Anda di halaman 1dari 10

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR

AKUNTANSI KEUANGAN ANTARA METODE CERAMAH


DENGAN DEMONSTRASI BAGI SISWA KELAS III SMK NEGERI 1
LIMBUNG KABUPATEN GOWA

Oleh: ABDUL JABBAR BARAMANG


(Guru SMK Negeri 1 Limbung)

Abstrak: Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan prestasi belajar
siswa yang diajar dengan metode demonstrasi dengan siswa yang diajar dengan
metode ceramah dalam bidang studi Akuntansi Keuangan di kelas III Akuntansi pada
SMK Negeri 1 Limbung Kabupaten Gowa Tahun Pelajaran 2003/2004. populasi
penelitian ini adalah semua siswa Akuntansi pada SMK Negeri 1 Limbung Kabupaten
Gowa sebanyak 63 siswa dengan menggunakan sampel total, sedang dalam
pengumpulan data digunakan metode dokumentasi dan metode eksperimen. Untuk
menganalisis data digunakan statistik statistik bentuk “t-test”. Hasil penelitian
menunjukkan prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode demonstrasi lebih
tinggi dibanding dengan siswa yang diajar dengan metode ceramah dalam bidang
Akuntansi Keuangan di kelas III Akuntansi pada SMK Negeri 1 Limbung Kabupaten
Gowa Tahun pelajaran 2003/2004.
Kata-kata kunci: Pembelajaran Akuntansi Keuangan, Metode Ceramah, Metode
Demonstrasi, Prestasi Belajar.

A. Pendahuluan
Dewasa ini kita sering mendengar keluhan dari berbagai pihak, baik dari
pihak masyarakat pada umumnya maupun dari pihak orang tua pada khususnya
mengenai rendahnya mutu pendidikan. Oleh karena itu, pihak pemerintah dalam hal
ini Departemen Pendidikan Nasional berusaha keras untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa dengan berbagai macam cara, misalnya: meningkatkan mutu guru
melalui kegiatan penataran, memperbaiki sarana dan prasarana sekolah, pembentukan
Komite Sekolah di tiap-tiap sekolah, memberikan beasiswa kepada siswa dan lain
sebagainya. Upaya tersebut adalah merupakan realisasi dari Pembukaan UUD 1945,
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dari usaha-usaha pemerintah tersebut diharapkan para guru dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dengan mencoba berbagai macam metode dalam
mengajar, yakni dengan membandingkan beberapa metode pembelajaran seperti;
metode ceramah, metode demonstrasi, metode diskusi, atau metode discoveri.
Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan.
Perubahan lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud adalah perubahan di
adalam hal ilmu pengetahuan, kecakapan, dan tingkah laku. Perubahan itu diperoleh
melalui latihan atau pengalaman bukan perubahan yang dengan sendirinya, karena
pertumbuhan kematangan atau karena keadaan sementara seseorang mabuk.
Sedangkan H. Roth (1986: 41) melihat belajar dari segi ilmu mendidik yang
berarti: “perbaikan-perbaikan tingkah laku (memperoleh tingkah laku baru) dan
kecakapan-kecakapan. Dengan belajar terdapat perubahan-perubahan (perbaikan)
fungsi kejiwaan, hal mana menjadi syarat bagi perbaikan tingkah laku dan kecakapan
yang mempersempit pergaulan pelajar”. Sedangkan Surakhmad (1998: 23)
menyebutkan bahwa “mengajar dapat dipandang sebagai hasil di mana guru terutama
melihat bentuk terakhir dari berbagai pengalaman interaksi edukatif. Yang
diperhatikan adalah nampaknya adalah nampaknya sifat dan tanda-tanda tingkah laku
yang dipelajari.”
Belajar dapat dipandang sebagai proses di mana guru terutama melihat apa
yang terjadi selama murid menjalani pengalaman-pengalaman edukatif untuk
mencapai suatu tujuan. Yang diperhatikan adalah pola-pola perubahan tingkah laku
selama pengalaman belajar itu berlangsung.
Belajar dapat pula dipandang sebagai fungsi. Di dalam hal ini, perhatian
ditujukan pada aspek-aspek yang menentukan atau yang memugkinkan terjadinya
perubahan tingkah laku manusia di dalam pengalaman edukatif. Salah satu aspek
yang diutamakan adalah motivasi”.
Ketiga cara memandang pada belajar itu berguna bagi seorang guru bilamana
bila dapat digunakan melengkapi satu sama lain, karena memang tugas guru adalah
merangsang, membina, dan menjurusakan belajar sdemikian rupa sehingga timbul
hasil yang direncanakan. Dengan demikian, ia tidak hanya perlu mengetahui hasil-
hasil yang dituju, tetapi juga harus mengetahui bagaimana dan mengapa dapat timbul
perubahan-perubahan dalam diri siswa sebagai hasil pengalaman interaksi.
Melihat pada kenyataan dapat dikatakan bahwa melalui peristiwa belajar
manusia memperoleh tingkah laku yang baru, sehingga dengan tingkah laku itu
mereka dapat mengadakan penyesuaian dan pertimbangan dengan tuntutan-tuntutan
hidup. Untuk membimbing perkembangan tingkah laku yang benar-benar dibutuhkan
di dalam hidup ini, manusia harus dibawa ke dalam situasi edukatif. Setiap situasi
memiliki unsur-unsur pokok.
Pertama dilihat bahwa siswa itu sendiri harus menjadi unsur dari situasi,
dalam arti bahwa siswa tersebut menerima rangsangan dari lingkungannya, yang
dapat menimbulkan suatu tingkat kesadaran kebutuhan. Unsur kedua adalah tujuan
yang apabila tercapai akan menimbulkan rasa keberhasilan dari siswa. Unsur ketiga
adalah motif yang merupakan daya penggerak untuk berhasil; siswa yang telah
memiliki suatu keadaan dan kesiapan mental seperlunya untuk menggerakkan dirinya
ke dalam kegiatan yang bertujuan. Perubahan dinamika antara seluruh unsur itu
menciptakan satu keadaan tertentu yang disebut situasi edukatif. Dalam situasi serupa
itulah terdapat siswa yang sedang melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan, dengan
mempergunakan kekuatan-kekuatan yang diimbasi oleh pengaruh motivasi dan
pengaruh tingkat kesadaran kebutuhan. Apabila proses itu telah menghasilkan
pencapaian tujuan, maka pengaruh motivasi dan kesadaran kebutuhan menjadi reda
atau menghilang untuk masa tertentu dan tujuan khusus itu. Pada siswa timbul rasa
keberhasilan, dan kegiatan untuk itu dihentikan. Peristiwa belajar telah berlangsung.
Hasil belajar itu memberi kemungkinan-kemungkinan baru bagi perkembangan
selanjutnya dari siswa itu sendiri.
Berdasarkan pendapat dan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
belajar adalah proses perubahan tingkah laku, dimana tingkah laku yang baru itu
diperoleh melalui pengalaman atau situasi edukatif. Perubahan tingkah laku tersebut
adalah perubahan yang sifatnya meningkat, yaitu perubahan tingkah laku dari tidak
tahu menjadi tahu.
Metode demonstrasi adalah suatu teknik mempertunjukkan bagaimana sesautu
itu ditunjukkan. Misalnya seorang pelatih dapat mendeminstrasikan bagaimana
mempersiapkan DUP atau menggunakan mesin hitung, bagaimana memindahkan
transaksi keuangan dari buku kas ke buku bank. Metode demonstrasi adalah suatu
cara yang dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar dengan menyuruh siswa
melakukan atau mempraktikkan apa-apa yang dipelajarinya, agar para siswa dapat
merasakan secara langsung, dan berkesan di hatinya.
Jadi, penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar, di mana
para siswa dapat merasakan dan mengamati secara langsung apa-apa yang
dipelajarinya atau yang disajikan oleh guru. Sehingga dengan demikian, guru hanya
sebagai pembimbing dalam mengarahkan siswa dalam melaksanakan demonstrasi
dari materi pelajaran di dalam kegiatan proses belajar mengajar.
Metode ceramah adalah suatu cara penyampaian materi pelajaran kepada
siswa yang paling sering dipakai oleh guru atas dasar pertimbangan tertentu. Hampir
dalam segala keadaan metode ceramah daianggap poaling baik bagi seorang guru
untuk mernyajikan secara lisan suatu informasi. Asumsi ini timbul karena dalam
waktu yang bersamaan secara langsung dapat menjawab setiap pertanyaan yang
timbul dari para peserta didik mengenai penyajian informasi tersebut.
Metode ceramah adalah suatu cara penyampaian materi pelajaran kepada
siswa dalam proses belajar mengajar dengan secara lisan, di mana guru yang lebih
aktif sedangkan siswa hanya pasif mendengarkan pembicaraan guru, dan hanya
sewaktu-waktu mencatat hal-hal yang dianggap penting dan memerlukan
penganalisaan.
Pemakaian metode ceramah bermaksud sekedar menyediakan informasi
umum mengenai beberapa hal lain mengenai kebijaksanaan, situasi. Selain itu,
ceramah bermaksud mengantarkan suatu informasi yang diperlukan peserta sebagai
suatu keterampilan tertentu. Dalam hal ini ceramah itu dipandang sebagai salah satu
dari meetode yang akan dimanfaatkan untuk membantu pengembangan keterampilan
para peserta.
Prestasi belajar adalah rata-rata nilai yang diperoleh setelah selesai mengikuti
program belajar selama waktu yang telah ditentukan. Prestasi belajar siswa dapat
diketahui dengan melihat penilaian guru terhadap siswa pada program belajar tertentu
dengan waktu tertentu pula yang berupa angka-angka sebagai lambang hasil belajar
siswa.

B. Metode
Dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba membandingkan antara
pengunaan metode demonstrasi dengan metode ceramah dalam proses belajar
mengajar bidang studi Akuntansi Keuangan. Satu kelompok diajar dengan
menggunakan metode demonstrasi dan satu kelompok yang diajar dengan
menggunakan metode ceramah.
Objek penelitian ini adalah keseluruhan jumlah siswa kelas III sebanyak 63
orang. Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan metode dokumentasi
dan metode eksperimen dengan instrumen penelitian adalah tes atau alat pengukuran
hasil belajar siswa. Tes yang dibuat oleh guru bidang studi yang berjumlah 25 item
diujikan kepada siswa, baik yang diajar dengan metode demonstrasi maupun siswa
yang diajar dengan metode ceramah setelah dilakukan eksperimen terhadap kedua
kelompok tersebut. Tes tersebut diujikan kepada siswa guna memperoleh hasil belajar
dari kedua kelompok siswa tersebut.
Metod dokumentasi digunakan untukmemperoleh data tentang banyaknya
kelompok belajar dan jumlah siswa. Sedangkan metode eksperimen digunakan untuk
memperoleh data tentang prestasi belajar siswa.
Untuk menganalisis data digunakan statistik bentuk t. test dengan rumus dan
langkah-langkah sebagai berikut:

Mx - My
t. 
SD b

Mx 
 fX
Nx

My 
 fY
Ny

SD 2x 
 fX 2

 (M x ) 2
Nx

SD 2y 
 fY 2

 (M y ) 2
Ny
SD 2x
SD 2M x 
Nx 1
SD 2y
SD 2M y 
Ny 1
SD b  SD 2  SD 2
M MX My
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yakni metode mengajar yang
digunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar sebagai variable bebas, dan
prestasi belajar siswa sebagai variabel terikat.
Dari hasil penelitian diperoleh nilai hasil belajar siswa, baik dari kelompok
eksperimen maupun dari kelompok pembanding dari kelas III Akuntansi pada SMK
Negeri 1 Limbung Kabupaten Gowa tahun pelajaran 2003/2004 sebagaimana dalam
tabel berikut.

Daftar Nilai Kelompok Eksperimen dan Kelompok Pembanding


dalam Akuntansi Keuangan pada SMK Negeri 1 Limbung
Kabupaten Gowa Tahun Pelajaran 2003/2004

Nilai Siswa Kelompok Nilai Siswa Kelompok


No
Eksperimen Pembanding
1 2 3
1 7 7
2 8 7
3 8 7
4 9 7
5 8 8
6 9 8
7 8 8
8 8 8
9 8 7
10 9 7
11 9 8
12 8 8
13 7 7
14 7 7
15 8 8
16 8 7
17 8 7
18 8 8
19 7 7
20 8 8
21 8 7
22 7 7
23 7 7
24 7 7
25 8 7
26 7 7
27 7 7
28 8 8
29 8 8
30 7 6
31 - 7
32 - 6
33 - 7

Sumber: Tes hasil belajar

Pengujian hipotesis
Data yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian sebagaimana pada tabel di
atas, akan dianalisis dengan teknik analisis data dalam bentuk t. test dalam rangka
mengetahui benar tidaknya hipotesis yang diajukan pada bagian terdahulu.

Kelompok Eksperimen Kelompok Pembanding


fX fX f X/Y f fY fY
324 36 4 9 - - -
1024 128 16 8 12 96 768
490 70 10 7 19 133 931
- - - 6 2 12 72
1838 234 30  33 241 1771
MX 
 fX
NX
234

30
 7,80


 fY
NY
241

33
 7,30

SD 2

 fX 2

 (M x ) 2
X
Nx
1838
  (7,80) 2
30
 61,27  60,84
 0,43

SD 2Y 
 fY 2

 (M y ) 2
Ny
1771
  (7,30) 2
33
 53,67  53,29
 0,38
SD 2 x
SD 2M x 
Nx 1
0,43

30  1
 0,015
SD 2
SD 2M y 
Ny 1
0,33

33  1
 0,012
SD b M  SD 2  SD 2
 0,015  0,012
 0,027
 0,1643
Mx  My
t. 
SD b
M

7,80  7,30

0,1643
t.  3,043213634
 3,0432
d .b.  ( N x  1)  ( N y  1)
 (30  1)  (33  1)
 29  32
 61

Nilai to yang diperoleh dalam analisis data melalui t. test = 3,0432, sedangkan
nilai th yang diperoleh dalam table harga kritik dari student’s t dengan d.b. 61 pada
taraf signifikansi 5% = 2,00.
Jika dibandingkan nilai to yang diperoleh melalui analisis data dengan nilai t h
yang diperoleh dalam table, maka nilai to yang diperoleh melalui analisis data
(3,0432) lebih besar daripada nilai th yang diperoleh dalam table (2,00). Sehingga
dengan demikian hipotesis nol yang berbunyi: “Tidak ada perbedaan antara prestasi
belajar siswa yang diajar dengan metode demonstrasi dengan prestasi belajar siswa
yang diajar dengan metode ceramah dalam bidang studi Akuntansi Keuangan di Kelas
III Akuntansi SMK Negeri 1 Limbung Kabupaten Gowa tahun pelajaran 2003/2004”,
dinyatakan ditolak. Sedang hipotesisi alternatif yang berbunyi: ”Ada perbedaan
antara prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode demonstrasi dengan prestasi
belajar siswa yang diajar dengan metode ceramah dalam bidang Studi Akuntansi
Keuangan di Kelas III Akuntansi SMK Negeri 1 Limbung Kabupaten Gowa tahun
pelajaran 2003/2004”, dinyatakan diterima oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa;
prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode demonstrasi lebih tinggi dibanding
dengan prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode ceramah dalam bidang studi
Akuntansi Keuangan di Kelas III Akuntansi SMK Ngeri 1 Limbung Kabupaten Gowa
tahun pelajaran 2003/2004”. Dengan kata lain, penggunaan metode demonstrasi
dalam proses belajar mengajar lebih efektif dibanding dengan penggunaan metode
ceramah.
Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis data dengan menggunakan t. test
ternyata nilai to yang diperoleh (3,0432) lebih besar dari nilai th dalam table pada taraf
signifikansi 5% (2,00). Hal ini berarti perbedan tersebut signifikan atau sangat berarti.
Dengan demikian, prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode demonstrasi lebih
tinggi dibanding dengan prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode ceramah
dalam bidang Studi Akuntansi Keuangan di kelas III Akuntansi SMK Negeri 1
Limbung Kabupaten Gowa tahun pelajaran 2003/2004. atau dapat dikatakan bahwa;
penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar lebih efektif
dibanding dengan penggunaan metode ceramah dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa SMK Negeri 1 Limbung Kabupaten Gowa tahun pelajaran 2003/2004.

PENUTUP

Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, dapat dikemukakan beberapa


simpulan dan saran-saran sebagai berikut. Prestasi belajar siswa yang diajar dengan
metode demonstrasi lebih tinggi dibanding dengan prestasi belajar siswa yang diajar
dengan metode ceramah dalam bidang Studi Akuntansi Keuangan di kelas III
Akuntansi pada SMK Negeri 1 Limbung Kabupaten Gowa tahun pelajaran
2003/2004. atau dengan kata lain bahwa; terdapat perbedaan yang signifikan antara
prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode demonstrasi dengan siswa yang
diajar dengan metode ceramah dalam bidang studi Akuntansi SMK Negeri 1 Limbung
Kabupaten Gowa tahun pelajaran 2003/2004. Sehingga dengan demikian penggunaan
metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar lebih efektif dibanding dengan
penggunaan metode ceramah dalam bidang studi tertentu dan topik tertentu, serta
situasi dan kondisi yang tertentu pula.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, dikemukakan saran-saran sebagai berikut.,
Pertama, penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar sedapat
mungkin guru mampu menyiapkan alat instrumen yang dibutuhkan. Kedua,
penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar sedapat mungkin
guru menyesuaikan materi pelajaran yang akan disajikan. Ketiga, sedapat mungkin
guru memiliki kemampuan untuk membimbing dan mengarahkan siswa dalam
melakukan kegiatan demonstrasi dari materi yang akan disajikan dalam proses belajar
mengajar. Keempat, penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar
sedapat mungkin guru melihat kemampuan siswa yang akan mengadakan
demonstrasi. Kelima, dalam proses belajar mengajar diharapkan seorang guru
menggunakan metode demonstrasi dan kurang menggunakan metode ceramah dalam
proses belajar mengajar. Keenam, sedapat mungkin ada penelitian selanjutnya
dengan judul yang sama agar dapat dijadikan bahan perbandingan dengan hasil
penelitian yang sudah ada.

DAFTAR RUJUKAN

Abdullah, Ambo Enre. 1970. Langkah-langkah Perhitungan Statistik Pendidikan.


Makassar: Biro Penerbitan IKIP Makassar.
Ahmad, S. 1991. Pengaruh Media Model Atom Pada Pokok Bahasan Struktur Atom
Terhadap Prestasi Belajar Siswa (Studi Eksperimen di Kelas I SMA Negeri 5
Ujung Pandang). Skripsi. FPMIPA IKIP Ujung Pandang.
Hadi, Sutrisno. 1976. Methodologi Research. Yogyakarta: Penerbit FIP – IKIP
Yogyakarta.
--------, 1970. Methodologi Research. Penerbit Fakulatas Psychologi UGM
Yogyakarta.
--------, 1975. Statistik Jilid II. Penerbit Fakultas Psychologi UGM Yogyakarta.
Negoro, Adi. 1953. Ensiklopedia Umum Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit
Bulan Bintang.
Netra, I.B. 1980. Statistik Inferensial. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.
Pasaribu, I. L, B. Simandjuntak. 1980. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit
Tarsito.
Pawiloy, Sarita. 1983. Methodologi Penelitian. Penerbit FKIS – IKIP Ujung Pandang.
Poerwadarminta, W.J.S. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka.
Purawijaya, Ipon Sukarsih. 1983. Pedoman Dokumentasi Kebahasaan. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.
Suhardjono, dkk. 1995. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang
Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta:
Depdikbud, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan
Guru dan Tenaga Teknis.
Supranto, J. 1979. Statistik Teori dan Aplikasi. Surabaya: Penerbit Erlangga.
Surakhmad, Winarno. 1986. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar dan Teknik
Metodologi Pengajaran. Bandung: Penerbit Tarsito.
Surakhmad, Winarno. 1986. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Penerbit Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai