Anda di halaman 1dari 3

SEJARAH PERTUMBUHAN DEMOKRASI

Dalam sejarah Republik Indonesia yang telah lebih dari setengah abad, perkembangan demokrasi
telah mengalami pasang surut. Masalah pokok yang dihadapi oleh bangsa indonesia yaitu bagaimana
meningkatkan kehidupan ekonomi dan membangun kehidupan sosial dan politik yang demokratis dalam
masyarakat yang beraneka ragam pola adat budayanya. Masalah ini berkisar pada penyusunan suatu
sistem politik dan kepemimpinan cukup kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonomi serta character
and nation building, dengan partisipasi rakyat sekaligus menghindari timbulnya diktatur perorangan,
partai ataupun militer.

Sebelum negara indonesia terbentuk, sudah ada political grand design dari para founding fathers
yang bergabung dalam BPUPKI dan PPKI untuk menjadikan demokrasi sebagai pilihan politik dan dasar
bagi penyelenggaraan negara dan pemerintahan indonesia. Sebagaimana yang di tegaskan Hatta yang
tertuang pada konstitusi indonesia yaitu dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang meyatakan bahwa
kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Namun dalam pelaksanaannya sudah tidak sesuai dengan amanat UUD 1945 yang menghendaki
penerapan sistem presidensial. Melalui maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945, sistem
pemerintahan di rubah menjadi sistem kabinet parlementer, dimana menteri-menteri yang sebelumnya
sebagai pembantu Presiden menjadi sistem dewan menteri kepada parlemen. Pada demokrasi sistem
pemerintahan parlementer, wujud demokrasi di gandengnya adalah demokrasi pluralistik liberal.

Berdasarkan maklumat pemerintah tangal 14 November 1945 yang didasari oleh gagasan
pluralisme atau demokrasi yang pluralistik ternyata di samping mengubah sistrm kabinet juga berisi
rencana pemilihan umum untuk memberi porsi yang besar kepada rakyat melalui wakil-wakilnya dalam
menjalankan politik pemerintah sdan menentukan haluan negara serta berisi anjuran pembentukan
partai-partai oleh rakyat.

Setelah konferensi meja bundar yang di tandai dengan adanya Negara Republik Indonesia serikat
dan secara resmi memakai sistem politik parlementarisme yang wujud demokrasinya dalam bentuk
demokrasi liberal, yang di anggap dapat menampung gagasan pluralisme Indonesia. Begitupun setelah
berlakunya UUD sementara 1950 yang menandai telah berubahnya bentuk Negara Republik Indonesia
Serikat menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia kembali sejak tanggal 17 Agustus 1950 , bentuk
demokrasi di Indonesia tetap dalam bentuk demokrasi liberal. Sistem demokrasi liberal pada masa itu
telah menyediakan sarana politik yang sebebas-bebasnya bagi partai poitik dalam menyampaikan aspirasi
politiknya. Oleh karena terlalu liberal, akhirnya wujud demokrasi yang terbangun menimbulkan
keidakstabilan politik negara yang tetbukti dari selama masa UUD sementara 1950 telah tujuh kali ganti
kabinet.

Oleh karena destabilisasi politik nasional selama sembilan tahun masa UUD sementara 1950,
diikuti pula dengan terjadinya pemberontakan di daerah-daerah, sementara partai-partai lebih digunakan
sebagai alat untuk merebut kekuasaan, yang seharusnya sebagai alat pengabdi rakyat, maka pada tanggal
5 juli 1959 Presiden Soekarno akhirnya merubah sistem demokrasi liberal menjadi sistem demokrasi
terpimpin.

Menurut Soekarno, demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dari format politik yang kelihatannya demokratis itu,
dalam praktiknya pada masa itu lebih kepada otoriter yang memusatkan kekuasaannya pada presiden
saja yang di tandai dengan pembentukan kepemimpinan yang inkonstitusional dengan keluarnya TAP
MPR No. III/MPR/1963 tentang pengangkatan Ir. Soekano sebagai presiden seumur hidup dan
membatalkan masa jabatan presiden 5 tahun dalam UUD 1945. Selain itu, melalui UU No. 14 tahun 1963
presiden diberi wewenang untuk campur tangan di bidang yudikatif. Sementara untuk pers yang dianggap
menyimpang dari rel revolusi ditiadakan. Dan pada masa itu sangat berkembang. Interpretasi dari
presiden harus selalu dianggap benar tanpa ada tawaran dan tak mengenal alternatif lain, yang pada
akhirnya membawa Indonesia pada tahun 1965 berada di ambang kehancuran, baik secara politi,
ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan keamanan.

Pada tahun 1968 orde baru tampil ke pentas politik menggeser sistem politik orde lama dan
menghabisi pengaruh komunis di Indonesia. Pada mulanya orde baru tampil dengan demokrasi yang
berlanggam libetarian di bidang politik dan berusaha memberikan kepuasan di bidang ekonomi, yang pada
akhirnya mengarah pada pemusatan kekuasaan pada diri presiden yang ditandai dengan mengukuhkan
dominasi peranan ABRI dan golongan kaya dalam kancah politik sebagai kekuatan utama presiden,
berokratisasi dan sentralisasi dalam pengambilan keputusan, pengaturan peran dan fungsi partai politik
dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. Selain itu kontrol dan intervensi pemerintah juga dilakukan
pemerintah dalam berbagai urusan partai politik dan dibidang pers. Pemusatan kekuasaan dimasa orde
baru ini pada akhirnya membawa bangsa indonesia di ambang krisis multidimensi dan akhirnya orde baru
jatuhtahun 1998.

Reformasi yang mengawali lengsernya orde baru pada awal tahun 1998 pada dasarnya
merupakan gerak kesinambungan yang merefleksikan komitmen bangsa indonesia yang secara rasional
dan sistematis bertekad untuk mengaktualisasikan nilai-nilai dasar demokras yang berupa sikap
transaparan dan aspiratif dalam segala pengambilan keputusan politik, pers yang bebas, sistem pemilu
yang jujur dan adil, dan prinsip good governance yang mengedepankan profesionalisme birokrasi lembaga
eksekutif, keberadaan badan legislatif yang kuat dan berwibawa, kekuasaan kehakiman yang independen,
partisipasi masyarakat yang terorganisasi dengan baik serta penghormatan terhadap supremasi hukum.

PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA


 Demokrasi masa revolusi/demokrasi
- Kebersamaan dibidang politik, sosial,
pluralistik liberal (1945-1950) ekonomi
 Demokrasi masa orde lama/demokrasi - Didominasi partai politik dan DPR
parlementer (1950-1959) - Kabinet yang terbentuk tidak dapat bertahan
lama
- Koalisi sangat gampang pecah
- Destabilisasi politik nasional
- Tentara tidak memperoleh tempat dalam
konstelasi politik
 Demokrasi masa orde lama/demokrasi - Didominasi presiden
terpimpin (1959-1968) - Berkembangnya pengaruh komunis
- Pembentukan kepemimpinan yang
inkonstitusional
- Meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial
politik
- Pers yang dianggap menyimpang dari rel
revolusi di tutup
 Demokrasi masa orde baru (1968-1998) - Dominannya peranan ABRI
- Dominannya peranan golongan karya
- Birokratisasi dan dan sentralistik dalam
pengambilan keputusan
- Pengebiran peran dan fungsi partai-partai
politik
- Campur tangan negara dalam urusan partai-
partai- politik
- Pers yang dianggap tidak sesuai dengan
pemerintah
 Demokrasi masa reformasi (1998-sekarang) - Reposisi TNI dalam kaitannya dengan
keberadannya
- Diamandemennya pasal-pasal yang di
pandang kuarng demokratis dalam UUD 1945
- Adanya kebebasan pers
- Dijalankannya otonomi daerah

Anda mungkin juga menyukai