Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KESIAPAN GARAM CAP GAJAH MENUJU SERTIFIKASI GARAM KONSUMSI

BERIODIUM (SNI 3556) TAHUN 2016 DENGAN METODE ANALISIS GAP


(STUDI KASUS : UD. GARAM ALMABRUR JAYA)

Mohammad Iqdam Sakhoi, Arfan Bakhtiar

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,


Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

Abstrak
SNI merupakan dokumen standar teknis yang disusun oleh perwakilan produsen, konsumen, regulator,
akademisi, praktisi, asosiasi, dan lain-lain yang diwadahi dalam suatu Komite Teknis, sehingga standar ini dapat
digunakan untuk menilai dan menguji suatu produk yang dimiliki oleh pelaku usaha atau pemilik merek dagang. SNI
sendiri ada dua jenis, yaitu jenis pertama adalah SNI yang bersifat wajib, dan yang kedua yang bersifat sukarela.
Sedangkan garam konsumsi beriodium merupakan SNI yang bersifat wajib, Standar ini dirumuskan dengan tujuan
mendorong produsen untuk meningkatkan kualitas produk sesuai dengan persyaratan standar mutu yang telah
ditentukan dan melindungi pemakai (konsumen) dari resiko penggunaan garam konsumsi beriodium yang tidak
memenuhi standar mutu. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi UD. Garam Almabrur Jaya dan seberapa
besar kesiapan perusahaan untuk persiapan sertifikasi SNI 3556:2016. Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah Gap Analysis yang digunakan untuk mengevaluasi keadaan perusahaan dan menilai kesiapannya untuk
persiapan perusahaan melakukan sertifikasi SNI 3556:2016. Perhitungan pada Gap Analysis menggunakan checklist,
dan hasil perhitungannya adan menunjukkan seberapa jauh kesiapan UD. Garam Almabrur Jaya untuk melakukan
Sertifikasi SNI 3556:2016.
Kata kunci : Garam Konsumsi Beriodium, gap analysis, SNI 3556:2016

Abstract
Analysis of readiness Garam Cap Gajah towards certification Iodized consumption Salt (SNI 3556) in 2016
using gap analysis method. SNI is a technical standard document prepared by representatives of producers,
consumers, regulators, academics, practitioners, associations, and others that are accommodated in a Technical
Committee, so this standard can be used to assess and test a product owned by a business actor or owner trademark.
There are two types of SNI itself, namely the first type is compulsory SNI, and the second is voluntary. Whereas iodized
consumption salt is a compulsory SNI, this Standard is formulated with the aim of encouraging producers to improve
product quality in accordance with the requirements of predetermined quality standards and protect users
(consumers) from the risk of using iodized consumption salt that does not meet quality standards. This study aims to
evaluate the condition of UD. Garam Almabrur Jaya and how big is the company's readiness to prepare for SNI 3556:
2016 certification. The method used in this study is Gap Analysis, which is used to evaluate the state of the company
and assess its readiness for the preparation of the company to certify SNI 3556: 2016. Calculation on Gap Analysis
uses a checklist, and the results of the calculation show how far UD. Garam Almabrur jaya is ready to carry out SNI
3556: 2016 Certification.
Keywords: Iodized Consumption Salt, gap analysis, SNI 3556: 2016

1
1. Pendahuluan yang diterbitkan oleh IOS (Tukiran, 2016). Berikut
Pemerintah mewajibkan industri garam klausul dari ISO 9001:2015 :
beriodium agar mempunyai SNI, sebab garam Pengantar
merupakan salah satu bahan tambahan yang Ruang Lingkup
dibutuhkan untuk dicampurkan ke dalam masakan Acuan Normatif
atau makanan. Makan itu sendiri akan dikonsumsi Istilah dan Definisi
tubuh manusia sehingga harus aman dan mempunyai Konteks Organisasi
kandungan yang positif untuk tubuh manusia. Selain Kepemimpinan
aman untuk dikonsumsi, garam berioidum juga harus
Perencanaan
memenuhi kadar standar yang sudah ditentukan
Dukungan
karena kekurangan iodium akan menyebabkan
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) yang Operasional
ditandai dengan pembengkakan kelenjar gondok Evaluasi Kerja
(kelenjar tiroid). Perbaikan
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Menurut Zaramdi (2007) dalam Psosmas (2010)
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, pemerintah keuntungan yang didapat dari pengimplementasian
berwenang dalam menetapkan fortifikasi pangan dan standar ISO 9001:2015 adalah peningkatan jaminan
mewajibkannya. Program fortifikasi pangan ini kualitas produk dan jasa, peningkatan efisiensi biaya,
merupakan program lintas sektor kementerian peningkatan produktivitas organisasi, serta
kesehatan, perindustrian, perdagangan, dan lain-lain meningkatkan citra perusahaan di publik. Oleh karena
termasuk pemerintah daerah, dan dalam hal ini Badan itu penelitian ini akan menggunakan metode gap
POM mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan analysis untuk menganalisa kondisi perusahaan saat
pengawasan pangan fortifikasi. Khusus untuk produk ini dengan kondisi yang seharusnya sesuai standar.
garam fortifikannya adalah iodium dan merupakan Pemilik UD. Garam Almabrur Jaya sudah
produk yang wajib memenuhi SNI serta harus menyadari pentingnya mendapatkan sertifikat SNI,
melakukan registrasi di Badan POM, sehingga Badan namun beliau masih merasa kesulitan dalam
POM mempunyai kewajiban untuk melakukan menjalankan prosedur-prosedurnya. Maka dari itu
p/engawasan terhadap produk tersebut mulai dari standar sangatlah berperan penting dalam melindungi
sarana produksi, distribusi, pengecer, melakukan prodesen, konsumen, serta kualitas produk yang
sampling, dan uji laboratorium serta melakukan dihasilkan. Jika salah satu komponen standar saja
monitoring label. Bagi para pelaku usaha yang masih tidak dipatuhi oleh pelaku produksi, maka akan sangat
tradisional, pemahaman terhadap manfaat yodium berdampak buruk untuk kedepannya, tidak hanya pada
masih kurang. Disini pemerintah perlu memberikan produk yang dihasilkan, tetapi juga berdampak buruk
pemahaman, sehingga akhirnya ada upaya untuk pada konsumen.
meningkatkan proses produksinya dengan hasil akhir
berupa garam beriodium. 2. Metode Penelitian
Standar ISO 9001 adalah suatu Gap analysis umumnya terstruktur pada satu set
standar yang berisi persyaratan terkait sistem area, topik atau kategori, sehingga membuat gap
manajemen mutu yang diterbitkan oleh International analysis efisien untuk mengetahui sektor atau bidang
Organization for Standarization (IOS) (Tukiran, mana yang perlu diperbaiki. Gap analysis menjadi
2016). Adapun tujuan dari ISO 9001 adalah membantu efektif karena checklist yang dibuat terstruktur dan
perusahaan – perusahaan untuk mengimplementasikan sesuai dengan topiknya. Checklist akan mencakup
dan menjalankan QMS yang efektif dengan semua persyaratan yang ada dan dibuat secara hirarki
meningkatkan kemampuan perusahaan untuk dalam pengkajiannya, hal ini akan mencakup
mendesain, memproduksi, dan mengirimkan produk pertanyaan umum dan memberikan gambaran
dan jasa yang berkualitas. mengenai topik atau kategori yang akan dinilai.
ISO 9001:2015 terdiri dari sepuluh klausul, Pertanyaan – pertanyaan pada checklist dibuat secara
yaitu dua bagian utama dan lampiran.yang terletak lengkap, detail dan membuat penilaian terhadap setiap
pada klausul nol sampai klausul tiga dan bagian individu
persyaratan yang ada terdapat pada klausul empat Berikut merupakan langkah-langkah dalam
sampai klausul sepuluh. Klausul ini dirancang sesuai melakukan gap analysis :
dengan struktur dalam Annex SL, yaitu suatu High a. Penentuan skor
Level Structure (HSL) yang merupakan acuan dasar Skor yang digunakan pada gap analysis
yang sama bagi semua struktur sistem manajemen ditunjukkan pada table di bawah ini :

2
ini menuju sertifikasi SNI. Pada tabel 2 nilai dari skor
Tabel 1 skor gap analysis maksimal didapat dengan mengkalikan nilai maksimal
Skor Pengertian untuk setiap pertanyaan yaitu, 5 poin dan jumlah dari
1 Jika organisasi/ perusahaan tidak pertanyaan tiap variabel. Hasil total skor masing
memahami apa yang diperlukan dan tidak masing prinsip dari data checklist ditunjukkan pada
melakukan hal tersebut. tabel dibawah ini :
2 Jika organisasi/ perusahaan memahami
pentingnya aktivitas tersebut namun tidak Tabel 3 Skor Penghitungan Keseluruhan Data
melakukannya.. Checklist
3 Jika organisasi/ perusahaan mempunyai Skor
No Variabel Skor Persentase
dokumen tetapi belum diterapkan/ Maksimal
dilakukan tapi tidak dicatat. Komitmen
4 Jika organisasi/ perusahaan melakukan 1 manajemen 11 15 73,33%
aktivitas tetapi tidak konsisten. Kelengkapan
5 Jika organisasi/ perusahaan melakukan 2 Administrasi 40 40 100%
aktivitas dengan baik (secara konsisten) Kelengkapan
dan
b. Penilaian checklist Penerapan
Penilaian checklist dilakukan oleh responden 3 Dokumen
berdasarkan kondisi organisasi saat ini. Responden A. Manual
yang dipilih adalah responden yang memiliki Mutu 16 25 64%
kompetensi cukup. Penilain yang dilakukan B. Prosedur
berdasarkan ketentuan scoring yang dijelaskan pada Mutu 25 50 50%
table 1 di atas. C. Instruksi
c. Penilaian gap Kerja 12 15 80%
Penilaian gap bertujuan untuk melihat D. Rekaman
seberapa besar gap yang ada pada perusahaan. Nilai Mutu 15 25 60%
persentase diperoleh dengan menjumlahkan score per Audit
variabel dan membaginya dengan nilai maksimal pada 4 Internal 4 10 40%
variabel tersebut. Semakin kecil gap yang ada maka Tinjauan
semakin baik. Untuk mengukur kesiapan Nilai 5 Manajemen 4 10 40%
persentase yang dihasilkan menunjukan kesiapan Proses
perusahaan dalam pengimplementasian ISO Sertifikasi
6 SNI 6 10 60%
9001:2015. Sedangkan untuk range dari penjumlahan
bobot dibagi berdasarkan jurnal sebagai berikut 7 Uji Produk 40 40 100%
(Bakhtiar & Purwanggono, 2009) : Hasil Akhir Persentase 66,73%
Tabel 2 Range gap analysis Pada Komitmen manajemen terdapat 3 poin
persentase Uraian yang mana masing-masing komitmen tersebut
75% - 100% Organisasi siap untuk melakukan memiliki skor tersendiri. Yang pertama yaitu
QMS ISO 9001:2015 dan Organisasi mengkomunikasikan kepada seluruh
melakukan sertifiaksi organisasi tentang pentingnya memenuhi persyaratan
50% - 74% Organisasi masih harus pelanggan. Disini menurut manajemen UD. Garam
memperbaiki QMS untuk persiapan Almabrur Jaya sudah menerapkan hal tersebut namun
ISO 9001:2015 belum sepenuhnya konsisten, maka dari itu poin ini
1% - 49% QMS organisasi sangat butuh mendapatkan skor 4. Yang kedua yaitu Organisasi
perbaikan karena berbeda jauh dari sudah membentuk tim manajemen mutu. Disini
kulitas ISO 9001:2015 manajemen mengaku belum memiliki tim manajemen
mutu, namun sudah memahami akan pentingnya tim
3. Hasil dan Pembahasan manajemen mutu dan ingin menerapkan hal tersebut,
Pengolahan data pada tahap ini adalah maka dari itu poin ini mendapatkan skor 3. Yang
memberikan skor pada checklist, setiap kondisi ketiga adalah Organisasi melakukan sosialisasi
diberikan skor pada masing – masing pernyataan, tentang pencapaian kualitas. Disini manajemen
untuk menilai kesiapan dari organisasi. Hasil skor ini memang sudah melakukan pencapaian kualitas
akan digunakan untuk menilai kesiapan organisasi saat terhadap semua karyawan, namun tidak dilakukan

3
secara kontinu/ tidak konsisten. Maka dari itu poin ini tersebut pada lapangan. Hal tersebut membuat kedua
mendapatkan skor 4. poin tersebut mendapatkan skor 3. Kemudian poin
ketiga, Organisasi memastikan bahwa dokumen tetap
Dalam kelengkapan administrasi terdapat 8 dapat dibaca dan dapat diidentifikasi. Disini
poin yang terdiri dari dokumen akte pendirian, manajemen hanya menyimpan dokumen, tidak dibaca,
IUI,TDI/TDP, KTP pemilik, tanda daftar merek, dipelajari, dan diidentifikasi. Maka dari itu
dokumen SIUP, dokumen NPWP dan dokumen SIPA. mendapatkan skor 3. Poin keempat sampai ketujuh,
Dokumen-dokumen tersebut diperlukan dalam proses yaitu mengenai control dokumen, lembar pengecekan
sertifikasi SNI sehingga apabila UD. Garam Almabrur produksi, pemeliharaan peralatan, pemenuhan
Jaya memiliki seluruh dokumen yang dibutuhkan permintaan spesifikasi dan penanggung jawaban, serta
tersebut dapat membantu melancarkan proses pengendalian produk, semuanya mendapatkan skor 2,
sertifikasi SNI. karena organisasi tidak menerapkan dan tidak
Dalam manual mutu dimana terdapat 5 poin. memiliki dokumen terkait hal tersebut. Poin
Pertama, organisasi memiliki aturan untuk mengontrol kedelapan, Organisasi memisahkan produk yang cacat
proses produksi. Disini UD. Garam Almabrur Jaya dan mencegah bercampur dengan produk yang
mendapatkan skor 4 artinya manajemen sudah kondisinya bagus. Disini UD. Garam Almabrur Jaya
menerapkan aturan-aturan untuk mengontrol jalannya memang sudah melakukannya dengan baik, hanya saja
seluruh proses produksi, mulai dari pembelian bahan belum konsisten, terkadang masih ada karyawan yang
baku dari petani garam, meyimpan bahan baku di kurang teliti dalam memisahkan produk yang baik dan
gudang, kemudian proses-proses produksi sampai cacat, sehingga poin ini mendapat skor 4. Selanjutnya
packing. Walaupun begitu UD. Garam Almabrur Jaya poin kesembilan dan terakhir kesepuluh mengenai
belum memiliki dokumen yang jelas tentang aturan peninjauan ketidaksesuaian produk sesuai dengan
untuk mengontrol proses produksi. Kedua, Organisasi standar mutu (termasuk keluhan pelanggan) dan
memiliki kebijakan mutu perusahaan. Disini UD. metode untuk tindakan perbaikan serta pencegahan.
Garam Almabrur Jaya juga mendapat skor 4 yang Disini UD. Garam Almabrur Jaya mendapatkan skor 2
mana organisasi sudah menerapkan kebijakan mutu karena memang organisasi tidak menerapkannya dan
perusahaan sendiri namun masih belum memiliki tidak memiliki dokumen terkait.
dokumen tertulis. Ketiga, Organisasi memiliki
struktur organisasi dan uraian tugas serta tanggung Dalam instruksi kerja terdapat 3 poin
jawab dan wewenang secara jelas. Disini UKM hanya pernyataan sebagai berikut, Pertama organisasi sudah
mendapatkan skor 2. Hal ini dikarenakan UKM melakukan klasifikasi operator berdasarkan
memang tidak memiliki Struktur Organisasi. Mereka keterampilan yang dibutuhkan, misal dalam hal
beranggapan tidak memerlukan adanya struktur pekerjaan yang berat seperti mengangkut garam bahan
organisasi, asalkan produksi masih terus berjalan dan baku dari gudang ke tempat produksi, karyawan laki-
karyawan mengetahui apa tanggung jawab dan laki lebih diutamakan karena memiliki tenaga yang
wewenang masing-masing. Keempat, Organisasi lebih besar daripada karyawan perempuan, sedangkan
memiliki visi misi sesuai dengan karakteristik kaaryawan perempuan hampir semuanya melakukan
organisasi. UD. Garam Almabrur Jaya sendiri merasa proses packing, baik itu untuk garam halus maupun
kurang pentingnya visi misi perusahaan, asalkan briket karena memiliki keterampilan, kerapian, dan
mereka masih bias terus berproduksi, maka dari itu di keuletan yang lebih. UD. Garam Almabrur Jaya dalam
poin ini UD. Garam Almabrur Jaya mendapatkan skor proses produksi menentukan dengan jelas peralatan
2. Kelima, Organisasi memiliki tujuan dan sasaran yang digunakan, metode pengerjaan, proses yang
mutu yang baik. Manajemen memang sudah memiliki dilakukan selama proses produksi untuk memastikan
tujuan dan sasaran mutu mereka sendiri, namun belum kualitas dari produknya, namun dilakukan secara lisan
memiliki dokumen yang jelas. Maka dari itu dalam dari pemilik langsung memberi informasi kepada
poin ini UKM mendapat poin 4. operator produksi. Serta memiliki aturan yang jelas
mengenai proses penyimpanan, jenis kemasan,
Dalam prosedur mutu dibagi menjadi 10 pengepakan sesuai dengan persyaratan yang ada tapi
poin, yaitu Pertama, Organisasi memiliki panduan tanpa dokumen tertulis.
mutu di organisasi tersebut. Kedua, organisasi Dalam hal rekaman mutu terdapat 5 poin
meninjau panduan mutu di organisasi tersebut. UD. yaitu sebagai berikut. Pertama, Organisasi memiliki
Garam Almabrur Jaya mempunyai dokumen- metode penyimpanan, perbaikan, persetujuan,
dokumen terkait dari mengikuti acara seminar yang identifikasi, dan distribusi terhadap dokumen. Pada
diadakan oleh pemerintah daerah mengenai poin ini UD. Garam Almabrur Jaya mendapatkan poin
pentingnya SNI pada garam beriodium. Namun, 4, karena memang manajemen sudah melakukan hal
manajemen mengaku belum menerapkan dokumen tersebut dengan baik, hanya saja masih perlu

4
melakukannya dengan konsisten. Kedua, Organisasi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI) di
melakukan pemeliharan terhadap dokumen. Pemilik semarang pada tahun 2017 dan mendapatkan skot 40
sudah melakukan penyimpanan dengan baik, bahkan (maksimal) dengan persentase sebesar 100% karena
dokumen-dokumen tersebut di copy untuk produk yang diuji sudah lulus uji dengan 8 kategori
menghindari adanya dokumen yang hilang. Ketiga, yang diuji dan memiliki hasil lulus uji untuk
Organisasi menyimpan data / arsip mengenai keseluruhan tes yang dilakukan.
pelatihan. Dalam hal ini manajemen tidak mempunyai
dokumen terkait, dan untuk pelatihanpun hanya 4. Kesimpulan
dilakukan sewajarnya, tidak diawasi dengan baik Pada penelitian ini beberapa kesimpulan
untuk masing-masing karyawan. Kemudian untuk yang dapat diambil untuk menjawab tujuan penelitian,
poin keempat dan kelima, mengenai dokumen hasil antara lain adalah :
pengembangan ulang desain, tindakan yang 1. Berdasarkan hasil analisis gap secara menyeluruh,
diperlukan, serta pemeriksaan dan pendataan pada UD. Garam Almabrur Jaya secara umum memiliki
produk pertama dan terakhir. Disini UD. Garam persentasi kesiapan rata rata sebesar 66,73% dan
Almabrur Jaya tidak memiliki dokumen terkait, dan berada di antara rentang 50% - 74% sehingga
juga tidak melakukan pengembangan desain, serta dapat dikategorikan bahwa UD. Garam Almabrur
tidak mendata produk pertama dan terakhir. Jaya masih perlu untuk mempersiapkan dokumen
– dokumen terkait sistem manajemen mutu ISO
Dalam hal audit internal terdapat 2 poin. 9001:2015 dan menerapkannya untuk kesiapan
Pertama mengenai penerapan audit mutu internal. mendapatkan sertifikasi SNI 3556 tahun 2016.
Disini UD. Garam Almabrur Jaya belum melakukan 2. Usulan rekomendasi perbaikan ini diberikan
audit dalam jangka waktu terdekat sehingga hanya menurut pencapaian yang rendah yaitu dibawah
mendapatkan skor 2. Kemudian poin kedua dalam 75%, berikut adalah rekomendasinya :
penerapan tindakan perbaikan untuk masalah -  Komitmen manajemen
masalah yang ditemukan dalam kegiatan audit 1. Mengkomunikasikan kepada seluruh
internal, otomatis dalam hal ini juga belum bias karyawan akan pentingnya penapaian
dilakukan karena memang tidak ada audit internal mutu dan memenuhi permintaaan
dalam jarak waktu yang dekat. Sehingga dalam hal ini pelanggan
hanya bisa mendapat skor 2. 2. Membentuk tim manajemen mutu
Dalam hal audit internal terdapat 2 poin. Poin  Kelengkapan dan penerapan dokumen
pertama dalam hal organisasi memiliki aturan 1. Membuat struktur organisasi dan visi misi
mengenai sistem keputusan untuk perencanaan model perusahaan
baru. Untuk perencanaan mode baru memang 2. Membuat tujuan dan sasaran mutu
mungkin memang sangat kecil karena memang produk 3. Membuat dokumen control (lembar
yang dibuat adalah garam konsumsi beriodium, dan pengecekan) proses produksi, lembar
UD. Garam Almabrur Jaya untuk saat ini tidak ada dokumen perawatan alat-alat produksi,
perencanaan tersebut. Kemudian untuk meninjau dan lembar pencatatan produk cacat.
ulang Sistem manajemen mutu untuk memastikan 4. Membuat dokumen tentang metode untuk
kesinambungan kesesuaian, dan efektivitasnya. Belum tindakan perbaikan/ pencegahan produk
ada lagi sosialisasi lagi mengenai sistem manajemen cacat.
mutu yang baru yaitu ISO 9001:2015.  Audit internal
Dalam hal audit internal terdapat 2 poin 1. Melaksanakan audit internal secara
pernyataan Poin pertama mengenai mengetahui skema periodik
alur sertifikasi. UD. Garam Almabrur Jaya 2. Melaksanakan dan mengontrol perbaikan
mengetahui skema/ alur sertifikasi sekaligus hasil audit internal
persyaratan apa saja yang harus dibuat, karena  Tinjauan manajemen
memang sebelumnya UD. Garam Almabrur Jaya 1. Membuat kuesioner/ assessment
sudah pernah mengajukan sertifikasi SNI Garam kepuasan konsumen secara berkala.
Beriodium. Kemudian untuk poin kedua mengenai 2. Menetapkan prosedur quality control
mengetahui biaya dari sertifikasi SNI, UD. Garam (checksheet) dari pengadaan bahan baku
Almabrur Jaya tidak mengetahui sama sekali biaya sampai barang jadi.
berapa yang harus dikeluarkan untuk mengajukan 3. Melakukan pelatihan dan evaluasi seluruh
sertifikasi SNI. karyawan secara berkala.
 Proses Sertifikasi SNI
Dalam hal uji produk garam Cap Gajah sudah 1. Organisasi diharapkan dapat aktif mencari
pernah melakukan uji produk di Balai Besar Teknologi informasi dari pihak – pihak berkepentingan

5
mengenai proses sertifkasi SNI terutama DAFTAR PUSTAKA
SNI 3556 . .
2. Organisasi diharapkan aktif dalam kegiatan Bachtiar, A., Purwanggono, B. (2009).
– kegiatan yang mendukung organisasi Analisis Implementasi Sistem
untuk mendapatkan sertifikasi SNI. Manajemen Kualitas ISO 9001:2000
dengan Menggunakan Gap Analysis
tools (Studi Kasus di PT PLN
5. Saran (Persero) PIKITRING JBN Bidang
Pada penelitian ini beberapa saran yang Perencanaan
diberikan penulis untuk penelitian selanjutnya Psosmas, E. (2010). Critical factors for
adalah sebagai berikut : effective implementation of ISO 9001
1. Dalam melakukan penelitian sejenis diharapkan in SME service companies. Managing
peneliti melakukan pengambilan data tidak Service Quality: An International
hanya kepada pemilik tetapi juga kepada pihak Journal, 20(2010), 440 – 457.
manajemen ataupun penanggung jawab supaya Psosmas, E. (2014). Performance measures
data lebih valid dan akurat. of ISO 9001 certified and noncertified
2. Dalam melakukan penelitian diharapkan peneliti manufacturing companies.
melakukan koordinasi dengan lembaga Benchmarking: An International
sertifikasi produk (LSPro), disperindag, ataupun Journal, 21(2014), 756-774.
badan/dinas terkait dengan penelitian yang Tukiran, M. (2016). Membangun Sistem
dijalankan. Manajemen Mutu Berdasarkan ISO
3. Dalam melakukan wawancara untuk 9001:2015. Yogyakarta: Leutikaprio
mendapatkan data yang aktual, akurat, dan valid Nauvaliter.
diharapkan peneliti melakukan wawancara ---------
terhadap lebih dari satu orang yang kompeten http://dinkes.pidiekab.go.id/gangguan
dan memiliki wawasan yang luas terhadap segala -akibat-kekurangan-yodium-
proses yang ada di perusahaan. gaky.html di akses pada tanggal 6
mei 2018
---------
https://www.iso.org/standard/62085.h
tml diakses pada tanggal 9 Mei 2018

Anda mungkin juga menyukai