Anda di halaman 1dari 16

RISIKO KREDIT

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Manajemen Risiko”

Dosen Pengampu : Moh. Faizin, M.S.E.

Disusun Oleh :

1. Nur Aisyah (401180276)


2. Putri Sukma Wardhani (401180284)
3. Ria Dina Bunga Pratiwi (401180292)
4. Rima Yunita (401180296)

Kelas / Kelompok : ES H / 1

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

IAIN PONOROGO

2019

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat taufik hidayah
dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tanpa
ada halangan suatu apapun. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah
menuju islamiyah seperti yang kita rasakan saat ini. Amin

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberi pengetahuan mengenai


risiko kredit. Dalam penyusunan makalah ini, kami mengalami banyak kesulitan
mengenai referensi buku yang dapat dijadikan acuan, namun dengan berbagai usaha
dan bantuan dari berbagai pihak dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami sadar dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk
itu kami meminta kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini dengan benar. Akhir kata kami mengucapakan terima kasih, semoga
makalah ini berguna bagi penulis dan khususnya pembaca pada umumnya.

Ponorogo, 06 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Pengertian Risiko Kredit 2
B. Jenis-jenis Risiko Kredit 2
C. Pengelolaan Risiko Kredit 3
D. Pemberian Kredit Dengan Kaidah 5C 5
E. Penyebab Risiko Kredit 7
F. Peranan Credit Risk Management dan Relationship Management 8
G. Pengelolaan Kredit Bermasalah 9
BAB III PENUTUP 11
A. Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA 13

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktivitas suatu badan usaha atau perusahaan pada dasarnya tidak dapat
dilepaskan dari aktivitas mengelola resiko. Operasi suatu badan usaha atau
perusahaan biasanya berhadapan dengan risiko usaha dan risiko non usaha.
Risiko usaha adalah risiko yang berkaitan dengan usaha perusahaan untuk
menciptakan keunggulan bersaing dan memberikan nilai bagi pemegang
saham. Sedangkan risiko non usaha adalah risiko lainnya yang tidak dapat
dikendalikan oleh perusahaan.

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau


tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang
tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.
Ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal
dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang
menimbulkan akibat yang merugikan disebut deng istilah risiko (risk).

Tujuan

1. Memahami Maksud dari Risiko Kredit


2. Memahami Jenis-Jenis dari Risiko Kredit
3. Memahami Pengelolaan Risiko Kredit
4. Memahami Pemberian Kredit Dengan Kaidah 5C
5. Memahami Penyebab Risiko Kredit
6. Memahami peran CRM dan RM dalam manajemen risiko kredit
7. Memahami Pengelolaan Kredit Bermasalah
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Risiko Kredit


Risiko kredit adalah risiko karena kemungkinan penerima pinjaman
atau penerbit instrumen keuangan menolak atau tidak mampu untuk
membayar bunga atau membayar kembali pokok ( principal ) sesuai
dengan syarat-syarat yang ditetapkan dalam suatu persetujuan kredit
sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi kepada organisasi perbankan.1
Menurut Idroes dan Fahmi risiko kredit didefinisikan sebagai risiko
kerugian sehubungan dengan pihak peminjam ( counterparty ) tidak dapat
dan atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana
yang dipinjaminya secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya.2
Dengan demikian, risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur
atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank yang disebabkan
oleh terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman kepada debitur
sehingga mengakibatkan krisis perekonomian pada bank apabila
mengalami kredit macet yang cukup besar sedangkan jaminan yang ada
tidak sebanding dengan besarnya kedit yang diberikan.
B. Jenis-Jenis Risiko Kredit
Jenis kredit yang diberikan bank mempunyai beraneka ragam
bentuk.salah satunya adalah:
Berdasarkan Jangka Waktu
a. Kredit Jangka Pendek

1
R.A. Supriyono, Manajemen Risiko (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2016), 38.
2
Siti Ulfaniza Anani, Dwiatmanto dkk, “Analisis Manajemen Risiko Kredit Usaha Mikro dalam
Meminimalisir Kredit Bermasalah,” Jurnal Administrasi Bisnis, 42 (2017), 201.
3

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu paling lama 1 tahun.


Contohnya, kredit modal kerja musiman atau kredit insidentil.
b. Kredit Jangka Menengah
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kredit antara 1-3
tahun. Contohnya: kredit pembelian mobil, kredit kepemilikan
rumah atau kredit modal kerja tertentu.
c. Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit dengan jangka waktu pengembalian di atas 3
tahun, pada umumnya merupakan kredit investasi. Contohnya:
kredit untuk membuka perkebunan kelapa sawit.3
C. Pengelolaan Risiko Kredit
Dalam peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei
2003 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor
11/25/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 tentang penerapan manajemen risiko
bagi bank umum, bank wajib menerapkan manajemen risiko secara
efektif, baik untuk bank secara individual maupun bank secara konsolidasi
dengan perusahaan anak, yang mencakup 4 pilar berikut :
1. Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi.
a. Dewan komisari bertanggung jawab dalam melakukan
persetujuan dan peninjauan berkala setidaknya secara tahunan
mengenai strategi dan kebijakan risiko kredit pada bank.
b. Direksi bertanggung jawab untuk mengimplementasikan
strategi dan mengembangkan kebijakan dan prosedur dengan
mendukung standar pemeberian kredit yang sehat, memantau
dan mengendalikan risiko kredit.
2. Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit.

3
Ikatan Bankir Indonesia, Manajemen Risiko 1 (Mengidentifikasi risiko pasar, operasional, dan kredit
bank), (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2015), 72.
4

a. Kriteria pemberian kredit yang sehat dengan cara bank harus


mempunyai informasi yang cukup untuk membantu bank
dalam menilai secara komprehensif terhadap profil risiko
nasabah.
b. Bank harus memastikan bahwa kerangka kerja atau
mekanisme kepatuhan prosedur pendelegasian dalam
pemberian kredit terdapat pemisahan fungsi antara yang
melakukan persetujuan, analisis dan administrasi kredit.
c. Bank harus menetapkan limit untuk seluruh nasabah sebelum
melakukan transaksi kredit, dimana limit tersebut dapat
berbeda antara nasabah satu dengan yang lain.4
d. Bank perlu menerapkan toleransi risiko untuk risiko kredit.
e. Limit untuk risiko kredit digunakan untuk mengurangi risiko
yang ditimbulkan, termasuk akibat adanya konsentrasi
penyaluran kredit.
f. Penetapan limit risiko kredit harus didokumentasikan secara
tertulis dan lengkap yang memudahkan penetapan jejak audit
untuk kepentingan auditor intern maupun ekstern.
3. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan
pengendalian risiko, serta sistem informasi manajemen risiko.
a. Bank harus memiliki kebijakan dan prosedur untuk
mengidentifikasi adanya risiko konsentrasi kredit.
b. Bank harus memiliki prosedur yang ditetapkan secara jelas
untuk persetujuan penyediaan dana, termasuk perubahan,
pembaruan, dan pembiayaan kembali.
4
Yuniar Wineta Pratiwi, dkk, “Analisis Manajemen Risiko Kredit untuk Meminimalisir Kredit Modal
Kerja Bermasalah,” Jurnal Administrasi Bisnis , 38 (2016), 159.
5

c. Bank harus memiliki kebijakan dan pengukuran untuk


memastikan bahwa seluruh penyediaan dana dilakukan secara
terkendali, baik dalam kondisi normal maupun kebijakan
diluar kondisi normal.
d. Bank harus mengembangkan dan mengimplementasikan
kebijakan dan prosedur secara tepat sehingga dapat
mendukung penyediaan dana yang sehat, memantau dan
mengendalikan risiko kredit, dan mengidentifikan dan
menangani kredit bermasalah.
e. Kebijakan bank harus memuat infomasi yang dibutuhkan
dalam pemberian kredit yang sehat, antara lain meliputi tujuan
kredit dan sumber pembayaran, profil risiko debitur dan
mitigasinya, tingkat sensitivitas terhadap perkembangan
kondisi ekonomi dan pasar, kemampuan untuk membayar
kembali, dll.5
4. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.
a. Bank harus melakukan kaji ulang tehadap proses penyaluran
kredit.
b. Bank harus memiliki prosedur pengelolaan penanganan kredit
bermasalah termasuk sistem deteksi.6
D. Pemberian Kredit Dengan Kaidah 5C

Dalam melakukan analisis kelayakan debitur, metode yang sering


dilakukan analisis antara lain metode 5C yaitu :

5
Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Kredit Secara Sehat, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama,
2014),57.
6
Yuniar Wineta Pratiwi, Dwiatmanto dkk, “Analisis Manajemen Risiko Kredit untuk Meminimalisir
Kredit Modal Kerja Bermasalah,” Jurnal Administrasi Bisnis , 38 (2016), 160.
6

1. Character
Character atau watak calon debitur merupakan faktor penting. Bank
secara rasional hanya ingin membina hubungan dengan debitur yang
dapat dipercaya. Parameter yang dapat menentukan karakter debitur
antara lain:
a. Usia debitur, secara umum usia produktif adalah antara 30-50
tahun, memperoleh rating tertinggi.
b. Pendidikan, secara umum tingkat pendidikan yang semakin tinggi
mempunyai karakter yang lebih baik.
c. Pengalaman, yang semakin banyak cenderung memberikan rating
karakter yang lebih baik.
d. Keuletan yang tinggi mengurangi tingkat kegagalan usaha.
e. Kreativitas yang tinggi dan inovatif akan membantu kemajuan
usaha.
f. Ketegasan dan fleksibilitas dalam bisnis untuk menghadapi
berbagai perubahan situasi lingkungan usaha.
g. Kejujuran merupakan faktor karakter yang penting untuk dinilai.
2. Capacity
Analisis capacity bertujuan menilai kemampuan calon debitur dalam
membayar kewajiban. Kemampuan debitur tercermin dari kemampuan
menghasilkan arus kas dari usaha atau operatig cash flow. Usaha yang
berhasil memenangkan persaingan akan mempunyai peluang lebih
baik untuk dapat menghasilkan arus kas yang lebih besar.
3. Capital
Analisis capital melihat aspek kecukupan permodalan debitur. Kondisi
keuangan akan sehat apabila jumlah modal dinilai cukup memadai
dibandingkan dengan jumlah pinjaman. Analisis capital harus
menganalisis persentase modal sendiri yang digunakan untuk
7

membiayai proyek. Bagi bank, semakin besar porsi modal,maka


kondisi keuangan nasabah akan semakin baik.
4. Condition
Penilaian kredit juga dinilai berdasarkan kondisi ekonomi, sosial, dan
politik yang ada saat ini dan prediksi di masa mendatang. Kondisi
ekonomi dalam keadaan resesi kurang baik untuk usaha yang
memproduksi kebutuhan pokok seperti farmasi, bahan makanan, dsb.
5. Collateral
Collateral atau agunan kredit merupakan jaminan yang diberikan
calon debitur baik berbentuk agunan didalam proyek maupun agunan
di luar proyek. Agunan juga dapat berupa jaminan pelunasan
misalnya dari induk perusahaan.7
Analisis kredit akan menentukan apakah pinjaman akan
diberikan atau tidak dan juga akan menentukan dalam penentuan
“harga kredit”, sehingga para banker harus mencoba untuk
memisahkan harga kredit atas dasar risiko kredit. 8
E. Penyebab Risiko Kredit
1. Adanya kepentingan pribadi pejabat bank terkait dengan pemberian
kredit kepada debitur (self dealing), seperti keterlibatan dalam
kegiatan usaha nasabah.
2. Haus akan laba, namun kurang mengupayakan sumber pengembalian,
yaitu arus kas.
3. Kompromi terhadap prinsip pemberian kredit yang sehat (tidak
objektif)

7
Ikatan Bankir Indonesia, Manajemen Risiko 1 (Mengidentifikasi risiko pasar, operasional, dan kredit
bank), (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2015), 86-88.
8
Fabiola Briggita Coragneta Tamon, Tineke M Tumbel, dkk, “Analisis Tingkat Risiko Kredit Pada PT
Bank Sulut Tbk di Manado,” Administrasi Bisnis, (2013), 4.
8

4. Kebijakan/prosedur kredit tidak memadai/tidak memenuhi dalam


pelaksanaan aktivitas kredit yang baik.
5. Informasi kredit untuk pengambilan keputusan tidak lengkap.
6. Lambat mengambil tindakan likuidasi sesuai perjanjian.
7. Monitoring kredit yang tidak konsisten dan menggampangkan
permasalahan yang terjadi.
8. Kemampuan teknis yang kurang memadai, termasuk melakukan
seleksi atas risiko yang kurang andal dan kredit yang diberikan over
fasilities.
9. Tekanan persaingan usaha.9
F. Peranan Credit Risk Management (CRM) dan Relationship
Management (RM)

Dalam melaksanakan setiap keputusan kredit prinsip kehati-hatian


harus selalu diutamakan dengan maksud untuk selalu menciptakan suatu
kondisi yang terkontrol aman. Salah satu pejabat di lembaga perbankan
yang bertanggung jawab dalam keputusan kredit adalah bagian credit risk
management (CRM) dan relationship management (RM). Dimana dua
bagian ini memiliki tanggung jawabnya masing-masing. Adapun tanggung
jawab dari kedua bagian ini adalah:

a. Credit Risk Management (CRM)


Adapun tanggung jawab pihak Credit Risk Management (CRM)
meliputi :
1. Memiliki tanggung jawab utama dalam bidang mengendalikan
risiko kredit.

9
Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Kredit Secara Sehat, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama,
2014),45.
9

2. Memiliki tanggung jawab mengelola dan menyelesaikan kredit


yang bermasalah.
3. Memiliki tanggung jawab dalam memanajemen portofolio
kredit.
4. Berfungsi dalam menetapkan suatu sistem ukuran penilaian
(parameter scoring system) serta alat analisis yang biasa atau
layak digunakan. Biasanya setiap lembaga perbankan atau
lembaga simpan pinjam menerapkan sintem risiko penilaian
yang berbeda-beda berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh
lembaga tersebut dan mereka melaksanakannya secara bertahap
dan sistematis.
b. Relationship Management (RM)
Adapun tanggung jawab dari pihak relationship management (RM)
meliputi:
1. Pada saat menemukan adanya kredit yang bermasalah maka
memindahkan pengelolaannya ke bagian CRM untuk
diselesaikan.
2. Pihak RM berfungsi dalam mempertanggung jawabkan
kelanjutan bisnis atau usaha perbankan.
3. Pihak RM saling berkordinasi dengan pihak CRM dalam
memutuskan berbagai persoalan penting. 10
G. Pengelolaan Kedit Bermasalah
Penanganan kredit bermasalah dapat dilakukan dengan berbagai pilihan :
1. Rescheduling

10
Irham Fahmi, Manajemen Risiko (Teori, kasus, dan solusi), (Bandung: Alfabeta, 2018), 20-21.
10

Suatu tindakan untuk memperpanjang jadwal cicilan pokok kredit


dengan memperpanjang jangka waktu kredit atau jangka waktu
angsuran kredit.
2. Reconditioning
Reconditioning merupakan metode penyehatan kreatif, yaitu bank
melakukan perubahan beberapa persyaratan seperti:
a. Kapitalis bunga, yaitu kewajiban dan tunggakan bunga
dijadikan utang pokok.
b. Penundaan pembayaran bunga sampai jangka waktu tertentu.
c. Penurunan suku bunga kredit.
d. Pembebasan tunggakan bunga dsb.
3. Restructing
Merupakan tindakan bank kepada nasabah, anatar lain dengan
cara memberikan kredit kredit tambahan pada nasabah, dengan
pertimbangan misalnya nasabah memang membutuhkan
tambahan dana agar dapat mengatasi pemasalahan dan usaha yang
dibiayai masih dinilai layak untuk dilanjutkan.
4. Kombinasi
Merupakan kombinasi dari upaya rescheduling, reconditioning,
dan restructuring.
5. Likuidasi jaminan
Penyitaan jaminan merrupakan jalan teakhir apabila nasabah
sudah benar-benar tidak mempunyai ikhtikad baik ayaupun sudah
tidak mampu lagi untuk membayar semua kewajibannya.11

11
Ikatan Bankir Indonesia, Manajemen Risiko 1 (Mengidentifikasi risiko pasar, operasional, dan
kredit bank), (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2015), 98-99.
11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Risiko kredit adalah risiko karena kemungkinan penerima pinjaman atau


penerbit instrumen keuangan menolak atau tidak mampu untuk membayar
bunga atau membayar kembali pokok (prinsipal) sesuai dengan syarat-syarat
yang ditetapkan dalam suatu persetujuan kredit sehingga mengakibatkan
kerugian ekonomi kepada organisasi perbankan.

Jenis-jenis risiko kredit memiliki beragam bentuk salah satunya


berdasarkan jangka waktu yaitu kredit jangka pendek, kredit jangka
menengah, dan kredit jangka panjang.

Pengelolaan risiko kredit yang dikenal dengan 4 pilar yaitu :


pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi, kecukupan kebijakan,
prosedur dan penetapan limit, kecukupan proses identifikasi, pengukuran,
pemantauan, dan pengendalian risiko, serta sistem informasi manajemen
risiko, dan system pengendalian intern yang menyeluruh.
Pemberian Kredit dengan kaidah 5C yaitu character yaitu watak dari
calon debitur, capacity yaitu kemampuan calon debitur dalam membayar
kewajiban, capital yaitu aspek kecukupan modal debitur, condition yaitu
kondisi ekonomi, sosial, dan politik yang ada saat ini dan prediksi di masa
mendatang, collateral yaitu jaminan yang diberikan calon debitur baik
berbentuk agunan didalam proyek maupun agunan di luar proyek.
Penyebab risiko kredit diantaranya, adanya kepentingan pribadi
pejabat bank terkait dengan pemberian kredit kepada debitur (self dealing),
seperti keterlibatan dalam kegiatan usaha nasabah, haus akan laba, namun
12

kurang mengupayakan sumber pengembalian, yaitu arus kas, kompromi


terhadap prinsip pemberian kredit yang sehat (tidak objektif).

Dalam melaksanakan setiap keputusan kredit prinsip kehati-hatian harus


selalu diutamakan dengan maksud untuk selalu menciptakan suatu kondisi
yang terkontrol aman. Salah satu pejabat di lembaga perbankan yang
bertanggung jawab dalam keputusan kredit adalah bagian credit risk
management (CRM) dan relationship management (RM). Dimana dua bagian
ini memiliki tanggung jawabnya masing-masing.

Penanganan kredit bermasalah dapat dilakukan dengan berbagai


pilihan yaitu dengan rescheduling, reconditioning, restricting, kombinasi, dan
likuidasi jaminan.
13

DAFTAR PUSTAKA

Anani, Siti Ulfaniza, Dwiatmanto dkk. “Analisis Manajemen Risiko Kredit Usaha
Mikro. dalam Meminimalisir Kredit Bermasalah.” dalam Jurnal Administrasi
Bisnis, 42. Malang, 2017: 200-206.
Fahmi, Irham. Manajemen Risiko (Teori, kasus, dan solusi). Bandung: Alfabeta,
2018.
Indonesia, Ikatan Bankir. Mengelola Kredit Secara Sehat. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2014.
---------. Manajemen Risiko 1 (Mengidentifikasi risiko pasar, operasional, dan kredit
bank). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2015.
Pratiwi, Yuniar Wineta, Dwiatmanto dkk. “Analisis Manajemen Risiko Kredit untuk
Meminimalisir Kredit Modal Kerja Bermasalah.” dalam Jurnal Administrasi
Bisnis, 38. Malang, 2016: 157-163.
Supriyono, R.A. Manajemen Risiko. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2016.
Tamon, Fabiola Briggita Coragneta Tineke M Tumbel, dkk, “Analisis Tingkat Risiko
Kredit Pada PT Bank Sulut Tbk di Manado.” dalam Jurnal Administrasi Bisnis,
2013: 1-9.

Anda mungkin juga menyukai