أما بعد
Jati diri santri adalah moralitas dan akhlak pesantren dengan kiai
sebagai simbol kepemimpinan spiritual (qiyâdah rūhâniyah).
Karena itu, meskipun santri telah melanglang buana, menempuh
pendidikan hingga ke mancanegara, dia tidak boleh melupakan jati
dirinya sebagai santri yang hormat dan patuh pada kiai. Tidak ada
kosakata bekas kiai atau bekas santri dalam khazanah pesantren.
Santri melekat sebagai stempel seumur hidup, membingkai moral
dan akhlak pesantren. Di hadapan kiai, santri harus
menanggalkan gelar dan titelnya, pangkat dan jabatannya, siap
berbaris di belakang kepemimpinan kiai.
و ضرر الشرع ممن ينصره ال بطريقه اكثرمن ضرره ممن يطعن فيه بطريقه
“Dan kecelakaan agama dari para pembela yang tidak tahu caranya
itu lebih besar daripada kecelakaan agama dari para pencela yang
tahu caranya.”