Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

ALLELOPATI

Oleh :
Muhamad Alfikri Dwihandono 163112620150015
Shilah Nuzula Utami 163112620150043
Silvia Hasan 163112620150056
Fadila Nuriati Khairunnisa 163112620150071
Rachmat Caesar Hidayat 163112620150072

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA
MARET 2018
I. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh Allelopati jenis tumbuhan terhadap pertumbuhan
tanaman.

II. Alat dan Bahan


1. Daun saga merah (Adenanthera pavonina)
2. Biji benih kacang hijau dan jagung
3. Cawan petri
4. Kertas saring
5. Blender
6. Gunting
7. Corong penyaring
8. Saringan
9. Kain kassa

III. Metode dan Cara Kerja


1. Dipilih biji kacang hijau dan jagung yang baik.
2. Disediakan beberapa cawan petri yang diberi kertas merang.
3. Dibuat ekstrak daun saga dengan cara :
 Bagian tumbuhan dipotong-potong dengan gunting.
 Dihaluskan bagian tumbuhan tersebut dengan blender.
 Dibuat ekstrak dengan aquades dengan perbandingan yaitu, bagian
tumbuhan : air adalah 1:7, 1:14, 1:21, dan dibiarkan selama beberapa
jam.
 Setelah beberapa jam saringlah ekstrak yang diperoleh dengan alat
penyaring.
4. Diletakkan masing-masing 10 biji kacang hijau dan jagung kedalam cawan
petri yang berbeda dan sudah diberi kertas saring dengan 3 ulangan.
5. Disiram 5 ml ekstrak allelopati tumbuhan yang diamati ke dalam cawan
petri yang sudah berisi biji-biji tersebut.
6. Diamati perkecambahan biji-biji tersebut setiap hari, selama 7-10 hari dan
amati pula pertumbuhan kecambahnya.
7. Ditentukan persen perkecambahannya dan diukur panjang kecambahnya.
8. Dibandingkan hasil percobaan tersebut dengan perkecambahan yang hanya
diberi perlakuan disiram dengan air aquades (kontrol).
9. Diperlukan uji secara statistik untuk mengetahui pengaruh allelopati
terhadap perkecambahan.
10. Digunakan Rancangan Acak Lengkap dengan persamaan :

Y=μ+T+Ʃ
Dimana :
Y = nilai pengamatan (persen perkecambahan)
μ = nilai rata-rata harapan
T = pengaruh perlakuan :
Perlakuan 1 : ekstrak perbandingan 1 : 7
Perlakuan 2 : ekstrak perbandingan 1 : 14
Perlakuan 3 : ekstrak perbandingan 1 : 21
Ʃ = kesalahan percobaan

IV. Hasil dan Pembahasan


Dari percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa dosis ekstrak tanaman
allelopati (ekstrak daun saga) yang diberikan terhadap kedua biji yang dijadikan sebagai
objek percobaan yakni biji jagung dan biji kacang hijau sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan dari biji tersebut. Kebanyakan biji yang diberikan
dosis ekstrak tanaman allelopati sebagian mati. Namun sebaliknya pada biji yang diberi
perlakukan dengan aquadest sebagai kontrol perkecambahannya tergolong besar. Hal ini
menandakan bahwa ekstrak dari tanaman allelopati ini sangat mempengaruhi
perkecambahan dari biji jagung dan kacang hijau. Biji-biji yang dijadikan sebagai objek
percobaan terlihat rusak karena diberi perlakuan dengan ekstrak tanaman
allelopati. Dalam prinsipnya Allelopati merupakan pengaruh yang bersifat merusak,
menghambat, merugikan dan dalam keadaan kondisi tertentu dapat juga
menguntungkan. Dimana pengaruh ini terjadi pada perkecambahan, pertumbuhan
maupun pada saat metabolisme tanaman. Pengaruh ini disebabkan oleh adanya senyawa
kimia yang di lepaskan oleh suatu tanaman ke tanaman yang lainnya.
a. Penyiraman Menggunakan Aquadest
Perlakuan Perbandingan Perbandingan Perbandingan
Hari/Tgl Kontrol 1:7 1 : 14 1 : 21
J KH J KH J KH J KH
Hari ke – 1 0 0 0 0 0 0 0 0
Hari ke – 3 0 0 0 0 0 0 0 0
Hari ke – 5 0 0 0 0 0 0 0 0
Hari ke – 7 0 0,77 B 1,31 0,57 0,91 0 0,47
Hari ke – 10 0,2 0,71 0,45 2,48 2,1 1,9 0,5 1,34
Rata-rata 0,2 0,74 0,45 1,9 1,3 1,4 0,5 0,9

Keterangan :
B = Berjamur
M = Mati
3.5

3
Tinggi Rata-rata (cm)

2.5

1.5 Kacang Hijau


Jagung
1

0.5

0
Kontrol 1:07 1:14 1:21
Perlakuan
Pada cawan petri berisi biji kacang hijau dan biji jagung dari hari ke-1 mulai
berkecambah sampai hari ke-10 kecambah semakin tinggi. Pemberian ekstrak daun saga
di awal penanaman sepertinya dibutuhkan oleh biji jagung dan biji kacang hijau sebagai
asupan nutrisi yang selanjutnya penyiraman menggunakan aquadest secara rutin.
Berdasarkan hasil percobaan diketahui bahwa panjang rata-rata kecambah jagung
tertinggi adalah 1,3 cm pada perbandingan 1 : 14, kecambah kacang hijau panjang rata-
rata tertinggi adalah 1,9 cm pada perbandingan 1 : 7.
Kedua kecambah tersebut dapat tumbuh karena kandungan allelopati yang
terkandung di daun saga sudah terlarut dalam air akibat penyiraman setiap hari
menggunakan aquadest. Perbedaan pemberian konsentrasi ekstrak daun saga tidak
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan kecambah jagung maupun kacang hijau,
karena disetiap perlakuan masing-masing kecambah dapat tumbuh meskipun dengan
besaran tinggi yang berbeda. Perbedaan tinggi kecambah tersebut pada masing-masing
perlakuan disebabkan karena kualitas biji jagung maupun kacang hijau yang ditanam
buruk sehingga tidak cocok untuk dijadikan sebagai biji pertumbuhan.

b. Penyiraman Menggunakan Ekstrak Daun Saga


Perlakuan Perbandingan Perbandingan Perbandingan
Hari/Tgl Kontrol 1:7 1 : 14 1 : 21
J KH J KH J KH J KH
Hari ke – 1 0 0 0 0 0 0 0 0
Hari ke – 3 0 0 0 0 0 0 0 0
Hari ke – 5 0 0 0 0 0 0 0 0
Hari ke – 7 B B B B B 0,25 B 0,5

Hari ke – 10 B B B B B B B B

Rata-rata 0 0 0 0 0 0,25 0 0,5

Tabel 2. Penyiraman Kacang Hijau dan Jagung Menggunakan Tanaman Allelopati


(Ekstrak Daun Saga)
Keterangan :

B = Berjamur
M = Mati
0.6

0.5
Tinggi Rata-rata (cm)
0.4

0.3
Kacang Hijau
0.2 Jagung

0.1

0
Kontrol 1:07 1:14 1:21
Perlakuan

Pada cawan petri yang berisi biji kacang hijau pertumbuhan kecambah terjadi
di hari ke-7 sebesar 0,25 cm pada perlakuan 1 : 14, dan kecambah kacang hijau tertinggi
sebesar 0,5 cm di hari ke-7 pada perlakuan 1 : 21. Sisanya biji kacang hijau tidak
mengalami pertumbuhan, biji tersebut justru berjamur. Sedangkan pada cawan petri
yang berisi biji jagung dari hari ke-1 sampai hari ke-10 biji tidak mengalami
perkecambahan, hasil akhir dari pekecambahan tersebut biji jagung berjamur.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa zat atau senyawa yang
terkandung dalam daun saga itu beracun yang dapat menghambat pembelahan sel dan
pertumbuhan biji jagung maupun biji kacang hijau sehingga mengurangi hasil
produksinya.
Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa senyawa allelopati
dapat menyebabkan gangguan atau hambatan pada perbanyakan dan perpanjangan sel,
aktivitas penyerapan hara, dan lain-lain. Semakin tinggi konsentrasi yang terdapat pada
biji jagung maupun kacang hijau justru semakin menghambat pertumbuhan kecambah.
Terbukti hasil percobaan tinggi kecambah pada perbandingan 1 : 21 lebih tinggi yaitu
0,5 cm dibandingkan dengan 1 : 14 yaitu 0,25 cm. Selain itu, terhambatnya
perkecambahan biji jagung dan kacang hijau yang digunakan kemungkinan karena
kualitas biji jagung maupun kacang hijau yang ditanam buruk sehingga tidak cocok
untuk dijadikan sebagai biji pertumbuhan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa biji jagung dan
kacang hijau berhasil tumbuh pada perlakuan menggunakan aquadest sebagai media
penyiramannya. Pada perlakuan ekstrak daun saga, biji jagung dan kacang hijau tidak
mengalami pertumbuhan nyata, berarti kecepatan perkecambahan biji jagung dan
kacang hijau dihambat oleh senyawa yang terdapat pada ekstrak daun saga
(Allelopati).

Daftar Pustaka
Andayaningsih Dwi, Rusmendro Hasmar, Yenisbar. 2014. Penuntun Praktikum
Ekologi Tumbuhan. Fakultas Biologi Universitas Nasional. Jakarta.

Dolame Yanto, Ratag Semuel, Sumakud Maria. 2015. Pengaruh Ekstrak Daun Jabon,
Mahoni Dan Cempaka Terhadap Perkecambahan Benih Jagung Dan Kacang
Tanah. Fakultas Pertanian Samratulangi. Manado.
Lampiran

Penyiraman dengan Ekstrak Daun Saga Penyiraman dengan Aquadest Pada Hari
Pada Hari ke-1 ke-1

Penyiraman dengan Ekstrak Daun Saga Penyiraman dengan Aquadest Pada Hari
Pada Hari ke-7 ke-7

Penyiraman dengan Ekstrak Daun Saga Penyiraman dengan Aquadest Pada Hari
Pada Hari ke-10 ke-10

Anda mungkin juga menyukai