Anda di halaman 1dari 2

Nama / NIM : INAYAH RESTU GAYATRI / 190910201039

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara


Mata Kuliah / Kelas : Pengantar Sosiologi / Kelas B2

FENOMENA PENYIMPANGAN SOSIAL


“WARIA”

Waria merupakan istilah yang menggabungkan kata ‘wanita’ dan ‘pria’.


Waria adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai perempuan dalam
kehidupa sehari-harinya. Secara seksual mereka adalah laki-laki (memiliki alat
kelamin layaknya laki-laki), tetapi mereka mengekspresikan identitas gendernya
sebagai perempuan. (Wikipedia)
Dofi (alias) adalah seorang warga Kecamatan Ledokombo Kabupaten
Jember. Ia berusia 35 tahun. Kesehariannya bekerja sebagai pegawai di salah satu
salon di Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember. Dalam kesehariannya sebagai
pegawai salon, ia berpakaian layaknya laki-laki normal lainnya. Hanya saja
tingkah laku dan tutur katanya lebih cenderung pada penggambaran gender
perempuan.
Dofi memang seseorang dengan seksualitas laki-laki pada umumnya.
Namun, ia memiliki ketertarikan untuk berpenampilan layaknya seorang
perempuan. Ia menggunakan make up dan pakaian feminim. Tutur kata dan
tingkah lakunya pun cenderung menggambarkan gender perempuan. Selain
penampilan, ia juga lebih tertarik untuk memiliki pasangan dengan seksualitas
laki-laki seperti layaknya seorang perempuan. Bahkan, ia telah memiliki beberapa
pasangan laki-laki yang pada umumnya berusia lebih muda darinya.
Penggambaran gender perempuan yang dilakukan oleh Dofi hanya pada
malam hari. Ia akan menggunakan make up dan berpakaian selayaknya
perempuan untuk pergi bersama pacar lelakinya. Untuk tetap mengikat pasangan
lelakinya, ia akan dengan senang hati menuruti semua kemauan pasangannya
walaupun akan mengelaurkan biaya yang sangat besar. Ia bahkan menyanggupi
semua kebutuhan hidup pasangannya, mulai dari pakaian, makanan, rokok,
bahkan kebutuhan seksualitasnya.
Penyimpangan yang terjadi kepada Dofi ini, berawal dari pengaruh
lingkungan. Ia dibesarkan dalam lingkungan yang kurang sehat dimana ia kurang
mendapat perhatian dari keluarga dan tetangga sekitar yang berperilaku
menyimpang. Penyimpangan yang dilakukan di lingkungan sekitar tempat
tinggalnya berupa konsumsi narkoba, seks bebas, kekerasan, dan lain sebagainya.
Namun, tidak ada yang berperilaku menyimpang dengan menjadi seorang waria.
Kehidupan yang digambarkan oleh lingkungan tempat tinggal Dofi adalah refleksi
kerasnya kehidupan menjadi seorang laki-laki. Hal ini diperkuat dengan kekerasan
dalam rumah tangga yang dialami keluarganya. Dofi kemudian perlahan
menyimpulkan bahwa citra seorang laki-laki adalah buruk. Oleh karenanya, ia
berusaha untuk lari dari citra yang dibuat sendiri olehnya dengan menjadi seorang
perempuan.
Seiring berjalannya waktu, Dofi kemudian menemukan pergaulan dengan
kodrat yang sama dengan dirinya. Ia kemudian mulai menemukan jati dirinya
dengan menjadi seorang perempuan. Ia mulai mengembangkan keahlian-keahlian
yang dimiliki oleh perempuan, seperti membuat kue, menata rambut, perawatan
kulit, dan lain sebagainya. Kemudian dengan keahlian tersebut ia dapat
menghasilkan rupiah yang akan digunakan untuk menghidupi dirinya,
keluarganya, dan pasangannya.
Dengan semua kenyamanan yang disajikan dengan merubah kodratnya
dari laki-laki menjadi perempuan, ia bertekad untuk tetap mempertahankan
keadaannya tanpa tahu pasti akan kembali normal.

Anda mungkin juga menyukai