Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Teori adalah sekumpulan dalil yang berkaitan secara sistematis yang menetapkan
kaitan sebab akibat diantara variabel yang saling bergantung. Belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif tetap terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Perubahan yang
dimaksud harus relatif permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama.

Beberapa ahli psikologi mengadakan penelitian eksperimental tentang teori belajar,


walau pada waktu itu para ahli menggunakan binatang sebagai objek penelitian didasarkan
pada pemikiran bahwa apabila binatang yang kecerdasannya dianggap rendah dapat
melakukan eksperimen teori belajar, maka sudah dapat dipastikan bahwa eksperimen itu pun
dapat berlaku bahkan dapat lebih berhasil pada manusia, karena manusia lebih cerdas dari
pada bintang.
Teori belajar yang secara umum dapat dikelompokkan dalam empat kelompok atau
aliran meliputi (a) teori belajar deskriptif dan preskriptif, (b) teori belajar behaviouristik, (c)
teori belajar kognitif, (d) teori belajar konstruktivistik, (e) teori beljar humanistic. Kelima
aliran teori belajar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, yakni aliran behaviouristik
menekankan pada “hasil” daripada proses belajar. Aliran kognitif menekankan pada “proses”
belajar. Aliran humanistik menekankan pada “isi” atau apa yang dipelajari. Aliran sibernetik
menekankan pada system yang di pelajari.

B. RUMUSAN BELAJAR
a. Apa saja teori-teori belejar?
b. Bagaiamana penerapan teori-teori belajar?

C. TUJUJUAN
a. Menjelaskan pengertian teori-teori belajar
b. Menganalisis penerapan teori-teori belajar.

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Page 1


BAB II

TEORI BELAJAR DAN PENERAPANNYA

A. TEORI BELAJAR DESKRIPTIF DAN PRESKRIPTIF


Para pakar pendidikan memberikan pendapatnya tentang arti belajar dan
pembelajaran, salah satunya adalah W.H Burton menyatakan bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku pada diri individu. Sedangkan Gagne berpendapat
bahwa pembelajaran adalah pengaturan peristiwa yang membuat belajar menjadi berhasil
guna mendukung proses belajar. Sehingga dapat di simpulkan bahwa belajar adalah segala
perilaku yang memberikan perubahan baik pada individu, dan pembelajaran adalah tindakan
yang mendukung proses belajar.
Ada beberapa pendapat yang menguraikan teori belajar deskriptif dan prekriptif, yaitu :
1. Menurut Bruner
Teori pembelajaran merupakan teori preskriptif sedangkan teori belajar merupakan
teori deskriptif. Preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan
metode pembelajaran yang optimal, sedangkan deskriptif karena tujuan utama teori belajar
adalah menjelaskan proses belajar.
2. Menurut Reigeluth
Teori preskriptif yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan (goal oriented), sedangkan
teori deskriptif yang dimaksudkan untuk memberikan hasil (goal free). Oleh kerena
itu, sebabnya variabel yang diamati dalam mengembangkan teori belajar yang perspektif
adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori
pembelajaran deskriptif, variabel yang diamati adalah hasil belajar sebagai akibat dari
interaksi antara metode dan kondisi.
Sehingga dapat di simpulkan bahwa teori belajar adalah deskriptif karena tujuan
utamanya menjelaskan proses belajar, sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif karena
tujuan utamanya menetapkan metode pembelajaran yang optimal.
a) Perbedaan Teori Belajar Deskriptif dan Preskriptif
1. Teori pembelajaran merupakan teori preskriptif karena tujuan utama teori
pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal. Sedangkan
teori belajar merupakan teori deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah
menjelaskan proses belajar. Variabel yang diamati dalam mengembangkan teori
belajar yang perspektif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan,

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Page 2


sedangkan dalam pengembangan teori pembelajaran deskriptif, variabel yang
diamati adalah hasil belajar sebagai akibat dari interaksi antara metode dan kondisi.
2. Teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan
proses psikologis dalam diri siswa, sedangkan teori belajar mengungkapkan
hubungan antara kegiatan siswa dengan proses psikologis dalam diri siswa.
3. Teori pembelajaran harus memasukkan variabel metode pembelajaran. Bila tidak,
maka teori itu bukanlah teori pembelajaran. Hal ini penting sebab banyak yang
terjadi apa yang dianggap sebagai teori pembelajaran yang sebenarnya adalah teori
belajar. Teori pembelajaran selalu menyebutkan metode pembelajaran sedangkan
teori belajar sama sekali tidak berurusan dengan metode pembelajaran.
b) Kelebihan dan Kekurangan Teori Deskriptif dan Preskriptif
 Kelebihan Teori Deskriptif
 Proses belajar lebih terkonsep, sehingga siswa lebih memahami materi yang
akan disampaikan.
 Mendorong siswa untuk mencari sumber-sumber pengetahuan dalam
mengerjakan tugas
 Kelebihan Teori Preskriptif
 Pembelajaran lebih sistematis sehingga memiliki arah dan tujuan yang jelas.
 Pembelajaran memberi motivasi agar terjadi proses belajar,
sehingga mengoptimalisasi kerja otak secara maksimal.
 Kekurangan Teori Deskriptif
 Kurang memperhatikan sisi psikologis siswa dalam mendalami suatu
materi.
 Kekurangan Teori Preskriptif
 Penerapan teori preskriptif membutuhkan waktu cukup lama.
c) Penerapan Teori Belajar Deskriptif dan Preskriptif
Bruner mengatakan bahwa teori pembelajaran bersifat preskriptif, yang berarti sesuatu
yang ada sebelum adanya fakta. Sifat itu adalah sesuatu yang ada sebelum proes belajar
terjadi. Teori pembelajaran (teori preskriptif) harus mampu menghubungkan antara hal yang
ada sekarang dan bagaimana menghasilkan hal tersebut. Sedangkan teori belajar (teori
deskriptif) menjelaskan dengan pasti apa yang terjadi, namun teori pembelajaran hanya
membimbing apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan hal tersebut.

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Page 3


Ada empat hal yang tekait dengan teori pembelajaran, yaitu :
1. Teori pembelajaran harus memperhatikan bahwa terdapat banyak kecenderungan cara
belajar siswa.kecenderungan ini sudah dimiliki siswa jauh sebelum ia masuk sekolah.
2. Teori ini juga terkait dengan adanya struktur pengetahuan.
Ada tiga hal yang terkait dengan struktur pengetahuan, yaitu :
a. Struktur pengetahuan harus mampu menyederhanakan suatu informasi yang sangat
luas.
b. Struktur tersebut harus mampu membawa siswa kepada hal-hal yang baru, melebihi
informasi yang dijelaskan.
c. Struktur pengetahuan harus mampu meluaskan cakrawala berpikir siswa dan
mengombinasikannya dengan ilmu-ilmu lain.
3. Teori pembelajaran juga terkait dengan hubungan yang optimal. Seorang guru harus
mampu mencari hubungan yang mudah tentang sesuatu yang akan diajarkan agar murid
lebih mudah menangkap informasi tersebut.
4. Teori pembelajaran terkait dengan penghargaan dan hukuman.

Berikut merupakan contoh penerapan teori deskriptif dan preskriptif yaitu :


1. Teori belajar deskriptif
Seorang anak belajar dengan tujuan untuk mendapatkan nilai bagus di ulangan
keduanya setelah anak tersebut gagal di ulangan pertamanya. Dalam hal ini teori deskriptif
berperan dalam menjelaskan hal-hal apa saja yang harus dilakukan agar nilai anak tersebut di
ulangan kedua bisa bagus diantaranya dia harus belajar lebih giat, lebih memehami materi,
menayakan jika materi belum jelas, tidak mengulangi kesalahan di ulangan pertamanya dan
memiliki seseorang yang bisa membantu dalam belajar.
2. Teori pembelajaran preskriptif
Seorang guru yang melihat anak didiknya nilai ulangannya tidak memenuhi syarat
mka guru tersebut berusaha untuk mencari solusi yang tepat untuk siswanya agar mendapat
nilai yang bagus yaitu guru dengan senang hati memberikan motivasi kepada siswanya,
mengajak siswanya agar belajar kelompok, memeberikan solusi yang menumbuhkan
semangat, kepercayaan diri dan pantang menyerah dan selalu bersikap baik dengan siswanya.

B. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK


Menurut teori behavioristic, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akaibat
dari adanya interaksi situmulus dan respon. Dengan kata lain, belajar adalah bentuk
perubahan yang di alami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan car
yang baru sebagi hasil interaksi anatar situmulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jia ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Contoh, siswa belum
dapat berhitung penjumlahan, walaupun dia sudah belajar dan gurunya sudah
mengajarkannya jika siswa itu belum dapat mempraktekkan perhitungan perjumlahan, maka
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Page 4
siswa itu belum dianggap belajar. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan yang
berupa situmulus dan keluaran yang berupa respon. Dari contoh di atas, stimulus adalah apa
saja yang di berikan guru kepada siswa misalnya cara penjumlahan, sedangkan respon ialah
reaksi terhadap timulus.
Menurut teori behavioristik, apa saja yang terjadi diantara stimulus dan respon
dianggap tidak penting di perhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang
diamati hanyalah stimulus dan respon. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru
(stimulus) dan apa saja yang di hasilkan siswa (respon), semuanya harus dapat diamatai ndan
dapat diukur. Teori ini mengutamakan pengukukuran, sebab pengukuran merupakan suatu
hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Factor lain
yang dianggap penting dalah factor penguatan (reinforcement) . bila penguatan di tamabah
maka respon akan semakin kuat . Begitu juga bila penguatan di kurangi responpun akan tetap
di kuatkan. Misalnya siswa di berikan tugas oleh gurunya di sekolah, ketika tugas siswa di
tambah mak siswa kan semakin giat belajarnya. Maka penambahan tugas tersebut merupakan
penguatan positif dalam belajar. Bial tugasnya di kurangi dan pengurangan ini justru
meningktkan aktivitas belajarnya, maka pengurangan tugas merupakan penguatan negatif.

1. Penerapan Teori Behavioristik


Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori
dan praktek pendidikkan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respons atau perilaku tertentu dapat dibentuk karena dikondisi
dengan cara tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement, dan akan menghilang bila dikenai
hukuman.
Istilah-istilah seperti hubungan stimulus-respon, individu atau siswa pasif, perilaku
sebagai hasil belajar yang tampak, pembentukan perilaku (shaping) dengan penataan kondisi
secara ketat, reinforcement dan hukuman, ini semua merupakan unsurunsur yang sangat
penting dalam teori behavioristik. Teori ini hingga sekarang masih merajai praktek
pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan pembelajaran
dari tingkat paling dini, seperti Kelompok bermain, Taman Kanak-kanak, Sekolah-Dasar,
Sekolah Menengah, bahkan sampai di Perguruan Tinggi, pembentukan perilaku dengan cara
drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau hukuman masih sering dilakukan.

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Page 5


Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada
teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak
berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar
atau siswa. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan
yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus
dipahami oleh murid.
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah
ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang
dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan
tersebut.
Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu yang ada di dunia
nyata telah tersetruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan
pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin
menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan
penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan
dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan belajar atau
kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga,
ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa atau siswa
adalah obyek yang harus berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus
dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang menuntut siswa untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau
tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau
akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan
kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku
teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku
teks/buku wajib tersebut. Thorndike (Schunk, 2012) kemudian merumuskan peran yang harus
dilakukan guru dalam proses pembelajaran, yaitu:
1. Membentuk kebiasaan siswa. Jangan berharap kebiasaan itu akan terbentuk dengan
sendirinya

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Page 6


2. Berhati hati jangan smpai membentuk kebiasaan yang nantinya harus diubah. Karena
mengubah kebiasaan yang telah terbentuk adalah hal yang sangat sulit.
3. Jangan membentuk dua atau lebih kebiasaan, jika satu kebiasaan saja sudah cukup
4. Bentuklah kebiasaan dengan cara yang sesuai dengan bagaimana kebiasaan itu akan
digunakan.

C. TEORI BELAJAR KOGNITIVISTIK


Teori kogninitivistik lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya.
Para penganut aliaran kognitif managatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungaqn dengan antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar behavioristik
yang mempelajari prosese belajar hanya sebagai hubungan stimulus-respon, model belajar
kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual.
Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang di tentukan oleh persepsi
serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar
merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai
tingkah laku yang nampak. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses
internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek
kejiwaan lainnya. Belajar meruapakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sagat
kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang di terima
dan menyesuaikan dengan stuktur kognitivnya yang suadah di miliki dan terbentuk di dalam
pemikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling
berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagibagi
situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya
secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi,
emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan
stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki
dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-
pengalaman sebelumnya. Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak
dalam rumusan-rumusan seperti: “Tahap-tahap perkembangan” yang dikemukakan oleh J.
Piaget, Advance organizer oleh Ausubel, Pemahaman konsep oleh Bruner, Hirarkhi belajar
oleh Gagne, Webteaching oleh Norman, dan sebagainya.

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Page 7


D. TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK
1. Pemahaman Tentang Pengetahuan

Pengetahuan bukanlah kumpulan fata dari suatu kenyqataan yang sedang di pelajari,
melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun
lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tesedia dan sementara
orang lain tinggal menerimanya. Penegetahuan adalah sebagai suatu pembentuk yang terus
menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorgenisasi karena adanya pemahaman-
pemahaman baru. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan dari pikiran
orang blain yang belum memiliki pengetahuan tersebut. Bila guru bermeksud untuk
mentransfer konsep, ide, dan pengetahuannya tentang sesuatu kepada siswa, pentransferan itu
akan diinterpretasikan dan di konstruksikan oleh siswa sendiri melalui pengalaman dan
pengetahuan mereka sendiri.

2. Proses Mengkontruksi Pengetahuan

Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan menggunakan inderanya. Melalui interaksi


dengan objek dan lingkungan misalnya dengan melihat, mendengar, meraba, membau, atau
merasakan, seseorang dapat mengetahui sesuatu. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah
di tentukan melainkan sesuatu proses pembentukan. Semakin banyak seseorang berinteraksi
dengan objek dan lingkungan tersebut akan meningkatkan dan lebih rinci.

Von Galserfeld, mengemukakan bahwa ada beberapa kemampuan yang diperlukan


dalam proses mengkontruksi pengetahuan yaitu:

a) Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman.


b) Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesaman dan perbedaan
c) Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pemgalaman yang satu dari pada yang lainnya.

3. Proses belajar kontrukvistik

Secara konseptual,proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan


sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar kedalam diri siswa,
melainkan sebagai pemeberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses
asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutakhiran struktur kognitifnya. Kegiatan
belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta
yanng terlepas-lepas
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proeses pembentukan
pengetahuan. Pewmbentukan ini harus dilakukan oleh si pelajar. Ia harus aktif melakukan
kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang
dipelajari. Paradigm konstruktivistik memandang siswa sebaagai pribadi yang sudah
memiliki kemapuan awal sebelum mempelajari sesuatu

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Page 8


Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan uatama dalam kegiatan
belajar adalah aktivitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu
seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainny disediakan untuk membantu
pembentukan tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan
pikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan cara demikian siswa akan terbiasa dan
terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis,
kreaatif dan mampu mempertanggung jawabkan pemikirannya secara rasional.

4. Perbandingan Pembelajaran Tradisional (Behavioristik) dan Pembelajaran


konstruktivistik
Proses pembelajaran akan efektif jika diketahui inti kegiatan belajar yang
sesungguhnya. Pada bagian ini akan dibahas ciri-ciri pembelajaran tradisional atau
behavioristik dan ciri-ciri pembelajaran konstruktivistik.
Kegiatan pembelajaran yang selama ini berlangsung, yang berpijak pada teori
behavioristik, banyak didominasi oleh guru. Guru menyampaikan materi pelajaran melalui
ceramah, dengan harapan siswa dapat memahaminya dan memberikan respon sesuai dengan
materi yang diceramahkan. Dalam pembelajaran, guru banyak menggantungkan pada buku
teks. Materi yang disampaikan sesuai dengan urutan isi buku teks. Diharapkan siswa
memiliki pandangan yang sama dengan guru, atau sama dengan buku teks tersebut.
Alternatif-alternatif perbedaan interpretasi di antara siswa terhadap fenomena sosial yang
kompleks tidak dipertimbangkan. Siswa belajar dalam isolasi, yang mempelajari kemampuan
tingkat rendah dengan cara melengkapi buku tugasnya setiap hari.
Ketika menjawab pertanyaan siswa, guru tidak mencari kemungkinan cara pandang
siswa dalam menghadapi masalah, melainkan melihat apakah siswa tidak memahami sesuatu
yang dianggap benar oleh guru. Pengajaran didasarkan pada gagasan atau konsep-konsep
yang sudah dianggap pasti atau baku, dan siswa harus memahaminya. Pengkonstruksian
pengetahuan baru oleh siswa tidak dihargai sebagai kemampuan penguasaan pengetahuan.
Berbeda dengan bentuk pembelajaran di atas, pembelajaran konstruktivistik
membantu siswa menginternalisasi dan mentransformasi informasi baru. Transformasi terjadi
dengan menghasilkan pengetahuan baru yang selanjutnya akan membentuk struktur kognitif
baru. Pendekatan konstruktivistik lebih luas dan sukar untuk dipahami. Pandangan ini tidak
melihat pada apa yang dapat diungkapkan kembali atau apa yang dapat diulang oleh siswa
terhadap pelajaran yang telah diajarkan dengan cara menjawab soal-soal tes (sebagai perilaku

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Page 9


imitasi), melainkan pada apa yang dapat dihasilkan siswa, didemonstrasikan, dan
ditunjukkannya.
Pada pembelajaran konstruktivistik, siswa yang diharapkan memiliki peran optimal.
Selain itu siswa juga diharapkan untuk dapat berkolaborasi dengan orang lain untuk mencapai
kemampuan yang optimal. Menurut Vygotsky sebagai salah satu tokoh penghusung teori ini,
Perubahan mental anak tergantung pada proses sosialnya yaitu bagaimana anak berinteraksi
dengan lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial yang menguntungkan anak adalah orang-
orang dewasa atau anak yang lebih mampu yang dapat memberi penjelasan tentang segala
sesuatu sesuai dengan kebutuhan anak yang sedang belajar. Siswa dalam pembelajaran
konstruktivistik di abad 21 (ISTE dalam smaldino, dkk, 2010) dituntut untuk:
1. memiliki kreativitas dan inovasi,
2. Dapat berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain,
3. Menggunkan kemampuannya untuk mencari informasi dan menganalisis informasi
yang dia dapatkan,
4. Berpikir kritis dalam memecahkan masalah ataupun dalam membuat keputusan,
5. Memahami konsep-konsep dalam perkembangan teknologi dan mampu
mengoperasikannya.
E. TEORI BELAJAR HUMANISTIK
1. Pengertian Belajar
Menurut teori humanistik, proses belajar harus melalui dan di tunjukkan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajr humanistik
sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian dan
psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistic nsangat
mementingkan isi yang di pelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih
banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-
citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain,
teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada
pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini di kaji
noleh teori-teori lainnya.
2. Penerapan Teori Belajar Humanistik
Teori humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan dalam konteks yang lebih
praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan
psikoterapi dari pada bidang pendidikan, sehingga sukar meterjemahkannya ke dalam
langkah-langkah yang lebih konkrit dan praktis. Namun karena sifatnya yang ideal, yaitu

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Page 10


memanusiakan manusia, maka teori humanistik mampu memberikan arah terhadap semua
komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut. Semua komponen
pendidikan termasuk tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal,
manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Untuk itu,
sangat perlu diperhatikan bagaimana perkembangan siswa dalam mengaktualisasikan dirinya,
pemahaman terhadap dirinya, serta realisasi diri.
Pengalaman emosional dan karakteristik khusus individu dalam belajar perlu
diperhatikan oleh guru dalam merencanakan pembelajaran. Karena seseorang akan dapat
belajar dengan baik jika mempunyai pengertian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat
pilihan-pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang. Dengan demikian teori
humanistik mampu menjelaskan bagaimana tujuan yang ideal tersebut dapat dicapai.
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar
pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks
manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Meskipun teori
humanistik ini masih sukar diterjemahkan ke dalam langkah-langkah pembelajaran yang
praktis dan operasional, namun sumbangan teori ini amat besar. Ideide, konsep-konsep,
taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan
guru untuk memahami hakekat kejiwaan manusia. Hal ini akan dapat membantu mereka
dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti perumusan tujuan, penentuan
materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi, ke arah
pembentukan manusia yang dicita-citakan tersebut.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang secara sistematis, tahap demi tahap secara
ketat, sebagaimana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dinyatakan secara eksplisit dan
dapat diukur, kondisi belajar yang diatur dan ditentukan, serta pengalamanpengalaman
belajar yang dipilih untuk siswa, mungkin saja berguna bagi guru tetapi tidak berarti bagi
siswa (Rogers dalam Snelbecker, 1974). Hal tersebut tidak sejalan dengan teori humanistik.
Menurut teori ini, agar belajar bermakna bagi siswa, diperlukan inisiatif dan keterlibatan
penuh dari siswa sendiri. Maka siswa akan mengalami belajar eksperiensial (experiential
learning). Pada penerapan teori humanistic ini adalah hal yang sangat baik bila guru dapat
membuat hubungan yang kuat dengan siswa dan membantu siswa untuk membantu siswa
berkembang secara bebas. Dalam proses pembelajaran, guru dapat menawarkan berbagai
sumber belajar kepada siswa, seperti situs-situs web yang mendukung pembelajaran. Inti dari
pembelajaran humanistic adalah bagaimana memanusiakan siswa dan membuat proses
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Page 11


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Teori belajar deskriptif lebih menekankan terhadap hasil yang dicapai dari sebuah
proses belajar yaitu perubahan positif kearah yang lebih baik diranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik yang perubahannya cenderung menetap dan permanen.
2. Teori pembelajaran preskriptif lebih menekankan pada pencapaian tujuan dangan
metode pembelajaran yang optimal.
3. Kelebihan dari teori belejar deskriptif adalah lebih terkonsep sehingga siswa lebih
memahami materi yang akan disampaikan. Sedangkan teori preskriptif yaitu lebih
sistematis sehingga memiliki arah dan tujuan yang jelas, serta memberi motivasi agar
terjadi proses belajar
4. Kekurangan untuk teori belajar deskriptif adalah kurang memperhatikan sisi
psikologis siswa dalam mendalami suatu materi. Dan kekurangan dari
teori pembelajaran preskriptif yaitu membutuhkan waktu cukup lama.
5. Ada beberapa teori belajar yaitu: teori belajar deskriptif dan preskriptif, behavioristic,
kognivistik, konstruktivisme, dan humanistic.
6. Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon
7. Menurut teori behviorisme dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respon
8. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya
9. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya
10. Menurut teori humanistik, proses belajar harus melalui dan di tunjukkan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Page 12


DAFTAR PUSTAKA

Rusman, M.Pd 2017. Belajar pembelajaran Jakarata : Rajawali pers


0emar Hamalik 2001. Proses Belajar Mengajar Jl.Sawo Raya No.18 Jakarta13220: PT
Bumi Aksara
Harjanto 2011. Perencanaa pengajaran Jl. Matraman Raya No. 148 Jakarta 13150
PT.Rineka Cipta

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Page 13

Anda mungkin juga menyukai