TENTANG
PERKAWINAN BEDA AGAMA
( PERBANDINGAN BEBERAPA NEGARA)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
kepada:
tumbuh-tumbuhan.2 Oleh karena manusia sebagai makhluk yang “Tiap-tiap sesuatu Kami jadikan berpasang-pasangan (jantan dan
betina), agar kamu sekalian mau mengingat akan kebesaran Allah”.
(QS. al-Dzâriyât/51: 49).
)63 :63/ (يس. َت الْْْ اَرْ ضَ َومِنْ أَ ْنفُسِ ِه ْم َو ِممَّا ْلَ َيعْ لَم ُْون
ُ ُس ْبحنَ الَّ ِذيْ َخ َلقَ ْاْلَ ْز َوا َج ُكلَّهَا ِممَّا ُت ْن ِب
1
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia menurut “Maha Suci Allah yang telah menciptakan segala sesuatu
Perundangan,Hukum Adat, Hukum Agama, (Bandung: Mandar berpasang-pasangan semuanya, di antaranya apa-apa yang
Maju, 2003), Cet. Ke-2, h. 1. ditumbuhkan bumi dan dari diri mereka sendiri dan lain-lain yang
tidak mereka ketahui”. (QS. Yâsîn/36: 36).
2
Di dalam al-Qur'an Allah berfirman, antara lain: 3
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia menurut
)94: 15/ْن لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْونَ (الذاريا ت
ِ َومِنْ ُك ِّل َشيْ ٍء َخ َل ْق ْْ َنا َز ْوجَ ي Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agama, Loc., Cit.
Masyarakat pada dasarnya telah menetapkan cara-cara tertentu yaitu suatu îjâb yang dilakukan oleh pihak wali perempuan yang
untuk dapat melangsungkan perkawinan. Aturan-aturan tersebut kemudian diikuti dengan qabûl dari bakal suami dan disaksikan
terus berkembang maju dalam masyarakat yang mempunyai sekurang-kurangnya oleh dua pria dewasa.5
kekuasan pemerintahan dan di dalam suatu negara. Perkawinan Aturan perkawinan bagi bangsa Indonesia adalah Undang-
tidak terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan di mana undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang berlaku
masyarakat itu berada. Ia bisa dipengaruhi oleh pengetahuan, secara resmi sejak tanggal diundangkan, yaitu tanggal 2 Januari
pengalaman, kepercayaan dan keagamaan yang dianut 1974, kemudian berlaku secara efektif pada tanggal 1 Oktober
masyarakat yang bersangkutan. Perkawinan (biasa disebut 1975, melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9
dengan nikah), merupakan suatu cara yang dipilih Allah untuk Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 1 Tahun
menjaga kelangsungan hidup manusia di muka bumi dengan 1974 tentang Perkawinan.
tujuan menjaga kehormatan dan martabat kemuliaan manusia. Undang-undang tersebut sudah berlaku secara formal
Bagi orang Islam perkawinan disyari’atkan supaya manusia yuridis bagi bangsa Indonesia, dan telah menjadi bagian dari
mempunyai keturunan dan keluarga yang sah menuju kehidupan hukum positif. Undang-undang perkawinan ini, selain meletakkan
bahagia di dunia dan di akhirat, di bawah naungan cinta kasih asas-asas, sekaligus menampung prinsip-prinsip dan
dan ridha Ilahi.4 Perkawinan dilakukan dengan cara akad nikah, memberikan landasan hukum perkawinan yang selama ini
4 5
Arso Sosroatmodjo dan A. Wasit Aulawi, Hukum Perkawinan di Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: PT. Raja
Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), Cet. Ke-2. h. 33. Grafindo Persada, 2003), Cet. Ke-6.
menjadi pegangan dan berlaku bagi berbagai golongan Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UU
masyarakat Indonesia.6 Di mana dalam undang-undang tersebut Perkawinan)7 , dan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975.8
mengatur prinsip-prinsip perkawinan itu sendiri, harta bersama Seiring dengan perkembangan masyarakat Indonesia
suami isteri dalam perkawinan, pembatasan thalâq dan rujûk, yang semakin kompleks, permasalahan yang terjadi juga
hubungan orang tua dengan anak dan lain-lain sebagainya. semakin kompleks. Termasuk juga kompleksitas masalah
Pengaturan mengenai perkawinan beda agama di perkawinan, yang antara lain perkawinan campuran 9, kawin
berbagai negara sangat beragam. Di satu sisi ada negara- kontrak, dan perkawinan beda agama.
yang merupakan melting pot atau wadah peleburan identitas 1. Islam 0.7 0.6 0.9 0.9 0.5 0.6
budaya menunjukkan bahwa di DIY terjadi fluktuasi. Pada tahun
2.
1980, paling tidak terdapat 15 kasus perkawinan beda agama
Protesta 6.0 8.6 10.6 13.8 5.1 3.6
dari 1000 kasus perkawinan yang tercatat. Pada tahun 1990,
n
naik menjadi 18 kasus dan trend-nya menurun menjadi 12 kasus
3. Katolik 13.3 15.4 11.4 8.7 6.9 13.0
pada tahun 2000. Tahun 1980 rendah (15/1000), lalu naik tahun
4. Hindu 19.0* 9.6* 16.3 2.7 60.0 -
1990 (19/1000), kemudian turun lagi tahun 2000 (12/1000).10
5. Budha - - 37.5 21.9 - -
6. Lain-
- - 35.5 0 - -
lain
Tabel 1
Angka PBA Menurut Agama, Tahun dan Jenis Kelamin
2467 2866 267
Jumlah 24677 28668 2673
7 8 3
Agama 1980 1990 2000
* Untuk SP-80, Hindhu, Budha dan lain-lain disatukan
untuk analisis.
10
http://islamlib.com/id/artikel/fakta-empiris-nikah-beda-agama,
diunduh tgl. 1 Agustus 2011 Sumber: Sensus 1980, 1990 dan 2000
Tabel di atas juga menunjukkan bahwa laki-laki cenderung dengan membandingkannya dengan hukum nasional. Tugas
melakukan perkawinan beda agama dibanding perempuan. Angka utamanya adalah untuk mengetahui dengan pasti perbedaan dan
perkawinan beda agama, sesuai Sensus 1980, 1990 dan 2000, persamaan di dalam peraturan hukum, prinsip-prinsip dan
paling rendah terjadi di kalangan muslim (di bawah 1%). Artinya lembaga-lembaga terkait pada dua negara atau lebih dengan
bahwa semakin besar kuantitas penduduk beragama Islam, maka cara pandang untuk menyediakan solusi bagi permasalahan
pilihan kawin seagama tentu juga semakin besar. Lain halnya, bagi setempat.
penganut agama yang minoritas, maka dengan sendirinya pilihan Hal ini juga merupakan disiplin untuk memelihara “social
kawin dengan pasangan seagama juga semakin kecil. Dengan order” berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang hidup di
demikian untuk menikah beda agama, bagi penganut agama yang negara-negara lain12
tabel tersebut menunjukkan ketiadaan pola PBA yang khas dalam B. Rumusan Masalah
Berusaha untuk menjawab problematika tersebut, 1. Bagaimanakah pengaturan perkawinan beda agama di
pengkajian ini bermaksud untuk melakukan perbandingan hukum Indonesia dan di beberapa negara dari berbagai aspek?
2. Kegunaan Praktis
Tujuan penyusunan penelitian ini adalah : mendapatkan hasil kajian yang relevan sebagai langkah awal
1. Mengetahui dan menganalisis pengaturan perkawinan beda pertimbangan pembentukan Naskah Akademik peraturan
agama di Indonesia dan di beberapa negara dari berbagai yang berkaitan dengan perkawinan beda agama.
aspek.
2. Mengetahui dan menganalisi ketentuan hukum positif E. Kerangka Teori dan Konsepsional
a. Sekularisme
Kegunaan teoritis pengkajian ini adalah untuk ini dapat berupa hal seperti mengurangi keterikatan antara
mendapatkan pemikiran dan pengembangan ilmu hukum pemerintahan dan agama negara, mengantikan hukum
dalam upaya mendapatkan penyikapan terbaik atau solusi keagamaan dengan hukum sipil, dan menghilangkan
hak kalangan beragama minoritas.13 politik dalam pemerintahan sebagai hal yang penting untuk
Pencerahan di Eropa, dan memainkan peranan utama Dalam kajian keagamaan, masyarakat dunia barat
dalam peradaban Barat. Prinsip utama Pemisahan gereja pada umumnya di anggap sebagai sekular. Hal ini di
dan negara di Amerika Serikat, dan Laisisme di Perancis, karenakan kebebasan beragama yang hampir penuh
didasarkan dari sekularisme.14 tanpa sangsi legal atau sosial, dan juga karena
Kebanyakan agama menerima hukum-hukum kepercayaan umum bahwa agama tidak menentukan
utama dari masyarakat yang demokratis namun mungkin keputusan politis. Tentu saja, pandangan moral yang
masih akan mencoba untuk memengaruhi keputusan muncul dari tradisi kegamaan tetap penting di dalam
politik, meraih sebuah keistimewaan khusus atau. Aliran sebagian dari negara-negara ini.16
agama yang lebih fundamentalis menentang sekularisme. Sekularisme juga dapat berarti ideologi sosial. Di
Penentangan yang paling kentara muncul dari Kristen sini kepercayaan keagamaan atau supranatural tidak
Fundamentalis dan juga Islam Fundamentalis. Pada saat dianggap sebagai kunci penting dalam memahami dunia,
13 15
http://id.wikipedia.org/wiki/Sekularisme. tgl. 5 Agustus 2011 Ibid.
14 16
Ibid. Ibid.
dan oleh karena itu di pisahkan dari masalah-masalah semua penduduknya sederajat, meskipun agama mereka
pemerintahan dan pengambilan keputusan.17 berbeda-beda, dan juga menyatakan tidak melakukan
Sekularisme tidak dengan sendirinya adalah diskriminasi terhadap penduduk beragama tertentu.
Ateisme, banyak para Sekularis adalah seorang yang Negara sekular juga tidak memiliki agama nasional.19
religius dan para Ateis yang menerima pengaruh dari Negara sekular didefinisikan melindungi kebebasan
agama dalam pemerintahan atau masyarakat. Sekularime beragama. Negara sekular juga dideskripsikan sebagai
adalah komponen penting dalam ideologi Humanisme negara yang mencegah agama ikut campur dalam
b. Negara sekuler
permasalahan agama, dan tidak mendukung orang Di dalam UU no 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan
beragama maupun orang yang tidak beragama. Negara yang dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan lahir
sekular juga mengklaim bahwa mereka memperlakukan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
17 19
Ibid. http://id.wikipedia.org/wiki/Negara_sekular, tgl. 5 gustus 2011.
18 20
Ibid. Ibid.
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah agama/ kepercayaan juga bisa antar beda
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan kewarganegaraan yaitu pria dan wanita yang salah
b. Agama
adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, Pengkajian ini akan terdiri dari unsur-unsur berikut:
atau juga disebut dengan nama dewa atau nama lainnya 1. Aspek Pengkajian
dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang Pengkajian hukum tentang Perkawinan Beda Agama
bertalian dengan kepercayaan tersebut. (Perbandingan Beberapa Negara), dikaji dari aspek
Perkawinan beda agama adalah perkawinan antara Pengkajian ini bersifat deskriptif yakni akan
pria dan wanita yang keduanya memiliki perbedaan menggambarkan secara keseluruhan obyek yang dikaji
beda agama bisa terjadi antar sesama WNI yaitu pria WNI
3. Metode Pendekatan
dan wanita WNI yang keduanya memiliki perbedaan
Metode pendekatan yang digunakan adalah karya dari kalangan hukum, tesis, disertasi, jurnal dan
hal yang bersifat umum kemudian diarahkan kepada hal yang c. Bahan hukum tertier, yakni bahan yang memberikan
Dalam pengkajian ini digunakan data sekunder dan 5. Teknik Pengumpulan Data
data primer. Data sekunder mencakup:21 Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan melalui
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data primer
mengikat yakni peraturan perundang-undangan yang dilakukan dengan wawancara. Metode wawancara yang
mengatur tentang perkawinan beda agama (perbandingan digunakan di sini hanya bersifat menambahkan, karena
b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan konfirmasi mengenai hal-hal yang belum jelas atau diragukan
21
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif,
Suatu Tinjauan Singkat, CV. Rajawali, Jakarta, 1990, hlm. 15.
.
Analisis Data 2. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor UIN
H. Sistematika Pengkajian
G. Personil Pengkajian Laporan akhir pengkajian ini menggunakan sistematika
Ketua : Dr. Abd. Rozak A. Sastra, M.A. penulisan sebagai berikut :
Sekretaris : Rachmat Trijono, S.H., MH Bab I merupakan bab Pendahuluan. Bab II membahas
Anggota : 1. Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Faqih, MA mengenai Negara dan Agama. Bab III membahas mengenai
2. Ahyar Gayo, S.H.,M.H Perkawinan Beda Agama di Beberapa Negara. Bab IV
3. Hj. Hajerati, S.H., M.H membahas mengenai Berbagai Aspek Perkawinan Beda Agama.
4. Heru Wahyono, S.H., M.H Bab V merupakan bab Penutup yang berisi Kesimpulan dan
5. Drs. Muchlas. Saran
6. Sunaryo (PSIK) DAFTAR PUSTAKA
Sekretaritat: 1. Teguh Irmansyah, S.Ip., M.A Lampiran
2. Purwono
6 Penyerahan xx
o Bulan l i i i t t
Kegiatan
1 Pembuatan Xx
Proposal
2 Pembahasan xx
Proposal dan
pembagian
tugas
3 Pembahasan xx
tugas masing
4 Pembahasan xx
draft laporan
akhir BAB II
NEGARA DAN AGAMA
5 Penyempurnaa Xx
Tujuan dan argumen yang mendukung sekularisme
Sekularisme atau sekulerisme dalam penggunaan masa adalah gerakan menuju modernisasi dan menjauh dari nilai-nilai
kini secara garis besar adalah sebuah ideologi yang menyatakan keagamaan tradisional. Tipe sekularisme ini, pada tingkat sosial
bahwa sebuah institusi atau badan harus berdiri terpisah dari dan filsafats seringkali terjadi selagi masih memelihara gereja
agama atau kepercayaan. Sekularisme dapat menunjang negara yang resmi, atau dukungan kenegaraan lainnya terhadap
dalam masalah kepercayaan serta tidak menganakemaskan Dalam kajian keagamaan, masyarakat dunia barat pada
22
sebuah agama tertentu. umumnya di anggap sebagai sekular. Hal ini di karenakan
Sekularisme juga merujuk ke pada anggapan bahwa kebebasan beragama yang hampir penuh tanpa sangsi legal
aktivitas dan penentuan manusia, terutamanya yang politis, atau sosial, dan juga karena kepercayaan umum bahwa agama
harus didasarkan pada apa yang dianggap sebagai bukti konkret tidak menentukan keputusan politis. Tentu saja, pandangan
dan fakta, dan bukan berdasarkan pengaruh keagamaan. moral yang muncul dari tradisi kegamaan tetap penting di dalam
itu di pisahkan dari masalah-masalah pemerintahan dan menjaduh dari agama dan takhyul.
Sekularisme tidak dengan sendirinya adalah Ateisme, arrogan, mereka membantah bahwa pemerintaan sekular
banyak para Sekularis adalah seorang yang religius dan para menciptakan lebih banyak masalah dari paa menyelesaikannya,
Ateis yang menerima pengaruh dari agama dalam pemerintahan dan bahwa pemerintahan dengan etos keagamaan adalah lebih
atau masyarakat. Sekularime adalah komponen penting dalam baik. Penentang dari golongan Kristiani juga menunjukan bahwa
ideologi Humanisme Sekular. negara Kristen dapat memberi lebih banyak kebebasan
Beberapa masyarakat menjadi semakin sekular secara beragama daripada yang sekular. Seperti contohnya, mereka
alamiah sebagai akibat dari proses sosial alih-alih karena menukil Norwegia, Islandia, Finlandia, dan Denmark, yang
pengaruh gerakan sekular, hal seperti ini dikenal sebagai kesemuanya mempunyai hubungan konstitusional antara gereja
Sekularisasi dengan negara namun mereka juga dikenal lebih progresif dan
Pendukung sekularisme menyatakan bahwa liberal dibandingkan negara tanpa hubungan seperti itu. Seperti
meningkatnya pengaruh sekularisme dan menurunnya pengaruh contohnya, Islandia adalah termasuk dari negara-negara
agama di dalam negara tersekularisasi adalah hasil yang tak pertama yang melegal kan aborsi, dan pemerintahan Finlandia
terelakan dari Pencerahan yang karenanya orang-orang mulai menyediakan dana untuk pembangunan masjid.
Namun pendukung dari sekularisme juga menunjukan Komunis), institusi keagamaan menjadi subjek dibawah negara
bahwa negara-negara Skandinavia terlepas dari hubungan sekular. Kebebasan untuk beribadah dihalang-halangi dan
pemerintahannya dengan agama, secara sosial adalah termasuk dibatasi, dan ajaran gereja juga diawasi agar selalu sejakan
negara yang palng sekular di dunia, ditunjukkan dengan dengan hukum sekular atau bahkan filsafat umum yang resmi.
rendahnya persentase mereka yang menjunjung kepercayaan Dalam demokrasi barat, diakui bahwa kebijakan seperti ini
Komentator modern mengkritik sekularisme dengan Beberapa sekularis menginginkan negara mendorong
mengacaukannya sebagai sebuah ideologi anti-agama, ateis, majunya agama (seperti pembebasan dari pajak, atau
atau bahkan satanis. Kata Sekularisme itu sendiri biasanya menyediakan dana untuk pendidikan dan pendermaan) tapi
dimengerti secara peyoratif oleh kalangan konservatif. Walaupun bersikeras agar negara tidak menetapkan sebuah agama
tujuan utama dari negara sekular adalah untuk mencapai sebagai agama negara, mewajibkan ketaatan beragama atau
kenetralan di dalam agama, beberapa membantah bahwa hal ini melegislasikan akaid. Pada masalah pajak Liberalisme klasik
juga menekan agama. menyatakan bahwa negara tidak dapat "membebaskan" institusi
Beberapa filsafat politik seperti Marxisme, biasanya beragama dari pajak karena pada dasarnya negara tidak
mendukung bahwasanya pengaruh agama di dalam negara dan mempunyai kewenangan untuk memajak atau mengatu agama.
masyarakat adalahhal yang negatif. Di dalam negara yang Hal ini mencerminkan pandangan bahwa kewenangan duniawi
mempunyai kpercayaan seperti itu (seperti negara Blok dan kewenangan beragama bekerja pada ranahnya sendiri-
sendiri dan ketka mereka tumpang tindih seperti dalam isu nilai
23
Peta negara sekuler.
Keterangan:
23
http://id.wikipedia.org/wiki/Negara_sekular, tgl. 5 gustus 2011.
Ada empat prinsip dasar bagi landasan dari teologi Negara 3. Ilmu pengetahuan dan manajemen modern lebih
sekuler. Prinsip itu adalah sebagai berikut: mendominasi Day To Day Politics. Bagaimana membuat
1. Negara Nasional adalah evolusi tertinggi dari komunitas sebuah public politik (dimulai dari agenda, setting, policy
politik. Dengan lahimya Negara nasional, berbagai upaya formulation, policy adaptation, policy implemention, dan policy
untuk membangun kekhalifahan global (semacam otonom evaluation) agar policy itu berguna bagi orang banyak dan
empiro atau federasi Negara Islam yang memiliki satu imam) semakin kecil kesalahannya, harus semakin diatur oleh
tidak penting dan tidak perlu waktu dan energi yang ada pengalaman sebelumnya dan kreavitas baru, yang tercermin
harus diberikan kepada pembangunan Negara Nasional, dari perkembangan ilmu pengetahuan dan manajemen
bukan super nasional. modern. Proses dari policy making itu semakin tidak perlu
2. Dalam Negara nasional, warga Negara berasal dari agama disentuh doktrin agama. Untuk hal diatas, semakin sedikit
yang beragam. Karena mereka adalah warga dari Negara keterlibatan agama, semakin baik. Atau dalam bahasa
yang sama, hak hak social mereka dan politik mereka kerennya "the best religion is the best religion" (untuk kasus
(termasuk hak untuk duduk dalam jabatan politik, seperti day to day politics). Biarkan prinsip ilmu pengetahuan dan
Konkuensinya, semua warga Negara , apapun agamanya 4. Islam hanya terlibat sebagai sumber moralitas bagi actor
berhak mendirikan partai politik dan berhak memperebutkan pemerintahan (bukan system pemerintahan) dan moralitas
jabatan pemerintahan. bagi dunia public. Namun moralitas disini adalah moralias
umum, yaitu prinsip prilaku baik, yang juga diharuskan oleh B. Negara Non Sekuler
agama lainnya dan filsafat lainnya. Landasan moral bagi Menurut Sri Wahyuni, berkaitan dengan perbandingan
kehidupan public dengan sendirinya menjadi tugas bersama penerapan hukum keluarga dan hukum perkawinan di beberapa
semua agama besar (tidak haqnya bersumber dari doktrin negara, ada perbedaan penting antara negara-negara barat
Dengan empat prinsip dasar diatas, sebuah teologi perkawinan beda agama ini. Dalam lingkup dengan negara-
24
Negara sekuler dari tradidi dan teks Islam, niscayakan menjadi negara muslim dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : 1)
sebuah revolusi paham keagamaan yang sangat penting. Negara-negara yang menerapkan hukum keluarga dan hukum
Teologi itu akan menjadi dasar bagi berkembangnya civic cultute perkawinan dari berbagai mazbah Islam yang dianutnya, dan
dinegara yang bermayoritas muslim, yang pada gilirannya akan belum diubah yaitu negara Saudi Arabia; 2) Negara-negara yang
menjadi lahan subur bagi tumbuh dan terkonsolidasinya telah mengubah total hukum keluarga dan hukum
24
http://sriwahyuni-suka.blogspot.com/2010/03/artikel_25.html
”Perbandingan Hukum Indonesia, Beberapa Negara Muslim dan
Barat”, diunduh tgl 3 Juni 2011
contoh negara –negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara Sedangkan untuk kelompok ketiga yaitu negara muslim
termasuk Indonesia, Malaysia, Brunai. yang telah mereformasi hukum keluarganya dengan hukum
Untuk kelompok negara pertama yang menerapkan hukum modern, beberapa masih banyak yang tidak memperbolehkan
Islam untuk aspek hukum keluarga dan perkawinannya perkawinan beda agama. Sebagai contoh dalam UU Pekawinan
cenderung tidak memperbolehkan perkawinan dengan beda dan Perceraian Cyprus tahun 1951, untuk orang-orang Turki,
agama, untuk kelompok ke dua yaitu negara muslim yang telah diantara perkawinan yang dilarang adalah perkawinan antara
mengubah total hukum perkawinannya dan menerapkan hukum orang wanita muslim dengan pria non-muslim (Pasal 7 (c)).
modern barat seperti Turki yang juga senada dengan negara- Begitu juga hukum keluarga di Jordania tahun 1951, menyatakan
negara barat yang sekuler, cenderung memperbolehkan karena bahwa perkawinan yang dilarang adalah perkawinan yang masih
di barat perkawinan telah digeser dari urusan keagamaan ada hubungan darah dan perkawinan antara wanita muslim dan
menjadi urusan public semata, sehingga perkawinan sipil marak pria non-muslim (Pasal 29). Dalam hukum Status Personal Irak
dilakukan, dan perkawinan tidak harus berdasarkan agama. tahun 1959, Bab 11 tentang larangan Perkawinan Pasal 17,
Legalitas ada dalam pencatatan oleh petugas pencacat dinyatakan bahwa perkawinan seorang laki-laki muslim dengan
perkawinan oleh Negara. Sehingga, apapun agama yang dianut perempuan ahli kitab adalah sah, tetapi perkawinan antara
oleh para pihak, bahkan tidak beragamapun, dapat seorang wanita muslim dengan laki-laki non-muslim tidak
yang ada.
Dari ketiga kelompok negara itu, negara-negara Asia atas dasar consent tersebut, negara memegang otoritas (being
Tenggara terutama Malaysia dan Brunai dirasa memiliki an authority) untuk mengatur kehidupan beragama. Kondisi
kemiripan dengan kondisi sosiologis masyarakat di Indonesia, tersebut, menurut Tedi, akan berbeda ketika negara dipahami
negara-negara ini bukanlah negara theokrasi tetapi juga bukan sebagai pemangku otoritas (being in authority).25
negara sekuler, pengaturan hukum kekeluargaannya walaupun Wacana peran negara di dalam persoalan keagamaan
mengadopsi konsep hukum agama tetapi telah di konstruksikan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan umat beragama,
dengan konsep modern. pernah dikemukakan di dalam perumusan naskah asli Undang-
C. Peran Negara Indonesia dalam Mengatur Persoalan Menurut Soekiman26, sebagaimana dikemukakan di dalam rapat
Keagamaan
25
Tedi Kholiludin, Kuasa Negara atas Agama: Politik Pengakuan,
Besarnya potensi perkawinan beda agama, mendorong
Diskursus “Agama Resmi”dan Diskriminasi Hak Sipil, cetakan
Pertama (Semarang:Rasail Media Group,2009), hlm. 85.
diperlukannya peran negara. Menurut Tedi Kholiludin yang
26
Nama lengkapnya adalah dr.Soekiman Wirjosandjojo, seorang
berkesimpulan bahwa negara tidak mempunyai otoritas dalam
dokter partikelir di Yogyakarta. Ia pernah menulis sebuah buku yang
diberi judul “Over van duur van dekunsmatige pneumothorax
mengatur persoalan keagamaan masyarakat. Namun, di sisi lain
Behandeling der Long Tuberculose”. Latar belakang politiknya
adalah sebagai Ketua Perhimpunan Indonesia di Negara Belanda
ia membenarkan peran yang dimainkan negara atas dasar
(1927-1933), sebagai Bendahara dan Ketua muda Partai Syarikat
Islam Indonesia; Ketua Pengurus Besar Partai Islam Indonesia
consent (kesepakatan) yang diberikan oleh masyarakat melalui
sampai dengan tahun 1935, sebagai anggota Majelis Pertimbangan
MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia). Safroedin Bahar, et.al, Risalah
pembatasan kekuasaan negara. Dalam peran yang dijalankan
Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI)- Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Badan untuk Menyelidiki Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan secara normatif disebutkan adanya pengakuan kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) tanggal 15 Juli 1945, persoalan keagamaan bagi penduduk di dalam menjalankan ajaran agama di dalam
masyarakat sesungguhnya telah menjadi perhatian sejak masa Undang-undang Dasar ketika itu (IS), dalam kenyataannya umat
penjajahan Belanda walaupun pemerintah Kolonial Belanda Islam mengalami keadaan yang tidak sesuai dengan jaminan
menegaskan sikap netralnya terhadap ajaran agama. Perhatian yang diberikan di dalam IS tersebut. Pandangan Soekiman
pemerintah kolonial terhadap keagamaan masyarakat itu tersebut turut meramaikan pembahasan rancangan Pasal 29
ditunjukkan dengan adanya pengakuan di dalam Indische Undang-undang Dasar 1945 tentang Agama. Dihubungkan
Staatsregeling (IS) mengenai kemerdekaan bagi penduduk dengan peran negara dalam keagamaan masyarakat,
pribumi di dalam menjalankan ajaran agamanya.27 pengaturan masalah agama di dalam Undang-undang Dasar
Peran negara dalam keagamaan masyarakat, menurut menurut Soepomo tidak dimaksudkan sebagai gewetensdwang
Soekiman, tetap dibutuhkan dengan belajar dari pengalaman (paksaan kebatinan terhadap agama).28
pada masa kolonial. Dalam pandangan Soekiman, meskipun Pengaturan masalah agama di dalam Undang-undang
Pancasila”. Di dalam karyanya itu, Hazairin menafsirkan syariat tersebut memerlukan perantaraan kekuasaan negara;
berbagai implikasi yang harus dilaksanakan oleh negara 3. Syariat yang tidak memerlukan bantuan kekuasaan negara
sehubungan dengan dicantumkannya Pasal 29 UUD 1945, untuk menjalankannya dank arena itu dapat sendiri dijalankan
1. Dalam negara Republik Indonesia tidak boleh terjadi atau kewajiban pribadi terhadap Allah bagi setiap orang itu, yang
berlaku sesuatu yang bertentangan dengan kaidah-kaidah dijalankannya sendiri menurut agamanya masing-masing;
Islam bagi umat Islam, atau yang bertentangan dengan 4. Jika karena salah tafsir atau oleh karena dalam kitab-kitab
kaidah-kaidah agama Nasrani bagi umat Nasrani, atau yang agama, mungkin secara menyelip, dijumpai sesuatu
bertentangan dengan kaidah-kaidah agama Hindu Bali bagi peraturan yang bertentangan dengan sila-sila ketiga,
orang-orang Hindu Bali, atau yang bertentangan dengan keempat, dan kelima dalam Pancasila, maka peraturan
kesusilaan agama Budha bagi orang-orang Budha; agama yang demikian itu, setelah diperembukkan dengan
2. Negara Republik Indonesia, wajib menjalankan syariat Islam pemuka-pemuka agama yang bersangkutan, wajib dinon-
bagi orang Islam, syariat Nasrani bagi orang Nasrani, dan aktifkan;
sesuatu norma dalam sila ke-2 itu yang bertentangan dengan Covenant undertake to have respect for the liberty of parents
norma sesuatu agama atau dengan paham umum pemeluk- and, when applicable, legal guardians to ensure the religious and
pemeluknya berdasarkan corak agamanya, tidak berlaku bagi moral education of their children in conformity with their own
mereka. convictions.”
Di dalam konteks pergaulan internasional, pengakuan Adanya keterlibatan negara di dalam persoalan
terhadap keterlibatan negara di dalam keagamaan masyarakat keagamaan masyarakat memang menjadi persoalan tersendiri
juga ditegaskan di dalam dokumen-dokumen hukum dikarenakan di dalam konsep negara moderen tidak dikenal
internasional, seperti di dalam ICCPR 30 dan ICESCR31 tahun adanya intervensi negara di dalam persoalan keagamaan
1966. Khusus di dalam ICCPR Pasal 18, peran negara masyarakat. Menurut Jimly Asshiddiqie, urusan agama tidak
norma agama. Dengan mengambil contoh negara Amerika HAM pendekatan generasi keempat, yang didasarkan atas
Serikat, Inggris, Jerman, Perancis, dan Belanda, yang ketidakseimbangan struktural yang menindas di luar pengertian
mempermaklumkan dirinya sebagai negara sekular, menurut yang selama ini timbul dari pola hubungan vertikal antara negara
Jimly dalam banyak kasus sepanjang sejarah negara-negara dan rakyatnya.33 Implementasi konsep generasi keempat HAM
tersebut menunjukkan keterlibatannya dalam urusan tersebut adalah dengan mengembangkan konsep agree in
Keterlibatan negara dalam keagamaan masyarakat sangat Arinanto, implementasi pendekatan generasi keempat HAM
relevan ketika terjadi konflik HAM dalam pelaksanaan ajaran diwujudkan dengan mengembangkan strategi dialog untuk
agama. Dalam situasi tersebut, negara tidak dapat bersikap membangkitkan pertumbuhan ideologi pluralisme agama, yaitu
hitam-putih karena kualitas masalahnya tidak dapat disamakan (1) dialog antarkepercayaan dan antarmasyarakat;
dengan pelanggaran HAM secara umum. Konflik HAM dalam (2) aktivitas partisipatif, dan
pelaksanaan ajaran agama, pada umumnya dipicu oleh (3) pengembangan budaya nasional yang berdasarkan
33
Jimly Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia
32
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Pasca Reformasi, cetakan kedua (Jakarta:Bhuana Ilmu Populer,
(Jakarta:Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik 2008), hlm.144
Indonesia,2006), hal.95
untuk menyediakan penyelesaian jika hubungan antara anggota
BAB III
PERKAWINAN BEDA AGAMA keluarga putus, dan untuk memberikan dukungan masyarakat
DI BEBERAPA NEGARA
tempat keluarga itu berada.
hukum tradisional dari madzbah-madzhab yang dianutnya, yang terdapat muslim minoritas di Zanzibar dan di Kenya.
diantaranya adalah Negara Saudi Arabia yangh menganut Mereka menerapkan hukum keluarga Barat modern.
madzhab Hambali. Hukum keluarga Islam didasarkan kepada Kelompok ketiga, yaitu Negara-negara yang telah
al-Qur’an, sunnah, dan teladan dari para sahabat Rasulullah mereforasi hukum keluagra Islam dengan proses legislasi
SAW. Begitu juga di Negara Qatar. Di Yaman, hukum Islam modern; seperti Cyprus yang melegislasikan dan
didasarkan kepada madzhab Zaidi. Namun, penduduk Yaman mengkodifikasi hukum perkawinan dan perceraian Islam
selatan menganut madzhab Syafi’i dan Hanafi. Hukum-hukum tahun 1951. di lima Negara Asia Selatan dan Tenggara,
ini tidak dikodifikasi dan legislasi. Sementara di Bahrain, hukum keluarga Islam juga telah direformasi dengan proses
madzhab Maliki, Syafi’i, dan Syi’i diterapkan secara legilasi hukum modern; yaitu di Brunei, Malaysia, dan
tradisional, tanpa kodifikasi dan legislasi. Indonesia yang memiliki muslim mayoritas; dan Singapura
Adapun Negara kelompok kedua, yaitu yang telah dan Ceylon yang memiliki muslim minoritas. Lainnya yaitu
meninggalkan hukum Islam, dan menerapkan hukum modern LIbanon, Jordania, Algeria, Iran, yang telah mereformasi
dari Barat adalah Turki dan Albania. Code civil diadopsi di hukum keluarga Islam baik dari segi materi maupun pada
Negara ini untuk menggantikan hukum Islam –terutama di aspek regulatori, dengan mengadopsi system hukum modern.
berkaitan dengan hukum keluarga dan hukum perkawinan Pekawinan dan Perceraian Cyprus tahun 1951, untuk orang-
yang diterapkan sebagimana terpapar di atas, maka dapat orang Turki, diantara perkawinan yang dilarang adalah
dikatakan bahwa kelompok pertama yang menerapkan perkawinan antara orang wanita Muslim dengan pria non-
hukum keluarga sebagaimana dalam hukum Islam tradisional Muslim (Pasal 7 (c)). Begitu juga hukum keluarga di Jordania
berdasarkan madzhab-madzhab yang Islam tradisional yang tahun 1951, menyatakan bahwa perkawinan yang dilarang
dikaji dalam berbagai madzhab); cenderung tidak adalah perkawinan yang masih ada hubungan darah dan
memperbolehkan perkawinan antara seorang Muslim dengan perkawinan antara wanita Muslim dan pria non-muslim (Pasal
non muslim, kecuali ahli kitab (yaitu yang pada masa Nabi, 29). Dalam hukum Status Personal Irak tahun 1959, Bab 11
mereka beragama Yahudi atau Nasrani, yang ajarannya tentang larangan Perkawinan Pasal 17, dinyatakan bahwa
dianggap masih murni). Dalam fiqh, biasanya seorang Muslim perkawinan seorang laki-laki Muslim dengan perempuan ahli
laki-laki diperbolehkan menikahi seorang perempuan ahli kitab adalah sah, tetapi perkawinan antara seorang wanita
Kitab; dan sebaliknya, seorang Muslim perempuan tidak Muslim dengan laki-laki non-muslim tidak diperbolehkan.
Negara Pakistan terletak di Asia Selatan dan menurut India. Penjajahan Inggris telah menghancurkan posisi politik
perhitungan kalkulasi populasi tahun 2004 berjumlah tertinggi yang dimiliki umat Islam. Kehidupan pribumi,
159.196.336 juta jiwa merupakan negara Muslim terbesar pedagang kecil, pengrajin dan kaum buruh sangat menderita.
34
kedua di dunia. Negara ini dihuni oleh beragam kelompok Tidak hanya kerugian dalam bidang ekonomi dan
etnis yang berbeda, yang seluruhnya hidup berdampingan politik, kolonisasi ini juga mempunyaidampak dan kerugian
secara damai di bawah panji agama yang beragam pula. lebih jauh pada budaya (kultural) di mana pada awalnya
Islam tercatat sebagai agama terbesar yang dianut oleh 97 % mereka bersikap simpatik terhadap program pendidikan
jumlah penduduk Pakistan. Sementara agama lain seperti tradisional Muslim dan terhadap kultur klasik bangsa India.
Kristen, Hindu dan lainnya, hidup secara damai di negara Namun lambat laun mereka mulai menindas praktek
yang berbatasan dengan Iran di Barat, Afghanistan di Barat keagamaan dimana mereka sering menjatuhkan hukuman
Laut, India di Tenggara dan Kashmir di Timur Laut. secara sadis dan kejam. Adapaun bahasa Inggris menjadi
Negara yang beribukota Islamabad ini adalah bekas bahasa pemerintahan dan pengajaran dan bahasa Mughal
koloni Inggris ketika menjadi bagian dari wilayah India. dihapus sebagai bahasa resmi di pengadilan. Islam
Sejarah kontemporer anak benua India dan Pakistan bermula merupakan agama mayoritas di Pakistan. Dalam kehidupan
34
Tahir Mahmood, Personal Law in Islamic Countries, (New keagamaan, di mana yang berbahasa resmi Urdu ini tumbuh
Delhi: Academy of Law and Religion, 1987), hlm. 220
beberapa aliran madzhab, madzhab Hanafi dikenal sebagai
madzhab mayoritas, ditambah madzhab lain seperti Syi’ah Magribi adalah kaum Sunni yang bermadzab Maliki. Namun
Toleransi antara umat beragama terjalin baik di maupun asli Tunis memiliki keyakinan berbeda. Sebuah
Pakistan. Mereka yang minoritas seperti Hindu, Kristen dan dinasti Syi’ah, Fathimiyyah menumbangkan dinasti
Budha hidup dalam alam demokrasi dan toleransinya yang Aghlabiyyah antar 905-909 M. Akan tetapi setelah itu kaum
menjunjung tinggi kebebasan beragama dan lebih dari itu Syi’ah bahkan menjadi kelompok minoritas dan sampai
Kehidupan keberagamaan di Pakistan pada dasarnya Setelah kedatangan bangsa Turki yang memerintah di
tidak jauh berbeda dengan kehidupan keberagamaan di Tunisia dengan membawa madzab Hanafi maka sedikit demi
negara muslim lainnya. Islam menjadi jalan hidup (way of life) sedikit baik melalui kekuasaan pemerintahan langsung
yang mereka anut secara mendalam. Pandangan hidup, rasa maupun melalui sebuah sistem kedaerahan memberi
dan kecenderungan mereka sepenuhnya adalah Islam, pengaruh penting di negeri ini.
sementara tradisi dan budaya tidak berpengaruh pada Sehingga keberadaan pengikut madzab Hanafi dan
karakteristik Islam secara esensial. Maliki keduanya saling berdampingan. Ketika Perancis
Hampir sejak diperkenalkannya Islam di Tunisia, menguasai Tunisia, Perancis menyerahkan soal-saol hukum
mayoritas Masyarakat Tunis yang beragama Islam keluarga, misalnya perkawinan, perceraian, kewarisan dan
sebagaimana kebanyakan masyarakat lain di kawasan kepemilikan tanah pada yurisdiksi syariat yang dikepalai oleh
hakim-hakim Hanafi atau Maliki, namun dengan catatan dilakukan. Pengembangan dan kodifikasi hukum keluarga di
dengan menggunakan prinsip-prinsip peraturan hukum Tunisia terus dilakukan. Materinya adalah pemikiran hukum
Perancis sebagaimana dalam prinsip hokum mereka yang dari gabungan antara madzab Hanafi dan Maliki. Usaha
terdapat dalam hukum perdata, pidana, niaga, dan acara di itupun berhasil dengan berlakunya Undang-undang hukum
secara politis, upaya pengembangan dalam berbagai bidang B. Hukum Perkawinan di Barat
termasuk hukum keluarga sangat tergantung pada peran Keluarga di Barat merupakan satu kesatuan yang
ulama seperti Khiyar al-Din yang berusaha memahami atas didasarkan atas monogamy dan perkawinan yang permanent,
konsep dan perihal baru yang datang dari Perancis. Di dengan konsekuensi adanya pembedaan status yang rigid
Tunisia sangat kecil, bahkan sama sekali tidak ada, antara anak-anak yang sah dan yang tidak sah. Namun, konsep
ketegangan antara ulama dan beberapa kalangan termasuk ini telah berubah di masyarakat Barat.
pejabat Perancis. Keduanya bekerja sama dalam Prinsip dasar keluarga di Barat secara umum adalah
mengembangkan berbagai hal seperti administrasi wakaf, suami dan istri, yang diresmikan di bawah sanksi dan otoritas
publik dan menejemen zakat dan pajak. gereja. Namun, saat ini sanksi formal terhadap sipil dilakukan
Setelah merdeka 1956, upaya bertahap untuk oleha Negara. Dahulu, perkawinan yang tidak memalui
membentuk hukum keluarga secara komprehensip terus sakramen pemberkatan di gereja dianggap dosa. Hubungan
seksual di luar perkawinan mendapatkan sanksi sebagai penganut Katolik modern. Landasan filosofi yang mereka
pertanggungjawaban bagi pasangan tersebut, dan anak yang gunakan adalah hak individual untuk mendapatkan kebahagiaan.
dihasilkan dari hubungan tersebut akan terhalang untuk Manusia harus dapat menikmati kondisi tertentu yang
mendapatkan status hukum yang sah. menyebabkan mereka dapat mengembangkan kapasitasa dan
Tantang perkawinan yang permanent atau seumur hidup, potensi individunya. Bahkan, terdapat versi pendekatan yang
merupakan prinsip dasar dari ajaran keagamaan, yaitu ide lebih ekstrem, yang membawa perkawinan kepada teori
tentang sakramen perkawinan, yang diciptakan oleh Tuhan. perjanjian, sehingga interpretasi perkawinan adalah sebuah
Perkawinan adalah suci, dan apa yang telah disatukan oleh kontrak yang didasarkan atas kesepakatan. Menurut laporan
Tuhan, maka manusia tidak dapat memisahkannya. komisi peradilan Inggris, perceraian berdasarkan perjanjian ini
Gereja Katolik yang mengatur orang-orang yang akan saat ini diakui di Bulgaria dan Portugal (untuk umat non-Katolik),
melaksanakan perkawinan, berdasarkan hukum agama. Dengan tahun 1968. Hukum Perkawinan Swedia tahun 1920 juga telah
demikian, maka perpisahan perkawinan hanya karena kematian, mengakui perpisahan perkawinan dengan perjanjian.
pengaruh St Agustinus. Dalam perkembangannya, terdapat Perkawinan di Inggris yang menganut sistem hukum
pendekatan yang berbeda. Perpisahan perkawinan dapat common law, tidak mensyaratkan adanya persamaan agama
dilakukan karena beberapa kondisi, diketengahkan oleh para bagi para pihak yang akan melangsungkan perkawinan. Pada
awalnya, hukum perkawinan yang menggunakan hukum dicacatkan secara asah dengan memenuhi prosedur yang
Gereja Inggris, telah menuai banyak protes dari kelompok Di Inggris, perkawinan diatur oleh Gereja. Pada masa
aliran lainnya. Sehingga, perkawinan dianggap tidak sekedar pertengahan abad XVII, ditetapkan bahwa yang dapat
urusan keagamaan melainkan urusan public. melaksanakan perkawinan adalah yang perkawinannya diatur
Dengan adanya perkawinan gereja atau perkawinan oleh gereja dan didaftarkan serta diselenggarakan di gereja.
secara agama, perbedaan agama akan menjadi Namun, setelah reformasi, gereka mentolerir perkawinan
permasalahan dalam pelaksanaan perkawinan. Hal ini dapat yang didasarkan pada perjanjian antara kedua belah pihak.
disebabkan oleh lembaga baptis yang harus berlaku. Dengan Perkawinan seperti ini juga dianggap sah. Jika suatu
kata lain, perkawinan di gereja hanya diperuntukkan bagi pasangan sepakat untuk menjadi suami dan istri dengan
orang yang telah dibaptis sebagai Kristen. Namun, dalam menggunakan kalimat present tense (saat ini), maka mereka
perkembangannya, perkawinan bergeser menjadi perkawinan telah menjadi suami istri, tanpa mengindahkan ada atau
Perkawinan bukan sekedar urusan agama. Sehingga, perkawinan informal, yang banyak dilakukan oleh orang-
dengan cara ini, agama apapun yang dianut para pihak tidak orang yang menginginkan upacara perkawinan yang cepat
dihiraukan lagi. Orang yang beragama ataupun tidak dan mudah. Namun, perkawinan seperti ini berisiko, ketika
beragama, dapat melaksanakan perkawinan sipil, dan dapat ternyata salah satu pasangan telah malakukan perkawinan
formal, dan pasangannya menggugat perkawinan informal Hukum perkawinan Inggris tahun 1753 dan 1836
tersebut. Misalnya kasus Cochrane v. Campbell. tersebut, dianggap diskriminatif. Di dalamnya dinyatakan
Dengan demikian, maka hukum perkawinan gereja di bahwa perkawinan hanya bisa diselenggarakan di Gereja
Inggris diberlakukan kembali. Hukum perkawinan tahun 1753, Inggris (England Church). Sehingga, muncul protes dari
bahwa perkawinan harus diselenggarakan dengan Gereja Katolik Roma (Roman Church) dan aliran keagamaan
pemberkatan gereja, dengan dihadiri dua orang saksi atau yang lain, karena Kristen bukan satu-satunya agama di
lebih dan harus dicacat secara formal. Inggris. Terutama, muncul gerakan liberal Yahudi, yang
Hukum perkawinan tahun 1836 menekankan kepada menuntut reformasi hukum perkawinan tersebut. Mereka
kepentingan Negara untuk memberikan stutus sahnya merasa tidak mendapat kesetaraan dalam bidnag
perkawinan seseorang. Sehingga, terdapat tiga proses perkawinan. Mereka menganggap bahwa perkawinan adalah
pelaksanaan perkawinan yang harus dilalui para pasangan masalah public, bukan sekedar urusan keagamaan. Hingga
yaitu; pertama, pasangan harus membuat pengumuman masa perang dunia kedua (1939), tuntutan reformasi hukum
tentang kehendaknya untuk melangsungkan perkawinan, baik perkawinan tersebut belum berhasil.
kepada orang tua maupun kepada orang-orang lainnya; Perubahan mendasar dalam hukum perkawinan Inggris
kedua, harus ada perayaan perkawinan itu sendiri; ketiga, ini dilakukan tahun 1970an. Tahun 1973 dibentuk tim dan
prosedur administrasi berupa pendaftaran dan pencatatan konsultan untuk melakukan perubahan hukum perkawinan ini.
untuk status perkawinan suatu pasangan. Tim merumuskan bahwa perkawinan sipil menjadi satu-
satunya jalan paling efektif untuk melaksanakan perkawinan. Sahnya perkawinan di Canada adalah:
Namun, cara ini juga masih menuai protes dari kelompok a. berbeda jenis kelamin
gereja. Akhirnya, dirumuskan prosedur bahwa orang tua b. memiliki kemampuan seksual
harus memberikan persetujuan atas perkawinan anaknya, c. tidak ada hubungan pertalian darah atau keturunan
dengan dating sendiri ke petugas pencacat perkawinan untuk d. tidak terikat dengan perkawinan sebelumnya
ada penolakan atas perkawinan tersebut; dan harus C. Hukum Perkawinan di ASEAN
perayaan perkawinan diselenaggarakan, baik di Gereja Malaysia adalah sebuah negara federasi yang terdiri
Inggris, Gereja Katolik ataupun di sekte/ aliran lainnya. dari tiga belas negara bagian dan tiga wilayah
Hukum perkawinan di Canada, tidak menjadikan sedangkan Putrajaya menjadi pusat pemerintahan
persamaan agama sebagai sarat sah perkawinan. Sehingga, persekutuan. Jumlah penduduk negara ini melebihi 27 juta
perkawinan beda agama bukan menjadi penghalang. jiwa. Negara ini dipisahkan ke dalam dua kawasan —
Malaysia Barat dan Malaysia Timur — oleh Kepulauan agama lain, misalnya Animisme, Agama rakyat, Sikh, dan
Natuna, wilayah Indonesia di Laut Cina Selatan. Malaysia keyakinan lain; sedangkan 1,1% dilaporkan tidak
36
berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapura, beragama atau tidak memberikan informasi.
Brunei, dan Filipina. Negara ini terletak di dekat Semua orang Melayu dipandang Muslim (100%)
khatulistiwa dan beriklim tropika. Kepala negara Malaysia seperti yang didefinisi pada Pasal 160 Konstitusi Malaysia.
adalah Yang di-Pertuan Agong dan pemerintahannya Statistik tambahan dari Sensus 2000 yang menunjukkan
dikepalai oleh seorang Perdana Menteri. Model bahwa Tionghoa-Malaysia sebagian besar memeluk
pemerintahan Malaysia mirip dengan sistem parlementer agama Buddha (75,9%), dengan sejumlah signifikan
35
Westminster. mengikuti ajaran Tao (10,6%) dan Kristen (9,6%).
Malaysia adalah masyarakat multi-agama dan Islam Sebagian besar orang India-Malaysia mengikuti Hindu
adalah agama resminya. Menurut gambaran Sensus (84,5%), dengan sejumlah kecil mengikuti Kristen (7,7%)
Penduduk dan Perumahan 2000, hampir 60,4 persen dan Muslim (3,8%). Kristen adalah agama dominan bagi
penduduk memeluk agama Islam; 19,2 persen Buddha; komunitas non-Melayu bumiputra (50,1%) dengan
9,1 persen Kristen; 6,3 persen Hindu; dan 2,6 persen tambahan 36,3% diketahui sebagai Muslim dan 7,3%
36
Ibid.
35
http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia, tgl 5 Agustus 2011.
digolongkan secara resmi sebagai pengikut agama perdata atau pidana berada di bawah jurisdiksi Mahkamah
37
rakyat. Syariah, yang memiliki hierarki yang sama dengan
Konstitusi Malaysia secara teoretik menjamin Pengadilan Sipil Malaysia. Meskipun menjadi pengadilan
kebebasan beragama. Tambahan lagi, semua non-Muslim tertinggi di negara itu, Pengadilan-Pengadilan Sipil
yang menikahi Muslim harus meninggalkan agama (termasuk Pengadilan Persekutuan, pengadilan tertinggi di
mereka dan beralih kepada Islam. Sementara, kaum non- Malaysia) pada prinsipnya tidak dapat memberikan
Muslim mengalami berbagai batasan di dalam kegiatan- putusan lebih tinggi daripada yang dibuat oleh Mahkamah
kegiatan keagamaan mereka, seperti pembangunan Syariah; dan biasanya mereka segan untuk memimpin
sarana ibadah dan perayaan upacara keagamaan di kasus-kasus yang melibatkan Islam di dalam wilayah atau
beberapa negara bagian. Muslim dituntut mengikuti pertanyaan atau tantangan terhadap autoritas Mahkamah
keputusan-keputusan Mahkamah Syariah ketika mereka Syariah. Hal ini menyebabkan masalah-masalah yang
berkenaan dengan agama mereka. Jurisdiksi Mahkamah cukup mengemuka, khususnya yang melibatkan kasus-
Syariah dibatasi hanya bagi Muslim menyangkut kasus perdata di antara Muslim dan non-Muslim, di mana
Keyakinan dan Kewajiban sebagai Muslim, termasuk di pengadilan sipil telah memerintahkan non-Muslim untuk
38
antaranya pernikahan, warisan, kemurtadan, dan mencari pertolongan dari Mahkamah Syariah.
37 38
Ibid Ibid.
b. Perkawinan beda Agama di Malaysia pertunangan, perkawinan, perceraian, perwalian,
Malaysia merupakan salah satu negara yang pemberian, pembagian harta benda dan barang-barang
melarang perkawinan beda agama. yang dipercayakan, wakaf Islam, penentuan dan
Walaupun Malaysia adalah masyarakat multi- pengaturan dana sosial dan agama, penunjukan wali dan
agama, namun Islam adalah sebagai agama resmi. pelembagaan orang-orang berkenaan dengan lembaga-
Negara menjamin bahwa setiap kelompok agama berhak lembaga agama dan sosial Islam yang seluruhnya
mengurusi masalahnya sendiri. Apabila orang non-Islam beroperasi di dalam negara, adat Melayu, zakat fitrah, dan
dilindungi secara konstitusional dan legal, maka muslim baitul mal atau pendapatan Islam yang serupa dengan itu.
berada dibawah hukum Islam, dimana Sultan yang Jadi dalam situasi ini Islam adalah agama negara
mengurus kepentingan mereka dan pengadilan agama sedangkan hukum Islam mengatur tingkah laku orang-
digunakan untuk mengawasi agama tersebut.Teks pasal orang yang beriman, namun secara konstitusional
39
yang berkenaan dengan ini menyebutkan: kelompok agama lain juga diberi kebebasan untuk
Hukum Islam serta hukum pribadi dan keluarga dari melaksanakan agama mereka menurut kehendak mereka.
orang-orang beragama Islam, termasuk hukum Islam yang Mayoritas muslim di Malaysia adalah pengikut
berkenaan dengan warisan, ada tidaknya warisan, madzab Syafi’i, hal ini lebih jelas lagi dalam praktek
demikian dalam realitasnya penentuan praktek hukum membuat Undang-Undang Hukum Keluarga seperti di
Islam ini harus atas kendali Sultan-sultan yang negara bagian Johor dan Trengganu yaitu Administrasi UU
memimpinnya mengingat Semenanjung Malaysia pada Hukum Islam dan juga negara bagian lainnya seperti
waktu itu memang dikuasai beberapa kerajaan Islam yang Kedah, Malaka, Negeri Sembilan, Penang, Perlak, Perlis
dipimpin langsung oleh Sultan seperti di kerajaan Johor, dan Selangor dengan administrasi UU hukum muslim.
40
Malaka, Kelantan dan Trengganu. Begitu juga di negara bagian Serawak dan Sabah di mana
Selama penjajahan Inggris, sistem regulasi terjadi muslim minoritas, tetap memberlakukan UU Mahkamah
41
perubahan di mana bentuk dan peraturan lokal yang Melayu 1915.
pengadilan syari’ah tentang perkawinan, perceraian dan Selama tahun 1983-1985 terjadi usaha untuk
kewarisan mengikuti model Inggris. Keadaan seperti ini menyegarkan legislasi di Malaysia dalam bidang Hukum
berlanjut sampai Malaysia meraih kemerdekaannya. Keluarga yang diterapkan di beberapa negara bagian.
40
John L. Esposito (Ed), Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, III,
(Jakarta: Mizan, 2000), hlm. 329
41
Tahir Mahmood, Personal Law in Islamic Countries, (New Delhi:
Academy of Law and Religion, 1987), hlm. 220
Undang-undang Hukum Keluarga Islam 1984 ini berisi 135 Perbedaan di atas bisa saja diakibatkan masing-
42
pasal yang terbagi dalam 10 bagian. masing negara bagian mempunyai tujuan sendiri dalam
Usaha penyeragaman UU Keluarga Islam di pembentukan UU-nya. Bagi Perlak, Selangor, Negeri
Malaysia pernah dilakukan yang diketuai oleh Tengku Sembilan dan Akta Wilayah pembentukan UU perkawinan
Zaid. Tugas komite ini adalah membuat draf UU Keluarga daerah ini bertujuan untuk mengubah beberapa hal di
Islam. Setelah mendapat persetujuan dari majelis raja- bidang perkawinan, perceraian, nafkah, hadanah dan
raja, draf ini disebarkan kepada negara bagian untuk perkara lain yang berhubungan dengan kehidupan
dipakai sebagai UU Keluarga. Sayangnya tidak semua keluarga, maka pembentukan di sini hanya mengubah
negeri menerima isi keseluruhan UU tersebut. Kelantan sebagian saja. Sedangkan UU keluarga bertujuan untuk
Misalnya melakukan perbaikan atas draf. Akibatnya UU menyatukan UU yang berkaitan dengan keluarga Islam
Keluarga Islam yang berlaku di Malaysia tidak seragam dalam berbagai bidang dan perkara supaya menjadi lebih
43
sampai sekarang. mengikat. Berarti UU ini bertujuan untuk membuat suatu
a. Gambaran Umum Singapura 42% penduduk Singapura adalah orang asing yang bekerja
Singapura nama resminya Republik Singapura, adalah dan menuntut ilmu di sana. Pekerja asing membentuk 50%
sebuah negara pulau di lepas ujung selatan Semenanjung dari sektor jasa. Negara ini adalah yang terpadat kedua di
Malaya, 137 kilometer (85 mil) di utara khatulistiwa di Asia dunia setelah Monako. A.T. Kearney menyebut Singapura
Tenggara. Negara ini terpisah dari Malaysia oleh Selat Johor sebagai negara paling terglobalisasi di dunia dalam Indeks
46
di utara, dan dari Kepulauan Riau, Indonesia oleh Selat Globalisasi tahun 2006.
terdepan keempat di dunia dan sebuah kota dunia b. Perkawinan Beda Agama di Singapura
kosmopolitan yang memainkan peran penting dalam Singapura merupakan salah satu negara yang
perdagangan dan keuangan internasional. Pelabuhan memperbolehkan perkawinan beda agama. Singapura
45
Singapura adalah satu dari lima pelabuhan tersibuk di dunia. merupakan negara sekular menjadi netral dalam
45
http://id.wikipedia.org/wiki/Singapura, tgl 5 Agustus 2011. 46
Ibid
bahwa mereka memperlakukan semua penduduknya dapat mengurus administrasinya secara on line di gedung
sederajat, meskipun agama mereka berbeda-beda, dan juga Registration for Merried. Pemerintah Singapura memberikan
menyatakan tidak melakukan diskriminasi terhadap penduduk layanan perkawinan dengan pendaftaran on line baik bagi
beragama tertentu. Singapura juga tidak memiliki agama warga negara Singapura, permanent resident, maupun
Salah satu contoh perkawinan beda agama yang Hanya dalam waktu 20 menit mendaftarkan diri ke
dilangsungkan di Singapura adalah perkawinan antara Iwan legislasi perkawinan Singapura dengan biaya paling banyak
Suhandy yang beragama Budha dengan Indah Mayasari yang 20 dollar singapura, tanpa mempermasalahkan beda agama,
beragama Kristen Katholik dan keduanya berdomisili di dijamin sertifikat perkawinan legal dan bisa diterima oleh
47 48
Batam. Keduanya merupakan pasangan beda agama yang hukum manapun di dunia.
tidak dapat menikah di Indonesia, dan keduanya sepakat Untuk dapat melangsungkan pernikahan oleh Bidang
untuk melangsungkan perkawinan di Singapura. Konsuler, yang berkepentingan harus mengajukan surat
Persyaratan utama untuk dapat melangsungkan permohonan kepada Duta Besar Republik Indonesia di
1) Surat permohonan dari ayah atau wali calon mempelai 1) Foto Copy Bukti Pengesahan perkawinan di luar
wanita; Indonesia
2) Surat persetujuan nikah dari kedua belah pihak; 2) Foto Copy Kutipan akta Kelahiran
3) Surat keterangan untuk nikah dari kelurahan; 3) Foto Copy KK dan KTP
4) Surat keterangan asal-usul dari kelurahn; 4) Pasport kedua mempelai
5) Surat keterangan orang tua dari kelurahan; 5) Pas poto berdampingan ukuran 4x6 sebanyak 4 lembar
6) Akte kelahiran asli, masing-masing calon pengantin
49
Ibid.
BAB IV A. Perkawinan Beda Agama di Beberapa Negara Dari Berbagai
BERBAGAI ASPEK PERKAWINAN BEDA AGAMA
Aspek
1. Aspek Psikologis
Pengkajian ini menyoroti ‘perkawinan beda agama’ di Problem yang muncul pasangan suami-istri dari
beberapa negara dari berbagai aspek, yakni aspek psikologis, perkawinan beda agama, yang dapat berimbas kepada anak-
aspek religius, aspek yuridis, dan ketentuan hukum positif anak mereka, antara lain:
Aspek psikologis ‘perkawinan beda agama’ berlaku umum di Kehidupan rumah tangga beda agama semakin hari
semua negara. Artinya aspek psikologis sama di untuk semua serasa semakin kering. Pada awal kehidupan mereka,
negara, oleh karena aspek ini menyangkut orang. Sedangkan aspek terutama pada waku masih pacaran, perbedaan itu
religius dan aspek yuridis berbeda antara negara yang satu dengan dianggap sepele, bisa diatasi oleh cinta. Tetapi lama-
negara yang lainnya. kelamaan ternyata jarak itu tetap saja menganga. Ada
perlahan menghilang.
keagamaan. Ketika itu tak ada, maka rasa sepi kian pada saat seorang suami (yang beragama Islam) pergi
Semasa masih berpacaran lalu menikah dan belum kesedihan ketika istri dan anak-anaknya lebih memilih
punya anak,cinta mungkin diyakini bisa mengatasi semua pergi ke gereja pada saat suami pergi umroh atau haiji..
perbedaan. Tetapi setelah punya anak berbagai masalah Salah satu kebahagiaan seorang ayah muslim adalah
baru akan bermunculan. menjadi imam salat berjamaah bersama anak istri.
Bagi seorang muslim, ketika usia semakin lanjut, tak Demikian juga ketika Ramadhan tiba,suasana
ada yang diharapkan kecuali untaian doa dari anaknya. ibadah puasa menjadi perekat batin kehidupan keluarga.
Mereka yakin doa yang dikabulkan adalah yang datang Tetapi keinginan itu sulit terpenuhi ketika pasangannya
dari keluarga yang seiman. berbeda agama. Di sisi istrinya, yang kebetulan beragama
b. Tujuan Berumah TanggaTidak Ttercapai merasa indah apabila melakukan kebaktikan di gereja
Agama ibarat pakaian yang digunakan seumur bersanding dengan suami. Namun itu hanya keinginan
melekat pada setiap individu yang beragama,termasuk Setiap agama terdapat ritual-ritual keagamaan yang
dalam kehidupan rumah tangga. Merupakan suatu idealnya dijaga dan dilaksanakan secara kolektif dalam
kehidupan rumah tangga. Contohnya pelaksanaan salat c. Perkawinan Mempertemukan Dua Keluarga Besar
berjamaah dalam keluarga muslim, atau ritual berpuasa. Karakter suami dan istri yang masing-masing
Semua ini akan terasa indah dan nyaman ketika dilakukan berbeda, merupakan suatu keniscayaan. Misalnya
secara kompak oleh seluruh keluarga. perbedaan usia, perbedaan kelas sosial, perbedaan
Setelah salat berjamaah, seorang ayah yang pendidikan, semuanya itu hal yang wajar selama
bertindak sebagai imam lalu menyampaikan kultum dan keduanya saling menerima dan saling melengkapi.
dialog, tukar-menukar pengalaman untuk memaknai hidup. Namun, untuk kehidupan keluarga di Indonesia,
Suasana yang begitu indah dan religius itu sulit perbedaan agama menjadi krusial karena peristiwa akad
diwujudkan ketika pasangan hidupnya berbeda agama. nikah tidak saja mempertemukan suami-istri, melainkan
Kenikmatan berkeluarga ada yang hilang. Jadi, secara juga keluarga besarnya. Problem itu semakin terasa
psikologis perkawinan beda agama menyimpan masalah terutama ketika sebuah pasangan beda agama telah
d. Berebut Pengaruh
ibu untuk memengaruhi anak-anak, sehingga anak jadi keyakinannya. Terlebih fase anak yang tengah memasuki
bingung. Namun ada juga yang malah menjadi lebih masa pembentukan dan perkembangan kepribadian di
dewasa dan kritis. mana nilai-nilai agama sangat berperan. Kalau agama
Orang tua biasanya berebut pengaruh agar anaknya malah menjadi sumber konflik, tentulah kurang bagus bagi
dia ingin anaknya memeluk Kristen. Anak yang mestinya 2. Aspek Religius
menjadi perekat orang tua sebagai suami-isteri, kadang a. Pandangan Agama Islam
kala menjadi sumber perselisihan. Orang tua saling Pandangan Agama Islam terhadap perkawinan
berebut menanamkan pengaruh masing-masing. antar agama, pada prinsipnya tidak memperkenankannya.
Pasangan yang berbeda agama masing-masing Dalam Alquran dengan tegas dilarang perkawinan antara
akan berharap dan yakin suatu saat pasangannya akan orang Islam dengan orang musrik seperti yang tertulis
berpindah agama. Tetapi harapan belum tentu terwujud dalam Al-Quran yang berbunyi :
dan bahkan perselisihan demi perselisihan muncul. “Janganlah kamu nikahi wanita-wanita musrik sebelum
Akhirnya suami dan istri tadi masing-masing merasa mereka beriman. Sesungguh nya wanita budak yang
kesepian di tengah keluarga. mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walupun dia
menarik hati. Dan janganlah kamu menikahkah orang halal bagi Muslimah nikah dengan lelaki kafir, baik
musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum keadaanya kafir (Ahli Kitab) ataupun bukan Kitabi.”
mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin Karena Allah Ta’ala berfirman: Dan janganlah kamu
lebih baik daripada orang musyrik, walaupun dia menikahi orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita
menarik hatimu”. (Al-Baqarah [2]:221) mukmin) sehingga mereka beriman.” (al-Baqarah :221.
Larangan perkawinan dalam surat al-Baqarah ayat mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu
221 itu berlaku bagi laki-laki maupun wanita yang kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka)
beragama Islam untuk kawin dengan orang-orang yang orang-rang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang
tidak beragama Islam. (O.S. Eoh, 1996 : 117) kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal bagi
1) Lelaki Ahli Kitab (Yahudi ataupun Nasrani) Haram mereka.” (al-Mumtahanah : 10).
Menganai lelaki Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) berkata, “Tidak halal bagi muslimah menikah dengan
haram menikahi wanita Muslimah tidak ada kesamaan orang kafir secara mutlak, baik Ahlul Kitab maupun
lagi. Sebagaimana ditegaskan dalam Alquran Surat al- bukan.. Ia mendasarkan kepada firman Allah surat al-
dinikahi oleh lalaki Ahli Kitab atau non-Muslim itu (dengan wanita-wanita mukmin) sehingga mereka
sebagaian cukup menyebutkanya dengan lafal musyrik beriman.“ (QS. al-Baqarah :221).
atau kafir, karena maknanya sudah jelas: kafir itu Muhammad Ali as-Shabuni menjelaskan, di
mencakup Ahli Kitab dan musrik. Di samping itu tidak dalam ayat ini, Allah Ta’ala melarang para wali (ayah,
ada ayat ataupun hadis yang membolehkan lelaki kafir kakek, saudara, paman dan orang-orang yang memiliki
baik Ahli Kitab ataupun musyrik yang boleh menikahi hak perwalian atas wanita) menikahkan wanita yang
Muslimah setelah turun ayat 10 Surat Al-Mumtahanah. menjadi tanggung jawabnya dengan orang musyrik.
Sehingga tidak ada kesamaran lagi walupun hanya Yang dimaksud musyrik di sini adalah semua orang
disebut kafir sudah langsung mencakup kafir dari jenis yang tidak beragama Islam, mencakup penyembahan
Ahli Kitab dan kafir Musyrik. Bahkan lafal musrik saja, berhala, Majusi, Yahudi, Nasrani dan orang-orang yang
dalam hal lelaki musrik dilarang dinikahi dengan wanita Al-Imam Al-Qurthubi berkata, “Jangan
Ibnu Abdil Barr berkata, (Ulama ijma’) bahwa berkata, “Anda bersaksi bahwa dia (wanita kitabiyah) itu
Syaikh Shalih Al-Fauzan berkata, “laki-laki kafir Umar berkata, “Dia itu jamrah ‘batu bara aktif’,
firman-Nya : “Dan janganlah kamu menikahkan orang- (Hudzaifah) berkata, “Anda bersaksi bahwa dia
orang musrik (dengan wanita-wanita mu’min) sebelum (wanita kitabiyah) itu haram ?” Umar berkata, “Dia itu
mereka beriman.” (al-Baqarah :221). jamrah.” Hudzaifah berkata, “Saya telah mengerti bahwa
dia itu jamrah, tetapi dia bagiku halal.” Oleh karena itu,
2) Menikahi Wanita Muhshanat Dari Kalangan Ahli Kitab ketika Hudzaifah menalak wanita kitabiyah itu, ia ditanya,
Ketika bolehnya menikahi wanita Ahli Kitab yang “Kenapa kamu tidak menalaknya ketika disuruh umar ?”
Muahshanah ‘yang menjaga diri’ dan kehormatannya Huzaifah berkata, “Aku tidak suka kalau orang-
sudah tsabat ‘kuat’, lalu yang lebih utama hendaknya tidak orang memandang bahwa aku berbuat suatu perkara yang
menikahi wanita kitabiyah (Yahudi dan Nasrani) karerna tidak seyogyanya bagiku. Dan kerena barangkali hati
Umar berkata kepada para shabat yang menikahi wanita- Umar cendrung kepadanya (wanita kitabiyah itu), lalu dia
wanita Ahli Kitab, “Talaklah mereka.” Kemudia, mereka (wanita kitabiyah itu) memfitnah atau menguji Umar. Dan
barangkali di antara keduanya ada anak, maka cendrung a) Perkawinan wanita muslimah dengan laki-laki non
kepada wanita kitabiyah.”(Hartono Ahmad Jaiz, 2004 : muslimah adalah haram hukumya.
Syi’ah Imamiyah mengharamkan (menikahi wanita wanita bukan muslimah. Tentang perkawinan atara
Ahli Kitab) dengan firman-Nya; “ …dan janganlah menikahi laki-laki muslimah dengan wanita Ahli Kitab terdapat
ayat; “ Dan jaganlah kamu tetap berpegang pada tali Setelah mempertimbangkan bahwa mafsadahnya
(perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir.” (al- lebih besar daripada maslahatnya, maka MUI
3) Keputusan MUI tentang Perkawinan Antar Agama dengan wanita non Iskam kareka haram hukumnya.
Di samping itu ada keputusan Musyawarah Selanjutnya Prof. Dr. Quraiysh Shihab, MA dengan
Nasional ke II Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. lantangmengatakan,perkawinan ini tidak sah, baik menirut
05/Kep/Munas II/MUI/1980 tanggal 1 juni 1980 tentang agama maupun menurut negara.
Fatwa, yang menetapkan pada angka 2 perkawinan Antar Pendapat ini di kuatkan oleh Prof. Dr. Muardi
Agama Umat Beragama, bahwa: Khatib, salah seorang tokoh majelis tarjih Muhammadiyah
yang berpendapat bahwa persoalan ini jelas di dalam Nomor : 4/MUNAS VII/MUI/8/2005
Tentang
Alquran surat al-Baqarah ayat 221, disana dijelaskan
PERKAWINAN BEDA AGAMA
sercara tegas bahwa seorang wanita Muslim Haram
Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah
hukumnya menikah dengan laki-laki non Muslim dan
Nasional VII MUI, pada 19-22 Jumadil Akhir 1426H. / 26-
29 Juli 2005M., setelah
sebaliknya laki-laki Muslim haram menikahi wanita non MENIMBANG :
1. Bahwa belakangan ini disinyalir banyak terjadi
Muslim, “ini sudah menjadi konsensus ulama,” tambahnya,
perkawinan beda agama;
2. Bahwa perkawinan beda agama ini bukan saja
“Kensekwensinya perkawinan ini harus dibatalkan”.
mengundang perdebatan di antara sesama umat Islam,
akan tetapi juga sering mengundang keresahan di tengah-
Pendapat senada juga disampaikan K.H. Ibrahim Hosen tengah masyarakat;
3. Bahwa di tengah-tengah masyarakat telah muncul
yang mengatakan, menurut madzhab Syafi’I, setelah
pemikiran yang membenarkan perkawinan beda agama
dengan dalih hak asasi manusia dan kemaslahatan;
turunnya al-Qur’an orang Yahudi dan Nasrani tidak lagi
4. Bahwa untuk mewujudkan dan memelihara
ketentraman kehidupan berumah tangga, MUI
disebut ahll Kitab. 50
memandang perlu menetapkan fatwa tentang perkawinan
beda agama untuk dijadikan pedoman.
Perkembangan Fatwa MUI selanjutnya adalah MENGINGAT :
1. Firman Allah SWT :
sebagai berikut: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawini-
nya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut
tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang
KEPUTUSAN FATWA saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian
MAJELIS ULAMA INDONESIA itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (QS.
al-Nisa [4] : 3);
50 Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
Media Dakwah, Desember 1996, h. 31
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya)
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- (QS. al-Baqarah [2] : 221)
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah
al-Rum [3] : 21); kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Alllah lebih
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap maka jangalah kamu kembalikan mereka kepada (suami-
apa yang diperlihatkan-Nya kepada mereka dan selalu suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi
mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. al-Tahrim orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal
[66]:6 ); pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami)
Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa
(sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada
bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang
dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan
kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu
wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang- bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah
orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-
membayar mas kawin mereka dengan maksud Nya diantara kamu. Dan Allah maha mengetahui dan
menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak maha bijaksana (QS. al-Mumtahianah [60] : 10).
(pula) menjadikannya gundik-gundik. Barang siapa yang Dan barang siapa diantara kamu (orang merdeka) yang
kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum tidak cukup perbelanjaannya untuk mengawini wanita
Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat merdeka lagi beriman, Ia boleh mengawini wanita yang
termasuk orang-orang merugi. (QS. al-Maidah [5] : 5); beriman, dari budak-budak yang kamu miliki. Allah
Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, mengetahui keimananmu; sebahagian kamu adalah dari
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak sebahagian yang lain, karena itu kawinilah mereka dengan
yang mukmin lebih baik dari wanita yang musyrik, seizin tuan mereka dan berilah mas kawin mereka
walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menurut yang patut, sedang mereka pun wanita-wanita
menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita yang memelihara diri bukan pezina dan bukan (pula)
mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak wanita-wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai
yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun ia piaraannya; dan apabila mereka telah menjaga diri dengan
menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka sedang Allah kawin, kemudian mereka mengerjakan perbuatan yang
mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya . Dan keji (zina), maka atas mereka separuh hukuman dari
hukuman wanita-wanita merdeka yang bersuami. Ketua, Sekretaris,
(Kebolehan mengawini budak) itu, adalah bagi orang-
orang yang takut pada kesulitan menjaga diri (dari K. H. MA’RUF AMIN HASANUDIN
perbuatan zina) diantaramu, dan kesabaran itu lebih baik
bagimu. Dan Allah Maha Pengamun dan Maha Penyayang
(QS. al-Nisa [4] : 25).
2. Hadis-hadis Rasulullah s.a.w :
Wanita itu (boleh) dinikahi karena empat hal : (i) karena b. Pandangan Agama Katolik
hartanya; (ii) karena (asal-usul) keturunannya; (iii) karena
kecantikannya; (iv) karena agama. Maka hendaklah kamu Salah satu halangan yang dapat mengakibatkan
berpegang teguh (dengan perempuan) yang menurut
agama Islam; (jika tidak) akan binasalah kedua tangan-mu perkawinan tidak sah, yaitu perbedaan agama. Bagi
(Hadis riwayat muttafaq alaih dari Abi Hurairah r.a);
3. Qa’idah Fiqh : Gereja Katholik menganggap bahwa perkawinan antar
Mencegah kemafsadatan lebih didahulukan (diutamakan)
dari pada menarik kemaslahatan. seseorang yang beragama katholik dengan orang yang
MEMPERHATIKAN :
1. Keputusan Fatwa MUI dalam Munas II tahun bukan katholik, dan tidak dilakukan menurut hukum agama
1400/1980 tentang Perkawinan Campuran.
2. Pendapat Sidang Komisi C Bidang Fatwa pada Katholik dianggap tidak sah.
Munas VII MUI 2005 :
Dengan bertawakkal kepada Allah SWT Disamping itu, perkawinan antara seseorang yang
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : FATWA TENTANG PERKAWINAN beragama Katholik dengan orang yang bukan Katholik
BEDA AGAMA
1. Perkawinan beda agama adalah haram dan tidak sah. bukanlah merupakan perkawinan yang ideal.
2. Perkawinan laki-laki muslim dengan wanita Ahlu Kitab,
menurut qaul muâtamad, adalah haram dan tidak sah. Hal ini dapat dimengerti karena agama Katholik
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 22 Jumadil Akhir 1426 H. memandang perkawinan sebagai sakramen sedangkan
29 Juli 2005 M.
MUSYAWARAH NASIOANAL VII agama lainnya (kecuali Hindu) tidak demikian karena itu
MAJELIS ULAMA INDONESIA,
Pimpinan Sidang Komisi C Bidang Fatwa
Katholik menganjurkan agar pengahutnya kawin dengan pengembalaan khusus. Pada umumnya gereja tidak
c. Pandangan Agama Protestan perkawinan campur ini beda agama ini, setelah pihak yang
Pada prinsipnya agama Protestan menghendaki bukan protestan membuat pernyataan bahwa ia bersedia
agar penganutnya kawin dengan orang yang seagama, ikut agama Protestan.
karena tujuan utama perkawinan untuk mencapai Keterbukaan ini dilatarbelakangi oleh keyakinan
kebahagiaan sehingga akan sulit tercapai kalau suami istri bahwa pasangan yang tidak seiman itu dikuduskan oleh
Dalam hal terjadi perkawinan antara seseorang Ada pula gereja tertentu yang bukan hanya tidak
yang beragma Protestan dengan pihak yang menganut memberkati, malah anggota gereja yang kawin dengan
agama lain, maka:51 Mereka dianjurkan untuk menikah orang yang tidak seagama itu dikeluarkan dari gereja.
agama masing-masing. Kepada mereka diadakan Menurut Pdt. Purboyo W. Susilaradeya 52 bahwa
51
menurut Pdt. Dr. Fridolin Ukur (1987:2) 52
http://gkipi.org/pernikahan-beda-agama-dalam-perspektif-
gki/
yang berbeda agama tetap memutuskan menikah, walau ditawarkan beberapa rekomendasi di sekitar pernikahan
masalah upacara/ibadah pernikahan pada awal perjalanan Pernikahan Beda Agama di Alkitab
mereka, hingga pendidikan agama bagi anak-anak mereka Di dalam Alkitab dikisahkan beberapa orang yang
kelak. Dan yang biasanya lebih tidak dapat dipahami lagi menikah beda agama, misalnya Yusuf, Musa, Daud,
adalah bahwa beberapa gereja, salah satu di antaranya Salomo, dan tentu saja pernikahan Boas dan Ruth. Walau
adalah Gereja Kristen Indonesia (GKI), bersedia yang terakhir ini tidak selalu dianggap sebagai pernikahan
melayankan kebaktian peneguhan dan pemberkatan beda agama karena pernyataan Ruth kepada mertuanya
pernikahan dari pasangan yang berbeda agama, walau yang amat terkenal itu: “…bangsamulah bangsaku,
berbagai tantangan juga menanti gereja di depan. Dari Allahmu adalah Allahku…” (Rut 1:16). Namun mesti
masalah persiapan dan penyelenggaraan upacara/ibadah dikatakan bahwa pada umumnya pernikahan beda agama
pernikahan mereka, hingga pendampingan pastoral bagi tidak dikehendaki di dalam Perjanjian Lama (PL).
Khususnya GKI, bersedia melayankan kebaktian Allah Israel akan dipengaruhi ibadah asing dari pasangan
peneguhan dan pemberkatan pernikahan beda agama. yang tidak seiman (Ezr. 9-10; Neh. 13:23-29; Mal. 2:10).
Untuk itu di bawah ini akan dipaparkan pernikahan beda di Larangan yang eksplisit terdapat dalam Ul. 7:3-4,
Alkitab, dalam sejarah gereja, dan di GKI, kemudian akan “Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka:
anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak pasangan yang tidak seiman itu menghendakinya (1 Kor.
laki-laki mereka, ataupun anak perempuan mereka jangan 7:12-16). Dan harap dicatat bahwa dengan jelas Paulus
kauambil bagi anakmu laki-laki; sebab mereka akan menegaskan bahwa yang mengatakan ini bukan Tuhan,
membuat anakmu laki-laki menyimpang dari pada-Ku, tetapi dirinya sendiri, Paulus.
murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan Pernikahan Beda Agama dalam Sejarah Gereja
memunahkan engkau dengan segera.” Pada awal sejarah gereja, tidak ada praktik yang
Dalam Perjanjian Baru (PB) Paulus dihadapkan seragam, walau pada prinsipnya pernikahan yang
pada permasalahan ini khususnya di jemaat Korintus. dikehendaki adalah pernikahan di antara orang-orang
Menjawab pertanyaan mengenai “pernikahan kembali” seiman. Keputusan resmi pertama tentang itu terjadi di
apabila salah satu dari pasangan meninggal, Paulus Sinode di Elvira (Spanyol) pada awal abad 4. Di situ
menyetujuinya asalkan seiman (1 Kor. 7:39). Pendapat pernikahan beda agama ditolak dan diberi label
Paulus ini kerap kali dianggap sebagai pendirian Paulus “perzinahan spiritual” (spiritual adultery). Pada tahun 314
bahwa pernikahan hanya boleh terjadi di antara orang- Sinode di Arles mengulangi larangan, dan untuk pertama
orang Kristen. Namun dalam kasus seseorang yang kalinya diputuskan, bahwa para pelanggar akan dihukum
bertobat menjadi percaya namun pasangannya tidak, dengan pengasingan dari persekutuan untuk jangka waktu
Chalcedon tahun 451, di mana ditetapkan bahwa orang tama, harapan, sejauh hal ini mungkin, agar anak-anak
Kristen diperkenankan menikah dengan orang yang tidak dibaptis dan dibesarkan secara katolik, hanya diletakkan
seiman, asalkan orang itu bertobat menjadi Kristen serta pada pasangan yang Katolik. Sedangkan mengenai
anak-anak dari perkawinan itu dibaptiskan. Ketetapan ini upacara pernikahan, walau itu berlangsung menurut tata-
akhirnya dihisabkan ke dalam hukum gereja Katolik Roma, cara Gereja Katolik, uskup setempat diberi wewenang
dan diberlakukan sejak Mei 1918, serta menjadi kebijakan untuk apabila perlu dan tepat, mengizinkan
dasar pernikahan beda agama. Dalam praktik dispensasi dilaksanakannya upacara dengan cara lain. Dan sanksi
hanya diberikan, bila pasangan yang Katolik bebas untuk ekskomunikasi dalam hal pernikahan beda agama ini tidak
anak-anak dibaptiskan dan dibesarkan secara Katolik. Gereja Ortodoks, yang juga memegangi bahwa
Upacara pernikahan harus menurut tata-cara Katolik dan pernikahan adalah sakramen, tetap bersiteguh bahwa
dipimpin oleh seorang imam Katolik. Upacara lain dilarang. pernikahan haruslah terjadi di antara dua orang yang telah
dan mengevaluasi masalah ini dengan seksama, Lain lagi halnya dengan gereja-gereja Prostestan.
berdasarkan masukan dari berbagai bagian dunia. Pada umumnya mereka menolak pernikahan beda agama
Berdasarkan itu ketetapan mengenai pernikahan beda sebagai sesuatu yang bertentangan dengan ajaran dan
praktik gereja. Kecuali pasangan yang tidak seiman Pernikahan Beda Agama dalam Pemahaman dan
memedulikannya. Akibatnya banyak pasangan yang GKI menerima dan dapat melaksanakan pernikahan
berbeda agama menikah hanya secara hukum (“catatan beda agama dengan syarat sebagai berikut:
sipil”) atau pasangan yang Kristen mengikuti upacara Jika salah seorang calon mempelai bukan anggota
menurut agama pasangannya. Sebagai reaksi atas hal ini gereja, ia harus bersedia menyatakan secara tertulis
ada gereja-gereja yang memberikan sanksi kepada dengan menggunakan formulir yang ditetapkan oleh
anggotanya yang nekad menikah dengan orang yang tidak Majelis Sinode bahwa:
praktik “disiplin gerejawi” diperlunak. Ada gereja-gereja - Ia tidak akan menghambat atau menghalangi
yang bersedia melayankan upacara pernikahan beda suami/isterinya untuk tetap hidup dan beribadat
agama tidak di gereja, di rumah, bila pasangan yang tidak menurut iman Kristiani.
seiman setuju dilaksanakan upacara Kristen. Dan ada - Ia tidak akan menghambat atau menghalangi anak-
gereja yang untuk itu mensyaratkan pembinaan pra-nikah anak mereka untuk dibaptis dan dididik secara Kristiani.
bagi pasangan beda agama yang akan menikah. (Tata Laksana GKI Pasal 29:9.b)
Berarti, melalui berbagai pertimbangan, GKI telah Indonesia. Dahulu upaya untuk memberikan dispensasi
mengubah ketetapannya. Ketika masih terdiri atas 3 dalam bentuk syarat pasangan yang tidak seiman harus
sinode, masing-masing sinode GKI, (setidaknya GKI Jawa dibaptis atau meminta yang bersangkutan untuk berjanji
Tengah) semula hanya bersedia menikahkan pasangan adalah tindakan pastoral untuk membantu pasangan-
yang tidak seiman dengan anggotanya, bila yang pasangan pernikahan beda agama. Tetapi kemudian tidak
bersangkutan sudah dibaptis, atau berjanji jarang pasangan yang tidak seiman, walau telah dibaptis,
(menandatangani surat perjanjian) untuk mengikuti di kemudian hari kembali ke agamanya semula, bahkan
katekisasi dan dibaptis. Dalam Tata Gereja dan Tata memengaruhi pasangannya untuk ikut dengannya. Dan
Laksana GKI Jawa Tengah yang disahkan tahun 1987, kerap terjadi, pasangan tidak seiman yang telah berjanji
rumusan yang sama dengan rumusan dalam Tata untuk mengikuti katekisasi dan dibaptis, setelah
Laksana GKI di atas diterima [Tata Laksana GKI Jateng pernikahan terjadi, tidak menepati janjinya itu.
Bab V, Pasal 1, Ayat 26, Butir 2.a.(3)]. Namun selain pertimbangan praktis, pemahaman
Perubahan ini menurut hemat saya turut didorong yang mendasari perubahan ini kiranya juga jelas.
oleh kenyataan dalam praktik. Akibat aturan yang ketat, Pertama-tama, dalam identitas GKI yang kuat dan jelas,
timbullah kesulitan-kesulitan yang tak teratasi bagi salah satu karakteristik GKI sebagai gereja adalah
pernikahan beda agama, khususnya di bagian-bagian inklusivitasnya. Secara sederhana paradigma GKI adalah
dunia di mana orang Kristen adalah minoritas, termasuk di menghisabkan orang, dan berarti sedapat mungkin
menerima serta mengakomodasikan perbedaan, bukan Pendirian gereja-gereja Protestan, termasuk GKI, dalam
secara mudah mempertahankan identitas dengan hal pengesahan pernikahan adalah bahwa pernikahan
menyisihkan orang/pihak yang berbeda. hanya sah bila sudah dicatatkan secara sipil. Tetapi atas
Berikutnya, dalam pemahaman GKI, pernikahan desakan kelompok-kelompok Islam, yang hendak
bukanlah sakramen. Selain alasan klasik, bahwa Kristus mencegah terjadinya pernikahan beda agama, hal
tidak menetapkannya (seperti pada Perjamuan dan pencatatan sipil pernikahan diperlakukan secara khusus.
Baptisan Kudus), pernikahan tidaklah terkait dengan Tepatnya, pernikahan hanya bisa dianggap sah dan dapat
keselamatan oleh dan dalam Kristus. Konsekuen dengan dicatatkan secara sipil, bila sudah dilaksanakan upacara
itu, pernikahan dipahami GKI sebagai sebuah akta keagamaan sesuai dengan kepercayaan yang
gerejawi yang berada pada ranah pastoral untuk bersangkutan. GKI mengakomodasikannya dengan aturan
misi/tujuan GKI (dalam buku Liturgi Gereja Kristen Calon mempelai telah mendapatkan surat
Indonesia, liturgi peneguhan dan pemberkatan pernikahan keterangan atau bukti pendaftaran dari Kantor Catatan
masuk ke dalam kelompok “Liturgi Pastoral”). Sipil yang menyatakan bahwa pasangan tersebut
Beberapa Isyu Pernikahan Beda Agama memenuhi syarat untuk dicatat pernikahannya, atau calon
Pertama-tama tentu adalah kaitan pernikahan beda mempelai telah membuat surat pernyataan tentang
agama dengan masalah hukum perkawinan di Indonesia. kesediaannya untuk mencatatkan pernikahannya di Kantor
Catatan Sipil, yang formulasinya dimuat dalam Peranti Jalan keluar yang “aman” adalah menikah di luar
Administrasi. (Tata Laksana GKI Pasal 28:3). Sehingga negeri (secara hukum, dicatat secara sipil, yang diterima
pencatatan sipil dapat dilaksanakan sesudah ibadah oleh kantor catatan sipil di Indonesia). Atau mengajukan
peneguhan dan pemberkatan pernikahan. Namun ke Pengadilan Negeri permohonan untuk menikah beda
biasanya dalam kerja sama dengan petugas Kantor agama. Walau prosesnya panjang dan memakan waktu
Catatan Sipil, pencatatan dilakukan pada hari yang sama, berbulan-bulan, biasanya permohonan ini dikabulkan,
Isyu berikut yang berkenaan dengan itu adalah soal tidak dapat dihalangi oleh apapun termasuk perbedaan
tahun 1974. Karena undang-undang itu (setidaknya Isyu berikutnya adalah tuntutan (kita) agar upacara
penafsiran atasnya) sebenarnya menuntut bahwa agama pernikahan hanya dilaksanakan secara kristiani. Ini pula
kedua belah pihak harus sama, maka untuk melaksanakan yang tidak jarang dipersoalkan oleh pasangan dan
pernikahan beda agama, pasangan yang tidak seiman keluarga yang tidak seiman. Mereka biasanya
“mengaku” bahwa ia adalah seorang Kristen di depan menginginkan juga agar dilaksanakan menurut
petugas pencatatan sipil. Ini yang bagi beberapa jemaat kepercayaan mereka, mengingat bahwa pernikahan itu
GKI masih dianggap kontroversial. adalah pernikahan beda agama, di mana masing-masing
mempertahankan kepercayaannya.
Ada kelompok Islam (misalnya yang pasti adalah secara kristiani. Namun dalam praktik janji ini tidak selalu
agama, di mana tidak dituntut dari pasangan yang bukan Kesimpulan dan Rekomendasi
Muslim untuk mengikrarkan “kalimah syahadat”. Bahkan Di negeri dan masyarakat yang majemuk ini,
mereka bersedia untuk melakukan upacara pernikahan terutama dalam hal agama, pernikahan beda agama
bersama sesuai agama masing-masing, dengan menjadi sesuatu yang tak terhindarkan. Pilihannya
menghadirkan pemimpin agamanya (pendeta misalnya). memang cuma dua. Menolaknya secara hitam-putih,
Walau dalam praktik, menurut mereka justru dengan dengan dalih kemurnian ajaran, yang akan dapat berarti
gereja Katolik mereka mengalami kesulitan kerja sama. “mencampakkan” seorang saudara yang “memilih untuk
Padahal seharusnya hal itu telah dimungkinkan tidak memilih”. Atau menerimanya sebagai saudara yang
berdasarkan keputusan konsili Vatikan 2. hendak melakukan sesuatu yang adalah hak asasinya,
Isyu yang akan tetap relevan, adalah tuntutan (kita) dan berarti bersedia menyediakan kemudahan untuk itu.
agar anak-anak dibaptiskan dan dididik secara Kristiani. Maka mengingat pernikahan (beda agama) berada
Hal ini juga selalu diprotes oleh pasangan yang tidak dalam ranah pastoral, persoalan di sekitarnya mesti diatasi
seiman. Biasanya demi terlaksananya pernikahan yang secara pastoral pula. Ketika seorang saudara (saudara
bersangkutan bersedia berjanji untuk tidak menghalangi seiman kita) hendak menikah dan minta agar
bila anak-anak mereka kelak akan dibaptis dan dididik pernikahannya diteguhkan serta diberkati, walau dengan
seseorang yang tidak seiman, siapakah kita, sebagai secara kristiani, tidakkah seyogyanya hal itu kita serahkan
gereja, untuk menolak permintaannya? Sebagai alat kepada yang bersangkutan untuk menyepakatinya di
Tuhan dan damai sejahtera-Nya, permintaan peneguhan antara mereka sendiri sebagai dua orang dewasa yang
dan pemberkatan nikah beda agama mestinya (tetap) pasti sudah memperhitungkan berbagai hal di sekitar
dilayani dengan baik. keputusan untuk tetap menikah walau beda agama?
Penerimaan dan penghargaan terhadap pasangan Untuk itu semua, gereja wajib terus mendampingi
dan keluarga yang tidak seiman, terutama dalam rangka dan melayani secara pastoral pasangan-pasangan yang
kehidupan bersama di dalam masyarakat Indonesia yang hendak dan sudah menikah.
majemuk ini, mestinya ditingkatkan. Bila kita (GKI) Akhirnya, fenomena pernikahan beda agama ini
menerima pernikahan beda agama dari dua orang yang mestinya sudah kita terima dengan lapang dada. Oleh
setara, mengapakah mesti berkeras menuntut agar karenanya menurut hemat saya diskusi tentang isyu-isyu
upacara secara kristiani diutamakan. Tidakkah kita mesti besar di belakang fenomena ini mestinya dilakukan secara
belajar dari konsili Vatikan 2 dan dari kelompok Islam mendalam, dengan bekerjasama dengan saudara-saudara
seperti Paramadina, yang tujuannya benar-benar hendak dari berbagai kepercayaan. Misalnya pemahaman tentang
menolong pasangan yang hendak menikah beda agama? hakikat pernikahan dari tiap kepercayaan, isyu sosial di
Sedangkan tentang tuntutan (kita) bagi anak-anak sekitar itu, misalnya poligami, lalu pendampingan bagi
menjadi perhatian bersama dari agama-agama. hukum perkawinan Hindu tidak dibenarkan adanya
Perkawinan orang yang beragama Hindu yang tidak Dalam agama Hindu tidak dikenal adanya
memenuhi syarat dapat dibatalkan. Suatu perkawinan perkawinan antar agama. Hal ini terjadi karena sebelum
batal karena tidak memenuhi syarat bila perkawinan itu perkawinan harus dilakukan terlebih dahulu upacara
dilakukan menurut Hukum Hindu tetapi tidak memenuhi keagamaan. Apabila salah seorang calon mempelai tidak
syarat untuk pengesahannya, misalnya mereka tidak beragama Hindu, maka dia diwajibkan sebagai penganut
menganut agama yang sama pada saat upacara agama Hindu, karena kalau calon mempelai yang bukan
perkawinan itu dilakukan, atau dalam hal perkawinan antar Hindu tidak disucikan terlebih dahulu dan kemudian
agama tidak dapat dilakukan menurut hukum agama dilaksanakan perkawinan, hal ini melanggar ketentuan
mensahkan suatu perkawinan menurut agama Hindu, Air pensucian tidak bisa diberikan kepada mereka
harus dilakukan oleh Pedande/Pendeta yang memenuhi yang tidak menghiraukan upacara-upacara yang telah
yang lahir dari perkawinan campuran kasta secara tidak perkawinan, kedua mempelai diwajidkan mengucapkan
resmi, kepada mereka yang menjadi petapa dari golongan “atas nama Sang Budha, Dharma dan Sangka” yang
murtad dan pada mereka yang meninggaal bunuh diri. merupakan dewa-dewa umat Budha
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa agama
perkawinan antar agama dimana salah satu calon Budha tidak melarang umatnya untuk melakukan
mempelai beragama Hindu tidak boleh dan perkawinan dengan penganut agama lain. Akan tetapi
pendande/Pendeta akan menolak untuk mengesahkan kalau penganut agama lainnya maka harus dilakukan
Perkawinan antar agama di mana salah seorang Sang Budha, Dharma dan Sangka, ini secara tidak
calon mempelai tidak beragama Budha, menurut langsug berarti bahwa calon mempelai yang tidak
keputusan Sangha Agung Indonesia diperbolehkan, asal beragama Budha menjadi penganut agama Budha,
pengesahan perkawinannya dilakukan menurut cara walaupun sebenarnya ia hanya menundukkan diri pada
agama Budha. Dalam hal ini calon mempelai yang tidak kaidah agama Budha pada saat perkawinan itu
bergama Budha, tidak diharuskan untuk masuk agama dilangsungkan. Untuk menghadapi praktek perkawinan
yang demikian mungkin bagi calon mempelai yang tidak Perkawinan dilaksanakan di Gereja dengan sakramen dan
beragama Budha akan merasa keberatan. pemberkatan yang hidmat; dan musti menggunakaan hukum
Hukum perkawinan di berbagai negara, tidaklah sama Barat.Hukum perkawinan yang didasarkan kepada agama ini,
antara negara yang satu dengan negara yang lainnya. cenderung menutup peluang perkawinan beda agama.
Di Negara-negara muslim, hukum perkawinan Di Negara-negara muslim, yang masih meganut hukum
didasarkan kepada ‘hukum Islam’ yang biasanya masih Islam berupa fikih tradisional, akan melarang perkawinan
berupa fikih yang dipedomani di masyarakatnya. Sehingga, beda agama, terutama perkawinan antara seorang wanita
mazhab dominant dalam masyarakat akan mempengaruhi muslim dengan pria non-muslim. Karena memang ajaran fikih
hukum Islam yang diterapkan di suatu negara muslim berkata demikian. Di Indonsia, bahkan, pelaksanaan
tersebut. Seperti di Indonesia, yang mayoritas menggunakan perkawinan beda agama juga agak dipersulit.
mazhab Syafi’I, maka produk hukum Islam, diderivasi dari Di Negara-negara Barat awal, yang menggunakan
Sementara itu, di Negara Barat yang mayoritas agama; karena kitab suci mereka juga melarangnya. Apalagi
beragama Kristen ataupun Katolik, hukum perkawinan juga dahulu masyarakat Barat cenderung homogen, sehingga
banyak diadopsi dari hukum Kanonik (hukum gereja). perkawinan beda agama kurang mendapat focus
pembahasan. Sehingga, ketika perkawinan di gereja, musti Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 tentang
kedua mempelai beragama Katolik atau Kristen. Kompilasi Hukum Islam. Kedua produk perundang-undangan
Dalam perkembangan masyarakat internasional yang ini mengatur masalah-masalah yang berkaitan dengan
mengglobal; arus migrasi tak terhindarkan. Warga minoritas perkawinan termasuk perkawinan antar agama.
dan mayoritas menyatu dalam masyarakat modern. Di sisi Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1
lain, reformasi hukum di Barat telah menggeser hukum Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 2 ayat (1) disebutkan:
Tuhan/ hukum agama ke hukum manusia. Sehingga, hukum “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum
perkawinan gereja relative tergeser dengan perkawinan yang masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu”. Dalam
berupa kontrak antara dua pihak berdasarkan kehendak rumusan ini diketahui bahwa tidak ada perkawinan di luar
keduanya. Dalam perkembangan ini maka, perkawinan Beda hukum masing-masing agama dan kepercayaan. Hal senada
agama di Barat tidak sebegitu sulit seperti di Negara muslim. diterangkan beberapa pasal dalam Instruksi Presiden
B. Perkawinan Beda Agama dalam Hukum Positif Indonesia Hukum Islam, sebagai berikut:
Di Indonesia, secara yuridis formal, perkawinan di menurut hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat (1)
54
Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan”.
seorang pria dengan seorang wanita karena keadaan untuk mencegah perkawinan, kecuali tidak sekufu karena
57
tertentu; perbedaan agama atau ikhtilaf al-dien”
a. Karena wanita yang bersangkutan masih terikat satu Dengan demikian, menurut penjelasan pasal-pasal
perkawinan dengan pria lain; tersebut bahwa setiap perkawinan yang dilaksanakan dalam
b. Seorang wanita yang masih berada dalam masa iddah wilayah hukum Indonesia harus dilaksanakan dalam satu jalur
(KCS), terhadap masyarakat yang beragama non Islam. mungkin terjadi perkawinan diantara dua orang pemeluk
Perkawinan di definisikan sebagai ikatan lahir batin agama yang berlainan. Beberapa diantara mereka yang
antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri mempunyai kelimpahan materi mungkin tidak terlampau
dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang pusing karena bisa menikah di negara lain, namun
58
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. bagaimana yang kondisi ekonominya serba pas-pasan. Tentu
Oleh karenanya perkawinan adalah sah apabila dilakukan ini menimbulkan suatu masalah hukum
menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya Ada dua cara dalam menyikapi perkawinan beda
itu serta telah dicatat menurut peraturan perundang- agama ini: Pertama, salah satu pihak dapat melakukan
undangan yang berlaku. perpindahan agama, namun ini dapat berarti penyelundupan
Namun bagaimana dengan perkawinan beda agama. hukum, karena yang terjadi adalah hanya menyiasati secara
Perkawinan beda agama bukanlah perkawinan campuran hukum ketentuan dalam UU No 1 Tahun 1974 tentang
dalam pengertian hukum nasional kita karena perkawinan Perkawinan. Namun setelah perkawinan berlangsung masing-
campuran menurut UU Perkawinan disebut sebagai masing pihak kembali memeluk agamanya masing-masing.
perkawinan yang terjadi antara WNI dengan WNA, bukan Cara ini sangat tidak disarankan.
yang hendak dicatatkan oleh Ani Vonny Gani P agama tidak perlu melakukan penyelundupan hukum dengan
(perempuan/Islam) dengan Petrus Hendrik Nelwan (laki- mengganti agama untuk sementara, namun bisa
laki/Kristen). Dalam putusannya MA menyatakan bahwa melangsungkan perkawinan tanpa berpindah agama
untuk membuat aturan perkawinan bagi yang berbeda Kepada seluruh masyarakat/ Bangsa Indonesia baik Muslim
c. Aspek yuridis bahwa negara sekuler (Singapura dan a. Agar dapat mengikuti aturan- aturan yang berlaku di Indonesia;
Australia) memperbolehkan perkawinan beda agama, b. Agar dapat mengikuti aturan- aturan yang sesuai dengan
sedangkan dalam negara non sekuler (Malaysia dan agama dan kepercayaannya masing-masing;
Adji, Sution Usman. Kawin Lari dan kawin Antar Agama. Esposito, John L. (Ed). Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern.
Yogyakarta: Liberty, 1989 III. Jakarta: Mizan, 2000.
Arso Sosroatmodjo dan A. Wasit Aulawi, Hukum Perkawinan di Friedmann, Wolfgang. Law in a Changing Society. Cet. 2.
Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1978, Cet. Ke-2. Australia: Penguin Books, 1972.
Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Hazairin. Demokrasi Pancasila. Jakarta: Bina Aksara, 1983.
Jakarta: Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia,2006. Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia menurut
Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agama, Bandung:
-----. Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Mandar Maju, 2003, Cet. Ke-2
Reformasi. cetakan kedua. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer,
2008 Hovius, Berend. Family Law: Cases, Notes and Materials.
Totonto: Carswell, 1992
Asmin. Status Perkawinan Antar Agama Ditinjau dari Undang-
undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, Jakarta: Dian Kholiludin, Tedi. Kuasa Negara atas Agama: Politik Pengakuan,
Rakyat, 1986, Cet. Ke-1. Diskursus “Agama Resmi”dan Diskriminasi Hak Sipil.
Cetakan Pertama. Semarang: Rasail Media Group. 2009.
Bahar, Safroedin et.al. Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)-
Kusuma, A.B. Lahirnya Undang-undang Dasar 1945. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Von der Mehden, Fred R. Kebangkitan Islam di Malaysia”, dalam
Indonesia,2004. John L. Esposito (Ed), Kebangkitan Islam pada Perubahan
Sosial. Jakarta: Bulan Bintang, 1980.
Melida, Djaya S. Masalah Perkawinan Antar Agamadan Indonesia. Undang Undang Perkawinan, Undang Undang Nomor
Kepercayaan di Indonesia dalam Perspektif Hukum. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Lembaran Negara
Jakarta: Vrana Widya Darma, 1988 Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3019.
Nasution, Khoiruddin. Status Wanita di Asia Tenggara, Sebuah
Studi Perbandingan Hukum Keluarga Indonesia dan Indonesia, Peraturan Pemerintah Pelaksanaan Undang Undang
Malaysia. Jakarta-Leiden: INIS, 2002. Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Taahun 1975 tentang Pelaksanaan
Saleh, K. Watjik. Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta: Ghalia, Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
1992 Perkawinan, Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 197\5 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara
Soekanto, Soerjono. Soerjono Hukum Adat Indonesia. Jakarta: Nomor 3050.
PT. Raja Grafindo Persada, 2003, Cet. Ke-6.
Indonesia. Instruksi Presiden tentang Kompilasi Hukum Islam di
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Indonesia. Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1991
Suatu Tinjauan Singkat, CV. Rajawali, Jakarta, 1990. tentang Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta:
. Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama
Islam, 2000.
Subadio, Maria Ulfa. Perjuangan Untuk Mencapai UU
Perkawinan. Jakarta: Idaya, 1981. The International Convenant on Civil and Political Rights atau
Konvenan Internasional tentang Hak-hak sipil dan Politik.
Sosroatmodjo, Arso dan A. Wasit Aulawi. Hukum Perkawinan di Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang, 1978. 2005 tentang Pengesahan International Convenat on
Civil and Political Rights (Konvenan Internasional Registry of Marriage,
tentang Hak-hak Sipil dan Politik). http//www.honey.telcom.us/2007/08/21/registry/ of/
marriage/
The International Convenant on Economic, Sosial, Cultural
Rights atau Konvenan Internasional tentang Hak-hak http://gkipi.org/pernikahan-beda-agama-dalam-perspektif-gki/
Ekonomi, Sosial, dan Budaya, Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan
International Convenant on Economic, Sosial, Cultural
Rights (Konvenan Internasional tentang Hak-hak
Ekonomi, Sosial, dan Budaya.
D. Internet
http://islamlib.com/id/artikel/fakta-empiris-nikah-beda-agama,
diunduh tgl. 1 Agustus 2011
http://panmohamadfaiz.com/2007/02/17/perbandingan-hukum-1/,
diunduh tgl 3 Juni 2011
http://sriwahyuni-suka.blogspot.com/2010/03/artikel_25.html
”Perbandingan Hukum Indonesia, Beberapa Negara
Muslim dan Barat”, diunduh tgl 3 Juni 2011