Anda di halaman 1dari 2

YAYASAN PENDIDIKAN PAYUNG NEGERI PEKANBARU

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


PAYUNG NEGERI PEKANBARU
PROGRAM STUDI :1. ILMU KEPERAWATAN 2. ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT 3. D.III KEPERAWATAN 4. D.III KEBIDANAN 5. PROFESI NERS
Jl. Tamtama No. 6 Labuh Baru – Pekanbaru, Riau Telp. (0761) 885214 Fax. (0761)
859162 Website : www.payungnegeri.ac.id Email : info@payungnegeri.ac.id

Formulir Pengajuan Judul Skripsi


Nama : Surianty Susilo
NIM : 18311012
Pembimbing : Ns. Yureya Nita S.kep, M.kep
Judul : Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Manajemen Laktasi Dengan Perilaku
Dalam Pemberian ASI

Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk menunjang


keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan,
segera setelah melahirkan dan pada masa menyusui selanjutnya. Bila manajemen laktasi
tidak terlaksana maka akan berdampak penurunan pemberian ASI sehingga berdampak
pada peningkatan angka gizi buruk dan gizi kurang yang beresiko pada peningkatan angka
kesakitan dan kematian bayi (Prasetyono, 2009).
World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI Eksklusif
sekurang-kurangnya selama 6 bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan dengan makanan
pendamping sampai usia 2 tahun. American Academy of Pediatrics (AAP), Academy of
Breastfeeding Medicine (ABM) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
merekomendasikan hal yang sama tentang pemberian ASI Eksklusif sekurang-kuragnya 6
bulan (Suradi, 2010). Berdasarkan data UNICEF (2013), sebanyak 136,7 juta bayi lahir
diseluruh dunia dan hanya 32,6% dari mereka yang disusui secara eksklusif dalam 6 bulan
pertama. Bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif di negara industri lebih besar meninggal
dari pada bayi yang diberi ASI Eksklusif, sementara di negara berkembang hanya 39%
ibu-ibu yang memberikan ASI Eksklusif (UNICEF, 2013).
Depkes RI menargetkan cakupan ASI Eksklusif sebesar 80%, namun angka ini
masih sangat sulit untuk dicapai (Syafiq & Fikawati, 2010). Hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) tahun 2010, cakupan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih
dibawah target yaitu pada bayi usia 0-6 bulan dengan angka cakupan 61,5%. Sedangkan
pada bayi usia 6 bulan masih sangat rendah yaitu 33,6% (Kemenkes RI Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, 2012). Di Kota Pekanbaru, pencapaian
ASI Eksklusif pada bayi usia 6 bulan juga belum optimal yaitu sebesar 47,89% pada tahun
2010 dan mengalami penurunan menjadi 46,81% pada tahun 2011 (Dinas Kota
Pekanbaru, 2012).
Pencapaian ASI yang masih jauh dibawah target nasional, merupakan tanda bahwa
kesadaran para ibu dalam memberikan ASI masih perlu ditingkatkan. Anggapan bahwa
menyusui adalah cara yang kuno serta alasan ibu bekerja, takut kehilangan kecantikan,
tidak disayangi lagi oleh suami dan gencarnya promosi perusahaan susu formula di
berbagai media massa juga merupakan alasan yang dapat mengubah kesepakatan ibu
untuk menyusui bayinya sendiri, serta menghambat terlaksananya proses laktasi (Widjaja,
2012).
Kendala ibu dalam menyusui ada dua faktor yaitu faktor internal kurangnya
pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi dan faktor eksternal ASI belum keluar pada
hari-hari pertama sehingga ibu berpikir perlu tambah susu formula, ketidakmengertian ibu
tentang kolostrum, banyak ibu yang masih beranggapan bahwa ASI ibu kurang gizi dan
kualitasnya tidak baik (Baskoro, 2008).Selama kehamilan, mayoritas wanita menunjukkan
bahwa dirinya berencana untuk mencoba menyusui. Laporan di Kanada menyatakan
bahwa walaupun saat pranatal sekitar 80% diantara ibu yang bermaksud menyusui hanya
terdapat 30% yang menyusui selama sedikitnya 6 bulan (Varney, 2007).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba (2014) tentang hubungan
kondisi psikologis dan tingkat pengetahuan ibu terhadap keberhasilan pemberian ASI
eksklusif di Ruang Perinatal RSUD Cengkareng. Ditemukan hasil terdapat hubungan
psikologis ibu terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Ada hubugan tingkat
pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi terhadap keberhasian pemberian ASI ekslusif.
Hasil uji statistik chi square pada hubungan psikologis didapatkan p sebesar 0,000 dimana
P< 0,05. Pada hubungan tingkat pengetahuan didapatkan p sebesar 0,003 dimana P<0,05.

Pekanbaru,
Koordinator Pembimbing Mahasiswa

Anda mungkin juga menyukai