I. Pendahuluan
Perkembangan teknologi di dunia kesehatan tidak diimbangi dengan
pemenuhan informasi kesehatan yang valid. Banyak dari masyarakat Indonesia
terpapar hoaks terutama mengenai kesehatan. Hal ini diperkuat oleh keterangan
Kominfo yang menemukan bahwa hoaks tentang kesehatan yang tersebar sebanyak
126 berita sepanjang Agustus 2018 hingga Februari 2019. Hoaks ini tak hanya
menyebar di kalangan orang dewasa, namun juga menyebar di kalangan remaja dan
anak-anak. Masalah komunikasi menjadi pemicu hal ini terjadi.
Komunikasi adalah sebuah proses yang dapat merangsang stimulus untuk
mengubah atau memengaruhi perilaku orang lain secara verbal maupun non verbal
(Rahmadiana, 2012). Komunikasi kesehatan adalah salah satu bagian dari
komunikasi antar manusia yang berfokus mengadakan penyuluhan mengenai
kesehatan serta solusi bagaimana menjaga kesehatannnya (Rahmadiana, 2012).
Komunikasi kesehatan memberikan informasi tentang pencegahan penyakit, cara
memelihara kesehatan serta menyadarkan masyarakat agar lepih peduli mengenai
isu-isu kesehatan beserta solusinya (Rahmadiana, 2012).
Dalam memberikan informasi atau perspektif baru tentu diperlukan sebuah
strategi. Strategi agar tujuan kita dapat tersampaikan memerlukan metode
komunikasi yang sesuai. Metode yang digunakan bervariasi tergantung orang
yang menerima informasnya.
b. Encoding
Encoding untuk melakukan pengalihan gagasan ke dalam
pesan. Encoding dapat juga diartikan sebagai bentuk dimana
pengirim mengkodean informasi yang akan disampaikan ke
dalam bentuk symbol atau isyarat.
c. Pesan (Message)
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh
sender. Pesan dapat berupa kata-kata, tulisan, gambaran atau
perantara lain. Pesan ini memiliki inti, yakni mengarah pada
usaha untuk mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Inti
pesan akan selalu mengarah pada tujuan akhir komunikasi itu.
e. Decoding
Decoding diartikan sebagai pengalihan pesan kedalam
bentuk yang sudah berbeda atau sudah menjadi sebuah gagasan.
Decoding juga diartikan sebagai proses dimana penerima
menafsirkan pesan dan menterjemahkan menjadi informasi yang
berarti baginya. Jika semakin tepat penafsiran penerima terhadap
pesan yang dimaksudkan oleh penerima, maka semakin efektif
komunikasi yang terjadi.
f. Penerima (Receiver)
Penerima atau biasa disebut juga receiver adalah pihak yang
menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa
terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok ataupun
golongan. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah,
seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris
disebut audience atau receiver. Penerima adalah elemen penting
dalam sebuah proses komunikasi, karena dialah yang menjadi
sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh
penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang
sering kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau
saluran.
h. Gangguan (Noise)
Gangguan atau noise merupakan segala sesuatu yang
mengubah informasi yang disampaikan kepada penerima atau
mengalihkannya dari penerimaan tersebut. Ada dua macam
gangguan dalam unsur komunikasi, yaitu:
- Gangguan teknis dan gangguan semantik, Gangguan teknis
misalnya orang yang mengalami kesulitan bicara atau bicaranya
hanya komat-kamit.
- Gangguan semantik, yaitu bila penerima memberi arti yang
berlainan atas sinyal yang disampaikan oleh pengirim.
k. Konteks (context)
Unsur-unsur komunikasi yang terahir adalah konteks yang
artinya situasi, suasana atau lingkungan fisik, non fisik
(sosiologis – antropologis, politik, ekonomi dan lain-lain) dari
orang yang melakukan komunikasi.
- Proses sosialisasi
Proses penyesuaian diri. Dengan kemampuan penyesuaian diri
itulah orang dapat hidup dengan baik. Dalam proses ini, individu
mempelajari bentuk tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
atau masyarakat. Di samping itu juga termasuk mempelajari
seluk-beluk bahasa yang digunakan setiap hari.
- Bersifat Koorientasi
Karena dua belah pihak atau lebih, terlibat dalam komunikasi
yang mempunyai tujuan yang sama.
- Bersifat Purposif dan Persuasif
Komunikasi bersifat purposif yaitu setiap proses komunikasi
mempunyai suatu tujuan. Komunikasi bersifat persuasif memiliki
makna yaitu proses komunikasi dapat memberikan pengaruh kepada
pemberi dan penerima informasi.
- Pertukaran Makna
Proses komunikasi terjadi pertukaran makna antara pemberi dengan
penerima informasi.
- Paralinguistik
Paralinguistik adalah hal-hal yang termasuk dalam
suara, seperti intonasi, nada bicara, kecepatan berbicara, dan
lain sebagainya.
- Prosemik
Prosemik merupakan jarak antarmanusia atau personal
space. Ruang personal ini terbagi menjadi empat tingkatan,
dimulai dari yang terdekat yaitu intimate, personal, sosial,
dan publik. Ruang personal ini juga berbeda-beda
tergantung pada budaya di suatu wilayah. Kebanyakan
orang akan merasa tidak nyaman ketika mereka merasa
diganggu ruang personalnya.
- Kontak fisik
Kontak fisik juga merupakan bentuk penyampaian
pesan. Kontak fisik dapat mengurangi kesalahan interpretasi
pesan
- Karakteristik lingkungan
Karakteristik lingkungan juga berperan dalam
memberikan suasana dan kenyamanan. Dalam memilih
tempat, kita perlu memerhatikan kepada siapa kita berbicara
dan apa yang ingin dibicarakan.
- Penampilan fisik
Penampilan fisik ternyaa juga berpengaruh, karena
biasanya orang-orang akan menilai kita pertama kali dari
penampilan kita. Bahasa verbal dan nonverbal ini haruslah
berjalan bersamaan. Keduanya sama-sama penting dan
membawa pengaruh yang besar dalam berkomunikasi.
c. Diperlukan basa-basi
Saat tatap muka dan terjadi komunikasi dengan orang baru, kita
harus berbasa-basi dulu dengan mereka agar terjalin komunikasi
yang nyaman. Tak perlu mengenai kesehatan, tanyakan juga hobi
mereka.
- Penggunaan bahasa
Bahasa yang digunakan setiap orang di berbagai negara
berbeda satu sama lain. Indonesia merupakan negara yang
memiliki banyak bahasa, namun disatukan dengan bahasa
Indonesia. Tidak menutup kemungkinan orang di daerah Papua
kadang tidak mengerti apa yang dikatakan oleh orang dari
Jakarta karena perbedaan bahasa daerah dan juga logatnya. Hal
ini menyebabkan bahasa menjadi hambatan dalam membentuk
hubungan antar manusia untuk berkomunikasi. Penyusunan
kalimat dengan bahasa yang tepat untuk diungkapkan melalui
verbal atau tulisan harus diperhatikan.
Dalam kasus bidang kesehatan, terutama dokter. Pasien bisa
menjadi salah paham jika dokter tidak memperhatikan cara
bicara dan penggunaan bahasanya. Akibat yang ditimbulkan
dapat menjadi fatal apabila dibiarkan terus menerus.
Kemungkinan paling buruk adalah kematian pada pasien karena
salah mengartikan apa yang disampaikan oleh dokter. Selain
pada pasien, seorang dokter juga wajib berkomunikasi dengan
keluarga pasien dan tetap memperhatikan bahasa yang
digunakan agar tidak ada kesalahpahaman.
- Pertukaran informasi
Sejumlah studi mengatakan bahwa dokter umum meremehkan pasien
dalam hal informasi tentang penyakit dan perawatan yang inginkan.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Donovan dan Blake (1992),
menunjukkan bahwa pasien berpenyakit “arthritis rheumatoid”,
mendambakan informasi lebih banyak tentang penyakit dan perawatnnya
dibanding dengan yang diberikan. Secara khusus, mereka ingin informasi
tentang etiologi, gejala, metode diagnosis, dan efek gejala/penyakit dan
efek samping obat-obatan, serta informasi tentang pilihan pengobatan
yang tersedia. Hal ini bisa saja terjadi terjadi kerena tidak berlangsung
pertukaran informasi yang cukup. (Dianne Berry, 2007;5)
III. Penutup
Sebagai tenaga kesehatan yang profesional, kemampuan berkomunikasi
dalam menghadapi atau melayani pasien/klien sangat diperhatikan. Makalah ini
menyajikan hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan komunikasi
kesehatan seperti unsur komunikasi, sifat atau konsep dasar komunikasi, bentuk,
model, dan fungsi komunikasi kesehatan metode komunikasi kesehatan, hambatan
dalam komunikasi kesehatan, serta prinsip komunikasi kesehatan. Diharapkan
dapat terjalin komunikasi yang baik antar tenaga kesehatan dengan pasien/klien
yang akan dilayani, sehingga pelayanan kesehatan yang diterima pasien/klien pun
Daftar Pustaka
Rahmadiana, M., Komunikasi kesehatan: Sebuah tinjauan. Jurnal
Psikogenesis. 2012.
Arianto. Komunikasi kesehatan (komunikasi antara dokter dan pasien). Palu:
Fakultas Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Tadulako; 2016 (diakses
tanggal 11 September 2019).