Hukum Negara Kontra Aborsi
Hukum Negara Kontra Aborsi
angka dua juta kasus setiap tahunnya. Sedangkan kematian yang disebabkan karena
aborsi yang tidak aman adalah sebesar 14-16% dari semua kematian maternal.
Banyaknya perkiraan aborsi ini didasarkan pada temuan di lapangan, bahwa 4,5 juta
kelahiran yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia, terutama pada sekitar waktu
penelitian dilakukan, sebanyak 760.000 (17%) dari kelahiran tersebut adalah
kelahiran yang tidak diinginkan atau tidak direncanakan.
Jika ahli medis diketahui melakukan aborsi, UU-nya diatur dalam KUHP dengan
ancaman penjara paling lama empat tahun kurungan (pasal 299), atau lima tahun
enam bulan (pasal 347) dan jika digunakan untuk mencari keuntungan, pidananya
ditambah sepertiga (pasal 299). Dan apabila dokter atau ahli medis diketahui
membantu tindak aborsi, izin kerjanya dicabut (pasal 349).
2. Membunuh Kandungan (de dood van vrucht veroorzaken atau vrucht doden)
Pengaturan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Aborsi Dalam Hukum
Pidana Indonesia
KUHP mengatur berbagai kejahatan maupun pelanggaran. Salah satu kejahatan yang
diatur di dalam KUHP adalah masalah aborsi kriminalis . ketentuan mengenai aborsi
kriminalis dapat dilihat dalam bab XIV Buku ke II KUHP tentang kejahatan terhadap
nyawa ( khususnya Pasal 346 – 349). Adapun rumusan selengkapnya pasal-pasal
tersebut :
Pasal 299
1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.
2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia
seorang tabib, bidan atau juru-obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan
pencarian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
Pasal 347
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.
Pasal 348
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun enam bulan.
Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan
dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
Suatu hal yang merupakan kelebihan dari pasal-pasal aborsi provocatus Undang-
undang No 36 tahun 2009 adalah ketentuan pidananya. Ancaman pidana yang
diberikan terhadap pelaku aborsi provocatus kriminalis jauh lebih berat dari pada
ancaman pidana sejenis KUHP. Dalam Pasal 194 Undang-undang No 36 Tahun 2009
pidana yang diancam adalah pidana penjara paling lama 10 tahun. Dan pidana denda
paling banyak Rp.1.000.000.000.000,- (satu milyar). Sedangkan dalam KUHP, Pidana
yang diancam paling lama hanya 4 tahun penjara atau denda paling banyak tiga ribu
rupiah (Pasal 299 KUHP), paling lama empat tahun penjara (Pasal 346 KUHP), Paling
lama dua belas tahun penjara (Pasal 347 KUHP), dan paling lama lima tahun enam
bulan penjara (Pasal 348 KUHP).
Definisi tentang anak, perlindungan anak, dan hak anak masing-masing diberikan
pada Pasal 1 angka 1, angka 2, dan angka 12 UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak (UUPA).
Pasal 1 angka 1 menentukan, yaitu : “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”.
Pasal 1 angka 12 menentukan bahwa : “Hak anak adalah bagian dari hak asasi
manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga,
masyarakat, pemerintah dan negara”.
Pasal 2 menentukan : “Penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila
dan berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945
serta prinsip- prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak meliputi: nondiskriminasi;
kepentingan yang terbaik bagi anak; hak untuk hidup, kelangsunganhidup, dan
perkembangan; dan penghargaan terhadap pendapat anak”.
Pasal 4 menyatakan bahwa : “Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
Ketentuan Pasal 2, 3, dan 4 ini didukung oleh ketentuan Pasal 44 dan Pasal 45.
Referensi
https://ekspresionline.com/2019/02/07/mempertanyakan-kembali-kebijakan-aborsi-
di-indonesia/
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&ua
ct=8&ved=2ahUKEwi_lvCC3ZvlAhWBA3IKHXZYClkQFjAIegQICRAC&url=https%3A
%2F%2Fjurnal.usu.ac.id%2Findex.php%2Fjmpk%2Farticle%2Fdownload%2F3541
%2F1695&usg=AOvVaw1pZ-suA6rNbasCHW-ot5_m
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl840/penerapan-hukum-pidana-
dalam-aborsi-ilegal