Anda di halaman 1dari 25

MANAJEMEN OPERASIONAL

DESAIN FASILITAS DAN LAYOUT

Disusun oleh kelompok 3:


Aprilia Rahmawati (20216988)
Hani Mardiati (23216186)
Nurul Utami (25216639)

3EB17

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2019
1. Penentuan Lokasi Pabrik
A. Faktor-faktor penentuan lokasi pabrik
Alasan utama terjadinya perbedaan dalam pemilihan lokasi adalah adanya
perbedaan kebutuhan masing-masing perusahaan. Lokasi yang baik adalah suatu
persoalan individual. Hal ini sering disebut pendekatan “situasional” atau
“contingency” untuk pembuatan keputusan, bila dinyatakan secara sederhana,
“semuanya bergantung”. Secara umum, faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan lokasi perusahaan :
1) Lingkungan Masyarakat
Kesediaan masyarakat suatu daerah menerima segala konsekuensi, baik
konsekuensi positif maupun negatif didirikannya suatu pabrik tersebut
merupakan suatu syarat penting. Perusahaan perlu memperhatikan nilai-nilai
lingkungan dan ekologi di mana perusahaan akan berlokasi, karena pabrik-
pabrik sering memproduksi limbah dalam berbagai bentuk dan sering
menimbulkan suara bising. Di pihak lain, masyarakat membutuhkan industri
atau perusahaan karena menyediakan berbagai lapangan pekerjaan dan uang
yang dibawa industri ke masyarakat. Lingkungan masyarakat yang
menyenangkan bagi kehidupan para karyawan dan eksekutif juga
memungkinkan mereka melakukan pekerjaan dengan lebih baik.
2) Kedekatan dengan Pasar
Dekat dengan pasar akan membuat perusahaan dapat memberikan pelayanan
yang lebih baik kepada para langganan, dan sering mengurangi biaya distribusi.
Perlu dipertimbngkan juga apakah pasar perusahaan tersebut luas ataukah
hanya melayani sebagian kecil masyarakat, produk mudah rusak atau tidak,
berat produk, dan proporsi biaya distribusi barang jadi pada total biaya.
Perusahaan besar dengan jangkauan pasar yang luas, dapat mendirikan pabrik-
pabriknya di banyak tempat yang terebar untuk mendekati pasar.
3) Dalam sector jasa, daerah pasar biasanya ditentukan oleh waktu perjalanan
para pelanggan ke fasilitas atau waktu perjalanan para pemberi pelayanan ke
para pelanggan. Dalam banyak kasus, lokasi suatu fasilitas dapat juga lebih
menentukan daerah pasarnya, disbanding daerah pasar menentukan lokasi
fasilitas.
4) Tenaga Kerja
Cukup tersedianya tenaga kerja merupakan hal mendasar. Penarikan tenaga
kerja, kuantitas dan jarak, tingkat upah yang berlaku, serta persaingan antar
perusahaan dalam merebutkan tenaga kerja yang berkualitas tinggi, perlu
diperhatikan perusahaan.
5) Kedekatan dengan Bahan Mentah dan Supplier
Apabila bahan mentah berat dan susut cukup besar dalam proses produksi
maka perusahaan lebih baik berlokasi dekat dengan bahan mentah. Tetapi bila
produk jadi lebih berat, besar, dan bernilai rendah maka lokasi dipilih
sebaliknya.
6) Fasilitas dan Biaya Transportasi
Tersedianya fasilitas transportasi akan melancarkan pengadaan faktor-faktor
produksi dan penyaluran produk perusahaan. Pentinganya pertimbangan biaya
transporasi tergantung “sumbangan” nya terhadap total biaya. Biaya
transportasi tidak dapat dihilangkan di manapun perusahaan berlokasi, karena
produk perusahaan harus disalurkan dari produsen bahan mentah ke pemakai
akhir, jadi fasilitas seharusnya berlokasi di antara sumber bahan mentah dan
pasar yang menimumkan biaya transportasi.
7) Sumber Daya Alam lainnya
Perusahaan-perusahaan seperti pabrik kertas, baja, karet, kulit, gula, dan
sebaigainya sangat memerlukan air dalam kuantitas yang besar. Selain itu
hamper setiap industry memerlukan baik tenaga yang dibangkitkan dari aliran
listrik, disel, air, angin, dll. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan tersedianya
sumber daya-sumber daya (alam) dengan murah dan mencukupi.
Selain faktor-faktor di atas, berbagai faktor lainnya berikut ini perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi: harga tanah, dominasi masyarakat,
peraturan-peraturan tenaga kerja (labor laws) dan relokasi, kedekatan dengan
pabrik-pabrik dan gudang-gudang lain perusahaan maupun para pesaing,
tingkat pajak, kebutuhan untuk ekspansi, cuaca atau iklim, keamanan, serta
konsekuensi pelaksanaan peraturan tentang lingkungan hidup.
Menurut Aniek Hindrayani (2010) macam faktor yang mempengaruhi
pemilihan lokasi pabrik adalah sebagai berikut:
a) Letak konsumen atau pasar, yaitu penempatan pabrik di dekat
dengan daerahkonsumen. Alasan yang mendasari pemilihan lokasi dekat
dengan konsumen adalahadanya kemudahan untuk mengetahui perubahan
selera konsumen, mengurangi resikokerusakan dalam pengangkutan,
apabila barang yang diproduksi tidak tahan lama,biaya angkut mahal,
khususnya untuk produksi jasa.
b) Sumber bahan baku, yaitu penempatan pabrik di dekat dengan daerah
bahan baku.Dasar pertimbangan yang diambil adalah apabila bahan baku
yang dipakai mengalamipenyusutan berat dan volume, bahan baku mudah
rasak dan berubah kualitas, resikokekurangan bahan baku tinggi.
c) Sumber tenaga kerja, alternatif yang dipakai adalah apakah
tenaga kerja yangdibutuhkan unskill, dengan pertimbangan tingkat upah
rendah, budaya hidup sederhana, mobiiitas tingp sehingga jumlah gaji
dianggap sebagai daya tarik, ataukahtenaga kerja skill, apabila pemsahaan
membutuhkan fasilifeas yang lebih baik, adanyapemikiran masa depan
yang cerah, dibutuhkan keahlian, dan kemudahan untukmencari
pekerjaan lain.
d) Air, disesuaikan dengan produk yang dihasilkan apakah membutuhkan air
yang jernihalami, jernih tidak alami, atau sembarang air.
e) Suhu udara, faktor ini mempengaruhi kelancaran proses dan kualitas hasil
operasi.
f) Listrik, disesuaikan dengan produk yang dihasilkan kapasitas
tegangan yang dibutuhkan.
g) Transportasi, berupa angkutan udara, laut, sungai, kereta api, dan angkutan
jalan raya.
h) Lingkungan, masyarakat, dan sikap yang muncul apabila didirikan
pabrik di dekattempat tinggal mereka, apakah menerima atau tidak.
i) Peraturan Pemerintah, Undang-undang dan sistem pajak. Aspek umum
yang diaturundang-undang adalah jam kerja maksimum, upah minimum,
usia kerja minimum, dankondisi lingkungan kerja.
j) Pebuangan limbah industri, kaitannya dengan tingkat pencemaran, sistem
pembuangan
limbah untuk perlindungan terhadap alam sekitar dan menjaga kesei
mbangan habitat.
k) Fasilitas untuk pabrik, berupa spare part, mesin-mesin, untuk menekan biaya.
l) Fasilitas untuk karyawan, agar dapat meningkatkan semangat kerja dan
kesehatan kerja.

Seiring dengan adanya globalisasi, maka pemilihan lokasi menjadi


semakin rumit. Globalisasi terjadi karena:
1. Ekonomi pasar
2. Komunikasi internasional yang lebih baik
3. Perjalanan dan pengiriman yang lebih cepat dan dapat diandalkan
4. Kemudahan perpindahan arus modal antar Negara
5. Diferensiasi biaya tenaga kerja yang tinggi.

Suatu pendekatan untuk memilih lokasi di sebuah Negara adalah dengan


mengidentifikasi apa yang diyakini oleh organisasi pusat sebagai factor
penunjang keberhasilan (critical success factor-CSFs) yang diperlukan untuk
mencapai keunggulan bersaing. Beberapa pertimbangan dan faktor yang
mempengaruhi keputusan lokasi digambarkan sebagai berikut:
Pentingnya pemilihan lokasi pabrik adalah untuk menentukan
keberhasilan perusahaan hubungannya dengan biaya operasi, harga jual, serta
kemampuan perusahaan untuk. bersaing di pasar. Alternatif pemilihan lokasi
adalah pertimbangan biaya yang dikeiuarkan dibandingkan dengan tingkat
keuntungan yang diperoleh. Alternatif pemilihan lokasi tersebut apakah
didirikan pabrik baru, ekspansi, ataukah relokasi bagi pabrik yang sudah ada.
Alternatif pemilihan pabrik baru adalah apabila bagi pengusaha baru atau
pendatang baru. Alternatif pemilihan relokasi apabila pabrik lama sudah tidak
memenuhi standard yang diharapkan, dan alternatif. pemilihan ekspansi didasarkan
alasan bahwa fasilitas produksi dirasa sudah ketinggalan, permintaan pasar
tumbuh dan berkembang lebih besar daripada kapasitas produksi yang dimiliki,
serta apabila fasilitas pendukung (faktor-faktor produksi) tak lagi mencukupi.

B. Tahapan dalam memilih lokasi pabrik


Untuk mendapatkan lokasi pabrik yang ideal atau tepat, diperlukan
beberapa tahapan yang harus dilakukan, yaitu:
a) Menentukan daerah (territorial), di mana sebaiknya pabrik didirikan.
b) Menentukan lingkungan masyarakat, tujuannya adalah untuk mengetahui
bagaimana sikap masyarakat terhadap rencana pendirian pabrik, sehingga
didapatkan lokasi optimum.
c) Memilihh lokasi terbaik, alternatifnya :
 Kota besar (city location}; alternatif ini dipilih berdasar
pertimbangan apabiladibutuhkan tenaga kerja terampil dalam jumlah
besar, proses produksi tergantungfasilitas kota, mengutamakan
pentingnya sarana transportasi dan komunikasi, banyak masalah
tenaga kerja, ekspansi sulit dilakukan.
 Pinggir kota (suburban location); alternatif ini dipilih berdasar
pertimbangan apabila dibutuhkan tenaga kerja semi skill, tingkat
ekspansi mudah dilakukan, tenaga kerja dekat dengan lokasi pabrik,
jumlah penduduk minimum, sehingga tidak banyak terdapat masalah
lingkungan.
 Luar kota (country location); dasar pertimbangan yang
dipergunakan adalahapabila pabrik yang didirikan membutuhkan lahan
luas, tingkat ekspansi mudah,dibutuhkan tenaga kerja unskill dalam
jumlah besar, produk yang dihasilkan beresiko tinggi, dan standar upah
minimum.

C. Pembandingan Dalam berbagai memilih alternative lokasi


Analisa terhadap alternatif-alternatif lokasi seharusnya
mempertimbangkan baik faktor-faktor obyektif (seperti, tenaga kerja, biaya bahan
mentah, transportasi, pajak dan pasar potensial) maupun faktor-faktor subyektif
(seperti kegiatan-kegiatan serikat karyawan, kondisi cuaca, iklim politik, dan
bahkan sekolah-sekolah).
Suatu metoda sederhana yang dapat digunakan untuk membantu dalam
pemilihan di antara alternatif-alternatif lokasi adalah dengan membentuk sebuah
“tim” para pembuat keputusan yang bertugas mengevaluasi setiap lokasi atas
dasar sejumlah faktor keinginan relatif dan mengevaluasi derajat relative
pentingnya setiap faktor dalam keputusan lokasi. Sebagai contoh, anggap berbagai
lokasi sedang dipertimbangkan atas dasar lima faktor. Untuk setiap faktor, setiap
anggota tim memberikan penilaian relatif diantara berbagai alternatif lokasi (nilai
1 sampai dengan 10). Distribusi beberapa nilai ini kemudian dirata-rata untuk
mendapatkan nilai distribusi gabungan.
Misalnya penilaian gabungan sebuah perusahaan untuk lokasi Yogyakarta,
Jakarta, dan Surabaya.
Alternatif Pasar Biaya Tersedianya Biaya Pajak
lokasi Potensial Tenaga Air Bahan
Kerja Mentah
Yogyakarta 2 3 5 4 3
Jakarta 5 3 1 4 2
Surabaya 3 4 4 2 5

Hasil penilaian dalam tabel di atas dapat dijumlahkan secara horizontal


untuk mendapatkan skor total setiap kota, tetapi bila hal ini dilakukan berarti
perusahaan memberikan bobot yang sama bagi setiap faktor. Kenyataannya,
dalam analisa ini perusahaan memutuskan untuk mempergunakan bobot, sebagai
berikut :
Pasar potensi 30%, biaya tenaga kerja 20%, tersedianya air 30%, biaya
bahan mentah 10%, dan pajak 10%. Kemudian penilaian tabel di atas dikalikan
dengan bobot, menghasilkan angka-angka seperti dibawah ini:
Alternatif Pasar Biaya Tersedianya Biaya Pajak Total
lokasi Potensial Tenaga Air Bahan
Kerja Mentah
Yogyakarta 60 60 150 40 30 340
Jakarta 150 60 30 40 20 300
Surabaya 90 80 120 20 50 360

Bila dijumlahkan secara horizontal nilai tertimbang total tertinggi adalah


kota Surabaya sebagai kota pilihan alternatif lokasi. Metoda ini memang
mendasarkan diri pada pendapat dari beberapa orang ahli yang berpartisipasi dan
berdiskusi samapai memperoleh konsensus pemilihan berbagai alternatif lokasi.
Pendekatan ini sering disebut sebagai metoda “Delphi”.

D. Analisis Biaya dalam Penentuan Lokasi


Konsep biaya tetap dan biaya variabel dapat membantu penentuan lokasi.
Kombinasi biaya tetap dan variabel bagi lokasi yang berbeda-beda dapat
menciptakan persamaan biaya yang menunjukkan hubungan antara biaya dan
volume produksi yang berlaku bagi masing-masing lokasi.
Contoh. Sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan empat lokasi
alternatif untuk sebuah pabrik baru. Perusahaan akan membelanjai pabrik baru
dari pengeluaran obligasi dengan tingkat bunga 10%. Data biaya-biaya dapat
diperinci sebagai berikut dalam tabel berikut.
Jenis biaya A B C D
(dalam ribuan
rupiah)
Tenaga kerja Rp0,75 Rp1,10 Rp0,80 Rp0,90
(per unit)
Biaya 4.600.000 3.900.000 4.000.000 4.800.000
konstruksi
pabrik
Material dan 0,43 0,60 0,40 0,55
peralatan (per
unit)
Listrik (per 30.000 26.000 30.000 28.000
tahun)
Air (per 7.000 6.000 7.000 7.000
tahun)
Transportasi 0,02 0,10 0,10 0,05
(per unit)
Pajak (per 33.000 28.000 63.000 35.000
tahun)

Tentukan lokasi yang paling menguntungkan (secara ekonomikal) bagi


perusahaan untuk volume produksi atau keluaran dalam “range” 50.000-130.000
unit per tahun.
Penyelesaian:
Langkah pertama: menghitung biaya tetap total selama satu tahun
Biaya-biaya A B C D
tetap (dalam
ribuan
rupiah)
10% 460.000 390.000 400.000 480.000
investasi
Listrik 30.000 26.000 30.000 28.000
Air 7.000 6.000 7.000 7.000
Pajak 33.000 28.000 63.000 35.000
TOTAL 530.000 450.000 500.000 550.000

Langkah kedua: biaya variabel per unit untuk masing-masing lokasi


Biaya-biaya A B C D
variabel
(dalam ribuan
rupiah)
Tenaga kerja Rp0,75 Rp1,10 Rp0,80 Rp0,90
Material dan 0,43 0,60 0,40 0,55
Peralatan
Transportasi 0,02 0,10 0,10 0,05
TOTAL 1,2 1,8 1,3 1,5

Data biaya tetap dan variabel diatas dapat dirumuskan dalam bentuk
persamaan biaya sebagai berikut:
A = 530.000.000 + 1200x
B = 450.000.000 + 1800x
C = 500.000.000 + 1300x
D = 550.000.000 + 1500x
Kemudian dibuat grafik, dimana titik-titik break even diperoleh dari
perpotongan diantara persamaan-persamaan biaya total setiap lokasi.
Dari grafik, dapat disimpulkan bahwa bila kapasitas atau volume produksi
dibawah 100.000 unit, sebaiknya pabrik didirikan di lokasi B. Sedangkan bila
volume produksi di atas 100.000 unit,pabrik sebaiknya didirikan di lokasi C. Pada
volume produksi sama dengan 100.000 unit, lokasi C dan B mempunyai biaya
total yang sama.

E. Metoda Transportasi dalam Keputusan-Keputusan Lokasi


Metode transportasi adalah suatu teknik riset operasi (operation research)
yang dapat sangat membantu dalam pembuatan keputusan-keputusan lokasi
pabrik atau gudang.
Masalah-masalah metoda transportasi sebenarnya masalah khusus dari
programasi linear. Beberapa alternatif metoda-metoda untuk memecahkan
masalah transportasi telah tersedia, yaitu metoda sudut kiri atas (northwest corner
atau stepping stone method), MODI (modified distribution method), dan VAM
(Vogel’s approximation method).
Dalam bentuk umum, masalah transportasi dapat dirumuskan menjadi
berikut:
Optimumkan :
𝑚 𝑛

𝑍 = ∑ ∑ 𝐶𝑖𝑗 𝑋𝑖𝑗
𝑖=1 𝑗=1
dengan syarat :
∑𝑛𝑗=1 𝑋𝑖𝑗 = 𝑎𝑖 (i= 1,2,3,4,....,m)
∑𝑚
𝑖=1 𝑋𝑖𝑗 = 𝑏𝑗 (j= 1,2,3,4,....,n)

𝑋𝑖𝑗 ≥ 0 (i= 1,2,3,4,....,m ; j= 1,2,3,4,....,n)


dimana,
Cij :biaya transportasi per unit dari tempat asal ke i ke tempat tujuan ke j
ai : jumlah unit yang tersedia pada tempat asal kei (sumber)
bj: jumlah unit yang diminta oleh tempat tujuan ke j

2. Tata Letak Bahan


A. Tata Letak Aliran Lini
Tata letak ini digunakan pada pabrikasi (back office) dan proses lini yang
memiliki aliran kerja linier dan tugas yang berulang-ulang. Setiap stasiun atau
pusat kerja (work stasion) atau departemen diatur sesuai jalur lini. Beberapa jenis
pengaturan aliran, seperti bentuk L, O, S atau U. Tata letak ini disebut dengan lini
produksi atau lini rakitan.
Tipe tata letak ini sangat terspesialisasi dan sumber daya modal tinggi. Bila
volumenya tinggi, keuntungan tata letak aliran lini adalah dalam hal kecepatan
tingkat pemrosesan, persediaan lebih rendah, waktu tidak produktifnya rendah
untuk perubahan dan penanganan bahan atau material. Tatangannya adalah
mengelompokkan kegiatan- kegiatan ke dalam stasiun-stasiun kerja dan mencapai
tingkat hasil yang diinginkan dengan sumber daya terbatas. Tata letak ini juga
sering disebut dengan tata letak produk dengan proses yang bersifat kontinyu.
Keunggulan tata letak produk ini adalah persediaan bahan baku dan barang
dalam proses rendah, pelatihan karyawan tidak terlalu diutamakan, biaya variabel
per unit rendah, dan waktu persiapan mesin tidak terlalu lama. Sedangkan
kelemahan tata letak produk ini adalah fleksibilitas rendah, unit produk yang
dihasilkan banyak, dan terhentinya sebagian proses akan menghambat proses
produksi secara keseluruhan.
B. Tata letak proses
Pada prinsipnya, proses layout merupakan metode pengaturan dan
penempatan fasilitas, yaitu fasilitas yang memiliki tipe dan spesifikasi sama
ditempatkan dalam satu departemen. Hal itu umumnya digunakan di perusahaan
yang beroperasi dengan menerima order dari pelanggan. Selain itu digunakan oleh
perusahaan yang mempunyai produk bervariasi dan memproduksi dalam jumlah
kecil.
Proses layout umumnya digunakan untuk industri manufakturing yang
bekerja dengan jumlah/volume produksi yang relatif kecil dan untuk produk yang
tidak standar. Tipe ini akan terasa lebih fleksibel dibadingkan dengan tata letak
berdasarkan aliran produk. Pabrik yang beroperasi berdasarkan job order (job lot
production), akan lebih tepat menerapkan layout tipe ini untuk mengatur segala
fasilitas produksinya.
Keuntungan yang akan didapat dari layout proses, antara lain:
1) Memungkinkan utilitas mesin yang tinggi,
2) Memungkinkan penggunaan mesin-mesin yang multiguna sehingga dapat
dengan cepat mengikuti perubahan jenis produksi,
3) Memperkecil terhentinya produksi yang diakibatkan oleh kerusakan mesin,
4) Sangat fleksibel dalam mengalokasikan personel dan peralatan,
5) Investasi yang rendah karena dapat mengurangi duplikasi peralatan,
6) Memungkinkan spesialisasi supervisi.
Adapun kelemahan dari model ini, antara lain:
1) Meningkatnya kebutuhan material handling karena aliran proses yang
beragam dan tidak dapat digunakannya ban berjalan;
2) Pengawasan produksi yang lebih sulit;
3) Meningkatnya persediaan barang dalam proses;
4) Total waktu produksi per unit yang lebih lama;
5) Memerlukan skill yang lebih tinggi;
6) Pekerjaan rutin, penjadwalan dan akunting biaya yang lebih sulit karena
setiap ada order baru harus dilakukan perencanaan/perhitungan kembali.
C. Tata Letak Posisi Tetap (Fixed Position Layout)
Pada dasarnya, model ini mengondisikan bahwa yang tetap pada posisinya
adalah material, sedangkan fasilitas produksi seperti mesin, peralatan, serta
komponen-komponen pembantu lainnya bergerak menuju lokasi material atau
komponen produk utama. Jika dalam layout-layout lain, produk yang bergerak
sesuai tahapan produksinya, maka pada tata letak jenis ini, justru produk tidak
bergerak, bahan baku dan alat produksi-lah yang mendatangi produk. Contoh:
Bengkel Industri pesawat, kapal, kereta, dll.
Prinsip tata letak berdasarkan lokasi material tetap digunakan untuk produk
yang ukurannya besar seperti kapal dan pesawat terbang. Menurut Moore (2000)
permasalahan yang dihadapi dalam layout posisi tetap adalah cara mengatasi
kebutuhan layout proyek yang tidak berpindah atau proyek yang menyita tempat
yang luas (seperti pembuatan jalan layang, gedung). Adapun teknik untuk
mengatasi layout posisi tetap, apabila tidak dikembangkan dengan baik maka
kerumitannya akan bertambah. Adapun penyebabnya terdiri atas tiga faktor,
antara lain:
1) Tempatnya yang terbatas di semua lokasi produksi.
2) Setiap tahapan berbeda pada proses produksi dan kebutuhan bahan sehingga
banyak hal yang menjadi penting sejalan dengan perkembangan proyek,
3) Volume bahan yang dibutuhkan sangat dinamis.
Dikarenakan permasalahan pada layout posisi tetap sulit diselesaikan di
lokasi maka ada hal-hal yang dikerjakan di luar lokasi untuk melengkapi proyek,
misalnya pada proyek pembuatan jalan layang maka pembuatan konstruksi besi
dilakukan di luar lokasi kemudian melakukan penanamannya di lokasi proyek.
a. Sifat – sifat layout dengan posisi tetap
 Barang yang dikerjakan biasanya berat dan tidak mungkin dipindah – pindah
 Volume pekerjaan biasanya besar
 Biasanya pekerjaan berupa proyek yang harus selesai pada waktu yang telah
ditentukan
 Fasilitas produksi yang digunakan biasanya mudah dipindah – pindah
 Komponen produk atau bagian produk yang tidak mungkin dikerjakan
dilokasi biasanya dikerjakan di dalam pabrik atau di tempat lain
b. Kebaikan – kebaikan layout dengan posisi tetap
 Fleksibel dapat ditetapkan pada setiap[ pekerjaan yang berbeda – beda
 Dapat diletakkan dimana saja sesuai kebutuhan
 Tidak memerlukan banguna pabrik
c. Kelemahan layout dengan posisi tetap
 Tidak ada standar atau pedoman yang jelas untuk merencanakan layoutnya
 Kegiatan pengawasan harus sering dilakukan dan relatif sulit
 Biasanya keamanan barang – barang di sekitar pembuatan barang harus
dijaga dengan baik karena rawan pencurian.

D. Jenis-Jenis Bangunan
Secara umum, bangunan-bangunan dapat dibedakan menjadi bangunan
berlanta tunggal dan bangunan bercorak atau arsitektur.
a) Bangunan Berlantai Tunggal
Bentuk bangunan berlantai tunggal merupakan jenis yang paling umum
sekarang. Bangunan ini dapat melebar atau memanjang sesuai kebutuhan dan
dapat dengan mudah diperluas. Bangunan berlantai tunggal tidak mempunyai
tangga-tangga, lift atau lerengan yang menghubungkan lantai-lantai.
Pengangkutan bahan-bahan dari satu tahapan proses ke tahapan berikutnya
lebih mudah dan tidak mahal karena dilakukan secara horizontal dan tidak naik
turun. Peralatan-peralatan berat dapat diletakkan diatas fondasi yang terpisah
dan biaya pembangunannya lebih murah.
Ada beberapa kelemahan bentuk bangunan berlantai tunggal. Bentuk
bangunan ini memerlukan ruangan dasar yang lebih luas. Dan bila atap
berbentuk datar serta tidak ada kaca pada langit-langit bangunan, di perlukan
penerangan artifisial di hampir seluruh bagian pabrik, sistem artifikasi dan
pendingin udara (air conditioning) biasanya juga diperlukan.
b) Bangunan Bertingkat dan Arsitektur
Perkembangan arsitektur lengkap dapat mempunyai dampak penting
pada struktur biaya tetap dan variabel bangunan, seperti sikap para karyawan
yang bekerja di dalamnya. Karena sifat banyak industri dan karena investasi
tetap yang sangat besar pada pabrik phisik banyak organisasi telah
mempergunakan pendekatan “kegunaan” terhadap bentuk dan desain fasilitas-
fasilitas produksi mereka. Banyak organisasi sekarang menghabiskan jauh
lebih banyak dananya untuk merancang faailittas-fasilitas mereka, dan
mencoba untuk membuanya baik secara fungsional ekonomis maupun secara
arsiktur menarik.
Bangunan juga dapat dirancang untuk menarik para karyawan, agar
motivasi dan produktifitas mereka lebih tooinggi dalam pencapaian tujuan,ini
ditandai semakin meluasnya pengguna karpet, dinding kayu, dan tata warna
yang di koordinasi secara baik dalam bangunan-bangunan kantor. Bangunan
adalah salah satu satu fasilitas yang paling produktif.

E. Pertimbangan Desain Fasilitas


Tata letak fasilitas menurut Tompkins (1999) merupakan ilmu yang
multidisiplin, yang berkaitan dengan merencanakan layout fasilitas, memilih
material handling sistem, dan menentukan peralatan proses yang diperlukan.
Menurut Sritomo Wignjosoebroto (2000), perancangan tata letak fasilitas
diartikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas fisik pabrik untuk
menunjang kelancaran proses produksi.
James Apple (1997) menegaskan bahwa tata letak fasilitas sebagai
menganalisis, membentuk konsep, merancang, dan mewujudkan sistem bagi
pembuatan barang atau jasa.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, kegiatan perancangan fasilitas
berhubungan dengan perancangan unsur fisik suatu lingkungan. Pada dasarnya,
tata letak dan pemindahan bahan merupakan salah satu kegiatan rekayasawan
industri tertua. Seiring dengan meluasnya pandangan rekayasawan industri ke
arah fasilitas fisik, saat ini reakayasawan menjadi sebuah pemahaman bahwa
semua kegiatan yang mempunyai arti, akan menuntut fasilitas fisik dan fasilitas
itu harus direncanakan serta dirancang untuk mengikuti prinsip serta aturan yang
hampir sama dengan yang digunakan dalam tata letak.
Dalam perkembangannya sampai saat ini, perancangan fasilitas memiliki
tujuan secara umum untuk mempertimbangkan masukan yang tepat dan
merancang susunan yang dalam waktu tersingkat dengan biaya yang wajar untuk
mencapai keluaran yang diinginkan.
Pada prinsipnya sebuah perancangan fasilitas bagi operasi suatu perusahaan
tidak dapat ditunjukkan. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa aliran barang
merupakan tulang punggung fasilitas produksi yang harus dirancang dengan
cermat serta tidak boleh dibiarkan tumbuh dan berkembang menjadi satu pola
yang membingungkan. Oleh karena itu, perancangan fasilitas perlu dilakukan
lebih dulu, misalnya seseorang sebelum membangun satu ruangan sebuah rumah
disesuaikan dahulu dengan barang yang sesuai dengan rumah tersebut.
Berbagai faktor penting lainnya disamping yang telah dibahas di atas dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Biaya-biaya bangunan. Biaya fasilitas baru tergantung pada keperluan. Biaya-
biaya tentu saja berbeda-berbeda untuk berbeda pula. Luas lantai yang
diperlukan untuk mesin, peralatan, gerak karyawan dan sebagainya akan
berpengaruh pada per unit meter persegi. Perusahaan-perusahaan yang
membangun pabrik baru dapat menerapkan perbaikan-perbaikan untuk
menurunkan biaya-biaya (1) penanganan bahan, (2) supervisi, (3)
pemeliharaan, (4) persediaan, (5) pengiriman, dan (6) asuransi. Penerangan
biasanya juga dapat diperbaiki sehingga biayanya dapat ditekan. Semangat
kerja karyawan dan kualitas produk meningkat, sehingga biaya tenaga kerja per
unit turun.
2. Sistem komunikasi dalam pabrik. Dalam pabrik, para karyawan sering harus
berkomunikasi satu dengan yang lain untuk memberikan dan menerima
perintah atau pengarahan, serta mengirim dan menerima laporan-laporan dan
berbagai pengarahaan tertulis. Berbagai contoh peralatan komunikasi adalan
sistem telephone atau intercome internal, komputer, kotak-kotak pelaporan
kartu kerja (disebut “transactor”) radio dan televisi, dan sebagainya. Pemilihan
sistem komunkasi ini akan mempengaruhi desain fasilitas.
3. Keamanan. Desain fasilitas perlu mempertimbangkan perlindugan terhadap
desain – desain produk, formula–formula, dan rahasia–rahasia oraganisasi,
serta kekayaan oraganisasi. Kamera–kamera televisi dapat membantu untuk
memonitor keadaan keamanan organisasi., selain sistem alarm atau peralatan
tanda bahaya lainnya. Disamping itu perlindungan terhadap bahaya kebakaran
internal juga penting sebagai pertimbangan keamanan.
4. Kebutuhan–kebutuhan keamanan. Desain fasilitas juga penting
mempertimbangkan masing–masing kebutuhan ruangan untuk mesin, produk,
ruang pelayanan dan overhead. Ruang–ruang pelayanan seperti kamar mandi,
ruang ganti pakaian, persediaan dan sebagainya–adalah penting sebagai
fasilitas–fasilitas kesehatan, ruang peralatan, persediaan dan sebagainya adalah
penting sebagai fasilitas–fasilitas pendukung operasi–operasi manufacturing.
5. Peralatan penanganan bahan. Jenis peralatan penanganan bahan yang
digunakan akan mempengaruhi desain fasilitas. Pengangkutan bahan dengan
truk atau fork lift memerlukan gang–gang yang lebih luas daripada dengan ban
berjalan. Sedangkan ”overhead cranes” memerlukan ruangan terbuka yang
lebih luas dan sebagainya .

F. Berbagai Pola Layout


Ada 4 (empat) pola dasar umum layout. Pertama, “layout fungsional” yang
berkenaan dengan pengelompokan mesin-mesin dan peralatan-peralatan yang
diperlukan untuk membuat produk-produk tertentu berdasarkan atas urutan proses
produksi, dimana produk- produk bergerak secara terus-menerus sebagai suatu
garis perakitan. Layout produk berorientasi pada produk yang sedang dibuat –
untuk mencapai volume produksi yang tinggi.
Kedua “layout produk“ yaitu pengaturan letak mesin – mesin atau fasilitas
produksi dalam suatu pabrik yang berdasarkan atas urut–urutan proses produksi
dalam membuat suatu barang. Barang yang dikerjakan setiap hari selalu sama dan
arus barang yang dikerjkakan setiap hari. Seolah–olah menyerupai garis meskipun
tidak selalu garis lurus.
Ketiga, “layout kelompok“, kadang-kadang diperlukan sebagai macam
layout yang terpisah, merupakan suatu variasi dari layout produk. Dalam layout
kelompok, bagian-bagian dan komponen-komponen produk yang sedang sedang
dibuat dikelompokkan menjadi semacam “keluarga”, dan berbagai area atau
departemen dipisah-pisahkan untuk mengerjakan hanya komponen-komponen
tersebut dan melakukan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk membuatnya
selesai.
Keempat, “layout posisi tetap” menempatkan produk-produk kompleks
yang sedang dirakit pada suatu tempat, seperti pembuatan pesawat Boeing 747,
kapal dan sebagainya. Kebanyakan perusahaan menggunakan secara kentara satu
atau lebih pola-pola layout ini, tetapi mungkin juga mencakup semua macam
layout pada berbagai derajat .

G. Layout Fungsional
Layout fungsional yaitu pengaturan letak fasilitas produksi di dalam pabrik
yang didasarkan atas fungsi bekerjanya setiap mesin atau fasilitas produksi yang
ada. Mesin atau fasilitas yang memiliki kegunaan yang sama di kelompokan dan
di letakakan pada ruang yang sama. (layout ini biasanya untuk membuat barang
yang bermacam – macam).
Sifat – sifat layout fungsional:
1) Macam barang yang dibuat banyak, selalu berubah – ubah dan jumlah yang
dibuat setiap macam sedikit.
2) Mesin yang digunakan biasanya bersifat serbaguna.
3) Routing atau penentuan urut – urutan proses pembuatan barang biasanya selalu
berubah ubah.
4) Keahlian tenaga kerja yang mengerjakan biasanya bersifat fleksibel
5) Banyak memerlukan instruksi kerja, serta instruksi kerja harus jelas.
6) Kualitas barang hasil produksi sangat tergantung pada keahlian karyawan yang
mengerjakan.
Kebaikan-kebaikan layout fungsional:
1) Fleksibel dapat digunakan untuk mengerjakan berbagai macambarang
2) Investasi pada mesin – mesin dan pada fasilitas produksi yuanglain lebih
murah daripada layout garis.
Kelemahan–kelemahan layout fungsional:
1) Biaya produksi setiap barang lebih mahal.
2) Pekerjaan perencanaan dan pengawasan produksi lebih sering digunakan.
3) Pengangkutan barang di pabrik lebih sulit dan simpang siur.
4) Tidak terjadi keseimbangan kerja setiap mesin.

H. Layout produk, sering juga disebut line layout


Pengaturan tata letak fasilitas produksi berdasar aliran produk. Tipe ini
sangat popular dan sering digunakan pada pabrik yang menghasilkan produk secara
massal (mass production),dengan tipe produk relatif kecil dan standar untuk
jangka waktu relatif lama. Pengaturannya adalah dengan urutan operasi dari satu
bagian ke bagian lain hingga produk selesai diproses. Tujuan utama layout ini
adalah mengurangi pemindahan bahan dan memudahkan pengawasan. Misalnya
pabrik perakitan mobil, lemari pendingin, dan televisi. Layout produk adalah
karakteristik yang cocok untuk proses manufacturing yang terus menerus.
a. Sifat - sifat layout garis
 Macam produk yang dihasilkan sedikit dan jumlah setiap macam banyak
 Tenaga kerja yang diperlukan adalah tenaga khusus, yang sesuai dengan
kebutuhan mesin yang dilayani
 Kualitas barang hasil produksi lebih banyak ditentukan oleh mesin daripada
keahlian karyawan.
 Memiliki keseimbangan kapasitas mesin, artinya kapasitas mesin satu
dengan yang lainya harus sama
b. Kebaikan – kebaikan layout garis
 Biaya produksi lebih murah
 Pengawasan lebih mudah
 Pengangkutan barang didalam pabrik lebih mudah
c. Kelemahan – kelemahan layout garis
 Apabila terjadi kemacetan terhadap salah satu mesin, mesin akan
menyebabkan kemacetan seluruh kegiatan pabrik
 Nilai investasi mahal ,karena mesin yang digunakan banyakn sekali dan
biasanya menggunakan mesin khusus
 Kurang fleksibel karena suatu layout hanya dapat membuat satu macam
barang saja.

I. Layout kelompok, sering juga disebut group layout


Pengaturan tata letak fasilitas produksi ke dalam departemen tertentu atau
kelompok mesin bagi pembuatan produk yang memerlukan proses operasi yang
sama. Setiap produk diselesaikan pada daerah tersendiri dengan seluruh urutan
pengerjaan dilakukan padadepartemen tersebut.
a. Sifat – sifat layout kelompok
 Barang hasil produksi dapat dikelompokkan dalam nbeberapa macam
kelompok yanhg memiliki garios besar urutan proses yang sama.
 Mesin yang digunakan bersifat fleksibel
 Memerlukan karyawan yang keahlianya fleksibel
b. Kebaikan – kebaikan layout kelompok
 Bersifat fleksibel sehingga dapat menghasilkan beberapa macam barang
 Meskipun barang yang dikerjakan bermacam – macam arus barang tidak
simpang siur
 Meskipun perusahaan mengerjakan berbagai macam produk, biaya
produksi dapat lebih murah dibandingkan layout fungsional.
c. Kelemahan – kelemahan layout kelompok
 Untuk dapat menggunakan layout semacam ini maka kelompok produk
yang memiliki kesamaan tingkat proses harus jelas.
 Instruksi kerja harus jelas
 Memerlukan pengawasan yang cermat
J. Layout posisi tetap, sering disebut fixed position layout
Pengaturan material atau komponen produk akan tetap pada posisinya,
sedangkan fasilitas produksi seperti peralatan, perkakas, mesin, dan pekerja
yang bergerak berpindah menuju lokasi material tersebut. Misalnya pabrik
perakitan pesawat terbang, perakitan kapal, danpembuatan gedung. Layout ini
mengatasi kebutuha tata letak proyek yang tidak berpindah atau proyek yang
menyita tempat yang luas.
a. Sifat – sifat layout dengan posisi tetap
 Barang yang dikerjakan biasanya berat dan tidak mungkin dipindah – pindah
 Volume pekerjaan biasanya besar
 Biasanya pekerjaan berupa proyek yang harus selesai pada waktu yang telah
ditentukan
 Fasilitas produksi yang digunakan biasanya mudah dipindah – pindah
 Komponen produk atau bagian produk yang tidak mungkin dikerjakan
dilokasi biasanya dikerjakan di dalam pabrik atau di tempat lain
b. Kebaikan – kebaikan layout dengan posisi tetap
 Fleksibel dapat ditetapkan pada setiap[ pekerjaan yang berbeda – beda
 Dapat diletakkan dimana saja sesuai kebutuhan
 Tidak memerlukan banguna pabrik
c. Kelemahan layout dengan posisi tetap
 Tidak ada standar atau pedoman yang jelas untuk merencanakan layoutnya
 Kegiatan pengawasan harus sering dilakukan dan relatif sulit
 Biasanya keamanan barang – barang di sekitar pembuatan barang harus
dijaga dengan baik karena rawan pencurian.

K. Metode Layout
Perusahaan-perusahaan yang membangun bebagai fasilitas baru sering
menghabiskan dua atau tiga tahun dalam pekerjaan pendahuluan, dimana salah
satu bagian penting adalah pencarian metode-metode yang lebih baik untuk
digunakan dalam pabrik baru. Pembangunan suatu pabrik baru memberikan
kesempatan untuk membuat tercapainya perbaikan-perbaikan. Dengan layout baru
adalah mungkin untuk menghilangkan praktek-praktek pemborosan, sebagai
contoh, dalam pabrik sekarang, dua orang mengoperasikan sebuah truk padahal
seorang saja sudah cukup, pengurangan karyawan mungkin akan menimbulkan
keberatan-keberatan. Tetapi dengan pabrik baru disuatu lokasi yang berbeda, ban
berjalan yang tidak memerlukan karyawan sama sekali dapat diterapkan. Jadi
penghapusan masalah dan perbaikan metode.
Berikut adalah metode – metode layout yang sering digunakan :
1. Cara Pertama, mulai dengan perakitan (atau bagian proses) yang menunjukan
bagaimana proses produksi dari bahan mentah sampai produk akhir
dilaksanakan.
2. Cara Kedua, penentuan suatu layout baru dengan mempehatikan produk dari
sudut pandang penanganan bahan (materials handling). Apakah produk besar
dan padat atau besar dan ringan? Bagaimana tentang bentuknya? Apakah
panjang dan tipis, atau lentur, atau mudah ditumpuk?
3. Cara Ketiga, adalah mulai dengan menggambar kebutuhan lantai (ruang)
yang menunjukan seluruh bagian-bagian tetap atau semi tetap, segala sesuatu
yang tidak dapat dipindah atau dipindah dengan mudah.

L. Layout Dalam Organisasi Jasa


Bank, restaurant, rumah sakit dan kantor-kantir juga menghadapi banyak
masalah layout yang sama seperti pada perusahaan-perusahaan manufacturing.
Bagi hamper seluruh bagian, metoda-metoda layout yang sama dapat digunakan.
Di samping aliran beban di antara departemen-departemen, analisis harus
mempertimbangkan pergerakan (perpindahan) karyawan yang membutuhkan
bekerja bertatap muka (face to face) dengan karyawan lain, dan pergerakan kertas
kerja. Sebagai contoh dalam kasusu di restaurant, perpindahan bahan mentah
(sebelum dimasak) menuju tempat-tempat pemrosesan (lemari es, kompor, oven,
dan lain-lain), dan pergerakan produk akhir (masakan) ke langganan.
M. Keseimbangan Lini
Perencanaan dan penyusunan layout harus memperhatikan masalah
keseimbangan lini. Masalah keseimbangan aliran proses produksi ini berarti
adanya keseimbangan atau persamaan kapasitas atau keluaran dari setiap tahap
operasi daalam suatu runtutan lini. Bila terjadi keseimbangan antara kapasitas
suatu tahap operasi berikutnya, maka proses produksi dapat diharapkan akan
berjalan lancar. Bila keseimbangan tidak dijaga, keluaran maksimum yang
mungkin dicapai untuk lini tersebut akan ditentukan oleh operasi yang paling
lambat. Ketidak keseimbangan lini akan mengakibatkan penumpukan barang-
barang dalam proses pada suatu bagian operasi, dan dilain pihak pengangguaran
bagian-bagian operasi lainnya.
Model antrian dalam keseimbangan lini. Model-model antrian atau garis
tunggu dapat digunakan sebagai pendekatan untuk memecahkan masalah
keseimbangan lini. Masalah penting model ini adalah menyeimbangkan tahap-
tahap operasi agar masing-masing tahap mempunyai volume pekerjaan yang
sama. Walaupun model antrian memberikan pengertian yang berguna tentang
pengaturan suatu runtutan lini operasi, tetapi dalam praktek tidak merupakan
pendekatan yang berhasil sebagai alat bantu manajemen untuk memecahkan
masalah keseimbangan lini.
Daftar Pustaka

Handoko, T. Hani.2011.Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan


Operasi.Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta
Hindrayani, Aniek. 2010. Manajemen Operasi. Yogyakarta: Pohon Cahaya.
Krajewski, L.J.; Ritzman, L.P.; dan Malhotra, M.K. (2007). Operations
Management: Process and Value Chains, 8th edition. Singapore: Pearson Prentice
Hall.
Reksohadiprodjo, Sukanto dan Indriyo Giosudarmo. (1986). Manajemen
Produksi. Yogyakarta: BPFE – Yogyakarta.
Rusdiana. 2014. Manajemen Operasi Edisi 3. Bandung; CV Pustaka Setia.
Subagyo, Pangestu. (2000). Manajemen Operasi. Yogyakarta: BPFE –
Yogyakarta.
Yamit, Zulian. Edisi ke dua. Manajemen Produksi Dan Operasi.Yogyakarta:
Ekonisia
http://www.pendidikanekonomi.com/2013/01/macam-tipe-layout-pabrik.html

Anda mungkin juga menyukai