Makalah Pak Gowi
Makalah Pak Gowi
PENDAHULUAN
Lansia adalah seseorang yang secara alami telah menurun fungsi tubuhnya
seiring dengan bertambahnya usia , penurunan ini bermacam-macam-tingkatannya
walaupun demikian lansia yang sudah turun fungsi sistemnya masih dikatakan sehat
bila tidak disertai keadaan patologi. (WHO.1998)
Menurut Hall (1986) lansia sehat sangat dipengaruhi pada lingkaran
kehidupan dan keluarganya, terdapat 2 (dua) lingkaran kehidupan yang
mempengaruhi kesehatan dari lansia yaitu: lingkaran kehidupan negatif dan
lingkaran kehidupan positif. Pada lingkaran kehidupan negatif lansia merasakan
kapasitas fisik, mental atau sosial menurun , lalu oleh keluarga/masyarakat dicap
sebagai orang yang tak mampu atau sudah tidak efisien sehingga lansia tersebut
menjadi sakit dan akhirnya mengakui dirinya sakit dan cacat. Sedangkan teori
lingkaran positif, lansia tersebut ada pada keberadaan yang nyaman, ia menjalankan
pemeriksaan medik dan mendapatkan diagnosa dan pengobatan yang tepat ia juga
mendapatkan masukan sosial medik seperti ndukungan , makanan, perumahan dan
pengangkutan . dengan itu semua lansia tersebut memiliki kemampuan emosi dan
dukungan emosional, dirinya mengikuti peran lanjut usia untuk mempertahankan
sosialnya misalnya sebagai relawan.
i. Lanjut Usia sehat Jiwa
Menurut Depkes 2004 , usia lanjut sehat jiwa mempunyai ciri-ciri antara lain:
1. Mampu mengambil keputusan dan mengatur kehidupannya sendiri
2. Memiliki tingkat kepuasan hidup yang relatif tinggi karena merasa
hidupnya bermakna.
3. Mampu menerima kegagalan yang dialaminya sebagai bagian dari
hidupnya yang tidak perlu disesali dan mengandung hikmah yang
berguna bagi hidupnya.
4. Memiliki integritas pribadi yang baik berupa konsep diri yang
mantap dan terdorong untuk terus memanfaatkan potensi yang
dimilikinya.
5. Mampu mempertahankan dukungan sosial yang bermakna, yaitu
berada diantara orang-orang yang menyayangidan memperhatikan
mereka.
6. Merasa dirinya masih diperlukan dan dicintai.
7. Mempunyai kebiasaan dan gaya hidup yang sehat
8. Memiliki keamanan finansial yang memungkinkan hidup mandiri
tidak menjadi beban orang lain.
9. Dapat memperjuangkan nasibnya sendiri, tidak bergantung kepada
orang lain.
2.3. Kesehatan Jiwa
Istilah kesehatan jiwa/mental digunakan untuk menggambarkan kesejahteraan
baik emosi maupun kognitif atau ketiadaan dari penyakit mental. Dalam Undang-
undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa sehat adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap organ hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kesehatan jiwa adalah
keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan intelektual yang
optimal dari seseorang serta perkembangan tersebut berjalan selaras dengan orang
lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan
orang lain. (Direktorat Kesehatan Jiwa, 2001)
Mental Health foundation di Inggris, menyatakan kesehatan jiwa individual adalah
ketika seseorang mampu:
e. Pengkajian Keseimbangan
KRITERIA NILAI
Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Bangun dari tempat duduk (dimasukkan analisis) dengan mata
terbuka
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi
mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian
depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama
kali
Duduk ke kursi (dimasukkan analisis) dengan mata terbuka
menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
Bangun dari tempat duduk (dimasukkan analisis) dengan mata
tertutup
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi
usila mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke
bagian depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri
pertama kali
Duduk ke kursi (dimasukkan analisis) dengan mata tertutup
menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
Ket: kursi harus yang keras tanpa lengan
Menahan dorongan pada sternum (3 kali) dengan mata terbuka
menggerakkan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya
Menahan dorongan pada sternum (3 kali) dengan mata tertutup
klien menggerakkan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki
tidak menyentuh sisi-sisinya
Perputaran leher (klien sambil berdiri)
Menggerakkan kaki, menggenggam objek untuk dukungan kaki:
keluhan vertigo, pusing atau keadaan tidak stabil
Gerakan mengapai sesuatu
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi
sepenuhnya sementara berdiri pada ujung jari-jari kaki, tidak stabil
memegang sesuatu untuk dukungan
Membungkuk
Tidak mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek kecil
(misalnya pulpen) dari lantai, memegang objek untuk bisa berdiri
lagi, dan memerlukan usaha-usaha yang keras untuk bangun
Komponen gaya berjalan atau pergerakan
Minta klien berjalan ke tempat yang ditentukan ragu-ragu,
tersandung, memegang objek untuk dukungan
Ketinggian langkah kaki
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau
menyeret kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm)
Kontinuitas langkah kaki
Setelah langkah-langkah awal menjadi tidak konsisten, memulai
mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai
Kesimetrisan langkah
Langkah tidak simetris, terutama pada bagian yang sakit
Penyimpangan jalur pada saat berjalan
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi
Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang,
memegang objek untuk dukungan
Keterangan:
0 – 5 resiko jatuh rendah
6 – 10 resiko jatuh sedang
11 – 15 resiko jatuh tinggi
f. Pengkajian Spiritual
1) Berkaitan dengan keyakinan agama yang dimiliki dan sejumlah makna
keyakinan tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
lansia.
2) Hal-hal yang perlu dikaji:
Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya.
Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan.
Misalnya: pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir
miskin.
Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah
dengan berdoa.
Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal
h. Pengkajian Depresi
Gejala depresi pada lansia diukur menurut tingkatan sesuai dengan gejala
yang termanifestasi. Jika dicurigai terjadi depresi, harus dilakukan
pengkajian dengan alat pengkajian yang terstandarisasi dan dapat
dipercayai serta valid dan memang dirancang untuk diujikan kepada
lansia. Salah satu yang paling mudah digunakan untuk diinterprestasikan
di berbagai tempat, baik oleh peneliti maupun praktisi klinis adalah
Geriatric Depression Scale (GDS)
i. Pengkajian Fisik
Keterampilan pengkajian Fisik ada 4 diantaranya adalah:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Keluhan fisik biasanya terwujud pada perasaan fisik seperti:
1) Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi tingkat
sedang cenderung untuk makan secara berlebihan, namun berbeda
jika. kondisinya telah parah seseorang cenderung akan kehilangan
gairah makan.
2) Nyeri (nyeri otot dan nyeri kepala)
3) Merasa putus asa dan tidak berarti. Keyakinan bahwa seseorang
mempunyai hidup yang tidak berguna, tidak efektif. orang itu tidak
mempunyai rasa percaya diri. Pemikiran seperti, "saya menyia-
nyiakan hidup saya" atau “saya tidak bisa rncncapai banyak
kemajuan", seringkali terjadi.
4) Berat badan berubah drastis
5) Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai macam
faktor penentu, sebagian orang mengalami depresi sulit tidur. Tetapi
dilain pihak banyak orang mengalami depresi justru terlalu banyak
tidur.
6) Sulit berkonsentrasi. Kapasitas menurun untuk bisa berpikir dengan
jernih dan untuk mernecahkan masalah secara efektif. Orang yang
mengalami depresi merasa kesulitan untuk memfokuskan
perhatiannya pada sebuah masalah untuk jangka waktu tertentu.
Keluhan umum yang sering terjadi adalah, "saya tidak bisa
berkonsentrasi".
7) Keluarnya keringat yang berlebihan
8) Sesak napas
9) Kejang usus atau kolik
10) Muntah
11) Diare
12) Berdebar-debar
13) Gangguan dalam aktivitas normal seseorang. Seseorang yang
mengalami depresi mungkin akan mencoba melakukan lebih dari
kemampuannya dalam setiap usaha untuk mengkomunikasikan
idenya. Dilain pihak, seseorang lainnya yang mengalami depresi
mungkin akan gampang letih dan lemah.
14) Kurang energi. Orang yang mengalami depresi cenderung untuk
mengatakan atau merasa, "saya selalu merasah lelah" atau "saya
capai".
2. DIAGNOSA
a. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori,
degenerasi neuron irreversible
b. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis dan
kognitif
c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi,
transmisi dan atau integrasi sensori ( defisit neurologis )
d. Kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting berhubungan
dengan ketergantungan fisiologis dan atau psikologis
e. Potensial terhadap ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan
pengaruh penyimpangan jangka panjang dari proses penyakit
3. RENCANA KEPERAWATAN
a. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori,
degenerasi neuron irreversible
1) Kaji derajat gangguan derajat kognitif, orientasi orang, tempat dan
waktu
2) Pertahankan lingkungan yang menyenangkan dan tenang
4. IMPLEMENTASI
Implementasi disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah di susun
sebelumnya.
5. EVALUASI
Jika kriteria hasil telah tampak sesuai dengan yang diharapkan pada intervensi
dan masalah keperawatan telah terselesaikan maka perawat terlebih dahulu
harus mengkaji secara holistik terkait kondisi aktual pasien tentang ada atau
tidaknya masalah baru yag muncul. Tahap evaluasi dilakukan pada akhir
pelaksanaan proses keperawatan, ini bertujuan agar dapat menilai apakah
proses keperawatan yang dilaksanakan sudah berjalan sesuai rencana
keperawatan yang disusun sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Martono Hadi dan Kris Pranaka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI.
Jakarta: Fakultas Kedokteran UNIVERSITAS INDONESIA
Depkes R.I. 1999. Kesehatan keluarga, Bahagia di Usia Senja. Jakarta: Medi
Media
Nugroho Wahyudi. 1995. Perawatan Usia Lanjut. Jakarta: EGC