Anda di halaman 1dari 5

Nama : Erna Maya Safa

Kelas : IKM C 2018


NIM : 101811133220

DASAR K3

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN TENAGA KERJA

Kesehatan Kerja menurut Moenir (1983:207), “Sebuah usaha dan keadaan yang
seorang individu mempertahankan kondisi kesehatannya saat dalam aktivitas bekerja”.
Menurut Soepomo (1985:75), “Kesehatan kerja digambarkan sebagai bentuk usaha-usaha
dan aturan-aturan untuk menjaga tenaga kerja/karyawan dari kejadian atau keadaan yang
bersifat merugikan kesehatan saat buruh/karyawan tersebut melakukan pekerjaan dalam
suatu hubungan kerja”. Mathis dan Jackson (2002:245), “mengartikan kesehatan kerja adalah
merupakan kondisi yang merujuk pada kondisi fisik, mental, dan stabilitas emosi secara
umum”. Jadi berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja
merupakan suatu usaha yang diterapkan sebuah aturan-aturan untuk menjaga kondisi
karyawan/tenaga kerja dari kejadian atau keadaan yang dapat merugikan kesehatan
buruh/karyawan, baik keadaan yang sehat, fisik, mental, dan stabilitas emosi ataupun sosial
sehingga akan didapat kemungkinan bekerja lebih optimal dan produktif secara sosial dan
ekonomis.
Kinerja merupakan pelaksanaan tugas pekerjaan yang dikerjakan seseorang atau
sekelompok pekerja dalam kurun waktu tertentu dan dapat diukur hasilnya. Hal itu bisa
berkaitan dengan jumlah kuantitas dan kualitas pekerjaan yang bisa diselesaikan seseorang
atau individu dalam waktu tertentu. Beberapa pendapat yang membahas tentang
pengukuran kinerja seperti di bawah ini menjadi dasar penentuan variabel kinerja. ada
beberapa cara untuk mengukur kinerja, Menurut Swasto (2003:26) yaitu: 1) Kuantitas/
jumlah pekerja; 2) Kualitas kerja pekerja; 3) Pengetahuan tentang pekerjaan karyawan; 4)
Pendapat atau pernyataan yang disampaikan; 5) Keputusan yang diambil; 6) Perencanaan
kerja karyawan/ buruh; 7) Daerah organisasi kerja. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hasil kerja berkenaan dengan hasil pekerjaan yang dicapai/didapat oleh
pegawai/karyawan dalam suatu periode waktu. Dalam hal ini kinerja berkaitan dengan
kuantitas maupun kualitas pekerjaan yang dihasilkan.
Produktivitas menurut Umar (2003): produktivitas yang digambarkan sebagai bentuk
sikap mental yang selalu berpandangan bahwa mutu kehidupan setiap harinya harus lebih
baik. Secara umum produktivitas dapat didefinisikan sebagai hasil sebuah perbandingan
antara sebuah hasil dengan sesuatu yang dicapai (output) berdasarkan keseluruhan sumber
daya yang digunakan (input). Produktivitas kerja sangat menarik untuk dibahas sebab
mengukur hasil kerja manusia dengan segala permasalahan yang ada didalamnya.
Pengukuran atau cara identifikasi produktivitas kerja jika dilihat sistem pemasukan fisik
barang atau waktu dalam satuan waktu kerja diterima secara luas, namun jika diawasi dari
setiap harinya, pengukuran tersebut pada umumnya kurang maksimal, dikarenakan adanya
varian jumlah yang dibutuhkan untuk menciptakan satu unit produk yang beda. Oleh sebab
itu dapat memakai metode yang tepat untuk mengukur waktu tenaga kerja seperti dengan
jam, hari, bulan bahkan tahun pengeluaran diubah ke dalam bagian-bagian pekerja yang
diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan 1jam oleh /pekerja yang terpercaya dan
bekerja sesuai dengan SOP. Produktivitas kerja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti dilihat dari tekat kerja yang besar, skill kerja yang sesuai dengan tugas kerja, budaya
dan lingkungan kerja yang nyaman dan aman, gaji yg sanggup memenuhi kebutuhan hidup,
hubungan kerja yang harmonis antar pekerja dan jaminan sosial yang diperoleh (Sinungan,
2005).
Tujuan kesehatan kerja menurut Nuraini (2012) yaitu: 1) Memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan ke tingkat
yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun kesehatan sosial; 2) Mencegah timbulnya
gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan
kerjanya; 3) Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari kemungkinan
bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan; 4)
Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya. Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam
hubungannya dengan pekerjaan dan ingkungan kerjanya. Baik secara fisik maupun psikis
yang meliputi : metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mungkin dapat
menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari kesehatan seseorang.
Menurut Manullang (2000:87), ada tiga indikator kesehatan kerja yang meliputi:
1. Lingkungan kerja secara medis. Dalam hal ini lingkungan kerja secara medis dapat
dilihat dari sikap perusahaan dalam menangani hal-hal sebagai berikut:
a. Kebersihan lingkungan kerja
b. Suhu udara dan ventilasi di tempat kerja
c. Sistem pembuangan sampah
2. Sarana kesehatan tenaga kerja, yaitu upaya-upaya perusahaan untuk
meningkatkan kesehatan dari tenaga kerjanya. Hal ini dapat dilihat dari
penyediaan air bersih dan sarana kamar mandi.
3. Pemeliharaan kesehatan tenaga kerja, yaitu pelayanan kesehatan tenaga kerja.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan tenaga kerja adalah lingkungan
kerja. Terry (2006:23) mengemukakan “lingkungan kerja diartikan sebagai kekuatan-kekuatan
yang mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja
organisasi atau perusahaan”. Lingkungan kerja merupakan faktor yang paling banyak
mempengaruhi perilaku karyawan terutama dalam lingkungan pekerjaan yang secara tidak
langsung maupun langsung mempengaruhi kinerja karyawan, Tohardi (2002), mengatakan
bahwa jika lingkungan kerja yang tidak baik tentunya akan memberikan dampak negatif
terhadap para pekerja, yaitu menurunkan semangat kerja, gairah kerja, dan kepuasan kerja
yang akhirnya menurunkan kinerja karyawan. Perusahaan harus dapat memperhatikan
kondisi yang ada dalam perusahaan baik di dalam maupun di luar ruangan tempat kerja,
sehingga karyawan dapat bekerja dengan lancar dan merasa aman. Lingkungan kerja dalam
suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja
tidak melaksanakan proses produksi dalam suatu perusahaan tetapi lingkungan kerja
mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang melaksanakan proses produksi
tersebut. Lingkungan kerja yang baik bagi karyawannya dapat meningkatkan kinerja
sebaliknya lingkungan kerja yang tidak baik dapat menurunkan kinerja karyawan. Lingkungan
kerja yang ada PT Samudera Perdana harus mendapatkan perhatian agar pekerjaan dapat
terlaksana secara optimal. Dengan diterapkannya OHS (Occupational Health & Safety),
diharapkan dari tahun ke tahun kecelakaan kerja tidak banyak terjadi di lingkungan kerja.
Menurut Zeytinoglu & Denton, 2006 dalam Ozbilgin, et al (2014:136) mendefinisikan
“the working environment is considered one the most important factors in employee
retention”, dapat disimpulkan dari pernyataan tersebut bahwa lingkungan kerja dianggap
sebagai salah satu faktor terpenting dalam retensi karyawan, lingkungan kerja yang baik akan
memberikan rasa senang bagi karyawan dengan begitu masa kerja karyawan dalam
perusahaan akan bertahan lama.
Lingkungan Kerja Fisik menurut Sedarmayanti (2009:26), adalah semua keadaan
berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan
baik secara langsung maupun scara tidak langsung. Lingkungan kerja fisik dapat dibagi
menjadi dua katagori, yaitu:
a. Lingkungan yang berhubungan langsung dengan karyawan (contoh: kursi, meja,
pusat kerja, dan sebagainya)
b. Lingkungan perantara atau lingkungan umum (seperti: pabrik, rumah, kantor,
sekolah, kota, sistem jalan raya, dan lain-lain).
Sedangkan lingkungan kerja non-fisik menurut Sugito dan Sumartono (2005:147),
“lingkungan kerja non fisik yaitu komunikasi antara karyawan, hubungan baik dengan atasan
dan lain sebagainya”. Kompensasi yang berkaitan dengan lingkungan kerja. Faktor-faktor
penting dalam lingkungan non fisik yaitu sebagai berikut:
1. Struktur tugas, dapat diartikan sebagai pembagian tugas yang diberikan secara
jelas mengenai pekerjaan yang di berikan perusahaan dan pekerjaannya dapat
dipertanggung jawabkan
2. Desain pekerjaan, sangat diperlukan bagi manajemen sumber daya manusia untuk
satuan kerja yang tepat dalam perusahaan. Desain pekerjaan dapat digunakan
untuk mengatur tugas kepada anggota karyawan dengan baik. Sehingga karyawan
dapat bekerja dengan tepat dan dapat memperbaiki kualitas kehidupan kerja
3. Pola Kepemimpinan, pemimpin tidak hanya dapat mempengaruhi bawahannya
saja, tetapi juga dapat melakukan perubahan dan memotivasi bawahannya dengan
baik. Suatu perusahaan jika pola kepemimpinannya terarah pasti perusahaan itu
akan mendapatkan hasil kerja yang maksimal
4. Pola Kerjasama, kerjasama yang baik dapat menguntungkan antar karyawan dan
dapat meringankan beban karyawan satu sama lain karena pekerjaannya akan
terasa lebih mudah dibandingkan bekerja secara individu
5. Budaya Organisasi, dalam perusahaan harus dibanggakan dan dipatuhi, karena
dengan budaya organisasi yang kuat akan mempererat karyawan dengan
pemimpin dan pemimpin dengan pemimpin.
Faktor lain yang mempengaruhi kesehatan tenaga kerja yaitu kapasitas kerja.
Kapasitas kerja adalah kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan berbeda dengan
seseorang yang lain, meskipun pendidikan dan pengalamannya sama, dan bekerja pada
suatu pekerjaan atau tugas yang sama. Perbedaan ini disebabkan karena kapasitas orang
tersebut berbeda. Kapasitas adalah kemampuan yang dibawa dari lahir oleh seseorang yang
terbatas. Artinya kemampuan tersebut dapat berkembang karena pendidikan atau
pengalaman tetapi sampai pada batas-batas tertentu saja. Kapasitas dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain gizi dan kesehatan ibu, genetik dan lingkungan. Selain itu,
dipengaruhi pula oleh pendidikan, pengalaman, kesehatan, kebugaran, gizi, jenis kelamin dan
ukuran-ukuran tubuh.
Dalam hubungan dengan produktivitas ker-ja, seorang tenaga kerja dengan gizi yang
baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik (Budiono, 2003).
Status gizi juga merupakan salah satu faktor kapasitas kerja dimana keadaan gizi yang baik
akan dapat bekerja dengan baik. Pada keadaan gizi yang buruk dengan beban kerja yang
berat akan meng-ganggu kerja dan menurunkan efisiensi serta timbul kelelahan. Selain itu,
tingkat gizi untuk pekerja berat dan kasar, makanan bagi tenaga kerja tersebut ibarat bensin
pada kendaraan bermotor (Suma’mur, 1994).
Faktor terakhir yang mempengaruhi kesehatan tenaga kerja adalah beban kerja.
Beban kerja menurut Apriani (2013), adalah banyaknya tugas dengan tanggung jawab yang
harus dilakukan organisasi atau unit-unitnya dalam satuan waktu dan jumlah tenaga kerja
tertentu. Menurut Suma’mur (Maharja,2009), bahwa aktivitas kerja yang dilakukan
melibatkan semua organ tubuh, otot, dan otak, sehingga peningkatan aktivitas kerja
mengindikasikan terjadi peningkatan beban kerja. Beban kerja terdiri dari dua, yaitu beban
kerja fisik dan beban kerja mental. Menurut Tarwaka (Maharja, 2010), bahwa beban kerja
fisik melibatkan penggunaan otot atau memerlukan usaha fisik untuk melakukan pekerjaan
tersebut. Setiap melakukan aktivitas kerja, maka mengakibatkan perubahan fungsi faal pada
organ tubuh, diantaranya adalah konsumsi oksigen atau kebutuhan oksigen, laju detak
jantung, peredaran udara atau ventilasi paru-paru, temperature tubuh, konsentrasi asam
laktat dalam darah, komposisi kimia dalam darah dan jumlah air seni, tingkat penguapan
melalui keringat, dan lain-lain. Ambar (2013) mengemukakan bahwa aspek- aspek dari beban
kerja meliputi aspek tugas-tugas yang harus dikerjakan, aspek seorang atau kelompok orang
yang mengerjakan tugas-tugas tersebut, aspek waktu yang digunakan untuk mengerjakan
tugas-tugas tersebut, dan aspek keadaan/ kondisi normal pada saat tugas-tugas tersebut
dikerjakan.
DAPUS
Triyunita Nidya, Ekawati SKM,M.Sc, dr.Daru Lestantyo, M.Si. 2013. Hubungan Beban Kerja
Fisik, Kebisingan Dan Faktor Individu Dengan Kelelahan Pekerja Bagian Weaving Pt. X
Batang. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013.
Paulina Dan Salbiah. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Pada Pekerja
Di Pt Kalimantan Steel. Jurnal Vokasi Kesehatan, Volume 2, Nomor 2, Juli 2016,
hlm.165-172.

Azamul Fadhly. 2017. Berpikir Profetik dalam Pembelajran Matematika SD/MI. Jurnal
Pendidikan Dasar Islam. 9(2): 1-10.

Anda mungkin juga menyukai