METODE IMUNOKROMATOGRAFI
2019
1
BAB I
PENDAHULUAN
memiliki masa laten, dapat menyerang hampir semua alat tubuh, menyerupai
halus, ramping dengan lebar kira-kira 0,2 µm dan panjang 5-15 µm. Bakteri
terinfeksi, kontak langsung dengan lesi/luka yang terinfeksi atau dari ibu yang
(Elvinawaty, 2014).
Sifilis dapat disembuhkan pada tahap awal infeksi, tetapi apabila dibiarkan
penyakit ini dapat menjadi infeksi yang sistemik dan kronik. Infeksi sifilis
dibagi menjadi sifilis stadium dini dan lanjut. Sifilis stadium dini terbagi
menjadi sifilis primer, sekunder, dan laten dini. Sifilis stadium lanjut termasuk
1.2 RumusanMasalah
1.3 TujuanPraktikum
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifilis
dengan jumlah kasus 12 juta pertahun. Infeksi sifilis dibagi menjadi sifilis
Sifilis stadium dini terbagi menjadi sifilis primer, sekunder, dan laten dini.
berdasarkan gejala klinis ditemukannya satu atau lebih chancre (ulser). Sifilis
atau difus dengan limfadenopati. Sifilis laten tanpa gejala klinis sifilis dengan
Kebanyakan kasus infeksi didapat dari kontak seksual langsung dengan orang
penularan melalui transplasenta dari ibu yang mengidap sifilis tiga tahun
1. Sifilis Primer
syanker pada situs infeksi. Biasanya di ujung batang pelir pada pria dan di
leher rahim atau vagina wanita. Syanker itu terlihat jelas pada pria, tetapi
pada wanita seringkali tersembunyi. Bisul itu tidak gatal ataupun sakit.
keras. Setelah 3-5 pekan, syanker itu sembuh secara spontan, dan penyakit
itu dari luar nampak tenang-tenang saja. Tetapi sementara itu organisme
yang timbul setiap saat pada 2 sampai 12 pekan setelah hilangnya syanker.
(kelenjar getah belling yang berpenyakit) yang tersebar luas. Sifilis disebut
pula "peniru besar" karena gejala-gejala yang timbul pada stadium ini
mirip dengan yang ditimbulkan oleh penyakit lain seperti flu atau
tenggorokan, kelenjar getah bening yang lembek, demam, lesu dan pusing.
patogenik terjadi pada selaput lendir, mata, dan sistim syaraf pusat luka-
luka ini penuh dengan treponema. Korban dapat menderita hanya satu atau
dua dari seluruh gejala penyakit ini atau semua gejala. Stadium ini
3. Sifilis Laten
Selama stadium ini penderita sama sekali tidak menunjukkan gejala yang
Stadium ini timbul pada sekitar 30% dari orang-orang yang tidak
selama stadium laten itu menjadi jelas. Luka-luka patogenik tersier terjadi
pada sistim safar pusat, sistim pembuluh darah jantung, kulit dan organ-
organ vital lain seperti mata, otak, tulang, ginjal dan hati. Luka-luka ini
yang disebut gumata lalu pecah dan menjadi borok. Penderita dapat
terserang sakit jiwa, kebutaan atau penyakit jantung dan akhirnya dapat
meninggal.
5. Sifilis Syaraf
susunan syaraf pusatnya dan setengah dari golongan ini jika tidak
stadium primer dapat mencapai waktu lebih dari 5 tahun. Penyakit ini
terjadi tanpa gejala, sedangkan gejala klasik dapat timbul dalam bentuk
6. Sifilis Kardiovaskuler
Setelah 10-40 tahun sejak terjadinya sifilis primer, penderita yang tidak
kematian.
7. Sifilis Kongenital
janin pada waktu kehamilan pekan ke 16. Pada saat itu lapisan gel
dapat mengakibatkan kematian janin, atau bayi lahir terus mati. Infeksi
janin intra atau ekstrauteri. Jika wanita hamil baru terkena sifilis pada
darah ibu.
Penyakit ini mulai menunjukkan gejala pada waktu bayi lahir atau
pada tulang tibia atau sabre bone, terjadi patah tulang spontan atau
penonjolan tulang dahi. Selain itu dapat terjadi gejala penyumbatan hidung
atau snuffle-nose, hepatosplenomegali, atropi dan distropi otot, sehingga
Penyakit ini mulai menunjukkan gejala pada usia lebih dari satu tahun
tuli syaraf ke-8 atau tuli perseptif, defo~itas gigi seri atas tengah dan
keratitisinterstitialis.
lapangan gelap dan DFA-TP positif. Sifilis laten tanpa gejala klinis sifilis
sifilis sebelumnya), riwayat terapi sifilis dengan titer uji nontreponemal yang
mukosa vagina dan uretra), kontak langsung dengan lesi/luka yang terinfeksi
atau dari ibu yang menderita sifilis ke janinnya melalui plasenta pada stadium
(seperti membuka tutup botol). Beberapa jam setelah terpapar terjadi infeksi
sistemik meskipun gejala klinis dan serologi belum kelihatan pada saat itu
Darah dari pasien yang baru terkena sifilis ataupun yang masih dalam
pallidum selama masa aktif penyakit secara invivo 30-33 jam. Lesi primer
muncul di tempat kuman pertama kali masuk, biasa-nya bertahan selama 4-6
minggu dan kemudian sembuh secara spontan. Pada tempat masuknya, kuman
yang terdiri atas limfosit, makrofag dan sel plasma yang secara klinis dapat
dilihat sebagai papul. Reaksi radang tersebut tidak hanya terbatas di tempat
berada diantara endotel kapiler dan sekitar jaringan), hal ini mengakibatkan
pada daerah papula tersebut berkurang sehingga terjadi erosi atau ulkus dan
atau turunannya. Pemantauan serologik dilakukan pada bulan I, II, VI, dan
XII tahun pertama dan setiap 6 bulan pada tahun kedua. Selain itu, kepada
penyakit lebih lanjut. Bagi penderita yang tidak tahan dengan penisilin dapat
diganti dengan tetrasiklin atau eritromisin, yang harus dimakan 15 hari. Sifilis
yang telah menyebabkan penderita lumpuh biasanya tidak dapat diobati lagi.
Secara umum, tes serologi sifilis terdiri atas dua jenis, yaitu:
1. Tes non-treponema
Termasuk dalam kategori ini adalah tes RPR (Rapid Plasma Reagin)
Antibodi ini dapat timbul sebagai reaksi terhadap infeksi sifilis. Namun
antibodi ini juga dapat timbul pada berbagai kondisi lain, yaitu pada
infeksi akut (misalnya: infeksi virus akut) dan penyakit kronis (misalnya:
penyakit otoimun kronis). Oleh karena itu, tes ini bersifat non-spesifik, dan
dibandingkan tes spesifik treponema, maka tes ini sering dipakai untuk
dilakukan tes spesifik treponema, untuk menghemat biaya (Yagatri & Dwi
2019).
Hasil positif pada tes non spesifik treponema tidak selalu berarti
bahwa seseorang pernah atau sedang terinfeksi sifilis. Hasil tes ini harus
yang bersifat spesifik terhadap treponema. Oleh karena itu, tes ini jarang
positif/reaktif seumur hidup walaupun terapi sifilis telah berhasil .Tes jenis
ini tidak dapat digunakan untuk membedakan antara infeksi aktif dan
diagnosis dan tatalaksana pasien sifilis oleh petugas kesehatan. Hasil tes
2019).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.2 Metode
partikel yang telah dilapisi dengan protein A yang terdapat pada bantalan
antigen yang terdapat pada garis test. Jika spesimen mengandung antibody
3. Persiapan Bahan : Rapid tes sifilis, serum, kapas alkohol dan tissue.
3.5 Analitik
4.1 Hasil
Terdapat 1 garis
Non- TP-Rapid
merah pada line
Reakttif Test
control
4.2 Pembahasan
seksual serta lesi yang terinfeksi oleh bakteri Treponema pallidum, disamping
itu juga ibu yang terinfeksi sifilis dapat menualarkan sifilis ke bayinya
melalui ari-ari selama kehamilan. Bakteri ini merupakan bakteri gram positif,
berbentuk spiral yang halus, ramping dengan lebar kira-kira 0,2 µm, panjang
dinding selnya dilapisi oleh peptidoglikan yang tipis, dan membran sel bagian
gerakan tersendiri bagi Treponema pallidum seperti alat pembuka tutup botol
(Corkscrew). Filamen flagel memiliki sarung/ selubung dan struktur inti yang
sampel akan akan bereaksi dengan antibodi yang terdapat pada conjugate
menghasilkan garis warna. Hasil non reaktif (-) yang didapatkan, menandakan
pallidum, dimana hanya timbul satu garis merah keunguan pada line control.
Jika hasil reaktif (+), maka akan terbentuk garis warna merah keunguan pada
line control dan line test dimana terjadi reaksi antara serum penderita dengan
antigen lipoid.
spesimen serum, plasma, atau whole blood, tidak memerlukan alat khusus,
dari tempat yang jauh dan biaya rendah. Sedangkan kekurangan TP rapid
ialah tidak dapat membedakan antara infeksi aktif dan nonaktif dan tidak
dapat dipakai untuk menilai hasil pengobatan. Disamping itu ada faktor yang
memberikan hasil positif palsu, dan kurang sensitif dalam mendeteksi sifilis
dini (sifilis primer) dan sifilis lanjutan dimana tes ini akan memberikan hasil
Menurut CDC (2010) hasil positif palsu pada tes non treponemal dapat
dilakukan dengan beberapa kondisi medik yang tidak terkait dengan sifilis
termasuk keadaan autoimun, usia lanjut, injection drug use. Tes non
Aman M, 2010. Penelitian Prevalensi HIV dan Sifilis serta perlaku Beresiko
terinfeksi HIV pada Narapidana di Lapas/Rutan di indonesia. 2010.
Direktorat Jendral Permasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM.
Daili,S.F Indriatmi Dkk, 2013. Pedoman Tata Laksana Sifilis untuk Pengendalian
Sifilis Dilayanan Kesehatan Dasar. Edisi1 Jakarta :Kementerian Kesehatan
republik Indonesia; 2013, p,1-37.
Djuanda, A. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI
Yagatri S Bernadya & Dwi Murtiastutik, 2019. Studi Retrospektif: Sifilis Laten.
Fakultas Kedoteran Universitas Airlangga. Vol.31/No.1/April 2019.