Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa
ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Hal ini
merupakan suatu fenomena yang mempunyai pengaruh besar terhadap
keberhasilan pembangunan kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan
yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat yang diselenggarakan dalam bentuk kegiatan
dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan (Ichsan,
2015).
World Health Organization (WHO) mendefinisikan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) sebagai bayi yang terlahir dengan berat kurang dari 2500gram.
BBLR masih terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan
secara global karena efek jangka pendek maupun panjangnya terhadap
kesehatan (WHO (2014). Pada tahun 2011, 15% bayi di seluruh dunia (lebih
dari 20 juta jiwa), lahir dengan BBLR (UNICEF, 2013). Sebagian besar bayi
dengan BBLR dilahirkan di negara berkembang termasuk Indonesia,
khususnya di daerah yang populasinya rentan (WHO, 2014). BBLR bukan
hanya penyebab utama kematian prenatal dan penyebab kesakitan. Studi
terbaru menemukan bahwa BBLR juga meningkatkan risiko untuk penyakit
tidak menular seperti diabetes dan kardiovaskuler di kemudian hari (WHO,
2014). Begitu seriusnya perhatian dunia terhadap permasalahan ini hingga
World Health Assembly pada tahun 2012 mengesahkan Comprehensive
Implementation Plan on Maternal, Infant and Young Child Nutrition dengan
menargetkan 30% penurunan BBLR pada tahun 2025 (WHO, 2014).
Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia menurun lambat dari 65,4%
menjadi 45,7% pada tahun 2007 dan pada tahun 2010 menjadi 41%. Sementara
angka kematian di Vietnam (38%), Filipina (36%), Thailand (30%), Malaysia
(11%), Singapura (5%). Berdasarkan data Survei Demografi dan
Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian bayi (AKB) di
Indonesia dalam periode lima tahun (2007-2012) sebesar 32 per 1000 kelahiran
hidup. AKB tahun 2012 sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup meningkat
dibandingkan dengan data tahun 2010 sebesar 26 per 1000 kelahiran hidup,
dengan target tahun 2015 sebesar 23 per 1000 KH. 60% kematian bayi di
Indonesia terjadi selama periode neonatal dan 80% kematian anak terjadi
selama bayi (BPS, 2013)
Kondisi bayi yang lahir dengan BBLR seringkali tidak sebaik kondisi
bayi normal pada umumnya. Berbagai permasalahan dapat terjadi pada bayi
dengan BBLR. Passerini et al. (2012) menyatakan bahwa BBLR memiliki
risiko tinggi dalam mortalitas dan morbiditas pada neonatus. Morbiditas adalah
derajat sakit, cedera, atau gangguan pada suatu populasi (Timmreck, 2005).
Prevalensi global dari BBLR sebesar 15.5% dari 20.6 juta infant yang lahir
setiap tahunnya dimana 96.5% terjadi di negara berkembang. BBLR
merupakan penyakit terbesar di ruang Perinatologi RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru dengan menduduki peringkat pertama dalam tiga tahun terakhir
yaitu dimulai dari tahun 2010 hingga 2012 dan mengalami fluktuasi. Persentase
kejadian BBLR berturut-turut adalah 31.34%, 19.38%, dan 30.7% (RSUD AA,
2012). Tingginya angka BBLR kemungkinan besar akan meningkatkan
morbiditas dan mortalitas bayi. Penelitian terkait morbiditas BBLR juga belum
JOM PSIK VOL.1 NO.2 OKTOBER 2014 2 pernah dilakukan sebelumnya di
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dan untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan pada BBLR maka diperlukan data dasar gambaran morbiditas dari
bayi yang lahir dengan BBLR.
Bayi dengan berat badan lahir rendah mengalami hipotermi oleh karena
lemak subkutan sangat tipis sehingga mudah dipengaruhi oleh suhu lingkungan
dan pada umumnya bayi dengan berat badan lahir rendah harus dirawat dalam
inkubator (Priya 2004 p.209). Di rumah sakit perawatan BBLR dengan
inkubator selain jumlahnya yang terbatas, perawatan dengan inkubator
memerlukan biaya yang tinggi. Di samping itu angka kejadian infeksi
nosokomial pada BBLR yang dirawat di rumah sakit cukup tinggi. Oleh karena
itu diperlukan suatu metode praktis sebagai alternatif pengganti inkubator yang
secara ekonomis cukup efesien dan efektif. Dan penggunaan inkubator dinilai
menghambat kontak dini ibu-bayi dan pemberian air susu ibu (ASI) (Slvia,
2015).
Masalah pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama pada
prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Bayi
berat lahir rendah mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya
infeksi dan mudah terserang komplikasi. Masalah BBLR yang sering terjadi
adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular,
hematologi, gastro intestinal, ginjal, termoregulasi (Profil Kesehatan
Indonesia, 2013). Prognosis akan lebih buruk bila berat badan semakin rendah.
Kematian sering disebabkan karena asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan
intra kranial dan ketidakstabilan suhu yang dapat menyebabkan hipotermi .
Hipotermi merupakan salah satu penyebab kematian neonatal sebesar 6,3 %.
Hipotermi dapat meningkatkan konsumsi oksigen untuk membantu proses
termogenesis. Jika kondisi ini berlangsung lama akan menyebabkan asidosis
dan hipoglikemia (Proverawati dan Ismawati, 2010).
Dengan ditemukannya metode kanguru telah terjadi revolusi perawatan
BBLR. Metode ini berguna untuk bayi premature untuk memulihkan akibat
dari prematurisnya dan membantu orang tua agar lebih percaya diri dan dapat
berperan aktif dalam merawat bayinya. Metode PMK mampu memenuhi
kebutuhan asasi BBLR dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip
Rahim sehingga memberikan peluang BBLR untuk beradaptasi dengan baik di
dunia luar, meningkatkan hubungan emosi ibu dan bayi, mencegah terjadinya
hipotermi, men-stabilkan suhu tubuh, laju denyut jantung dan pernafasan bayi,
meningkatkan pertumbuhan dan berat badan, mengurangi stress pada bayi dan
ibu dan meningkatkan produksi ASI ibu (Herawati, 2018).
Ibu adalah orang yang paling dekat dengan bayi dan bertanggung jawab
denganbayi. Oleh karena itu pengetahuan ibu tentang perawatan BBLR secara
tidaklangsung dapat meningkatkan kesehatan BBLR. Mengacu pada teori
Notoadmojo(2007) yaitu pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta
dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah
yang dihadapinya.
Pengetahuan yang perlu di pahami oleh ibu terkait dengan perawatan
metode kanguru antara lain ibu harus mengetahui tentang pengertian dari PMK,
manfaat PMK untuk bayi dengan BBLR, cara dalam melakukan PMK dan
kriteria dari keberhasilan PMK. Setelah ibu memiliki pengetahuan yang baik
tentang PMK maka selanjutnya ibu dapat menentukan sikap dan perilaku yang
dapat diambil untuk kesejahteraan bayinya.
Penelitian ini didukung pula oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Putri, Gusmila (2014) mengatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata
berat badan bayi sebelum dan sesudah perawatan dengan metode kanguru di
ruang perinatologi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Penelitian yang
dilakukan dengan pendekatan one group pretest posttest ini berdasarkan rata-
rata berat bayi sebelum perawatan metode kanguru dan sesudah perawatan
metode kan-guru yaitu 28,30 gram dengan standar deviasi 3,093. Penelitian
yang dilakukan ini dil-aksanakan selama 2 minggu. Penelitian lain oleh Lestari,
Septiwi dan Ningiswati (2014) tentang pengaruh KMC terhadap stabilitas suhu
tubuh BBLR di ruang Peristi RSUD Kebumen menunjukkan bayi berat badan
la-hir rendah yang diberikan perlakuan perawa-tan metode kanguru/kangaroo
mother care memiliki peluang mengalami suhu tubuh normal 0,350 kali lebih
tinggi dibandingkan responden yang tidak diberikan perlakuan perawatan
metode kanguru/kangaroo mother care.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan penulis, didapatkan data
laporan Rekam Medik Pengelolahan Data dari RSUD Arifin Ahcmad Provinsi
Riau, kasus BBLR pada tahun 2015 tercatat 99 kasus (6,1%) dari 1632
kelahiran bayi dan pada tahun 2016 kasus BBLR menjadi 108 (6,9%) dari
1547 kelahiran bayi, tahun 2017 tercatat 97 kasus (7,6%) dari 1268 kelahiran
bayi, sedangkan pada tahun 2018 kasus BBLR merupakan kasus dengan
peringkat nomor empat dari sepuluh penyakit neonatus, pada periode bulan
Januari hingga Desember tercatat 111 kasus (8,3%) dari 1330 kelahiran bayi.
Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan kasus BBLR. Berdasarkan data
tersebut peneliti tertarik untuk mengambil judul “Hubungan pengetahuan ibu
dengan pelaksanaa perawatan metode kanguru pada Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2019”.

B. Rumusan Masalah
Tingginya kasus BBLR di RSUD Arifin Ahcmad Provinsi Riau pada
tahun 2018 kasus BBLR merupakan kasus dengan peringkat nomor empat dari
sepuluh penyakit neonatus, pada periode bulan Januari hingga Desember
tercatat 111 kasus (8,3%) dari 1330 kelahiran bayi. Hal ini menunjukkan terjadi
peningkatan kasus BBLR. Berdasarkan hal tersebut rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Hubungan pengetahuan ibu dengan pelaksanaa
perawatan metode kanguru pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2019”.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan pengetahuan ibu dengan pelaksanaa
perawatan metode kanguru pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran karakteristik responden terhadap pelaksanaan
perawatan metode kanguru pada bayi berat lahir rendah (BBLR) di
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2019.
b. Mengetahui pengetahuan ibu terhadap pelaksanaa perawatan metode
kanguru pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSUD
Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2019.
c. Mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan
pelaksanaa perawatan metode kanguru pada Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun
2019.
D. Manfaat Penulisan
a. Bagi Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat menjadi sumber
informasi ilmiah terkait masalah keperawatan khususnya dibidang
Perawatan metode kanguru terhadap BBLR.
b. Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan informasi dalam mendiskusikan masalah terkait
intervensi yang dapat digunakan untuk mengurangi berat bayi baru lahir
rendah.
c. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk responden
khususnya informasi terkait bagaimana cara melakukan metode kanguru
dengan tepat sehingga diharapkan dapat meningkatkan berat bayi baru
lahir.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk
penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian lanjutan terkai
tindakan selanjutnya yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
meningkatkan berat bayi baru lahir.

Anda mungkin juga menyukai