam kategori baik. Hal ini dikarenakan nafsu
makan pasien baik serta pasien patuh terhadap diet yang sudah diberikan.
Edukasi dan konseling gizi yang diberikan pada keluarga pasien
meliputi tujuan diet, prinsip diet, syarat diet Diabetes Mellitus, bahan
makanan yang diperbolehkan, yang dibatasi, serta bahan makanan yang tidak
diperbolehkan dan contoh menu sehari untuk pasien Diabetes Mellitus.

26
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwaty, 2013, Konseling Pencegahan Dan Penatalaksanaan Penderita
Diabetes Mellitus,
(https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/2831/
Winarsih%20Nur%20A.pdf?sequence=1), Diakses tanggal 17 April
2015

Garnita, 2012, Faktor Risiko Diabetes Melitus di Indonesia¸


(https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320253-S-PDF-
Dita%20Garnita.pdf), Diakses tanggal 17 April 2015

Hadiyanti, 2012, Klasifikasi Gangguan Psikotik,


(https://www.academia.edu/5924220/Word_gangguan_psikotik),
Diakses tanggal 17 April 2015

Wahyuni, 2010, Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Diabetes Mellitus,


(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2447/1/S
RI%20WAHYUNI-FKIK.PDF), Diakses tanggal 17 April 2015

27
LAMPIRAN

28

Anda mungkin juga menyukai