Anda di halaman 1dari 129

UNIVERSITAS INDONESIA

MODEL NUMERIK PERUBAHAN TOTAL


SUSPENDED SOLID DI SUNGAI MENGGUNAKAN
METODE RUNGE KUTTA
STUDI KASUS SUNGAI PESANGGRAHAN

SKRIPSI

ADHIE KURNIA
0706275454

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPOK
JUNI 2011

Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011


UNIVERSITAS INDONESIA

MODEL NUMERIK PERUBAHAN TOTAL


SUSPENDED SOLID DI SUNGAI MENGGUNAKAN
METODE RUNGE KUTTA
STUDI KASUS SUNGAI PESANGGRAHAN

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

ADHIE KURNIA
0706275454

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPOK
JUNI 2011

Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Adhie Kurnia

NPM : 0706275454

Tanda tangan :

Tanggal : 15 Juni 2011

Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh


Nama : Adhie Kurnia
NPM : 0706275454
Program Studi : Teknik Lingkungan
Judul Skripsi :Model Numerik Perubahan Total Suspended Solid
di Sungai Menggunakan Metode Runge Kutta.
Studi Kasus Sungai Pesanggrahan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing 1 : Dr. Nyoman Suwartha, ST, M.Agr ( )

Pembimbing 2 : Ir. Irma Gusniani, M.Sc ( )

Penguji : Ir. Gabriel SB Andari, MEng, PhD ( )

Penguji :Dr. Ir. Djoko M Hartono, SE, MEng ( )

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 15 Juni 2011

iii Universitas Indonesia


Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji syukur saya panjatkan kepada


Allah SWT, karena atas kuasa-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar
Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil Program Studi Teknik Lingkungan
Universitas Indonesia. Tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, sulit
rasanya bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini, oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Nyoman Suwartha selaku dan Ir. Irma Gusniani selaku dosen pembimbing
yang dengan kesabaran dan kebaikan hatinya, selalu memberikan bimbingan,
bantuan, dan arahan selama penelitian dilakukan;
2. Mba Dwinanti Rika M, ST, MT, yang telah meluangkan waktu untuk
berdiskusi, walaupun bukan sebagai dosen pembimbing;
3. Mba Licka dan Diah sebagai asisten laboratorium teknik penyehatan dan
lingkungan yang telah membantu dalam melakukan analisa di laboratorium;
4. Bapak Bagyo sebagai asisten laboratorium hidrolika dan hidrologi teknik sipil
UI yang telah membantu untuk melakukan pengukuran di lapangan;
5. Pihak keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan semangat
hingga akhirnya saya dapat terus mengerjakan skripsi ini;
6. Hana Maryam dan Gita Lestari sebagai teman satu tema skripsi yang selalu
mau membantu bila ada kesulitan dan teman-teman teknik lingkungan UI
angkatan 2007;
7. Rezakulhaq yang telah membantu pengerjaan tugas mata kuliah aljabar linier;
8. Orang-orang yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT membalas segala kebaikan pihak-
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi kemajuan
ilmu pendidikan.
Depok,15Juni 2011
Penulis

iv Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:
Nama : Adhie Kurnia
NPM : 0706275454
Program Studi : Teknik Lingkungan
Departemen : Teknik Sipil
Fakultas : Teknik
Jenis karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul
Model numerik perubahan total suspended solid di sungai menggunakan
metode Runge Kutta. Studi kasus sungai Pesanggrahan

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 15 Juni 2011
Yang menyatakan

(Adhie Kurnia)

v Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
ABSTRAK

Nama : Adhie Kurnia


Program Studi : Teknik Lingkungan
Judul : MODEL NUMERIK PERUBAHAN TOTAL
SUSPENDED SOLIDDISUNGAI MENGGUNAKAN
METODE RUNGE KATTASTUDI KASUS SUNGAI
PESANGGRAHAN

Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi umumnya menyebabkan konflik


kepentingan dan akan menimbulkan efek buruk bagi penyediaan air bersih. Efek
yang terjadi berupa penurunan kualitas air baku dalam jumlah banyak. Disadari
atau tidak, permasalahan air bersih seperti bom waktu yang akan siap meledak
suatu saat.Untuk mengatasi penurunan kualitas air baku, diperlukan pengendalian
kualitas air baku agar memiliki kualitas di bawah standar baku mutu. Salah satu
parameter pencemar dalam perairan adalah konsentrasi total suspended solid.
Pengendalian air baku memerlukan data perubahan kualitas air baku berdasarkan
ruang dan waktu. Pengembangan model matematisdilakukan untuk melihat
perubahan konsentrasi total suspended solids yang terjadi di sungai.
Studi kasus dilakukan di sungai Pesanggrahan depok, sebagai badan air penerima
buangan pengolahan air lindi tempat pembuangan akhir Cipayung, Depok. Beban
air lindi yang masuk ke badan air memiliki sifat step loading yang terus menerus
masuk ke badan air setiap waktu.Solusi persamaan matematis diturunkan dari
persamaan mass balance untuk mendapatkan governing equation. Kemudian,
governing equation akan diselesaikan menggunakan metode beda hingga untuk
mendapatkan persamaanperubahan konsentrasi pencemar terhadap ruang dan
menggunakan metode Runge Kutta untuk menyelesaikan persamaan perubahan
konsentrasi pencemar terhadap perubahan waktu. Hasil dari pemodelan berupa
grafik perubahan konsentrasi pencemar terhadap ruang dan waktu. Grafik yang
didapat dari hasil pemodelan akan dibandingkandengan teori dan observasi
lapangan untuk mendapatkan kesesuaian model yang dibuat. Perbedaan
konsentrasi pencemar antara hasil pemodelan dengan hasil observasi memiliki
selisih paling besar di ruas 2 pada ∆t= 2 detik dengan konsentrasi hasil model
sebesar 71,270417 mg/L dan konsentrasi hasil observasi sebesar 45 mg/L.
Perbedaan konsentrasi pencemar antara hasil pemodelan dengan hasil observasi
yang memiliki selisih paling kecil terjadi di ruas 2 pada ∆t= 6 detik dengan
konsentrasi hasil model sebesar 71,541069 mg/L dan konsentrasi hasil observasi
sebesar 71 mg/L.

Kata kunci:
Pencemartotal suspended solids, model matematis, metode numerik, metode beda
hingga, metode Runge Kutta, spreedsheet, TPA Cipayung.

vi Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
ABSTRAK

Nama : Adhie Kurnia


Program Studi : Teknik Lingkungan
Judul : NUMERICAL MODEL OF TOTAL SUSPENDED
SOLIDS ALTERATION IN THE RIVER USING THE
RUNGE KUTTA METHOD CASE STUDY:
PESANGGRAHAN RIVER

The high rate of population growth is generallyled toconflicts of


interestandwillcause adverse effects onwater supply. The effectis a decrease
inqualityof rawwaterin large quantities.Consciously or not, the issues of clean
water is like the time bombs that will be ready to explode someday. To handle
theproblem ofloss of qualityof rawwater, the rawwater’squalitycontrolis
requiredin order tohave aqualitybelow thequality standard. One of parameteris the
concentration ofpollutantsin thewaters oftotal suspendedsolid. Control
ofrawwaterrequires databased on therawwaterqualitychanges based
onspaceandtime. Development ofmathematicalmodelsis performed to see the
changes of total suspended solids concentration that occur in river.
The case studies conducted in Pesanggrahan River as the
waterbodiesreceivingwastewatereffluentleachate from Cipayung Landfills, Depok.
The load ofleachate that entering thewater bodieshas the loading step
propertiesthatcontinuousintothe water bodieseverytime. The solutionof
mathematicalequations is derivedfrommassbalanceequationstoget
thegoverningequation. Then, thegoverningequationwillbe solvedusingthe finite
difference methodtoget the equationchanges inpollutantconcentrationsto
thechamberandusingthe RungeKuttamethodtosolvethe equationchanges
inpollutantconcentrationsto changes intime. The modeling resultis a graph
ofpollutantconcentrationchangesbased onspaceandtime. The graph that obtained
from the modeling results will be compared with the theory and field's
observations to obtain the suitable modeling. The differences of pollutant
concentration between the modeling results with the observations have the
greatest difference in segment 2 at ∆t= 2 secondwith the model’s concentration is
71,270417 mg/L and the observation’s concentration is 45 mg/L. Pollutant
concentration differences between the modeling results with observations that
have the smallest difference occurred in segment 2 at ∆t=6 second with the
model’s concentration is 71,541069 mg/L and the observation’s concentration is
71 mg/L.

Key words:
Total suspended solids, matematical model, numerical method, finite difference,
Runge Kutta method, spreedsheet, Cipayung landfills.

vii Universitas Indonesia


Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................... v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

BAB 1 Pendahuluan .............................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Ruang Lingkup.......................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.5 Manfaat penelitian .................................................................................... 4
1.6 Metode Penelitian ..................................................................................... 4
1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................... 4

BAB 2 STUDI LITERATUR ............................................................................... 6


2.1 Pencemaran Air ......................................................................................... 6
2.2 Total Suspended Solid .............................................................................. 7
2.2.1 Metode Pengukuran Total Suspended Solid ............................................. 8
2.3 Air Lindi.................................................................................................. 10
2.4 Settling .................................................................................................... 12
2.5 Pemodelan Kualitas air ........................................................................... 15
2.5.1 Metode Numerik ..................................................................................... 15
2.6 Mekanisme Adveksi................................................................................ 16
2.7 Keseimbangan Massa.............................................................................. 17
2.7.1 Akumulasi ............................................................................................... 18
2.7.2 Loading ................................................................................................... 18

viii Universitas Indonesia


Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
2.7.3 Outflow.................................................................................................... 19
2.7.4 Pengendapan ........................................................................................... 19
2.7.5 Penurunan Persamaan Mass balance ..................................................... 20
2.8 Model Plug Flow Reactor (PFR) ............................................................ 23

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 25


3.1 Umum ..................................................................................................... 25
3.2 Kerangka Penelitian ................................................................................ 25
3.3 Persiapan Penelitian ................................................................................ 27
3.4 Waktu Penelitian ..................................................................................... 27
3.5 Lokasi penelitian ..................................................................................... 30
3.6 Pengambilan Data Sampel ...................................................................... 31
3.7 Peralatan dan Bahan Penelitian ............................................................... 31
3.8 Metode Pengukuran ................................................................................ 32
3.8.1 Metode pengukuran konsentrasi TSS ..................................................... 32
3.8.2 Metode Pengukuran Debit ...................................................................... 33
3.9 Analisa Data ............................................................................................ 34
3.10 Metode Beda Hingga (Finite Difference) ............................................... 35
3.11 Metode Runge Kutta orde 4 .................................................................... 37
3.12 Pengembangan Model ............................................................................. 38
3.12.1 Kondisi Steady State ............................................................................... 39
3.12.2 Kondisi Unsteady State ........................................................................... 40

BAB 4 GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI ................................................ 42


4.1 Tempat Pembuangan Akhir Cipayung, Depok ....................................... 42
4.2 Sungai Pesanggrahan .............................................................................. 46

BAB 5 ANALISA SIMULASI MODEL DENGAN SPREEDSHET .............. 51


5.1 Tinjauan Umum ...................................................................................... 51
5.2 Skenario Proses Simulasi ........................................................................ 51
5.3 Skenario Sungai Pesanggrahan ............................................................... 52
5.4 Kecepatan Sungai Pesanggrahan ............................................................ 54
5.5 Skenario Beban Pencemar ...................................................................... 56
5.6 Skenario Settling ..................................................................................... 60
5.7 Pemodelan Numerik................................................................................ 61
5.7.1 Analisa Model ......................................................................................... 61

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
5.7.1.1 Simulasi Pertama Kondisi Steady State .................................................. 62
5.7.1.2 Kondisi Unsteady State ........................................................................... 64
5.7.2 Analisa Observasi ................................................................................... 73
5.7.2.1 Kondisi Steady State ............................................................................... 74
5.7.2.2 Kondisi Unsteady State ........................................................................... 76

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 90


6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 90
6.2 Saran ....................................................................................................... 90

Daftar Referensi .................................................................................................. 92

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2. Ilustrasi lintasan partikel diskrit dan flokulen .................................. 13


Gambar 2.3.Transport massa dari tinta dalam ruang dan waktu melalui (a) adveksi
dan (b) difusi ......................................................................................................... 17
Gambar 2.4. Settling diformulasikan sebagai mass flux yang melewati permukaan
air ................................................................................................................. 19
Gambar 2.5. Control Volume ................................................................................ 21
Gambar 2.6.Control Volume dengan mekanisme adveksi .................................... 22
Gambar 2.7. Mass balance untuk Point Source yang Masuk ke Dalam Sistem Plug
Flow Reactor ......................................................................................................... 24
Gambar 3.1. Kerangka Penelitian ......................................................................... 26
Gambar 3.3. Mengukur Debit Air Sungai Dengan Metode Pelampung ............... 35
Gambar 3.4. Skema metode beda hingga .............................................................. 36
Gambar 4.1. Tempat pembuangan sampah Cipayung, Depok .............................. 44
Gambar 4.2. Persentase Penutupan Lahan di DAS Pesanggrahan ........................ 49
Gambar 5.1. Skema diskritisasi jarak pada ruas sungai ........................................ 52
Gambar 5.2. Grafik pembebanan di ruas satu untuk simulasi kedua .................... 59
Gambar 5.3. Grafik pembebanan di ruas satu untuk simulasi kedua .................... 60
Gambar 5.4. Grafik perubahan konsentrasi pada kondisi steady state untuk
masing-masing ruas ............................................................................................... 63
Gambar 5.5. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 1 ............ 67
Gambar 5.6. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 2 ............ 67
Gambar 5.7. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 3 ............ 68
Gambar 5.8. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 4 ............ 68
Gambar 5.9. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 5 ............ 69
Gambar 5.10.Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 6 ........... 69
Gambar 5.11. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 7 .......... 70
Gambar 5.12. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 8 .......... 70
Gambar 5.13. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 9 .......... 71
Gambar 5.14.Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 10 ......... 71
Gambar 5.15. Grafik perubahan konsentrasi pada kondisi steady state untuk
masing-masing ruas hasil observasi ...................................................................... 75
Gambar 5.16. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 1
observasi ................................................................................................................ 79
Gambar 5.17. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 2
observasi ................................................................................................................ 79

xi Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
Gambar 5.18. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 3
observasi ................................................................................................................ 80
Gambar 5.19. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 4
observasi ................................................................................................................ 80
Gambar 5.20. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 5
observasi ................................................................................................................ 81
Gambar 5.21. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 6
observasi ................................................................................................................ 81
Gambar 5.22. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 7
observasi ................................................................................................................ 82
Gambar 5.23. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 8
observasi ................................................................................................................ 82
Gambar 5.24. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 9
observasi ................................................................................................................ 83
Gambar 5.25. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 10
observasi ................................................................................................................ 83
Gambar 5.27. Perbandingan konsentrasi hasil pemodelan dengan observasi pada
∆t 2 detik ............................................................................................................... 87
Gambar 5.28.Perbandingan konsentrasi hasil pemodelan dengan hasil observasi
pada ∆t 6 detik ....................................................................................................... 87

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tabel Karakteristik Air Lindi ............................................................... 11


Tabel 3.1. Tabel waktu penelitian ......................................................................... 29
Tabel 3.2. Data perhitungan numerik kondisi steady state ................................... 40
Tabel 3.3. Contoh data perhitungan numerik kondisi unsteady state setiap ruas . 41
Tabel 4.1. Kriteria mutu air paramete TSS berdasarkan kelas .............................. 48
Tabel 5.1. Karakteristik sungai Pesanggrahan untuk simulasi petama dengan ∆x=
25.000 meter.......................................................................................................... 53
Tabel 5.2. Karakteristik sungai Pesanggrahan untuk simulasi kedua dengan ∆x= 2
meter ................................................................................................................. 53
Tabel 5.3. Hasil pengukuran kecepatan sungai Pesanggrahan .............................. 55
Tabel 5.4. Kecepatan sungai Pesanggrahan setiap ruas (m/hari) .......................... 56
Tabel 5.5. Beban yang masuk ke dalam masing-masing ruas sungai untuk simulasi
kedua ................................................................................................................. 58
Tabel 5.6. Beban yang masuk ke dalam masing-masing ruas sungai untuk simulasi
pertama ................................................................................................................. 59
Tabel 5.7. Konsentrasi TSS untuk masing-masing ruas pada kondisi steady state
(mg/L) ................................................................................................................. 62
Tabel 5.8. Konsentrasi TSS observasi untuk masing-masing ruas pada kondisi
steady state (mg/L) ................................................................................................ 75
Tabel 5.10. Hasil konsentrasi TSS dari observasi lapangan di sungai Pesanggrahan
................................................................................................................. 85
Tabel 5.11. Hasil konsentrasi TSS dari pemodelan .............................................. 86
Tabel 5.12. Perbedaan konsentrasi antara hasil pemodelan dan observasi ........... 86

xiii Universitas Indonesia


Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa air. Air yang bersih
merupakan modal dasar dan faktor utama pembangunan bangsa. Air bersih yang
tersedia dapat digunakan untuk berbagai keperluan baik untuk industri, domestik,
maupun irigasi. Penduduk bumi yang berjumlah sekitar 7 milyar saat ini harus
berebut untuk mendapatkan air bersih karena dari 1.385.984.610 km3 volume air
yang ada di bumi, hanya 2,5 persen saja yang dapat digunakan sebagai air baku
(Chow, 1980).
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi umumnya menyebabkan konflik
kepentingan dan akan menimbulkan efek buruk bagi penyediaan air bersih. Efek
yang terjadi berupa penurunan kualitas air baku dalam jumlah banyak. Disadari
atau tidak, permasalahan air bersih seperti bom waktu yang akan siap meledak
suatu saat. Untuk itu, dibutuhkan suatu pengelolaan air sebagai solusi dari
permasalahan air bersih. Selain itu, tujuan dari pengelolaan air adalah mencegah
terjadinya dan meluasnya penyakit bawaan dari air (water borne diseases).
Air permukaan menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari
sumber air bersih yang digunakan oleh masyarakat. Air yang mengalir di
permukaan dapat tercemar selama perjalanannya menuju badan air. Salah satu
badan air itu adalah sungai. Air sungai selama ini menjadi pilihan utama sebagai
pasokan air bersih. Air sungai memiliki kuantitas air yang besar dan kontinuitas
yang stabil, tetapi secara kualitas tidak terlalu baik hal ini disebabkan karena
kontaminan dapat dengan mudah masuk ke dalam sungai.
Kondisi kualitas air sungai yang ada diharapkan dapat memiliki kualitas
yang baik agar layak dikonsumsi sebagai air bersih bahkan sebagai air minum.
Secara alami, air sungai memiliki proses sendiri untuk menghilangkan
kontaminan yang ada, yang biasa disebut sebagai self purification. Namun, dalam

1 Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
2

proses purifikasi ini sungai membutuhkan waktu untuk mengurangi konsentrasi


pencemar yang ada. Pengurangan konsentrasi pencemar dapat terjadi dengan
waktu dan jarak tertentu dari sumber pencemar. Sehingga, dalam menangani
pencemaran air sungai diperlukan kontrol konsentrasi pencemar yang masuk ke
dalam sungai agar pencemar tidak akan melebihi dari daya dukung lingkungan
sungai. Dengan mengetahui berbagai mekanisme yang terjadi di sungai, maka
akan dapat ditentukan perlakuan yang tepat terhadap air sungai tersebut sehingga
pencemar pun dapat dikendalikan dengan baik.
Untuk melihat berbagai mekanisme yang terjadi di sungai, maka dibuat
pemodelan yang sesuai dengan kondisi sungai di lapangan. Pemodelan akan
dibuat untuk menggambarkan sebaran konsentrasi pencemar di sungai. Pencemar
yang akan dimodelkan berupa total suspended solids (TSS). Pencemar TSS ini
akan membuat sungai menjadi keruh dan air sungai menjadi sulit untuk
dikonsumsi.
Salah satu sumber pencemar di sungai adalah air buangan dari
pengolahan air lindi. Air lindi memiliki karakteristik yang berpotensi mencemari
lingkungan. Studi kasus dilakukan pada sungai Pesanggrahan, Depok, sebagai
badan air penerima dari outlet air lindi tempat pembuangan akhir (TPA)
Cipayung. TPA Cipayung yang menghasilkan air lindi sebagai beban pencemar
berlokasi di kelurahan Cipayung, kecamatan Pancoran Mas, kota Depok, Jawa
Barat.
Pada penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti, terlihat bahwa
konsentrasi TSS pada outlet air lindi cukup tinggi yaitu, 1520 mg/L. Angka ini
melebihi baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan oleh SK.Gubernur Jawa
Barat No. 6 tahun 1999, yaitu sebesar 150 mg/L.
Kelebihan konsentrasi ini akan berdampak pada sungai Pesanggrahan
sebagai badan air penerima dan masyarakat yang memakai air tersebut. Pada
penelitian ini, akan dimodelkan perubahan konsentrasi total suspended
solidsakibat beban air lindi yang masuk ke sungai terhadap jarak dan waktu.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan prediksi perubahan konsentrasi total
suspended solids yang terjadi di sungai Pesangrahan terhadap ruang dan waktu.

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
3

1.2 Rumusan Masalah

Salah satu kualitas fisik air sungai sebagai bahan evaluasi dari baku mutu
adalah kadar total suspended solid (TSS). TPA Cipayung menghasilkan air lindi
dengan kadar TSS yang melebihi baku mutu air limbah. Pembuangan air lindi dari
TPA Cipayung ke sungai Pesanggrahan akan mencemari air sungai yang ada.
Seiring berjalannya waktu dan aliran air sungai yang ada, konsentrasi total
suspended solid pada air sungai Pesanggrahanakan mengalami perubahan.
Perubahan konsentrasi disebabkan karena mekanisme yang terjadi di dalam badan
air, seperti decay rate, kecepatan mengendap, dan mekanisme adeveksi.
Pemodelan secara numerik diturunkan dari persamaan mass balance untuk
mendapatkan governing equation. Selanjutnya, governing equation akan
diturunkan dengan menggunakan metode finite difference untuk mendapatkan
perubahan konsentrasi terhadap jarak dan menggunakanmetode Runge Katta
untuk mendapatkan perubahan konsentrasi terhadap waktu. Grafik yang
dihasilkan dari pemodelan numerik antara konsentrasi terhadap jarak dan waktu
akan dibandingkan dengan data lapangan. Pengukuran kandungan TSS
menggunakan metode gravimetric mengacu kepada buku SNI 06-6989.3-2004
tentang air dan air limbah –bagian 3: cara uji padatan tersuspensi total (Total
Suspended Solid, TSS) secara gravimetri.

1.3 Ruang Lingkup

Batasan permasalahan yang akan dikaji dalam tugas akhir ini antara lain
sebagai berikut:

1. Aliran yang ditinjau di sungai bersifat steady uniform.


2. Pencemar total suspended solidshanya berupa point source dari air lindi
TPA Cipayung.Tidak terdapat mekanisme masuknya beban disepanjang
badan sungai.
3. Peristiwa alam yang terjadi seperti, erosi, hujan, tidak dimasukkan ke
dalam perhitungan.
4. Penyelesaian persamaan numerik menggunakan metode finite difference
dan Runge Katta.

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
4

5. Model bersifat satu dimensi dan hanya memiliki mekanisme settling dan
penjalaran secara adveksi.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Membuat model perubahan konsentrasi pencemar total suspended solids


berdasarkan ruang dan waktu di sungai Pesanggrahan yang diakibatkan
buangan air lindi TPA Cipayung.
2. Melakukan perbandingan terhadap grafik perubahan konsentrasi total
suspended solids yang dihasilkan dari model numerik dengan hasil dari
observasi lapangan.

1.5 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa suatu bentuk


pemodelan dalam menggambarkan perubahan konsentrasi pencemar TSS terhadap
jarak dan waktu dari suatu sumber pencemar. Sehingga, dapat menjadi salah satu
bahan rujukan dalam mengelola kualitas air sungai.

1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah: :

1. Studi literatur dengan menggunakan buku, jurnal ilmiah, internet, atau


sumber ilmiah lainnya yang berhubungan dengan pemodelan kualitas air
sungai dengan parameter total suspended solids.
2. Melakukan pemeriksaan laboratorium untuk mendapatkan data konsentrasi
TSS sebagai pembanding dari hasil model.
3. Melakukan analisa terhadap hasil yang diperoleh dari perhitungan numerik
dengan membandingkan hasil dari pemeriksaan laboratorium.

1.7 Sistematika Penulisan

Secara umum, sistematika penyusunan penulisan tugas akhir ini dibagi ke


dalam enam bab, yaitu Pendahuluan; Studi Literatur; Metodologi Penelitian;
Gambaran umum objek studi;Pengolahan data; Kesimpulan dan saran.

BAB1 : PENDAHULUAN

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
5

Pada bab iniberisi mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah,


ruang lingkup dan asumsi yang digunakan, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB 2 : STUDI LITERATUR

Pada bab ini dijelaskanteori-teori yang menjadidasaranalisis dan pembahasan.


Teori-teori yang menjadi dasar antara lain pencemaran air, total suspended solids
(TSS), air lindi dan karakteristiknya, dan pemodelan kualitas air permukaan.

BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi metode yang digunakan dalam penelitian tugas akhir, langkah-
langkah pengambilan data, cara pengolahan data, langkah-langkah analisis,
simulasi pemodelan dengan spreeadshet, dan validasi hasil simulasi dengan
kenyataan di lapangan.

BAB 4 : GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI

Bab ini menjelaskan gambaran umum TPA Cipayung dan sungai Pesanggrahan
sebagai badan penerima pengolahan air lindi.

BAB 5 : PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini dilakukan pengolahan data dan analisis data dengan membandingkan data
hasil simulasi dengan data lapangan dan teori yang ada.

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil penelitian. Pada bab ini
juga disajikan saran yang berkaitan dengan perbaikan dan pengembangan
penelitian.

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
6

BAB 2
STUDI LITERATUR

2.1 Pencemaran Air

Dalam PP.No 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan


Pengendalian Pencemaran Air, didefinisikan pencemaran air adalah masuknya
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam
air oleh kegiatan manusia, sehinga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Definisi pencemaran air tersebut dapat disesuaikan dengan makna pokoknya
menjadi tiga aspek yaitu, aspek kejadian, aspek penyebab atau pelaku, dan aspek
akibat (Setiawan, 2001).
Berdasarkan definisi tersebut, penyebab terjadinya pencemaran air adalah
masuknya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air
sehingga menurunkan kualitas air pada tingkat air tercemar. Masukan tersebut
biasa disebut sebagai unsur pencemar yang pada kondisi lapangan dapat berupa
buangan air limbah yang bersifat rutin, misalnya buangan air lindi. Aspek pelaku
atau penyebab dapat disebabkan oleh alam atau manusia. Pencemaran yang
disebabkan oleh alam tidak dapat berimplikasi hukum, tetapi pemerintah tetap
berkewajiban menanggulangi pencemaran yang timbul secara alami. Aspek akibat
dapat dilihat berdasarkan penurunan kualitas air sampai ke tingkat tertentu.
Pengertian sampai tingkat tertentu dalam definisi tersebut adalah tingkat kualitas
air yang menjadi batas antara tingkat tak tercemar (tingkat kualitas air belum
sampai batas) dan tingkatcemar (kualitas air yang telah sampai ke ambang batas
atau melewati ambang batas) (Achmadi, 2004).
Ada standar baku mutu tertentu yang ditetapkan untuk peruntukan air.
Sebagai contoh adalah Peraturan Pemerintah No.82 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Pada Peraturan Pemerintah tersebut, badan
sungai dibagi menjadi empat kelas yang masing-masing kelas memiliki standar
baku mutu yang berbeda. Selain itu, setiap pemerintah daerah juga memiliki
peraturan sendiri yang tidak bertentangan dengan undang-undang yang dibuat

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
7

oleh pemerintah pusat. Peraturan daerah tersebut diperuntukan secara khusus


untuk daerah itu saja karena setiap daerah memiliki kondisi yang berbeda.
Dengan dibuatkan peraturan, pemerintah menginginkan air baku yang
aman dan terjamin kualitasnya bagi masyarakat. Definisi air yang aman adalah air
yang sesuai dengan kriteria bagi peruntukannya. Misalnya kriteria air yang dapat
diminum secara langsung (air kualitas A) mempunyai kriteria yang berbeda
dengan air yang dapat digunakan untuk air baku air minum (kualitas B) atau air
kualitas C untuk keperluan perikanan dan peternakan dan air kualitas D untuk
keperluan pertanian serta usaha perkotaan, industri dan pembangkit tenaga air.

2.2 Total Suspended Solid

Menurut Pankratz (2000), dalam bukunya Environmental Engineering


Dictionary and Directory mengatakan bahwa total suspended solid (TSS) adalah
ukuran partikel tersuspensi dalam sampel air bersih atau air limbah. Volume dapat
diketahui setelah sampel disaring kemudian dikeringkan dan ditimbang untuk
mengetahui residu yang tertahan.
Dalam literatur yang lain, total suspended solid (TSS) adalah segala
macam zat padat dari padatan total yang tertahan pada saringan dengan ukuran
partikel maksimal 2,0 µm dan dapat mengendap (sawyer, 2003). Selain zat padat
tersuspensi, di dalam air akan ditemui kelompok zat padat terlarut seperti garam
dan molekul senyawa organik. Perbedaan pokok antara kedua kelompok zat ini
ditentukan melalui ukuran atau diameter partikel-partikel (Alaerts, et al 1984).
TSS terdiri atas lumpur, pasir halus, dan jasad-jasad renik terutama yang
disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa ke dalam badan air.
Sebagai salah satu beban pencemar TSS, air lindi memiliki konsentrasi TSS yang
sangat tinggi. Kandungan TSS di dalam air lindi didominasi oleh bakteri yang
sudah mati.
Masuknya padatan tersuspensi ke dalam perairan dapat menimbulkan
kekeruhan air. Hal ini menyebabkan menurunnya laju fotosintesis fitoplankton,
sehingga produktivitas primer perairan menurun, yang pada gilirannya
menyebabkan terganggunya keseluruhan rantai makanan. Padatan tersuspensi
yang tinggi akan mempengaruhi biota di perairan melalui dua cara. Pertama,
menghalangi dan mengurangi penentrasi cahaya ke dalam badan air, sehingga

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
8

mengahambat proses fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya.


Kondisi ini akan mengurangi pasokan oksigen terlarut dalam badan air. Kedua,
secara langsung TSS yang tinggi dapat mengganggu biota perairan seperti ikan
karena tersaring oleh insang.
Padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi cahaya ke dalam air,
sehinggamempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosisntesis dan kekeruhan air
juga semakin meningkat. Peningkatan kandungan padatan tersuspensi dalam air
dapat mengakibatkan penurunan kedalaman eufotik, sehingga kedalaman perairan
produktif menjadi turun. Penentuan padatan tersuspensi sangat berguna dalam
analisis perairan tercemar dan buangan serta dapat digunakan untuk mengevaluasi
tingkat kecerahan air, buangan domestik, maupun menentukan efisiensi unit
pengolahan.

2.2.1 Metode Pengukuran Total Suspended Solid

Analisa zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen-
komponen air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan proses-
proses pengolahan dalam bidang air minum maupun dalam bidang air buangan.
Zat padat total(TS) terdiri dari zat padat tersuspensi (TSS) dan zat padat terlarut
(TDS) yang dapat bersifat organik dan in-organik seperti yang dijelaskan pada
gambar 2.1

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
9

Gambar 2.1. Hubungan antara zat padat yang ditemukan pada air bersih dan air
limbah
Sumber: Metcalf& Eddy, 2002

Penentuan zat padat terendap ini dapat dihitung berdasarkan volum zat
padat yang disebut analisa Volum Lumpur (sludge volume) atauberdasarkan
beratnya yang disebut analisa lumpur kasar atau umumnya disebut zat padat
terendap (settleable solids) (Alaerts, et al, 1984).
Prinsip analisa dari pengukuran zat padat tersuspensi adalah menyaring
sampel dengan kertas saring. Kertas saring yang mengandung zat tersuspensi
dikeringkan pada suhu 105oC selama dua jam. Dalam pemisahan zat tersuspensi

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
10

dari larutannya dengan filter, jenis filter harus dipilih yang sesuai dengan
pemegang filter (filter holder) atau corongnya. Setelah dikeringkan pada suhu
105oC, berat cawan dan kertas saring ditimbang dan didinginkan pada desikator
selama 15 menit. Setelah dilakukan pengukuran awal, sampel disaring
menggunakan kertas saring yang sudah ditimbang untuk kemudian dikeringkan
kembali di atas cawan bersama residu dari sampel pada suhu 105oC selama dua
jam. Setelah dua jam, cawan ditempatkan pada desikator kembali agar tidak
terpengaruh oleh kelembaban udara dan penimbangan dilakukan secara cepat.

2.3 Air Lindi

Masalah lingkungan terbesar dengan adanya Tempat Pembuangan Akhir


(TPA) adalah keluaran air lindi ke dalam air permukaan maupun air tanah. Oleh
karena itu, TPA menyediakan sistem unit untuk menampung, mengumpulkan, dan
mengendalikan air lindi tersebut.
Air lindi dapat didefinisikan sebagai cairan yang merembes melalui
material padat dan limbah padat, berisi zat yang tersuspensi atau bahan atau
produk dari zat padat (Pankratz, 2000). Cairan tersebut dari aliran permukaan, air
hujan, air tanah, dan air yang berasal dari dekomposisi limbah (Tchobanoglous, et
al., 1993).
Air lindi merupakan cairan yang sangat berbahaya karena selain
kandungan organiknya tinggi, juga dapat mengandung unsur logam (seperti Zn,
Hg). Beberapa unsur berbahaya dari air lindi berasal dari dekomposisi limbah
secara biologi dan kimia (Tchobanoglous, et al., 1993). Jika tidak ditangani
dengan baik, air lindi dapat menyerap ke dalam tanah sekitar landfill kemudian
dapat mencemari air tanah di sekitar landfill.
Komposisi kimia dari air lindi sangat tergantung pada umur TPA dan
waktu saat pengambilan sampel. Selain itu, biodegradasi air lindi berubah
menurut waktu. Perubahan biodegradasi ini dapat dilihat dengan mengukur rasio
BOD5/COD. Pertama, rasio BOD5/COD adalah 0,5 atau lebih. Rasio pada rentang
0,4 sampai 0,6 adalah fase material organik siap untuk melakukan biodegradasi.
Untuk fase maturasi, rasio BOD5/COD berkisar pada rentang 0,05 sampai 0,2.
Rasio menjadi turun karena air lindi mengandung asam humic dan asam

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
11

fulvicyang tidak siap melakukan biodegradasi (Tchobanoglous, et al., 1993).


Karakteristik air lindi dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Tabel Karakteristik Air Lindi

Nilai, mg/L

Parameter Landfill baru (<2years)


Landfill yang sudah
matang (>10 years)
Rentang Tepat

BOD5 2.000 – 30.000 10.000 100 – 200

TOC 1.500 – 20.000 6.000 80 – 160

COD 3.000 – 60.000 18.000 100 – 500

Total suspended solids 200 – 2000 500 100 – 400

Organic nitrogen 10 – 800 200 80 – 120

Ammonia nitrogen 10 – 800 200 20 – 40

Nitrate 5 – 40 25 5 – 10

Total phosphorus 5 – 100 30 5 – 10

Ortho phosphorus 4 – 80 20 4–8

Alkalinity as CaCO3 1.000 – 10.000 3.000 200 – 1.000

pH 4,5 – 7,5 6 6,6 – 7,5

Total hardness as
300 – 10.000 3.500 200 – 500
CaCO3

Calcium 200 – 3.000 1.000 100 – 400

Magnesium 50 – 1.500 250 50 – 200

Potassium 200 – 1.000 300 50 – 400

Sodium 200 – 2.500 500 100 – 200

Chloride 200 – 3.000 500 100 – 400

Sulfate 50 – 1.000 300 20 – 50

Total iron 50 – 1.200 60 20 – 200


Sumber: Tchonabanoglous, et al 1993

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
12

Pada tabel 2.1, terlihat bahwa konsentrasi total suspended solid (TSS)
sangat tinggi, nilainya mencapai 200 sampai 2000 mg/L. Dengan konsentrasi TSS
yang tinggi, umumnya air lindi berwarna hitam pekat. Konsentrasi TSS yang
tinggi dapat memberi rasa pada air. Selain itu, air dengan kadar TSS yang tinggi
dapat menyebabkan sakit perut dan orang-orang tidak ingin mempergunakan air
untuk keperluan sehari-hari (Sawyer, 2003). Kadar TSS yang tinggi juga dapat
meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme di dalam air karenapartikel-partikel
padat menjadi tempat hidup mikroorganisme.
Setiap TPA memiliki karakteristik air lindi yang berbeda-beda. Oleh
sebab itu, pengolahan air lindi yang dilakukan bervariasi dan sebaiknya
disesuaikan dengan karakteristik masing-masing TPA.
Air lindi merupakan konsekuensi dari pembuangan sampah. Konsekuensi
ini mengharuskan pembuatan sistem pengolahan air lindi agar tidak mencemari air
tanah maupun air permukaan di sekitar TPA. Pengelolaan air lindi yang terbaik
adalah dengan mengurangi produksi air lindi dari sumbernya yaitu, mencegah
terjadinya infiltrasi air ke area TPA. Pembuatan kolam penampungan air lindi
diperlukan sebagai pengendalian air lindi agar lebih mudah diolah.
Hasil dari pengolahan air lindi merupakan suatu beban pencemar
terhadap badan air sebagai penerima dari kolam air lindi. Konsentrasi air lindi
ketika dibuang ke badan air diharapkan sudah sesuai dengan baku mutu yang
ditetapkan.

2.4 Settling

Settling adalah kecepatan mengendap yang dilakukan oleh partikel.


Pengendapan dari suatu partikel di dalam air dipengaruhi oleh faktor-faktor:

a. Ukuran partikel
b. Bentuk partikel
c. Berat jenis atau kerapatan partikel
d. Berat jenis cairan
e. Viskositas cairan
f. Konsentrasi partikel dalam tersuspensi
g. Sifat-sifat partikel dalam suspensi

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
13

h. Temperatur

Sedangkan partikel pembangun suspensi tersebut dibedakan atas dua


jenis:
1. Partikel diskrit
Partikel ya n g mengendap sebagai partikel tunggal(tidak
bergabung) misalnya; butiran pasir, batu bata, dan lain-lain
2. Partikel flokulen
Partikel yang mengendap akibat berat yangdibentuk dengan cara
menggabungkan diri agar menjadi lebih besar/flok.Misalnya; senyawa asam
organik.

Gambar 2.2. Ilustrasi lintasan partikel diskrit dan flokulen

Sumber: Qasim, 2000

Pada umumnya terdapat empat kelas sedimentasi yaitu :

1. Type I settling, lebih dikenal dengan istilah discrete settling, digunakan


untuk sedimentasi pada konsentrasi partikel yang rendah dimana partikel-
patikel mengendap sebagai partikel tunggal. Partikel bersifat diskrit, tidak
mengalami perubahan baik dalam ukuran, berat, bentuk, dan juga partikel
tidak saling mengganggu.
2. Type II sedimentation, dikenal dengan istilah flocculation settling,
digunakan untuk konsentrasi partikel yang lebih besar yang mana setiap
partikel mengalami agglomerasi ketika mengendap. Partikel-partikel tipe ini
mengendap sebagai kumpulan dalam bentuk kelompok-kelompok tunggal.

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
14

Sifat partikel ini antara lain: suspensi encer, partikel berbentuk flokulen, dan
partikel bisa saling mengganggu.
3. Type III sedimentation, dikenal sebagai hindered settling atau zone settling,
digunakan untuk suspensi dengan konsentrasi solid cukup tinggi yang
menyebabkan partikel mengendap sebagai masa.
4. Type IV sedimentation, dikenal dengan istilah compression settling
digunakan untuk sedimentasi dengan konsentrasi solid yang tinggi dimana
partikel berikatan satu sama lain dan selanjutnyasedimentasi hanya dapat
berlangsung dengan proses kompresi.

Kecepatan mengendap dari partikel dapat ditentukan menggunakan


hukum Stoke mengenai terminal settling velocity atau kecepatan pengendapan.
Berikut ini adalah rumus dari hukum stoke yang sudah diturunkan:

( ) (2.1)

dimana,
: kecepatan mengendap, (m/s)
: dimensi dari bentuk partikel di dalam kecepatan mengendap, (bentuk
bola= 1)
g : kecepatan gravitasi, (981 m/s2)
: kerapatan partikel dan air, (g/cm3)
: viskositas, (g/m.s)
d : diameter partikel, (cm)
Thoman dan Mueller (1987) menurunkan persamaan dari hukum Stoke
menjadi bentuk:
( ) (2.2)
dimana,
: kecepatan mengendap, (m/hari)
: dimensi dari bentuk partikel di dalam kecepatan mengendap, (bentuk
bola= 1)
: kerapatan partikel dan air, (g/cm3)
: viskositas, (g/m.s)
d : diameter partikel, (µm)

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
15

2.5 Pemodelan Kualitas air

Menurut American Heritage Dictionary (1987), model adalah sebuah


obyek kecil yang dibuat berdasarkan skala dengan merepresentasikan obejek lain
besar lainnya. Jadi, model adalah bentuk sederhana yang merepresentasikan
keadaan lapangan.
Pemodelan matematik adalah formulasi ideal yang merupakan respon
dari sebuah sistem fisik untuk rangsangan eksternal (Chapra, 1997). Pada
umumnya, metode yang digunakan dalam pemodelan matematik adalah metode
numerik. Metode ini digunakan sebagai penyederhanaan proses yang terjadi di
alam untuk ditransformasi ke dalam persamaan matematika. Perhitungan ini
merupakan pendekatan matematika terhadap metode analitik.

2.5.1 Metode Numerik

Metode numerik adalah teknik untuk menyelesaiakan masalah dengan


menggunakan persamaan matematika yang diformulasikan sehingga mendapatkan
solusi berupa operasi aritmatika. Meskipun terdapat bermacam-macam jenis
perhitungan numerik, perhitungan numerik memiliki satu karakteristik yaitu,
selalu melibatkan persamaan yang banyak berkaitan dengan perhitungan
aritmatika (Chapra, 1998).
Perhitungan secara numerik dibutuhkan karena perhitungan analitis
memiliki beberapa keterbatasan seperti:

a. Fungsi loading dianggap ideal untuk memenuhi bentuk liner, eksponensial,


maupun sinusoidal. Pada kenyataannya, loading tidak sepenuhnnya
memenuhi bentuk atau pola seperti itu.
b. Variabel dari parameter Q(debit), V(volume), k (decay rate), dan
ʋ(kecepatan mengendap) dalam perhitungan dianggap konstan. Pada kondisi
lapangan, parameter tersebut dapat bervariasi.
c. Sistem model akan menjadi rumit ketika lebih dari dua segmen. Sehingga,
penyelesaian dengan metode numerik lebih efisien.
d. Metode analitik hanya unggul untuk sejumlah persoalan yang memiliki
tafsiran geometri sederhana dan berorde rendah. Padahal kenyataannya,

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
16

pemodelan yang ada seringkali bersifat non-linear serta melibatkan bentuk


dan proses yang rumit.

Terdapat beberapa jenis metode numerik seperti metode Euler, metode


Heun, dan metode Runge Kutta. Metode Euler adalah metode yang paling
sederhana untuk menyelesaikan persamaan diferensial biasa. Pengembangan
model ini terdapat pada metode Heun dengan meminimalisasi faktor error dari
metode Euler dengan cara memperhitungkan turunan sepanjang interval.
Selanjutnya, metode Runge Kutta mengusahakan derajat ketelitian yang lebih
tinggi dan menghindarkan kebutuhan mencari turunan yang lebih tinggi dengan
cara mengevaluasi fungsi f(x,y).

2.6 Mekanisme Adveksi

Terdapat banyak tipe gerak angkutan materi di dalam badan-badan air


alami. Energi angin dan gaya berat memberi gerakan pada air yang dapat
menyebabkan trejadinya proeses transport massa. Konteks gerakan dalam sistem
ini dapat dibagi menjadi dua yaitu, adveksi dan difusi.
Adveksi dihasilkan oleh aliran yang bersifat unidirectional dan tidak
mengubah identitas dari substansi yang dipindahkan. Adveksi membawa materi
dari satu posisi ke posisi lain di dalam ruang. Proses adveksi dapat dilihat pada
gambar 2.2. Besar nilai massa flux (J) suatu angkutan massa akibat adveksi secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut:

(2.3)

dimana:

J : massa flux (ML-2T-1)

u : kecepatan aliran (LT-1)

c : konsentrasi (ML-3)

Sedangkan, difusi mengacu pada pergerakan massa akibat gerakan


pencampuran air. Pada gambar 2.3 terlihat materi menyebar dan menipis
berdasarkan waktu, mengabaikan gerakan pusat massa. Dalam skala mikroskopis,
difusi molekuler dihasilkan dari gerak acak Brownian pada molekul air. Pada
skala yang lebih besar, gerak jenis yang sama dapat disebut difusi turbulen. Baik

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
17

gerak Brownian maupun difusi turbulen memiliki kecenderungan untuk


meminimalisir gradient yaitu, perbedaan konsentrasi dengan memindahkan massa
suatu materi dari daerah berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah.

Gambar 2.3. Transport massa dari tinta dalam ruang dan waktu melalui (a)
adveksi dan (b) difusi

Sumber: Chapra, 1997

Pembagian dua jenis gerakan adveksi dan difusi dipengaruhi oleh skala
kejadian yang dimodelkan. Sebagai contoh, gerakan air dalam sebuah estuary
dapat dikatagorekian sebagai adveksi secara primer dalam skala waktu yang
pendek, gerakan pasang surut air menyebabkan air bergerak unidirectional menuju
atau keluar dari estuary. Apabila masalah pemodelan fokus kepada efek polusi
bakteri dari peristiwa aliran hujan jangka pendek (short term storm water), maka
karakteristik perpindahan sebagai mekanisme adveksi. Dalam skala waktu yang
lebih lama, peristiwa pasang surut air akan menggerakkan air bolak-balik di dalam
sebuah trend yang membentuk siklus dapat dikatagorikan sebagai mekanisme
difusi. Dalam banyak kasus perpindahan, dapat dilakukan kombinasi dari
mekanisme adveksi dan difusi, kombinasi dilakukan tergantung kepada titik tekan
skala permasalahan yang ada (Chapra, 1997).

2.7 Keseimbangan Massa

Pada penelitian ini, model menggunakan persamaan dari sistem


Completely Stirred Tank Reactor (CSTR) yang memiliki beban (loading),
pengendapan (settling), inflow, dan mengeluarkan debit outflow. Sehingga,
keseimbangan massa dalam sistem CSTR dapat dituliskan sebagai berikut:

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
18

( ) (2.4)

2.7.1 Akumulasi

Akumulasi adalah perubahan massa terhadap waktu.

(2.5)

dimana,

: perubahan massa (M)

: perubahan waktu (T)

Massa berhubungan dengan konsentrasi, menurut raksi:

(2.6)

dimana,

V : volume sistem (L3)

Dengan demikian, persamaan tersebut dapat disubtitusikan menjadi:

(2.7)

Jika volume diasumsikan sebagai variabel tetap dan Δt dianggap sangat


kecil, maka persamaan menjadi:

(2.8)

2.7.2 Loading

Loading atau beban adalah massa dengan konsentrasi tertentu yang


masuk ke dalam sistem.

( ) (2.9)

dimana,

W(t) :kecepatan dari mass loading (MT-1) dan (t) mengindikasikan bahwa
loading merupakan fungsi dari waktu.

Selain itu, loading juga dapat dinyatakan sebagai:

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
19

( ) (2.10)

dimana,

Q : debit yang masuk ke dalam sistem (L3T-1)

cin(t) : konsentrasi rata-rata dari debit yang masuk tersebut (ML-3)

bila disubtitusikan persamaan (2.6) dan (2.7) akan menjadi:


( )
( ) (2.11)

2.7.3 Outflow

Outflow adalah massa yang keluar dari sistem. Massa tersebut dapat
dinyatakan dengan perkalian debit yang keluar Q dengan konsentrasinya cout. Bila
diasumsikan konsentrasi dalam sistem adalah sama, maka cout sama dengan cin.
Sehingga, persamaan outflow bisa dinyatakan dengan:

(2.12)

2.7.4 Pengendapan

Proses settling (pengendapan) dapat diformulasikan sebagai massa flux


yang melalui area permukaan dari sedimen air. Peristiwa ini disajikan secara
sederhana pada gambar 2.4, sedangkan rumusnya disajikan pada persamaan 2.13.

Gambar 2.4. Settling diformulasikan sebagai mass flux yang melewati permukaan
air

Sumber: Chapra, 1997

(2.13)

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
20

dimana,

: kecepatan settling (LT-1)

As : luas permukaan sedimen (L2)

c : konsentrasi (ML-1)

Oleh karena volume sama dengan perkalian antara kedalaman (H) dan
luas permukaan (As), maka persamaan 2.13 juga dapat ditulis ke dalam reaksi
orde satu sebagai:

(2.14)

dimana,

(2.15)

ks : orde pertama kecepatan settling konstan (T-1)

2.7.5 Penurunan Persamaan Mass balance

Sehingga, aliran dalam sebuah sistem berlaku hukum kekelan massa


sebagai berikut:

∫ ∫ ( ̅ ̅) (2.16)

dimana,

: control volume

:volume dari system yang terdiri dari sekelompok materi yang tetap

ρ : massajenisair

: volume

A : luas permukaan bidang

̅ : kecepatan fluida

̅ : bidang yang ditinjau

Formulasi persamaan kekekalan masa dalam bentuk differensial bisa


didapatkan dengan menerapkan persamaan integral kekekalan massa pada suatu

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
21

control volume yang cukup kecil dan diletakkan tidak menyentuh dinding
 
sehingga harga V  n di seluruh permukaannya tidak sama dengan nol. Sehingga,
persamaan 2.16 akan menjadi:

∫ ( ̅ ̅) (2.17)

dimana,

: perubahan massa terhadap waktu

Gambar 2.5. Control Volume

Sumber: olahan penulis

Selanjutnya, system yang ada pada persamaan 2.17 akan dijabarkan


dengan kondisi seperti pada gambar 2.5 dimana, terdapat inflow, outflow,
bebanyang masuk, dan settling. Sehingga, persamaan mass balance dari TSS pada
suatu aliran sungai, bentuk hukum kekekalan massa secara lebih lanjut dapat
dijabarkan sebagai berikut:

Akumulasi = beban – outflow – settling

Dalam suatu control volume, persamaan mass balance2.17dapat ditulis


secara matematis sebagai berikut:

( ) (2.18)
Dimana, , sehingga:
( )
( ) (2.19)

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
22

Volume yang dimaksud dalam persamaan tesebut adalah volume sistem


yang memenuhi ruang control volume, yang besarnya sama dengan volume dari
control volume itu sendiri, maka nilai bersifat konstan. Sehingga, persamaan
2.19 dapat dituliskan menjadi:

( ) (2.20)
Mass flux terlarut dalam arah sumbu-x yang diangkut melalui mekanisme
pembawa adveksi.Mekanisme adveksi dapat dikuantifikasikan sebagai berikut:
Transport mass flux dengan adveksi :

Gambar 2.6.Control Volume dengan mekanisme adveksi

Sumber: olahan penulis

Kedua ruas dalam persamaan 2.20 dikalikan dengan 1/V, sehingga


persamaan menjadi:
( )
(2.21)
Semua suku dalam mass balance diarahkan menjadi bentuk mass flux
dengan dimensi [ ], sehingga suku dari inflow dan outflow masing-masing
dikalikan dengan faktor dx, sehingga diperoleh:

( )

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
23

( )
[ ]

Faktor dx merupakan control panjang volume dalam arah sumbu-x atau


dapat disebut juga dengan interval jarak antara satu control volume dengan
control volume yang lain, sehingga mass balance suatu material terlarut dapat
dituliskan sebagai berikut:
( ) ( )
* + (2.22)
( ) ( )
(2.23)
Kedua ruas memiliki faktor panjang dx, maka faktor tersebut dapat
diabaikan. Sehingga, persamaan menjadi:
( ) ( )
(2.24)
Parameter adalahbesaran satuan yang konstan. Oleh karena itu dapat
dikeluarkan dari tanda kurung. Sehingga, persamaan menjadi:
( )
(2.25)
Persamaan yang diturunkan secara teoritis dari hukum kekekalan massa
menjadi bentuk persamaan 2.25 inilah yang disebut sebagai model adveksi. Model
dengan bentuk persamaan diferensial parsial tersebut merupakan persamaan
matematis yang akan diselesaikan dengan pendekatan numerik.

2.8 Model Plug Flow Reactor (PFR)

Model Completely Stirred Tank Reactor (CSTR) menjadi dasar untuk


pemodelan danau, sedangkan untuk pemodelan di sungai menggunakan model
Plug Flow Reactor(PFR). Plug flow dan mixed flow reactor memiliki bentuk
memanjang.
Keduanya diasumsikan tercampur sempurna searah sumbu lateral (y) dan
sumbu vertikal (z). Sehingga, fokus perhitungan dilakukan dengan variasi
longitudinal (x).

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
24

Konsentrasi awal (c0) pada model plug flow reactor dengan point source
adalah sebagai berikut:

(2.34)

dimana,

co : konsentrasi awal

Qr : debit upstream (sebelum outlet), (m3/hari)

Qw : debit air lindi, (m3/hari)

cr : konsentrasi TSS sebelum air lindi, (mg/L)

cw : konsentrasi TSS air lindi yang masuk ke badan sungai, (mg/L)

Gambar 2.7. Mass balance untuk Point Source yang Masuk ke Dalam Sistem Plug
Flow Reactor

Sumber: Chapra, (1997)

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Umum

Metode adalah suatu kerangka kerja untuk melakukan suatu tindakan


atau suatu kerangka berfikir menyusun gagasan, yang berurutan, berarah, dan
berkonteks, yang terpaut dengan maksud dan tujuan. Metode penelitian yang
akurat dapat memberikan alur cerita dari sebuah penelitian dengan baik.

3.2 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian menjelaskan tentang alur penelitian dari awal hingga


pengambilan kesimpulan. Kerangka penelitian membantu peneliti agar penelitian
dilakukan dengan akurat dan tidak keluar dari ruang lingkup. Selain itu, dengan
adanya kerangka penelitian yang dibuat, penelitian berjalan efektif dengan waktu
yang tesedia.Berikut adalah kerangka penelitan tugas akhir ini:

25 Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
26

Gambar 3.1. Kerangka Penelitian

Sumber: olahan penulis

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
27

Penelitian ini dimulai dengan menemukan masalah kemudian


merumuskan masalah tersebut. Perumusan masalah yang ditentukan dikaji lebih
lanjut dengan studi literatur dan pengecekan sampel awal sebagai pembanding
antara teori dengan kenyataan di lapangan. Berdasarkan studi literatur dan sampel
awal dapat dikembangkan pemodelan awal secara teoritis untuk mendapatkan
persamaan umum mass balance. Dalam persamaan umum mass balance
dimasukkan transport pencemar berupa mekanisme adveksi. Turunan rumus dari
mekanisme adveksi dijadikan sebagai governing equation. Selanjutnya, nilai Qw,
Qr, cw, dan cr diperoleh dari pengukuran lapangan, sedangkan nilai vs didapatkan
dari studi literatur. Selanjutnya, governing equationdiselesaikandengan
menggunakan metode finite difference dan menggunakan metode Runge katta.
Dengan mendapatkan persamaan dari metode finite differencedidapatkan grafik
antara konsentrasi dengan jarak.Dengan mendapatkan persamaan dari Runge
Kattadidapatkan grafik antara konsentrasi dengan waktu.Setelah mendapatkan
grafik, dilakukan pengambilan sampel untuk mendapatkan nilai konsentrasi total
suspended solids di lapangan. Nilai konsentrasi yang didapat dari model
matematis akan dibandingkan dengan hasil observasi. Kemudian, dilakukan
analisa dan kesimpulan.

3.3 Persiapan Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dataprimer yang


bersifat kuantitaif yang didapat dari sampling di lapangan dan uji laboratorium.
Data tersebut bersumber dari pengambilan sampel di outlet air lindi TPA
Cipayung dan sungai Pesanggrahan di bagian huluoutlet air lindi TPA Cipayung.
Uji kualitas air dilakukan di Laboratorium Teknik Penyehatan dan
Lingkungan Program Studi Teknik Lingkungan, Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Data yang diukur
adalah besaran konsentrasi TSS pada outlet pengolahan air lindi, debit air lindi,
debit sungai Pesanggrahan, konsentrasi TSS di sungai Pesanggrahan di huluoutlet
air lindi dan hilir outlet air lindi.

3.4 Waktu Penelitian

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
28

Penelitian dilakukan pada bulan November sampai Juni mulai dari masa
persiapan sampai pengambilan kesimpulan. Pada bulan November sampai
Desember merupakan masa awal penelitian dengan mencari literatur yang
berkaitan dengan tema penelitan. Pada bulan Januari sampai Maret adalah masa
penurunan rumus mass balance yang akan digunakan beserta pengembangan
modelnya. Bulan April sampai Juni adalah waktu untuk melakukan observasi dan
analisa.

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
29

Tabel 3.1. Tabel waktu penelitian

November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi
Literatur
Pengukuran
Sampel
Awal
Pengambilan
data primer
Pengolahan
Data
Penyusunan
Penyusunan Bab 1,2,3 Penyusunan Bab 4,5
Skripsi
Sumber: olahan penulis

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
30

3.5 Lokasi penelitian

Penelitian akan dilakukan di sepanjang sungai pesanggrahan di sekitar


outletair lindi TPA Cipayung, Depok, Jawa Barat. Pemilihan titik-titik
pengambilan sampel disesuaikan berdasarkan hasil pemodelan yang telah
dilakukan.Selain itu, Lokasi TPA Cipayung dipilih karena sebelumnya sudah ada
yang melakukan penelitian di tempat yang sama, sehingga memudahkan
perizinan.
Pengambilan sampel dilakukan pada jarak 2 meter, 4 meter, dan 6 meter
setelah outlet air lindi di sungai Pesanggrahan. Pengambilan sampel menggunakan
∆t 2 detik dan 6 detik. Berikut ini adalah gambar lokasi pengambilan sampel di
sungai Pesanggrahan:

Gambar 3.2. Lokasi Penelitian


Sumber: penulis

C1, C2, dan C3 adalah lokasi penelitian berturut-turut dengan jarak 2


meter, 4 meter, dan 6 meter dari outlet air lindi. Untuk pengukuran debit air lindi,
pengukuran dilakukan di saluran outlet air lindi. Untuk pengukuran debit sungai
dilakukan di sungai Pesanggrahan bagian hulu dari outlet air lindi yang memiliki
karakteristik tidak berkelok. Untuk pengukuran konsentrasi TSS sungai

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
31

Pesanggrahan sebagai nilai co dilakukan di sungai Pesanggrahan bagian hulu dari


outlet air lindi.

3.6 Pengambilan Data Sampel

Setelah mendapatkan turunan persamaan numerik dengan menggunakan


metodefinitedifference danRunge Kutta, selanjutnya dibutuhkan data awal sebagai
input dalam menyelesaiakan pemodelan yang sudah dibuat. Data yang dibutuhkan
adalah:

a. Qw sebagai debit yang akan melewati outlet


b. Qr sebagai debit sungai di sebelah hulu outlet
c. cw sebagai konsentrasi air lindi yang keluar dari outlet
d. k sebagai decay rate (koefisien penurunan konsentrasi)

Setelah solusi numerik berhasil diselesaikan, akan dilakukan


pengambilan sampel pada jarak 2 meter, 4 meter, dan 6 meter dari outlet air lindi
(∆x= 2meter). Parameter yang akan diukur adalah konsentrasi TSS. Nilai
konsentrasi TSS ini akan dijadikan sebagai bahan pembanding nilai TSS hasil
perhitungan secara solusi numerik yang telah diselesaikan.

3.7 Peralatan dan Bahan Penelitian

Peralatan dan bahan penelitian yang digunakan untuk mengukur


konsentrasi TSS adalah sebagai berikut:

1. Desikator
2. Oven dengan suhu 105oC
3. Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg
4. Pengaduk
5. Pipet volum
6. Gelas ukur
7. Cawan porselen
8. Pengaduk magnetik
9. Penjepit
10. Stopwatch
11. Pompa vakum

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
32

12. Kertas saring


13. Air suling

Peralatan penelitian yang digunakan untuk mengukur debit sungai adalah


sebagai berikut:

1. Pelampung
2. Stopwatch
3. Alat ukur kedalaman sungai
4. Alat ukur lebar sungai
5. Current meter
6. Roll meter

Peralatan penelitian yang digunakan untuk mengukur debit air lindi


adalah sebagai berikut:

1. Pelampung
2. Stopwatch
3. Roll meter

Peralatan yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah:

1. Perahu karet
2. Alat pengambil sampel
3. Ice box
4. Botol tempat sampel

3.8 Metode Pengukuran

Pada bagian ini akan dibahas metode dari masing-masing pengukuran


yang dilakukan.

3.8.1 Metode pengukuran konsentrasi TSS

Berdasarkan SNI 06-6989. 3-2004 tentang air dan air limbah– bagian
3:cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara
gravimetri, menyatakan bahwa sebelum melakukan prosedur pengukuran, terlebih
dahulu dilakukan persiapan penelitian. Berikut adalah prosedur persiapan
penelitian pengukuran TSS:

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
33

a. Kertas saringdiletakkan pada peralatan filtrasi. Vakum dan wadah pencuci


dipasang dengan air suling berlebih 20 mL. Vakum dinyalakan untuk
menyedotdengan tujuan menghilangkan semua sisa air. Selanjutnya, vakum
dimatikan, dan menghentikan pencucian.
b. Kertas saring dipindahkan dari peralatan filtrasi ke cawan Gooch agar dapat
langsung dikeringkan.
c. Kertas saring dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam, dan
selanjutnya, kertas saring didinginkan dalam desikator kemudian timbang.

Setelah persiapan selesai, selanjutnya adalah pengukuran konsentrasi


TSS. Berikut adalah prosedur pengukuran konsentrasi TSS:

a) Kertas saring diletakkan pada peralatan filtrasi. Selanjutnya. dilakukan


penyaringan dengan peralatan vakum. Sebelum sampel dituang, kertas
saring dibasahi dengan sedikit air suling.
b) Sampel uji diaduk telebih dahulu dengan pengaduk magnetik untuk
memperoleh contoh uji yang lebih homogen.
c) Setelah homogen, sampel dipipet dengan volume tertentu pada waktu
sampel diaduk dengan pengaduk magnetik.
d) Kertas saring dicuci terlebih dahulu dengan 3 x 10 mL air suling,
kemudian dibiarkan agar kering sempurna, dan sampel yang sudah siap
disaring dengan vakum selama 3 menit agar diperoleh penyaringan
sempurna. Sampel uji dengan padatan terlarut yang tinggi memerlukan
pencucian tambahan.
e) Kertas saring dipindahkan secara hati-hati dari peralatan penyaring ke
wadah timbang aluminium sebagai penyangga. Jika digunakan cawan
Gooch, cawan dipindahkan dari rangkaian alatnya.
f) Kemudian, kertas saring dikeringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu
105oC.Selanjutnya, didinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan
suhu dan timbang.

3.8.2 Metode Pengukuran Debit

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
34

Metode pengukuran debit ini berdasarkan pada SNI 03-2820-1992


tentang metode pengukuran debit sungai dan saluran terbuka dengan pelampung
permukaan. Berikut adalah prosedur pengukuran debit di saluran air lindi:

a. Pertama-tama adalah menentukan panjang sungai yang akan diukur


kecepatan arusnya.
b. Kemudian, mengukur waktu yang digunakan untuk menempuh jarak yang
telah ditentukan dengan menggunakan pelampung.
c. Selanjutnya, menghitung keliling basah dari sungai.
d. Lalu, memasukkan data-data yang diperoleh ke dalam rumus dan
.

3.9 Analisa Data

Analisa data merupakan pengolahan data dari pengukuran sampel yang


sudah dilakukan. Pengolahan data dilakukan dengan memasukkan rumus yang
sudah ditetapkan sehingga mendapatkan angka yang diinginkan.

a. Pengolahan TSS

Perhitungan untuk mendapatkan konsentrasi TSS adalah:


( )
(3.1)

dimana,

A : berat kertas saring + residu kering, (mg)


B : berat kertas saring, (mg)

b. Pengolahan Debit

Perhitungan untuk mendapatkan debit air adalah:

(3.2)

dimana,

Q : debit air, (m3/detik)

U : kecepatan arus/aliran, (m/detik)

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
35

A : luas penampang basah sungai, (m2)

K : koefisien pelampung

Untuk mencari nilai koefisien pelampung, digunakan perhitungan


sebagai berikut:

((√ ) ) (3.3)

dimana,

K : koefisien pelampung

: kedalaman pelampung yang tenggelam/kedalaman air

Gambar 3.3. Mengukur Debit Air Sungai Dengan Metode Pelampung

Sumber: SNI 03-2820-1992

3.10Metode Beda Hingga (Finite Difference)

Finite difference adalah ekspresi matematika dalam bentuk ( )


( ). Metode finite difference merupakan metode klasik yang dipergunakan
sebagai pendekatan dalam menghitung turunan numerik dalam menyelesaikan

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
36

suatu pemodelan yang memiliki bentuk persamaan diferensial. Metode beda


hingga dapat diturunkan dengan dua cara, yaitu dengan deret taylor dan dengan
hampiran polinom interpolasi. Kedua cara tersebut menghasilkan rumus beda
hingga yang sama. Pada penulisan skripsi ini, penurunan rumus beda hingga tidak
dibahas karena yang menjadi fokus pembahasan adalah aplikasi metode tersebut
pada model adveksi dengan proses diskritisasinya.
Pendekatan turunan yang digunakan dalam metode beda hingga memiliki
peranan yang penting dalam menemukan solusi numerik persamaan differensial,
terutama masalah nilai batas (William, 1997).
Prinsip dari metode beda hingga adalah turunan dalam persamaan
diferensial parsial yang didekati oleh kombinasi linier dari nilai fungsi pada titik-
titik grid. (Zhilin, 2005).
Skema berikut ini menunjukkan konversi dari lapisan planar satu dimensi
seragam planar bahan menjadi representasi elemen volume hingga dengan setiap
panjang unit elemen Dx.

P1 P1 P1 Pi-1 Pi Pi+1 Pn-1 Pn

1 2 3 i-1 i i+1 n-1 n

Gambar 3.4. Skema metode beda hingga

Sumber: Zhilin li, 2005

Pada gambar 3.4 terlihat pembagian planar menjadi 3 bagian kecil, yaitu
i-1, i, i+1. Pembagian kecil ini merupakan bagian penyederhanaan dari suatu
sistem palanar agar lebih mudah melakukan pendekatan untuk mengetahui nilai
yang ada pada setiap bagian-bagian di dalam planar tersebut. i-1 adalah bagian
planar pada ruas sebelum yang akan ditinjau. i adalah bagian planar pada ruas
yang akan ditinjau. i+1 adalah bagian planar pada ruas selanjutnya pada bagian
yang akan ditinjau.

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
37

Untuk suatu fungsi f (x,y) yang terdefinisi pada suatu selang tertutup
[ ], terdapat tiga pendekatan metode beda hingga dalam menghitung turunan
numerik. Pendekatan yang dilakukan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Forward difference approximation (pendekatan selisih maju)
Turunan pertama :
( ) ( )
(3.4)

Turunan kedua :
( ) ( ) ( )
(3.5)

2. Backward difference approximation (pendekatan selisih mundur)


Turunan pertama:
( ) ( )
(3.6)

Turunan kedua:

( ) ( ) ( )
(3.7)

3. Center difference approximation (pendekatan selisih pusat)


Turunan pertama :
( ) ( )
(3.8)

Turunan kedua :
( ) ( ) ( )
(3.9)

3.11Metode Runge Kutta orde 4

Metode Runge Kutta adalah bagian dari metode numerik yang digunakan
dalam pemodelan kualitas air. Metode Runge Kuttamemiliki rumus umum sebagai
berikut:

(3.10)
dimana,
atau kemiringan
Metode Runge Kuttamemiliki derajat ketelitian yang lebih tinggi. Untuk
suatu fungsi f(c,t) yang memiliki nilai awal dan terdefinisi pada suatu selang

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
38

tertutup, perumusan yang baku dalam metode Runge Kutta orde empat dapat
dirumuskan sebagai berikut:

* ( )+ (3.11)
Dimana,

( ) (3.12)
( ) (3.13)

( ) (3.14)
( ) (3.15)
Fungsi tersebut untuk menyelesaikan persamaan diferensial yang memuat
nilai t dan c. Metode Runge Kutta sama dengan pendekatan metode Heun dalam
estimasi slope berkali-kali yang dikembangkan pada perubahan rata-rata slope
dalam interval (Chapra, 1997).

3.12Pengembangan Model

Model yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah model aliran


fluida di sungai. Pada penelitian ini pemodelan di sungai menggunakan bentuk
persamaanCompletely Stirred Tank Reactor (CSTR). Pengembangan numerik
diturunkan dari persamaan mass balance ke dalam bentuk Completely Stirred
Tank Reactor. Beban pencemar dari air lindi TPA Cipayung berjenis point source
dengan sifat berupa step loading (pembebanan yang konstan). Persaman dasar
yang sudahdidapat, kemudian diturunkan menggunakan metode beda hingga
(finite difference) untuk mendapatkan perubahan konsentrasi berdasarkan jarak.
Selanjutnya, persamaan dasar juga diselesaikan dengan metode Runge Kutta
untuk mendapatkan rumus numerik perubahan konsentrasi berdasarkan waktu.
Turunan persamaan mass balance pada rumus (2.25) adalah sebagai
berikut:
( )
(2.25)
Penggunaan jenis rumus pendekatan di dalam metode finite difference
didasarkan pada kemudahan penurunan rumus yang dilakukan, posisi nilai yang
ingin diketahui dan ketersediaan data. Pada skripsi kali ini, jenis rumus finite
difference yang digunakan adalah backward difference approximation. Pemilihan

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
39

jenis rumus ini karena data yang tersedia meliputi data konsentrasi sungai
sebelum ruas pertama dan nilai yang ingin diketahui adalah konsentrasi pada ruas
pertama dan ruas berikutnya.
Lalu, governing equationyang diturunkan menggunakan persamaan finite
differencedengan jenisbackward differenceapproximation akan menjadi:

( ) (3.16)
3.12.1 Kondisi Steady State

Kondisi steady state adalah kondisi dimana suatu keadaan tersebut stabil,
tidak lagi terpengaruh dengan konsentrasi yang berada di luar lingkungan
(Syfa’at, 2010).
Pada literatur lain disebutkan bahwa kondisi steady state adalah kondisi
dimana variabel tidak berubah menurut waktu yang ada hanya aliran bersih dari
massa yang melintasi batasan-batasan dengan jarak. Dengan kata lain perubahan

konsentrasi terhadap waktu sama dengan nol ( ) (Chapra, 1997).

Persamaan mass balance yang telah diturunkan dengan finite difference

(persamaan 3.16) dirubah menjadi kondisi steady state, dimana . Sehingga,

persamaannya akan menjadi:

( ) (3.17)
Persamaan 3.17 disederhanakan untuk mendapat perubahan konsentrasi
terhadap jarak. Persamaannya menjadi:
( )

(3.18)

dimana,
: konsentrasi TSS ruas, (mg/L)
( ) : beban yang berasal dari outlet air lindi, (mg/L)
: volume setiap ruas sungai, (m3)
u : kecepatan sungai arah sumbu-x, (m/hari)
: konsentrasi TSS ruas sungai sebelumnya, (mg/L)
: panjang ruas sungai, (m)

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
40

: kecepatan mengendap, (m/hari)


: luas permukaan ruas sungai, (m2)
Dengan perumusan yang telah disederhanakan, masing-masing ruas
sungai dapat ditentukan besar konsentrasi yang terjadi. Dari rumus turunan yang
didapat akan terbentuk suatu grafik antara ruas sungai atau jarak (sumbu-x)
dengan konsentrasi (sumbu-y). Data yang didapat akan berbentuk seperti pada
tabel berikut:

Tabel 3.2. Data perhitungan numerik kondisi steady state

x (m) x0 Ruas 1 Ruas 2 Ruas 3 Ruas 4 Ruas 5 Ruas 10

c
c0 c1 c2 c3 c4 c5 c10
(mg/L)

dimana,

x : jarak pengukuran di sungai, m

c : konsentrasi, mg/L

3.12.2 Kondisi Unsteady State

Kondisi unsteady state adalah kondisi dimana konsentrasi berubah


menurut waktu. Perubahan ini akan menyebabkan konsentrasi bersifat fluktuatif

(tidak stabil) atau (chapra, 1997).

Definisi lain menyebutkan bahwa, kondisi unsteady adalah kondisi


dimana unit proses tidak bekerja pada kondisi seimbang dan kondisi proses seperti
suhu, tekanan, dan debit bekerja secara fluktuatif (Richard, 2011).
Menurut Richard, 2011, desain proses harus mempertimbangkan kondisi
bekerja pada saat unsteady dimana proses akan selalu berubah-ubah. Di dalam
dunia teknik kimia, gagasan tentang pengoperasian suatu reaktor pada kondisi
unsteady dengan berbagai variasi proses telah lama dianjurkan (Douglas and
Rippin, 1966).

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
41

Metode numerik yang digunakan adalah metode Runge Kutta orde 4.


Penggunaan metode Runge Kutta orde 4 akan menghasilkan nilai error yang kecil.
Hal ini disebabkan karena slope yang digunakan dalam metode Runge kutta
memiliki 4 nilai slope untuk setiap fungsinya. Sehingga, nilai yang dihasilkan
akan mendekati dengan nilai aslinya.
Berikut ini adalah hasil penurunan mass balancebackward difference
dengan menggunakan metode Runge Kutta orde empat:

*( ) + (3.19)

*( )( ( ))+ (3.20)

*( )( ( ))+ (3.21)

*( )( )+ (3.22)

Selanjutnya, nilai dari masing-masing k dimasukkan ke dalam


persamaan:

* ( )+ (3.23)

Dengan perumusan yang telah disederhanakan, masing-masing ruas


dapat ditentukan besar konsentrasi yang terjadi. Dari rumus turunan yang didapat
akan terbentuk suatu grafik antara ∆t atau perubahan waktu (sumbu-x) dengan
konsentrasi (sumbu-y). Data yang didapat akan berbentuk seperti pada tabel
berikut:

Tabel 3.3. Contoh data perhitungan numerik kondisi unsteady state setiap ruas

∆t
0 1 2 3 4 5 n
(hari)

c
c0 c1 c2 c3 c4 c5 cn
(mg/L)

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
BAB 4
GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI

4.1 Tempat Pembuangan Akhir Cipayung, Depok

TPA Cipayung terletak pada Kelurahan Cipayung, Kecamatan Pancoran


Mas, Kota Depok, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara :Pemukiman Kampung Bulak, Kelurahan Cipayung


b. Sebelah Selatan : Sungai Pesanggarahan, Kelurahan Pasir Putih
c. Sebelah Timur : Kebun campuran di Kampung Bulak
d. Sebelah Barat : Kebun campuran, Sungai Pesanggrahan

TPA Cipayung dioperasionalkan sejak tahun 1992 dengan sistem open


dumping pada areal seluas 2,5 ha. Dikarenakan semakin meningkatnya volume
sampah di Kota Depok, TPA Cipayung diperluas kembali hingga 10,6 ha dengan
kapasitas direncanakan sekitar 4.000.000 m3timbulan sampah. Sistem
pembuangan sampah ditingkatkan dari semula open dumping menjadi controlled
landfill.Infrastruktur TPA Cipayung yang ada meliputi:

1. Permukaan landfill
Struktur tanah di lokasi TPA Cipayung sebagian besar berupa tanah liat
yang mempunyai permeabilitas 10-7 cm/dt, sehingga tidak diperlukan
pelapisan kembali. Fungsi lapisan tersebut untuk menahan rembesan air
lindi ke dalam tanah.
2. Pipa air lindi
Pipa air lindi pada lahan urug telah terpasang, yang berfungsi untuk
mengalirkan air lindi menuju bangunan pengolahan. Pipa penyalur lindi
dipasang di atas permukaan geomembran.
3. Pipa Gas
Pada lahan urug/landfill dipasang pipa gas setiap radius 50 m. Fungsi
dari pipa gas ini adalah untuk mengalirkan gas yang terbentuk dari hasil
dekomposisi sampah organik dan mencegah terakumulasi gas di dalam
landfill karena akan menimbulkan ledakan atau hal -hal lain yang tidak
diinginkan seperti kebakaran.

42 Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
43

4. Drainase saluran pengering di TPA


a. Drainase lindi, terdapat di sepanjang pinggir landfill dan mengalir
ke kolam lindi.
b. Drainase air hujan, terdapat dipinggir jalan akses dan drainase
sementara pada lahan landfill diarahkan ke bak pengumpul.
5. Kolam Lindi
Kolam lindi merupakan tempat penampungan lindi dari seluruh area
landfill. Di kolam tersebut lindi diolah dengan tujuan untuk megurangi
konsentrasi pencemaran dalam leachate sampai ke tingkat yang aman
untuk dibuang ke badan air terdekat yaitu Sungai Pesanggrahan. Standar
efluen dari bangunan instalasi pengolahan leachate dibuang/dialirkan ke
badan air penerima. Sistem pengolahan leachate dibuat dengan maksud
mengurangi zat pencemar dalam leachate, tanpa menggunakan
peralatan yang memerlukan investasi tinggi serta pengoperasian dan
perawatan yang rumit. Sistem pengolahan yang diterapkan adalah dengan
menggunakan kol am stabilisasi yang terdiri atas kolam anaerobik, kolam
fakultatif, dan kolam maturasi/ pematangan.
6. Fasilitas Jalan
Jalan satu arah menuju lahan TPA.
7. Fasilitas Alat Berat
Pada saat ini Kota Depok mempunyai 2 buah buldozer.
8. Kantor
Bangunan yang diperuntukkan sebagai tempat kegiatan petugas TPA.
a. Gudang
Bangunan yang diperuntukkan untuk menyimpan peralatan dan
bahan-bahan untuk pengoperasian TPA.
b. Rumah Jaga
Berfungsi sebagai tempat petugas jaga yang bertugas mengawasi
kegiatan di TPA.
c. Tempat cuci mobil

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
44

Fasilitas penunjang di TPA, berfungsi untuk melakukan


pencucian kendaraan operasional angkutan sampah dan juga
kendaraan operasional kantor.
d. Tempat parkir
Suatu area yang dipergunakan untuk memarkirkan kendaraan,
baik itu kendaraan operasional kantor maupun kendaraan
operasional angkutan sampah.

Kegiatan operasional di TPA Cipayung tidak berbeda dengan TPA


lainnya, mulai dari penerimaan dan pendataan sampah hingga pengolahan lindi.
Kegiatan penerimaan dan pendataan sampah diperlukan untuk mengevaluasi dan
merencanakan pengembangan TPA. Pengukuran dapat dilakukan secara manual
dengan cara mengukur ketinggian muatan sampah dalam kendaraan pengangkut.
Data pengukuran selanjutnya dicatat oleh petugas dan dibukukan. Pencatatan
disusun dalam bentuk tabulasi, meliputi: hari, bulan/tanggal/tahun, jam
kedatangan, jam pergi, nomor polisi truk, dan volume sampah. Sampah-sampah
yang didatangkan tersebut ditimbun dalam ketentuan rentang waktu puluk 07.00
s.d 17.00.

Gambar 4.1. Tempat pembuangan sampah Cipayung, Depok

Sumber: google earth, 2010

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
45

Di TPA Cipayung, penggusuran dilakukan dengan menggunakan


buldozer. Pola penggusuran sampah sangat dipengaruhi kondisi cuaca, seperti
penggusuran pada musim kemarau dan musim hujan. Penggusuran sampah pada
musim kemarau dilakukan pada dasar landfill, sehingga alat berat bekerja lebih
optimal. Penggusuran sampah pada musim hujan dapat dilakukan dari atas
timbunan sampah. Alat berat hanya dapat bekerja dari atas timbunan sampah
sehingga pemadatan tidak optimal.
Kemudian dilakukan perataan dan pemadatan sampah dilakukan dengan
menggunakan alat berat yaitu truk loader. Perataan dan pemadatan sampah yang
dilakukan adalah:

a. Dilakukan lapis demi lapis, setiap lapis diratakan sampai setebal 20-60
cm dengan cara mengatur ketinggian blade alat berat.
b. Pemadatan sampah yang telah rata dilakukan dengan menggilas 3 -5 kali.
c. Perataan dan pemadatan dilakukan sampai ketebalan sampah 1,5 m.

Perataan diulangi untuk bongkaran sampah berikutnya. Sampah


disebarkan keseluruh permukaan sel dengan ketebalan yang sama. Setelah seluruh
sel tertutup dengan lapisan sampah dan telah dipadatkan, maka pemadatan
dilanjutkan ke sel berikutnya.
Di lokasi TPA, tanah penutup dibutuhkan untuk mencegah timbulnya
bau, sampah berserakan, bahaya kebakaran, berkembangbiaknya lalat atau
binatang pengerat dan mengurangi timbulan lindi serta untuk penstabilan
timbunan sampah. Proses penutupan sampah akan dilakukan dengan
menggunakan alat berat dengan cara meratakan dan pemadatan dengan tanah
penutup. Penutupan dilakukan dengan meratakan tanah setebal 25 cm di atas
permukaan sel sampah, kemudian dilakukan penggilasan 2-3 kali lintasan hingga
menjadi padat atau mencapai ketebalan 20 cm dengan kemiringan tanah pada
sisi-sisi lahan TPA tidak lebih dari 30o. Untuk meninjang kegiatan ini, diperlukan
bulldozer, dump truck dan peralatan khusus.
Peralatan khusus di TPA Cipayung ini antara lain:

1. Pemadaman kebakaran, yang berfungsi untuk pengendalian kebakaran


pada lahan timbunan sampah.

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
46

2. Kendaraan tangki penyiram air, yang berfungsi untuk penyiraman lahan


TPA yang belum tertimbun sampah pada saat musim kemarau sehingga
tidak menimbulkan retakan tanah.
3. Pipa penangkap gas
Berfungsi menyalurkan gas yang terbentuk dalam timbunan sampah
akibat proses degradasi sampah. Sistem pengendalian gas menggunakan
sistem perpipaan.Pengoperasian pipa gas dilakukan dengan casing
berdiameter 30 cm yang dipasang pada pipa gas dan dimasukkan kerikil
berdiameter 3-5 cm, setelah itu sampah disebar dan dipadatkan di sekitar
selubung pipa hingga lapis pertama. Setelah selesai lapis pertama casing
tersebut diangkat untuk tahap selanjutnya dilakukan secara berulang
ulang.

Terdapat pula instalasi pengolahan lindi di TPA Cipayung. Tujuan dan


sasaran pengoperasian kolam lindi adalah untuk mengurangi polutan-polutan
pencemar yang terkandung dalam lindi, sehingga tidak menimbulkan dampak
terhadap lingkungan. Kualitas lindi diperiksa di laboratorium setiap beberapa
bulan sekali. Titik pengambilan contoh meliputi:

1. Outlet dari lahan timbunan sampah


2. Outlet dari kolam anaerob
3. Outlet dari kolam fakultatif
4. Outlet dari kolam maturasi

4.2 Sungai Pesanggrahan

Menurut UU No.7 tentang Sumber Daya Air, Daerah aliran sungai


merupakan suatu megasistem kompleks yang dibangun atas sistem fisik (physical
systems), sistem biologis (biological systems) dan sistem manusia (human
systems) DAS sering didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan
satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke
danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis
dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas
daratan.

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
47

Secara umum sungai-sungai di Kota Depok termasuk kedalam dua


Satuan Wilayah Sungai besar, yaitu sungai Ciliwung dan Cisadane. Selanjutnya
sungai-sungai tersebut dibagi menjadi 13 Satuan Wilayah Aliran Sungai, yaitu
sungai Ciliwung, Kali Baru, Pesanggrahan, Angke, Sugutamu, Cipinang,
Cijantung, Sunter, Krukut, Saluran Cabang Barat, Saluran Cabang Tengah dan
sungai Caringin.
DAS Pesanggrahan bentuknya memanjang dan ramping. Bagian hulu
lebih runcing dan melebar menuju bagian tengah kemudian menyempit dan
melebar kembali menuju hilir. Bagian hilir bentuknya lebih oval dan lebih luas
dibandingkan bagian hulu dan tengah. Hulu DAS Pesanggrahan terletak di
perumahan Budi Agung, Tanah Sareal Kota Bogor dan bagian hilirnya bertemu
dengan saluran Cengkareng Drain. Luas kawasan DAS ini ±17.737 Ha.
Sungai Pesanggrahan memiliki hilir di DKI Jakarta. Menurut SK
gubernur DKI Jakarta nomor 582 tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan
Baku Mutu Air Sungai atau Badan Air serta Baku Limbah Cair di Wilayah
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sungai Pesanggrahan termasuk sungai golongan
III dengan peruntukan sebagai pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air
untuk mengairi pertanaman, dan atau untuk peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Berikut ini adalah tabel kualitas TSS untuk masing-masing kelas sungai
menurut PPNo. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air:

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
48

Tabel 4.1. Kriteria mutu air paramete TSS berdasarkan kelas

KELAS
PARAMETER SATUAN KETERANGAN
I II III IV
FISIKA
Deviasi
o Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi
Temperatur C Temperatur dari
3 3 3 5
keadaan alamiah
Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000

Bagi Pengolahan
air minum secara
Residu
mg/L 50 50 400 400 konvensional,
Tersuspensi
residu tersuspensi
≤ 5000 mg/L
Sumber: PP NO. 82 tahun 2001

Tipe penutupan lahan di DAS Pesanggrahan lebih di dominasi oleh lahan


terbangun (± 60%). Daerah pemukiman lebih banyak di temukan di bagian tengah
sampai hilir. Diantara lahan terbangun yang ada daerah Bogor, yaitu Bojong
Gede, Cilebut, Depok, Sawangan, Pondok Cabe, Kebayoran Lama, Cileduk,
Kebon Jerung dan Srengseng di Jakarta Barat. Pemukiman padat paling banyak
ditemukan kurang lebih 38,43% dari luasan DAS adalah daerah pemukiman padat
yang tersebar paling banyak di daerah hilir, khusunya disekitar Kebayoran lama,
Kedoya dan kebon jeruk di jakarta Barat.Berdasarkan hasil analisis hanya terdapat
Kurang lebih 7% Kawasan hijau hanya sebagian kecil berada di bagian hilir dan
sebarannya tidak merata termasuk hutan kota di Srengseng Jakarta Barat.

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
49

Gambar 4.2. Persentase Penutupan Lahan di DAS Pesanggrahan

Sumber: RTRW Kota Depok, 2000

Sungai Pesnggrahan merupakan sumber daya air terpenting untuk


Sawangan dengan kondisi air berwarna coklat bercampur lumpur dankotoran.
Sungai ini mempunyai fluktuasi yang tinggi antara musim hujan dan musim
kemarau. Bahkan pada musim hujan sering menimbulkan banjir setempat.
Berdasarkan data debit dari Balitbang PU, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pengairan Bandung antara 1992 – 1996 statistik pengukuran Sawangan debit
minimum adalah Qmin =350 L/detik (sumber RTRW Kota Depok tahun 2000).
Untuk menghitung karakteristik infiltrasi tanah U.S. Soil Conservation
Service membagi tanah ke dalam empat Soil Hidrological Group, yang
didefinisikan sebagai berikut:

a. Grup A : potensi run-off rendah, tanah mempunyai laju transmisi air tinggi
(laju infiltrasi final lebih besar 0,72 cm/jam), tekstur berpasir.
b. Grup B : tanah mempunyai laju transmisi air tergolong sedang (laju infiltrasi
final antara 0,72 – 0.36 cm/jam), tekstur lempung berpasir.

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
50

c. Grup C : tanah mempunyai laju transmisi air tergolong lambat (laju infiltrasi
final antara 0,36-0,12 cm/jam), lempung berliat, lempung berpasir dangkal,
tanah berkadar bahan organik rendah, dan tanah–tanah berkadar liat tinggi.
d. Grup D : potensi run-off tinggi, tanah mempunyai laju transmisi air
tergolong sangat rendah (laju infiltrasi final lebih kecil 0,12 cm/jam), tanah-
tanah yang mengembang secara nyata jika basah, liat berat, dan plastis.

Pada sungai Pesanggrahan ini pembagian Soil Hidrological Group (SHG)


adalah sebagai berikut:
Grup A :-
Grup B : 1.840 Ha
Grup C : 14.987 Ha
Grup D : 909 Ha

Soil Hidrological Group di daerah kajian didominasi oleh grup C.


Namun bagian hilir DAS kajian termasuk dalam Group D, di mana daerah ini
memiliki potensi limpasan permukaan yang tinggi atau potensi transmisi air ke
dalam tanah sangat rendah.

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
BAB 5
ANALISA SIMULASI MODEL DENGAN SPREEDSHET

5.1 Tinjauan Umum

Untuk melakukan simulasi pada model, diperlukan beberapa parameter


awal yang perlu diketahui seperti, data karakteristik sungai Pesanggrahan yang
dimodelkan, kecepatan sungai Pesanggrahan, besar pembebanan pencemar, serta
konstanta yang menyertai mekanisme yang terjadi di dalam sungai, seperti nilai
koefisien reaksi apabila terjadi reaksi kimia dan nilai kecepatan pengendapan
apabila terjadi mekanisme pengendapan. Selain itu, diperlukan juga data input
berupa data hipotetik yang meliputi data hidrolika sungai yang dimodelkan yaitu,
nilai initial conditiondan boundary condition dari pencemar.

5.2 Skenario Proses Simulasi

Skenario dilakukan untuk menguji model yang telah dibuat dengan


memperhatikan karakteristik formulasi numerik yang dibentuk dalam permodelan
sungai Pesanggrahan. Dalam merekayasa suatu skenario secara spesifik untuk
dimasukkan kedalam simulasi formulasi numerik, pertama-tama harus
diidentifikasi jenis dan jumlah data input berupa parameter yang diperlukan dalam
melakukan running simulasi pemodelan yang telah dibuat. Dan juga, karakteristik
formulasi numerik pada model adveksi pencemar total suspended solid di sungai
Pesanggrahan sebagai berikut:

a. Model bersifat satu dimensi yaitu, dalam arah sumbu-x. Aliran air akan
didekati dengan jenis aliran air satu dimensi (one dimensional flows).
b. Aliran yang disimulasikan bersifat steady uniform yaitu, kecepatan aliran
konstan terhadap waktu (dv/dt=0), tidak tidak terjadi perubahan distribusi
kecepatan aliran, dan massa jenis air tidak berubah,
c. Model ini tidak mengakomodasi badan air dengan percabangan. Badan air
yang akan disimulasikan tidak memiliki anak sungai maupun bentuki
percabangan lainnya.
d. Mekanisme yang diperhitungkan adalah mekanisme adveksi dan mekanisme
settling.

51 Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
52

e. Beban yang dimasukkan ke dalam model berbentuk point-source yang


berasal dari pengolahan air lindi Tempat Pembuangan Akhir Cipayung,
Depok ke sungai Pesanggrahan. Beban yang berbentuk non-point source
tidak diakomodasikan dalam pengembangan model matematis.
f. Tidak terdapat mekanisme masuknya beban disepanjang badan sungai yang
disimulasikan, baik point-source maupun non-point source.

Skenario yang telah dibuat kemudian dimasukkan kedalam bahasa


model, selanjutnya memasukkan data parameter awal yang dibutuhkan kedalam
spreadsheet dan menjalankan model hingga didapatkan hasil berupa grafik.
Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan nilai konsentrasi
pencemar menurut jarak dan waktu berdasarkan sebaran beban di salah satu sel
yang diberikan beban secara konstan terhadap waktu. Simulasi ini dilakukan
untuk membuat model yang sesuai dengan teori.
Setelah mendapatkan model yang sesuai dengan teori, selanjutnya
dilakukan simulasi kedua untuk mengetahui nilai konsentrasi menurut jarak dan
waktu berdasarkan hasil observasi. Hasil dari simulasi kedua dibandingkan
nilainya dengan hasil dari observasi.

5.3 Skenario Sungai Pesanggrahan

Untuk melakukan pemodelan, sungai Pesanggrahan didiskritasikan


menjadi ruas-ruas yang lebih kecil. Pembagian ruas ini berdasarkan jarak dari
outlet air lindi yang masuk. Pembagian ruas dimaksudkan untuk mempermudah
perhitungan konsentrasi pada titik yang ingin diketahui. Dalam pemodelan ini,
sungai Pesanggrahan akan didiskritasi menjadi 10 ruas. Berikut ini adalah gambar
skenario sungai pesanggrahan menjadi 10 ruas:

Beban (Air Lindi)


(W)

x0 x1 x2 x3 ... x10

Gambar 5.1. Skema diskritisasi jarak pada ruas sungai

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
53

Sumber: olahan penulis

Panjang dari masing-masing ruas menggambarkan dimensi dari variasi


gerak hidrauliknya, misalnya panjang dan tinggi gelombang tunggal, dimensi dari
sel yang bergerak secara turbulent, serta panjang masing-masing sel, dan juga
kedalaman untuk sungai tersebut. Skala waktu menggambarkan masa karakteristik
masing-masing fitur dan kecepatan khas atau rentang kecepatan yang terkait
dengan gerakannya (Cullough, 2001).
Berikut ini adalah karakteristik sungai Pesanggrahan yang akan dijadikan
sebagai badan air penerima pada simulasi pertama:

Tabel 5.1. Karakteristik sungai Pesanggrahanuntuk simulasi petama dengan ∆x=


25.000 meter

Jumlah Luas permukaan/ Volume /sel


B (m) H (m) A (m2) ∆x (m)
Ruas sel (m2) (m3)
7.6 0.573 4.36 25000 10 190000 108933
Sumber: pengukuran lapangan

dimana,
B : lebar sungai, m
H : kedalaman rata-rata sungai
A : luas melintang sungai, m2
∆x : panjang setiap ruas sungai, m
∆x yang digunakan cukup besar, yaitu 25.000 meter. Hal ini dilakukan
karena pada simulasi pertama ingin melihat trend grafik yang dihasilkan dari
pemodelan. Semakin besar ∆x yang digunakan maka, trend grafik yang dihasilkan
akan terlihat semakin lebih smooth.
Selanjutnya, karakteristik sungai Pesanggrahan dengan perubahan ∆x
menjadi 2 meter untuk melakukan observasi adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2. Karakteristik sungai Pesanggrahan untuk simulasi kedua dengan ∆x= 2
meter

Jumlah Luas permukaan/ Volume /sel


B (m) H (m) A (m2) ∆x (m)
Ruas sel (m2) (m3)
7.6 0.573 4.36 2 10 15.2 8.715
Sumber: pengukuran lapangan

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
54

Karakteristik ini menjadi nilai awal yang akan dimasukkan ke dalam


rumusan pemodelan. Data lebar sungai rata-rata dan kedalaman rata-rata
didapatkan dari hasil pengukuran di lapangan secara langsung yang dilakukan
pada tanggal 4 Februari 2011.

5.4 Kecepatan Sungai Pesanggrahan

Kecepatan aliran di sungai Pesanggrahan diasumsikan sama untuk setiap


ruasnya. . Penggunaan nilai kecepatan sungai juga sama untuk simulasi pertama
dan kedua. Besar kecepatan sungai pesanggrahan yang melewati TPA Cipayung
diukur menggunakan alat current meter. Pengukuran kecepatan aliran sungai
pesanggrahan dilakukan pada tanggal 4 Februari 2011, jam 11.00 WIB.
Pengukuran kecepatan dilakukan sebelum outlet air lindi.
Berikut ini adalah tabel pengukuran kecepatan sungai pesanggrahan:

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
55

Tabel 5.3. Hasil pengukuran kecepatan sungai Pesanggrahan

Bacaan
n
Lebar Kedalaman Kedalaman Jumlah Luas
Waktu rata- Kecepatan Debit
Titik sungai (H) alat Putaran sungai
rata
Tinjau 1 2 3
1/15
m m xH m s putaran s m/s m2 m3/s
0,2 0,086 15 27 26 26 1,76 0,4590
0,43 0,6 0,258 15 43 42 41 2,80 0,7220 V1 0,6474 0,817 0,53
0,8 0,344 15 46 41 46 2,96 0,7612
0,2 0,13 15 37 36 36 2,42 0,6269
1 7,6 0,65 0,6 0,39 15 35 34 35 2,31 0,5989 V2 0,6195 0,6406 2,47 1,53 2,86
0,8 0,52 15 36 37 37 2,44 0,6325
0,2 0,128 15 35 34 34 2,29 0,5933
0,64 0,6 0,384 15 38 37 39 2,53 0,6549 V3 0,6549 1,216 0,80
0,8 0,512 15 38 39 37 2,53 0,6549
Sumber: perhitungan penulis

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
Pengukuran ditinjau pada tiga titik, ¼ lebar sungai, ½ lebar sungai, dan
¾ lebar sungai dengan masing-masing kedalaman 0,2 kedalaman sungai, 0,6
kedalaman sungai, dan 0,8 kedalaman sungai. Dari pengukuran yang dilakukan,
didapat kecepatan sungai Pesanggrahan sebesar 0,64 m/detik atau sama dengan
55348 m/hari dengan debit sungai sebesar 2,86 m3/detik.
Berikut ini adalah kecepatan di sungai pesanggrahan untuk setiap ruas
dalam pemodelan yang dibuat dalam m/hari:

Tabel 5.4. Kecepatan sungai Pesanggrahan setiap ruas (m/hari)

Ruas Ruas Ruas Ruas Ruas Ruas Ruas Ruas Ruas Ruas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
55348 55348 55348 55348 55348 55348 55348 55348 55348 55348
Sumber: perhitungan penulis

5.5 Skenario Beban Pencemar

Beban pencemar yang masuk ke dalam badan air berasal dari hasil
pengolahan air lindi TPA Cipayung. Air lindi yang masuk ke dalam badan air
terus menerus masuk ke badan air. Beban seperti ini memiliki sifat step loading
atau continues loading (beban yang terus menerus).
Sampel air lindi diambil pada outlet kolam air lindi. Air lindi disetarakan
dengan air limbah cair yang baku mutunya diatur oleh Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah
Cair bagi kegiatan industri dan SK Gub. Jabar No. 6 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Limbah Cair.
Pada formulasi numerik, beban step loading hanya diberikan pada ruas
pertama saja dari susunan ruas sungai yang disimulasikan. Respons model berupa
nilai konsentrasi terhadap jarak dan waktu akan digunakan untuk diperbandingkan
dengan trend hasil dari simulasi.
Beban ini besarnya merupakan perkalian antara debit dan konsentrasi
dari air lindi. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan di lapangan, debit air lindi
sebesar:

56 Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
57

dimana,
Qw : debit air lindi, (m3/s)
V : kecepatan air lindi, (m/s)
A : luas penampang saluran air lindi, (m2)

Berdasarkan pengujian yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 4


Februari 2011, pengukuran dilakukan 2 kali dengan melakukan pengenceran
sebesar 10 kali, didapatkan konsentrasi air lindi sebesar :

( )

Pengukuran pertama:

( )

Pengukuran kedua:

( )

Sehingga, jika dirata-rata, akan mendapatkan konsentrasi sebesar:

Beban yang masuk ke dalam badan air pada ruas 1 sebesar:

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
58

dimana,

Qw : debit air lindi, (m3/hari)

c : konsentrasi air lindi, (mg/L atau gr/m3)

Dengan beban konstan, maka beban yang masuk ke badan air pada ruas
satu akan tetap sama berdasarkan waktu. Berikut adalah ringkasan beban
pencemar yang masuk ke dalam badan air untuk masing-masing ruas:

Tabel 5.5. Beban yang masuk ke dalam masing-masing ruas sungai untuk simulasi
kedua

t Ruas Ruas Ruas Ruas Ruas Ruas Ruas Ruas Ruas


Ruas 1
(hari) 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 67393,73 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 67393,73 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 67393,73 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 67393,73 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 67393,73 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 67393,73 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 67393,73 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 67393,73 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 67393,73 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 67393,73 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 67393,73 0 0 0 0 0 0 0 0 0

n 67393,73 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sumber: perhitungan penulis

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
59

Pembebanan di Ruas 1 Simulasi 2


80000
70000
Pembebanan (g/hari)

60000
50000
Pembebanan
40000
di Ruas 1
30000
20000
10000
0
1 21 41 61 81 101 121 141
Waktu (hari)

Gambar 5.2. Grafik pembebanan di ruas satu untuk simulasi kedua

Sumber: perhitungan penulis

Nilai beban yang digunakan pada tabel 5.5 diperuntukkan untuk simulasi
kedua yang hasil perubahan konsentrasinya akan diperbandingkan dengan hasil
observasi. Sedangkan untuk simulasi pertama, beban yang digunakan adalah
beban yang sangat ekstrim. Besar beban yang digunakan adalah 50.000.000
gr/hari. Penggunaan beban ekstrim ini untuk melihat perubahan konsentrasi agar
lebih terlihat di grafik. Sehingga, trend grafik yang dihasilkan dengan mudah
terlihat sesuai atau tidak sesuai dengan teori respon teoritis yang ada.
Berikut ini adalah besar beban yang digunakan untuk simulasi pertama:

Tabel 5.6. Beban yang masuk ke dalam masing-masing ruas sungai untuk simulasi
pertama

t Ruas Ruas Ruas Ruas Ruas Ruas Ruas Ruas Ruas


Ruas 1
(hari) 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 50000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 5000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 50000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 50000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 50000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 50000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 50000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 50000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
60

8 50000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 50000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 50000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

n 50000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sumber: perhitungan penulis

Pembebanan di Ruas 1 Simulasi 1


60000000

50000000
Pembebanan (g/hari)

40000000
Pembebanan
30000000 di Ruas 1
20000000

10000000

0
1 21 41 61 81 101 121 141
Waktu (hari)

Gambar 5.3. . Grafik pembebanan di ruas satuuntuk simulasi kedua

Sumber: perhitungan penulis

5.6 Skenario Settling

Kecepatan mengendap sungai Pesanggrahan diasumsikan memiliki nilai


yang sama untuk masing-masing ruas. Partikel suspended solids yang ada di
sungai Pesanggrahan diasumsikan berupa partikel diskrit dengan diameter partikel
sebesar 0,01 mm-0,1 mm. Jenis tanah sungai Pesanggrahan diasumsikan
didominasi oleh jenis tanah clay. Jenis tanah clay memiliki nilaiρ= 1,2
g/cm3(Chapra, 1997).
Nilai kecepatan pengendapan didapat dari persamaan 2.2 yang
merupakan turunan dari hukum Stoke:
( ) (2.2)
Sehingga, nilai kecepatan mengendap untuk sungai Pesanggrahan adalah:

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
61

a. Diameter 0,01 mm

( )

b. Diameter 0,1 mm

( )

Dari perhitungan di atas didapat nilai kecepatan pengendapan berkisar


dari 0,67 m/hari-67,268 m/hari. Dari kisaran nilai tersebut, maka nilai kecepatan
pengendapan yang digunakan adalah 0,67 m/hari.Angka ini diambil karena
memiliki nilai cukup dekat dengan hasil dari penelitian yang sudah dilakukan oleh
Chapra, 1997. Menurut Chapra, 1997, nilai kecepatan settling di sungai dengan
tipe tanah clay memiliki nilai 0,3-1 m/hari.

5.7 Pemodelan Numerik

Pembahasan pada bagian ini berdasarkan penurunan rumus yang telah


dilakukan pada bab 3. Turunan rumus yang telah dilakukan kemudian dirangkai
ke dalam spreedsheet untuk mendapatkan pemodelan yang dibuat berdasarkan
data hipotetik di lapangan. Data-data tersebut kemudian dimasukkan hingga
mendapatkan grafik perubahan konsentrasi yang diinginken berdasarkan jarak dan
waktu yang telah ditentukan. Pembahasan model kali ini akan dibagi menjadi dua
yaitu, pembahasan model yang telah dibuat dengan besar beban 50.000.000
gr/hari dan ∆x= 25.000 meter dan juga ∆t 0,05 hari untuk kemudian grafik yang
yang dihasilkan dianalisa dengan teori responsteoritis. Kondisi ini merupakan
kondisi ekstrim untuk melihat trend grafik perubahan konsentrasi yang lebih
smooth. Kedua, model yang telah telah sesuai degan respons teoritis akan
digunakan dengan menggunakan kondisi lapangan menggunakan ∆x= 2 meter
danbesar beban 67393,73 gr/hari dan juga ∆t= 2 detik untuk kemudian
dibandingkan dengan hasil observasi yang telah dilakukan.

5.7.1 Analisa Model

Model dibuat pada program microsoft excel untuk mempermudah


pekerjaan. Program ini nantinya dapat digunakan dengan mengganti beberapa

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
62

karakteristik sungai yang dibutuhkan dalam pemodelan sesuai dengan batasan


yang telah ditetapkan pada skripsi ini.
Pemodelan dilakukan untuk menghasilkan grafik perubahan konsentrasi
terhadap jarak dan waktu pada masing-masing ruas sungai.

5.7.1.1 Simulasi Pertama Kondisi Steady State

Perhitungan menggunakan kondisi steady untuk melihat perubahan


konsentrasi terhadap jarak. Perhitungan ini menggunakan persamaan (3.17) yang
merupakan turunan dari persamaan mass balance dengan mekanisme adveksi:
( )
( ) (3.17)

Lalu, disederhanakan menjadi:

( )

(3.18)

Dengan persamaan (3.18), masing-masing ruas dapat ditentukan besar


konsentrasi yang terjadi. Pada bagian ini akan dilakukan perhitungan dengan
kondisi pertama, yaitu dengan beban dan ∆x yang ekstrim. Berikut ini adalah
perhitungan untuk ruas pertama:
Ruas Pertama
( )
(3.18)

Dengan cara yang sama, kesepuluh ruas dilakukan perhitungan Untuk


mendapatkan konsentrasi masing-masing ruas. Sehingga, hasil yang diperoleh
untuk konsentrasi masing-masing ruas adalah sebagai berikut:

Tabel 5.7. Konsentrasi TSS untuk masing-masing ruas pada kondisi steady state
(mg/L)

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
63

Ruas Ruas
Ruas 1 Ruas 2 Ruas 3 Ruas 4 Ruas 5 Ruas 6 Ruas 7 Ruas 8 Ruas 9
0 10
71 182,1673 119,2315 78,0390 51,0778 33,4312 21,8813 14,3217 9,3738 6,1353 4,0156
Sumber: perhitungan penulis

Sehingga diperoleh grafik perubahan konsentrasi dengan masing-masing


ruas adalah sebagai berikut:

Grafik Konsentrasi Steady State


200

150
c (mg/L)

Grafik
100
Konsentra
si Steady
50 State

0
0 2 4 6 8 10 12
Ruas

Gambar 5.4. Grafik perubahan konsentrasi pada kondisi steady state untuk
masing-masing ruas

Sumber: perhitungan penulis

Pada grafik terlihat bahwa konsentrasi akan menurun berdasarkan jarak


yang telah ditempuh. Semakin jauh jarak yang ditempuh, maka akan semakin
banyak pengurangan konsentrasi yang terjadi. Pengurangan konsentrasi ini terjadi
akibat tidak adanya beban lagi yang masuk kecuali pada ruas pertama saja.
Terlihat juga bahwa terjadi peningkatan konsentrasi yang cukup signifikan pada
ruas pertama karena beban air lindi yang masuk memang cukup besar.
Konsentrasi sungai di bagian hulu outlet air lindi hanya 71 mg/L, sedangkan pada
ruas pertama tempat air lindi jatuh ke sungai Pesanggrahan konsentrasi TSS
menjadi 182,1673 mg/L. Kenaikan konsentrasi yang cukup besar mencapai dua
kali lipat.
Jarak yang digunakan untuk masing-masing ruas cukup jauh, yaitu
25.000 meter atau ∆x= 25.000 meter. Penentuan jarak sejauh ini bertujuan agar

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
64

grafik perubahan konsentrasi lebih terlihat. Hal ini disebabkan karena kecepatan
aliran sungai yang mencapai 55.348 m/hari. Dengan aliran sungai yang cukup
cepat, maka dibutuhkan jarak yang agak jauh agar perubahan konsentrasinya lebih
terlihat.
Trend grafik seperti pada gambar 5.4 sesuai dengan teori respons teoritis
beban dengan kondisi steady state. Respon yang terjadi adalah trend grafik akan
cenderung menurun berdasarkan jarak yang ditempuh (chapra, 1997).

5.7.1.2 Kondisi Unsteady State

Dari persamaan mass balance pada Bab 2 didapatkan governing


equations untuk sungai Pesanggrahan sebagai berikut:
( )
( ) (2.25)

Selanjutnya, governing equation diturunkan menggunakan persamaan


finite difference. Governing equation diturunkan menggunakan metode beda
hingga dengan backward difference, persamaan mass balance akan menjadi:

( ) (3.16)

Metode numerik yag digunakan adalah metode Runge Kutta orde 4.


Penggunaan metode Runge Kutta orde 4 akan menghasilkan nilai error yang kecil.
Hal ini disebabkan karena slope yang digunakan dalam metode Runge Kutta
memiliki empat nilai slope untuk setiap fungsi nya. Sehingga, nilai yang
dihasilkan akan mendekati dengan nilai aslinya.
Berikut ini adalah hasil penurunan mass balance backward difference
yang sudah diturunkan pada bab 3 dengan menggunakan metode Runge Kutta
orde empat:

*( ) + (3.19)

*( )( ( ))+ (3.20)

*( )( ( ))+ (3.21)

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
65

*( )( )+ (3.22)

* ( )+ (3.23)

Berikut ini adalah contoh perhitungan untuk ∆t = 1 hari pada ruas


pertama yang kemudian perhitungan yang dilakukan akan sama untuk masing-
masing ∆t.

Ruas 1

∆t = 0,05 hari

[( ) ]

[( ) ( )]

[( ) ( )]

[( ) ( )]

[ ( ( ) ( ) )]

∆t = 1 hari

[( ) ]

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
66

[( ) ( )]

[( ) ( )]

[( ) ( )]

[ ( ( ) ( ) )]

Perhitungan dilakukan sampai ∆t memiliki kondisi yang relatif stabil.


Masing-masing ruas dilakukan perhitungan dengan cara yang sama untuk
mendapatkan perubahan konsentrasi berdasarkan waktu.
Berikut ini adalah grafik hasil dari perhitungan yang dilakukan pada
masing-masing ruas antara perubahan konsentrasi dengan waktu :

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
67

diskrtitasi sungai:

Ruas 0 Ruas 1 Ruas 2 Ruas 3 Ruas 4 Ruas 5 Ruas 6 Ruas 7 Ruas 8 Ruas 9 Ruas 10

Ruas 1
400,00

300,00
C(mg/L)

200,00

100,00

0,00
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6
t (hari)

Gambar 5.5. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 1

Sumber: perhitungan penulis

Ruas 2
250,00

200,00

150,00
C(mg/L)

100,00

50,00

0,00
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6
t (hari)

Gambar 5.6. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 2

Sumber: perhitungan penulis

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
68

diskrtitasi sungai:

Ruas 0 Ruas 1 Ruas 2 Ruas 3 Ruas 4 Ruas 5 Ruas 6 Ruas 7 Ruas 8 Ruas 9 Ruas 10

Ruas 3
160,00
140,00
120,00
100,00
C(mg/L)

80,00
60,00
40,00
20,00
0,00
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6
t (hari)

Gambar 5.7. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 3

Sumber: perhitungan penulis

Ruas 4
100,00

80,00
C(mg/L)

60,00

40,00

20,00

0,00
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6
t (hari)

Gambar 5.8. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 4

Sumber: perhitungan penulis

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
69

diskrtitasi sungai:

Ruas 0 Ruas 1 Ruas 2 Ruas 3 Ruas 4 Ruas 5 Ruas 6 Ruas 7 Ruas 8 Ruas 9 Ruas 10

Ruas 5
50,00

40,00
C(mg/L)

30,00

20,00

10,00

0,00
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6
t (hari)

Gambar 5.9. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 5

Sumber: perhitungan penulis

Ruas 6
30,00
25,00
20,00
C(mg/L)

15,00
10,00
5,00
0,00
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6
t (hari)

Gambar 5.10. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 6

Sumber: perhitungan penulis

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
70

diskrtitasi sungai:

Ruas 0 Ruas 1 Ruas 2 Ruas 3 Ruas 4 Ruas 5 Ruas 6 Ruas 7 Ruas 8 Ruas 9 Ruas 10

Ruas 7
16,50

16,00
C(mg/L)

15,50

15,00

14,50

14,00
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6
t (hari)

Gambar 5.11. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 7

Sumber: perhitungan penulis

Ruas 8
10,00
9,90
9,80
C(mg/L)

9,70
9,60
9,50
9,40
9,30
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6
t (hari)

Gambar 5.12. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 8

Sumber: perhitungan penulis

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
71

diskrtitasi sungai:

Ruas 0 Ruas 1 Ruas 2 Ruas 3 Ruas 4 Ruas 5 Ruas 6 Ruas 7 Ruas 8 Ruas 9 Ruas 10

Ruas 9
6,300

6,250
C(mg/L)

6,200

6,150

6,100
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6
t (hari)

Gambar 5.13. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 9

Sumber: perhitungan penulis

Ruas 10
4,060

4,050
C(mg/L)

4,040

4,030

4,020

4,010
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6
t (hari)

Gambar 5.14. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 10

Sumber: perhitungan penulis

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
72

Gambar 5.15 merupakan grafik respon konsentrasi terhadap waktu pada


ruas 1. Grafik tersebut menunjukkan kenaikan konsentrasi secara eksponensial
terhadap waktu. Kenaikan konsentrasi disebabkan karena adanya beban yang
masuk ke dalam badan air dari pengolahan air lindi yang terus menerus terjadi
setiap waktu. Kondisi ini akan mencapai kestabilan sampai pada hari ke tiga. Hal
ini disebabkan karena ruas sungai 1 sudah mencapai titik jenuh terhadap beban
pencemar yang ada. Sehingga, konsentrasi total suspended solids akan tetap sama
untuk selanjutnya. Waktu untuk mencapai titik jenuh relatif cukup lama karena
control volume yang diasumsikan cukup besar dengan volume 108.933 m3 karena
∆x yang digunakan 25.000 meter. Selain itu, beban air lindi yang masuk ke dalam
ruas 1 sangat besar, beban air lindi yang masuk sebesar 50.000.000
gr/hari.Dengan beban seperti itu, kenaikan konsentrasi yang terjadi cukup besar.
Trend grafik antara perubahan konsentrasi dengan waktu yang dihasilkan
dari ruas 2 memiliki kemiripan dengan ruas 1. Trend gafik yang dihasilkan
memiliki kenaikan konsentrasi secara eksponensial terhadap waktu. Kemiripan
grafik yang dihasilkan ruas 2 dari ruas 1 karena perubahan konsentrasi ruas 1
merupakan beban yang masuk untuk ruas 2.
Perubahan konsentrasi pada ruas 3sampai ruas 10 memiliki kesamaan
bentuk grafik. Kenaikan konsentrasi pada ruas 3 sampai ruas 10 juga terjadi
secara eksponensial. Namun, lengkungan hasil grafik yang terjadi tidak sama
dengan ruas pertama. Untuk ruas 2 sampai ruas 10memiliki lengkung perubahan
konsentrasi di bawah, sedangkan ruas 1 memiliki lengkung perubahan konsentrasi
di atas. Perbedaan lengkungan ini karena pada ruas 1 memiliki beban pencemar
berupa point source dari air lindi yang masuk terus-menerus ke dalam ruas 1,
sedangkan ruas 2 sampai ruas 10 tidak memiliki beban pencemar point source.
Beban pencemar yang ada hanya berupa konsentrasi total suspended solid dari
ruas sebelumnya yang masuk ke dalam ruas berikutnya.
Selain itu, grafik masing-masing ruas memiliki bentuk yang agak
sedikitberbeda. Perbedaan bentuk terlihat pada waktu yang dibutuhkan untuk
menaikan konsentrasi. Pada ruas 3, waktu yang dibutuhkan untuk menaikan
konsentrasi adalah 0,5 hari, untuk ruas 4membutuhkan waktu 1 hari, ruas
5membutuhkan waktu 1,25 hari, ruas 6 membutuhkan waktu 1,5 hari, ruas 7

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
73

membutuhkan waktu 1,75 hari, ruas 8 membutuhkan waktu 2 hari, ruas 9


membutuhkan waktu 2,25 hari, dan ruas 10 membutuhkan waktu 2,5 hari.
Perbedaan waktu untuk menaikan konsentrasi TSS disebabkan karena jarak antara
ruas 1 dengan ruas 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 yang semakin jauh. Sehingga,
konsentrasi total suspended solids di sungai akan bernilai tetap hingga beban
pencemar sampai ke ruas 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10. Waktu perubahan konsentrasi
pada ruas 3 sampai ruas 10 ditentukan oleh jarak dari sumber point source dan
kecepatan aliran yang terjadi di sungai. Semakin jauh jaraknya dari sumber
pencemar, maka waktu untuk menaikan konsentrasi akan semakin lama karena
konsentrasi dari sumber pencemar harus jalan dulu untuk mencapai ruas
berikutnya dan perjalanan konsentrasi tersebut membutuhkan waktu.
Kenaikan konsentrasi pada ruas 3sampai 10 terjadi perbedaannilai untuk
sampai titik stabil. Pada ruas 3 memiliki kenaikan konsentrasi yang lebih banyak
dibandingkan ruas 4. Ruas 4 memiliki kenaikan konsentrasi yang lebih banyak
dibandingkan ruas 5. Kejadian seperti itu akan terus dialami sampai ruas 10.
Perubahan konsentrasi yang terjadi hingga mencapai titik stabil, semakin
jauh dengan beban point source akan semakin kecil. Ruas 3 memiliki perubahan
konsentrasi 90 mg/L yang terjadi dari ∆t=0 sampai kondisi stabil. Ruas4 memiliki
perubahan konsentrasi sebesar 59 mg/L. Ruas 5 memiliki perubahan konsentrasi
sebesar 38 mg/L.Ruas 6 memiliki perubahan konsentrasi sebesar 25,3 mg/L.Ruas
7 memiliki perubahan konsentrasi sebesar 16,55 mg/L. Ruas 8 memiliki
perubahan konsentrasi sebesar 10,84 mg/L.Ruas 9 memiliki perubahan
konsentrasi sebesar 7 mg/L.Ruas 10 memiliki perubahan konsentrasi sebesar 4,54
mg/L.
Perubahan konsentrasi yang terjadi dari ∆t=0 sampai kondisi stabil
semakin jauh jaraknya dari sumber beban pencemar semakin kecil kenaikan
konsentrasinya. Hal ini terjadi karena perubahan konsentrasi ruas tiga sampai ruas
sepuluh hanya mendapatkan beban dari ruas sebelumnya. Berbeda dengan ruas
pertama yang menerima beban pencemar point source dari air lindi.

5.7.2 Analisa Observasi

Air lindi TPA Cipayung memiliki konsentrasi sebesar 430 mg/L.


Konsentrasi ini melebihi kadar yang biasanya terjadi untuk TPA yang memiliki

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
74

umur sudah lebih dari 10 tahun. Hal ini terjadi karena pengelolaan air lindi di
TPA Cipayung hanya berupa bak penampungan yang memiliki buffel untuk
memperlama aliran masuk ke badan air. Dengan adanya buffel tesebut diharapkan
akan terjadi proses denaturalisasi secara alami terhadap pencemar, sehingga
pencemar yang masuk ke badan air akan berkurang konsentrasinya. Ternyata
pengolahan air lindi yang hanya menggunakan buffel tidak cukup efektif untuk
mengurangai konsentrasi pencemar total suspended solids dari air lindi.
Mengacu pada standar peraturan dari Surat Keputusan Gubernur Jawa
Barat No.6 tahun 1999 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri di
Jawa Barat konsentrasi air lindi yang masuk ke dalam sungai pesanggrahan
melewati baku mutu yang telah ditetapkan. Baku mutu yang ditetapkan sebesar
200 mg/L, sedangkan konsentrasi air lindi sebesar 430 mg/L.
Konsentrasi yang tinggi ini menjadi beban bagi sungai pesanggrahan
sebagai badan penerima air limbah. Selain itu, sungai pesanggrahan memiliki
konsentrasi sebesar 71 mg/L sebelum adanya beban dari air lindi.
Pemodelan dilakukan untuk memprediksi konsentrasi yang ada di sungai
pesanggrahan setelah ada beban dari air lindi yang masuk. Simulator pemodelan
yang digunakan adalah simulator yang sudah dianalisa pada pembahasan
sebelumnya.
Berikut ini adalah hasil dari simulasi dengan data yang sudah disesuaikan
dengan kondisi observasi yaitu ketika jarak pengambilan sampel (∆x = 2 meter)
dan waktu pengambilan (∆t = 2 detik) :

5.7.2.1 Kondisi Steady State

Dengan perumusan yang telah disederhanakan, masing-masing ruas


dapat ditentukan besar konsentrasi yang terjadi. Berikut ini adalah perhitungan
untuk ruas pertama:
Ruas Pertama

(3.18)

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
75

Dengan cara yang sama, kesepuluh ruas dilakukan perhitungan Untuk


mendapatkan konsentrasi masing-masing ruas. Sehingga, hasil yang diperoleh
untuk konsentrasi masing-masing ruas adalah sebagai berikut:

Tabel 5.8. Konsentrasi TSS observasi untuk masing-masing ruas pada kondisi
steady state (mg/L)

Ruas
Ruas 1 Ruas 2 Ruas 3 Ruas 4 Ruas 5 Ruas 6 Ruas 7 Ruas 8 Ruas 9 Ruas 10
0
71 71,2764 71,2734 71,2704 71,2674 71,2644 71,2614 71,2584 71,2554 71,2524 71,2494

Sumber: perhitungan penulis

Sehingga, diperoleh grafik perubahan konsentrasi dengan masing-masing


ruas adalah sebagai berikut:

Grafik Konsentrasi Steady State


71
71
71
71
c (mg/L)

Grafik
71
Konsentra
71 si Steady
71 State
71
71
0 2 4 6 8 10 12
Ruas

Gambar 5.15. Grafik perubahan konsentrasi pada kondisi steady state untuk
masing-masing ruas hasil observasi
Sumber: perhitungan penulis

Pada gambar 5.15 terlihat bahwa penurunan konsentrasi yang terjadi dari
ruas pertama sampai ruas sepuluh sangat kecil, hanya 0,027 mg/L. Kecilnya
penurunan konsentrasi ini disebabkan karena ∆x yang kecil hanya sejauh 2 meter,
padahal kecepatan aliran sungai mencapai 55348 m/hari. Pada ruas 1 juga telihat

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
76

mengalami kenaikan konsentrasi sebesar 0,2764 mg/L. Kenaikan konsentrasi ini


akibat beban yang berasal dari air lindi.Mekanisme kecepatan mengendap dan
penjalaran adveksi yang ada tidak mampu mengurangi nilai konsentrasi dengan
cepat karena kecepatan aliran sungai yang terjadi lebih cepat dibandingkan
mekanisme purifikasi yang terjadi.
Trend grafik seperti pada gambar 5.15 sesuai dengan teori respons
teoritis beban dengan kondisi steady state. Respon yang terjadi adalah trend grafik
akan cenderung menurun berdasarkan jarak yang ditempuh (chapra, 1997).

5.7.2.2 Kondisi Unsteady State

Perhitungan kondisi unsteady untuk kondisi observasi menggunakan


penurunan rumus yang sama dengan model yang sudah dianalisa pada
pembahasan 5.7.1 tentang analisa model. Berikut ini adalah hasil penurunan mass
balancebackward difference yang sudah diturunkan pada bab 3 dengan
menggunakan metode Runge Kutta orde 4:

*( ) + (3.19)

*( )( ( ))+ (3.20)

*( )( ( ))+ (3.21)

*( )( )+ (3.22)

* ( )+ (3.23)

Berikut ini adalah contoh perhitungan untuk ∆t = 2 detik atau ∆t= 2,3148
× 10-5hari pada masing-masing ruas yang kemudian akan sama perhitungan untuk
masing-masing ∆t.

Ruas 1

∆t = 2 detik

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
77

[( ) ]

[( ) ( ( ))]

[( ) ( ( ))]

[( ) ( )]

[ ( ( ) ( ) )]

∆t = 6 detik

[( ) ]

[( ) ( ( ))]

[( ) ( ( ))]

[( ) ( )]

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
78

[ ( ( ) ( ) )]

Perhitungan dilakukan sampai ∆t memiliki kondisi yang relatif stabil.


Berikut ini adalah grafik hasil dari perhitungan yang dilakukan pada masing-
masing ruas antara konsentrasi dengan waktu :

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
79

diskrtitasi sungai:

Ruas 0 Ruas 1 Ruas 2 Ruas 3 Ruas 4 Ruas 5 Ruas 6 Ruas 7 Ruas 8 Ruas 9 Ruas 10

Ruas 1 Observasi
77,00
76,00
75,00
C(mg/L)

74,00
73,00
72,00
71,00
0 0,0001 0,0002 0,0003 0,0004 0,0005 0,0006 0,0007 0,0008
t (hari)

Gambar 5.16. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 1
observasi

Sumber: perhitungan penulis

Ruas 2 Observasi
77,00

76,00

75,00
C(mg/L)

74,00

73,00

72,00

71,00
0 0,0001 0,0002 0,0003 0,0004 0,0005 0,0006 0,0007 0,0008
t (hari)

Gambar 5.17. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 2
observasi

Sumber: perhitungan penulis

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
80

diskrtitasi sungai:

Ruas 0 Ruas 1 Ruas 2 Ruas 3 Ruas 4 Ruas 5 Ruas 6 Ruas 7 Ruas 8 Ruas 9 Ruas 10

Ruas 3 Observasi
77,00
76,00
75,00
C(mg/L)

74,00
73,00
72,00
71,00
0 0,0001 0,0002 0,0003 0,0004 0,0005 0,0006 0,0007 0,0008
t (hari)

Gambar 5.18. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 3
observasi

Sumber: perhitungan penulis

Ruas 4 Observasi
76,00

75,00
C(mg/L)

74,00

73,00

72,00

71,00
0 0,0001 0,0002 0,0003 0,0004 0,0005 0,0006 0,0007 0,0008
t (hari)

Gambar 5.19. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 4
observasi

Sumber: perhitungan penulis

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
81

diskrtitasi sungai:

Ruas 0 Ruas 1 Ruas 2 Ruas 3 Ruas 4 Ruas 5 Ruas 6 Ruas 7 Ruas 8 Ruas 9 Ruas 10

Ruas 5 Observasi
76,00

75,00
C(mg/L)

74,00

73,00

72,00

71,00
0 0,0001 0,0002 0,0003 0,0004 0,0005 0,0006 0,0007 0,0008
t (hari)

Gambar 5.20. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 5
observasi

Sumber: perhitungan penulis

Ruas 6 Observasi
76,00

75,00
C(mg/L)

74,00

73,00

72,00

71,00
0 0,0001 0,0002 0,0003 0,0004 0,0005 0,0006 0,0007 0,0008
t (hari)

Gambar 5.21. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 6
observasi

Sumber: perhitungan penulis

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
82

diskrtitasi sungai:

Ruas 0 Ruas 1 Ruas 2 Ruas 3 Ruas 4 Ruas 5 Ruas 6 Ruas 7 Ruas 8 Ruas 9 Ruas 10

Ruas 7 Observasi
76,00

75,00
C(mg/L)

74,00

73,00

72,00

71,00
0 0,0001 0,0002 0,0003 0,0004 0,0005 0,0006 0,0007 0,0008
t (hari)

Gambar 5.22. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 7
observasi

Sumber: perhitungan penulis

Ruas 8 Observasi
75,00
74,50
74,00
73,50
C(mg/L)

73,00
72,50
72,00
71,50
71,00
0 0,0001 0,0002 0,0003 0,0004 0,0005 0,0006 0,0007 0,0008
t (hari)

Gambar 5.23. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 8
observasi

Sumber: perhitungan penulis

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
83

diskrtitasi sungai:

Ruas 0 Ruas 1 Ruas 2 Ruas 3 Ruas 4 Ruas 5 Ruas 6 Ruas 7 Ruas 8 Ruas 9 Ruas 10

Ruas 9 Observasi
75,000
74,500
74,000
73,500
C(mg/L)

73,000
72,500
72,000
71,500
71,000
0 0,0001 0,0002 0,0003 0,0004 0,0005 0,0006 0,0007 0,0008
t (hari)

Gambar 5.24. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 9
observasi

Sumber: perhitungan penulis

Ruas 10 Observasi
74,500
74,000
73,500
C(mg/L)

73,000
72,500
72,000
71,500
71,000
0 0,0001 0,0002 0,0003 0,0004 0,0005 0,0006 0,0007 0,0008
t (hari)

Gambar 5.25. Grafik respon konsentrasi TSS terhadap waktu pada ruas 10
observasi

Sumber: perhitungan penulis

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
84

Dari gambar 5.16 sampai 5.25 menunjukkan grafik respon konsentrasi


terhadap waktu untuk masing-masing ruas di sungai Pesanggrahan. Perubahan
konsentrasi total suspended solids yang terjadi menunjukkan kenaikan
konsentrasitotal suspended solids secara eksponensial terhadap waktu untuk
masing-masing ruas di sungai Pesanggrahan. Gambar 5.16 sampai 5.25 belum
mencapai kondisi stabil karena plot grafik yang dilakukan hanya pada sampai 0,3
hari. Untuk mencapai kondisi stabil diperlukan waktu yang lebih lama lagi dan
grafik akan menjadi sangat sesak. Oleh karena itu, plot yang dilakukan hanya
sampai 0,3 hari saja. Untuk melihat kondisi stabil, dapat dilakukan pada
spreedshet pemodelan yang telah dibuat.
Dari semua ruas diskritasi sungai telihat bahwa konsentrasi total
suspended solids di sungai setelah kondisi stabil paling besar hanya 100 mg/L
yang terjadi pada ruas pertama. Kondisi ini masih di bawah baku mutu sungai
golongan III (lihat gambar 5.16 sampai 5.25).
Bahan-bahan tersuspensi pada perairan alami tidak bersifat racun, akan
tetapi jika jumlahnya berlebihan dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang
selanjutnya menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya
berpengaruh pada proses fotosintesis di perairan (Effendi, 2000).
TSS yang mengalir dalam aliran air tanah dapat merusak kehidupan
ekosistem di dalam air tersebut. TSS jika bercampur dengan air yang mengandung
pembasmi kuman dapat melindungi mikroorganisme dari kuman. Mikroorganisme
yang bertahan hidup tersebut dapat mengkontaminasi air (Hill, 2004).
Hasil dari pemodelan akan dievaluasi dengan hasil observasi yang telah
dilakukan. Observasi dilakukan pada tanggal 5 Mei 2011 pada sungai
Pesanggrahan. Pengukuran dilakukan untuk mengevaluasi antara kondisi di
lapangan dengan hasil dari pemodelan yang telah dilakukan. Berikut ini adalah
hasil dari pengukuran yang dilakukan di sungai Pesanggrahan:

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
85

Tabel 5.9. Hasil konsentrasi TSS dari observasi lapangan di sungai Pesanggrahan

Sampel 1 Sampel 2 Konsentrasi


Label Konsentrasi Konsentrasi rata-rata
(mg/L) (mg/L) (mg/L)
x1t1 78 74 76
x2t1 64 34 49
x3t1 44 46 45
x2t3 74 68 71
x3t3 74 60 67
Lindi 360 500 430
Sumber: perhitungan penulis

dimana,
x1 : ruas 1, 2 meter dari outlet air lindi
x2 : ruas 2, 4 meter dari outlet air lindi
x3 : ruas 3, 6 meter dari outlet air lindi
t1 : detik ke 2
t3 : detik ke 6
Dari hasil obervasi terlihat bahwa konsentrasi mengalami penurunan
berdasarkan jarak yang semakin jauh dari outlet air lindi. Selain itu, konsentrasi
mengalami peningkatan dengan waktu yang lebih lama pada titik yang sama.
Kondisi hasil observasi memiliki trend perubahan konsentrasi yang sama dengan
hasil pemodelan.
Setelah mengetahui konsentrasi TSS dari observasi kemudian melihat
konsentrasi TSS dari pemodelan untuk kondisi yang sama dengan observasi .
Konsentrasi TSS pada kondisi yang sama dengan observasi terlihat pada tabel
berikut:

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
86

Tabel 5.10. Hasil konsentrasi TSS dari pemodelan

Konsentrasi
Label
(mg/L)

Ruas 1 t= 2 detik 71,453521

Ruas 2 t= 2 detik 71,273426

Ruas 3 t= 3 detik 71,270417

Ruas 2 t= 6 detik 71,541069

Ruas 3 t= 6 detik 71,343085


Sumber: perhitungan penulis

Selanjutnya, perbandingan antara hasil dari pemodelan dengan observasi


dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 5.11. Perbedaan konsentrasi antara hasil pemodelan dan observasi

Konsentrasi Konsentrasi
Label Pemodelan Observasi
(mg/L) (mg/L)
Ruas 1 t= 2 detik 71,453521 76

Ruas 2 t= 2 detik 71,273426 49

Ruas 3 t= 2 detik 71,270417 45

Ruas 2 t= 6 detik 71,541069 71

Ruas 3 t= 6 detik 71,343085 67


Sumber: perhitungan penulis

Besarnya perbedaan konsentrasi antara hasil pemodelan dengan hasil


observasi yang paling besar mencapai 26,27 mg/L pada ruas 3 pada ∆t 2 detik dan
perbedaan konsentrasi yang paling kecil terjadi pada ruas 2 pada ∆t 6 detik
dengan perbedaan konsentrasi 0,54 mg/L.
Perbedaan konsentrasi antara hasil pemodelan dengan hasil observasi
dapat terlihat pada grafik berikut ini:

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
87

Pemodelan vs Observasi ∆t= 2 detik


80,00
70,00
60,00
50,00
C(mg/L)

40,00
Observasi
30,00
Pemodelan
20,00
10,00
0,00
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
Ruas

Gambar 5.26. Perbandingan konsentrasi hasil pemodelan dengan observasi pada


∆t 2 detik

Sumber: perhitungan penulis

Pemodelan vs Observasi ∆t= 6 detik


72,00
71,50
71,00
70,50
70,00
C(mg/L)

69,50
69,00 Pemodelan
68,50
68,00 Observasi
67,50
67,00
66,50
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
Ruas

Gambar 5.27. Perbandingan konsentrasi hasil pemodelan dengan hasil observasi


pada ∆t 6 detik

Sumber: perhitungan penulis

Pada ∆t=2 detik dan ∆t= 6 detik, hasil konsentrasi pemodelan lebih besar
dibandingkan hasil konsentrasi observasi. Kondisi seperti ini dapat disebut
sebagai over prediction karena prediksi yang didapat dari hasil pemodelan lebih

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
88

tinggi dari hasil observasi. Dari hasil prediksi yang didapat dengan pemodelan,
nilai konsentrasi mengalami penurunan yang sangat sedikit sekali, tidak mencapai
0,1 mg/L. Pada hasil observasi untuk ∆t= 2detik, nilai konsentrasi TSS menurun
cukup banyak, sekitar 27 mg/L dari ruas 1.Hasil observasi untuk ∆t= 6 detik
penurunan konsentrasi yang terjadi sekitar 4 mg/L.
Berdasarkan dari hasil pemodelan, penurunan konsentrasi TSS sangat
kecil sekali ketika ∆x= 2 meter. Hal ini disebabkan karena debit beban air lindi
yang sangat kecil(156,7 m3/hari ) dibawa oleh air sungai dengankecepatan aliran
sebesar 55348 m/hari, sedangkan jarak yang diprediksi berjarak2 meter. Selain
itu, besaran kecepatan mengendap yang terjadi juga kecil, hanya 0,67 m/hari.
Konsentrasi TSS di sungai dapat berubah secara fluktuatif, bahkan
perubahan konsentrasi yang terjadi dapat berubah secara drastis. Berdasarkan
pengamatan di lapangan, fluktuasi perubahan konsentrasi pada sungai
Pesanggrahan dapat disebabkan oleh erosi tanah, adanya beban pencemar lain
yang masuk ke sungai Pesanggrahan baik point source maupun distributed
source, perubahan debit air sungai, perubahan kecepatan air sungai, dan
perubahan kecepatan pengendapan sungai.
Sungai Pesanggrahan pada lokasi studi masih memiliki banyak
pepohonan dan semak pada bagian bantaran sungai. Selain itu, pinggiran sungai
Pesanggrahan pada lokasi studi memiliki tanah yang mudah erosi. Kondisi ini
mengakibatkan akumulasi sedimen pada ruas sungai dan menyebabkan kenaikan
konsentrasi total suspended solids di sungai.
Perubahan nilai kecepatan mengendap dapat diakibatkan karena
perubahan kecepatan aliran sungai. Kecepatan aliran sungai salah satunya
dipengaruhi oleh besaran nilai slope. Semakin ke hulu, slope dari sungai
Pesanggrahan semakin landai. Selain itu, kecepatan aliran sungai juga dipengaruhi
oleh penampang dari sungai Pesanggrahan. Penampang sungai yang berkelok-
kelok akan membuat kecepatan sungai bervariasi.
Pada lokasi kajian juga terdapat percabangan anak sungai yang alirannya
masuk ke dalam sungai Pesanggrahan. Pada percabangan anak sungai ini, terlihat
memiliki air yang lebih jernihdari sungai utama. Bisa saja hal itu menandakan
nilai konsentrasi total suspended solids yang lebih kecil, walaupun itu belum bisa

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
89

dipastikan karena konsentrasi total suspended solids tidak diukur dengan


menggunakan warna. Namun, kondisi ini akan menambah konsentrasi TSS di
sungai Pesanggrahan.
Peristiwa alam yang terjadi pada sungai Pesanggrahan seperti, erosi,
percabangan anak sungai, perubahan kecepatan aliran sungai, dan perubahan
kecepatan pengendapan, tidak dimasukkan ke dalam persamaan numerik.
Peristiwa alam inilah yang menjadikan salah satu alasan perbedaan antara hasil
observasi dengan hasil pemodelan.
Selain peristiwa alam, kesalahan dalam pengambilan sampeltotal
suspended solidsdi sungai Pesanggrahan memiliki peran yang cukup signifikan
dalam perbedaan hasil konsentrasi antara pemodelan dengan
observasi.Kekurangan sumber daya manusia dalam mengambil sampel dapat
menjadi salah satu penyebab kesalahan yang dibuat. Selain itu, pengambilan
sampel air sungai yang mewakili adanya pencemar air lindi di sungai
Pesanggrahan cukup sulit dilakukan. Permasalahan dalam pengambilan sampel
ini adalah arah aliran dari air lindi di sungai Pesanggrahan tidak langsung
menyebar secara merata searah sumbu-y sepanjang 2 meter. Bahakan bisa saja
penyebaran air lindi tidak terjadi secara merata searah sumbu-y sepanjang sungai
Pesanggrahan. Secara arah sumbu-z pun terjadi demikian, aliran air lindi tidak
tersebar secara merata searah dengan sumbu-z. Aliran air lindi hanya terlihat
mengalir pada permukaan sungai saja. Kondisi inilah yang menyebabkan sampel
yang diambil belum tentu mewakili pencmar air lindi.Namun, peneliti sudah
berusaha untuk mengambil sampel yang memiliki konsentrasi air lindi di
dalamnya. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara mengambil sampel
pada jarak kurang lebih ¼ lebar sungai yang dekat dengan outlet air lindi.
Pengambilan sampel pun dilakukan dengan melihat pergerakan air lindi di sungai.
Arah aliran air lindi yang terjadi di sungai tidak dimasukkan ke dalam
pemodelan karena pada pemodelan di sungai Pesanggrahan, aliran arah sumbu-y
dan sumbu-z diasumsikan tercampur secara sempurna. Artinya, setiap titik pada
arah sumbu-y dan sumbu-z memiliki nilai konsentrasi yang sama. Perbedaan
kondisi inilah yang menjadi salah satu penyebab juga perbedaan konsentrasi total
suspended solids di sungai Pesanggrahan .

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
90

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengembangan model matematis yang telah dilakukan


dengan menggunakan metode numerik dan hasil dari observasi lapangan yang
telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dasar pengembangan model matematis perubahan konsentrasi total
suspended solids adalah penurunan hukum kekekalan massa sehingga
mendapatkan governing equation sebagai berikut:
( )

Dimana persamaan turunan diatas dapat dijabarkan dalam bentuk:

Akumulasi = beban – outflow –settling

2. Berdasarkan hasil pemodelan dengan beban step loading, trend grafik


yang dihasilkan ditinjau berdasarkan jarak dan waktu sesuai dengan teori
yang ada, yaitu konsentrasi menurun berdasarkan jarak dan konsentrasi
akan meningkat berdasarkan waktu.
3. Perbedaan konsentrasi pencemar antara hasil pemodelan dengan hasil
observasi memiliki selisih paling besar di ruas 2 pada ∆t= 2 detik dengan
konsentrasi hasil model sebesar 71,269333 mg/L dan konsentrasi hasil
observasi sebesar 45 mg/L. Perbedaan konsentrasi pencemar antara hasil
pemodelan dengan hasil observasi yang memiliki selisih paling kecil
terjadi di ruas 2 pada ∆t= 6 detik dengan konsentrasi hasil model sebesar
71,54000 mg/L dan konsentrasi hasil observasi sebesar 71 mg/L.
4. Berdasarkan point 3, sungai Pesanggrahan yang ditetapkan sebagai
sungai golongan III memiliki konsentrasi total suspended solids yang
berada cukup jauh di bawah baku mutu.

6.2 Saran

Dari proses seluruh proses yang dijalankan dan hasil yang diperoleh
dalam tugas akhir ini, terdapat beberapa saran:

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
91

1. Model numerik yang telah dibuat dan disimulasikan dalam tugas akhir
dapat dipergunakan dan diaplikasikan di lapangan, sebagai salah satu alat
bantu dalam memprediksi perubahan nilai konsentrasi total suspended
solids terhadap jarak dan waktu pada sungai, tetapi model tersebut masih
harus diuji dengan variasi nilai-nilai parameter lain untuk mengecek
respons model terhadap parameter yang bersangkutan dan untuk
memeriksa tingkat akurasi dari hasil simulasi yang terkait.
2. Perlu dilakukan pengembangan model lebih lanjut dalam melakukan
simulasi perubahan konsentrasi total suspended solids tehadap jarak dan
waktu, salah satunya dengan memasukkan faktor erosi terhadap sungai,
agar model yang telah terbentuk dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam
kehandalan dan sensitivitas terhadap parameter lain yang belum
dipertimbangkan.
3. Model dikembangkan secara user interface, sebagai contoh dengan
program visual basic agar dapat digunakan dan dijalankan dengan mudah
oleh semua orang.

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
92

Daftar Referensi

Achmadi, Umar Fachmi, (2004), Peranan Air Dalam Peningkatan Kesehatan


Masyarakat, http://www.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/berita/200104/lap-
perananair.pdf., dikunjungi 25/12/2010.

Alaerts, G., Santika, Sri S. (1987). Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usana Offset
Printing.

Ames, W.F, (1997). Numerical Methods for Partial Differential Equations,


Section 1.6. Academic Press, New York, 1977. ISBN 0-12-056760-1.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok (2000). Rencana Tata


Ruang Wilayah Kota Depok tahun 2000. http://bappeda.depok.go.id/,
dikunjungi 27/05/2011.

Chapra, S. C, 1997. Surface Water Quality Modelling. USA: MC Graw-Hill


Companies.

Chapra, S. C.,& Raymond, P. Canale. (1998). Numerical Methods for engineers


with Programming and Software Application. USA: MC Graw-Hill
Companies.

Chow, V. T., Maidment, D. R., & Mays, L. W. (1988). Applied Hydrology,


Singapore: Mc-Graw Hill.

Departemen Kehutanan (Desember 2007). Laporan Akhir Penyusunan Rencana


Detil Penanganan Banjir Di Wilayah Jabodetabekjur. http://bpdas-ctw.sim-
rlps.dephut.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=89:ren
renc-detil-penanganan-banjir-
jabodetabek&catid=41:pelaporan&Itemid=72, dikunjungi 1/06/2011

Douglas, J. M., Rippin, D. W. T., (1966). Unsteady State Process Operation,


Chemical Engineering Science, 21, 305-315.

Effendi, H. (2000). Telaahan Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan


Lingkungan Perairan. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
93

Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. http://www.repository.ipb.ac.id,


dikunjungi 25/05/2011.

Hildebrand, F.B,(1968).Finite-Difference Equations and Simulations, Section 2.2,


Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, 1968.

Hill, M.K.. (2004). Understanding Environmental Pollution: A Primer.Ed ke-2.


Cambridge U niversity. Cambridge.

Keputusan Menteri Kesehatan no. 907/MENKES/SK/2002 tentang Syarat-Syarat


dan Pengawasan Kualitas Air Minum

Li, Z. (2000). Finite Difference Methods Basics. North Carolina State University,
Notes. www4.ncsu.edu/~zhilin/TEACHING/MA402/notes1.pdf,
dikunjungi 16/05/2011.

Manahan, S. E. (2000). Environmental Chemistry (7th ed). USA: Lewis Publisher

Metcalf & Eddy. (2002). Wastewater Engineering: Treatment and Reuse. USA:
MC Graw-Hill Companies.

Mifflin, H. (2000). American Heritage Dictionary. (4th ed). USA: Boston


Publisher

Pankratz, T. M. (2000). Environmental Engineering Dictionary and Directory.


USA: Lewis Publisher.

Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan


Pengendalian Pencemaran Air

Purnamasari, I. ( 2010). Pengembangan Awal Model Adveksi Pencemar Lateral


Dua Dimensi Menggunakan Runge-Kutta Sebagai Solusi Dinamika
Temporal. Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok.

Qasim, S. R, Motley, E.M, Zhu, G.(2000). Water Works Engineering Planning,


Design, and Operation. USA: Prentice Hall.

Sawyer, C. N., Mc Carty,P. L., & Parkin, G.F. (2003). Chemistry for
Environmental Engineering and Science. (5th ed). USA: MC Graw-Hill
Companies

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
94

Setiawan, H. (2001), Pengertian Pencemaran Air Dari Perspektif


Hukum,http://www.menlh.go.id/airnet/Artikel01.htm, dikunjungi
25/12/2010.

SK Gubernur DK Jakarta no.582 tahun 1995 Tentang Penetapan dan Peruntukan


Baku Mutu Air Sungai Atau Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair di
Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

SNI 03-2820-1992 Tentang Metode Pengukuran Debit Sungai Dan Saluran


Terbuka Dengan Pelampung Permukaan.

SNI 06-6989.3-2004 Tentang Air Dan Air Limbah– Bagian 3:Cara Uji Padatan
Tersuspensi Total (Total Suspended Solid, TSS) Secara Gravimetric.

SNI 6989.57: 2008 TentangAir Dan Air Limbah- Bagian 57 Metoda Pengambilan
Contoh Air Permukaan.

Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No.6 tahun 1999 Tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Di Jawa Barat.

Tchobanoglous, G. et.al. (1993). Integrated Solid Waste Management. USA: MC


Graw-Hill Companies.

Thoman, R. V. & Mueller, J. A. (1987). Principles Of Surface Water Quality


Modeling And Control. Harper & Row, New York.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.

Waryono, T. (Juni, 2002). Konsepsi Restorasi Ekologi Kawasan Penyangga


Sempadan Sungai Di DKI Jakarta. Tulisan dipresentasikan pada Seminar
Nasional Evaluasi Pasca dan Rancang Tindak Penanggulangan Banjir
Wilayah Perkotaan., Kuningan, Jakarta.

Yudhita, N. (2007). Pengembangan Model Adveksi-Dispersi Berbasis Spreedsheet


Elektronik, Studi Kasus Simulasi Konsentrasi Biochemical Oxygen Demand.
Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok.

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
LAMPIRANA.HASIL PERHITUNGAN RUNGE KUTTA MASING-
MASING RUAS HASILMODEL
LAMPIRANB. HASIL PERHITUNGAN RUNGE KUTTA MASING-
MASING RUAS HASIL OBSERVASI

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
LAMPIRAN A

Ruas 1
fungsi c
t (hari)
k1 k2 k3 k4 (mg/L)

0 182,17
0,05 246,114782 246,114782 246,114782 246,114782 194,47
0,1 231,734238 231,734238 231,734238 231,734238 206,06
0,15 218,193953 218,193953 218,193953 218,193953 216,97
0,2 205,444829 205,444829 205,444829 205,444829 227,24
0,25 193,440640 193,440640 193,440640 193,440640 236,91
0,3 182,137859 182,137859 182,137859 182,137859 246,02
0,35 171,495501 171,495501 171,495501 171,495501 254,60
0,4 161,474979 161,474979 161,474979 161,474979 262,67
0,45 152,039959 152,039959 152,039959 152,039959 270,27
0,5 143,156228 143,156228 143,156228 143,156228 277,43
0,55 134,791577 134,791577 134,791577 134,791577 284,17
0,6 126,915673 126,915673 126,915673 126,915673 290,51
0,65 119,499961 119,499961 119,499961 119,499961 296,49
0,7 112,517551 112,517551 112,517551 112,517551 302,12
0,75 105,943124 105,943124 105,943124 105,943124 307,41
0,8 99,752843 99,752843 99,752843 99,752843 312,40
0,85 93,924261 93,924261 93,924261 93,924261 317,10
0,9 88,436244 88,436244 88,436244 88,436244 321,52
0,95 83,268894 83,268894 83,268894 83,268894 325,68
1 78,403473 78,403473 78,403473 78,403473 329,60
1,05 73,822340 73,822340 73,822340 73,822340 333,29
1,1 69,508884 69,508884 69,508884 69,508884 336,77
1,15 65,447463 65,447463 65,447463 65,447463 340,04
1,2 61,623353 61,623353 61,623353 61,623353 343,12
1,25 58,022686 58,022686 58,022686 58,022686 346,02
1,3 54,632407 54,632407 54,632407 54,632407 348,75

18 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 392,77

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
Ruas 2
fungsi
t (hari) c (mg/L)
k1 k2 k3 k4
0 119,23
0,05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 119,23
0,1 27,243843 26,447911 26,471164 25,697127 120,55
0,15 48,420212 47,005609 47,046937 45,671248 122,91
0,2 64,618881 62,731033 62,786187 60,950270 126,04
0,25 76,745165 74,503046 74,568550 72,388108 129,77
0,3 85,550535 83,051166 83,124186 80,693570 133,93
0,35 91,658192 88,980388 89,058620 86,454476 138,38
0,4 95,584422 92,791912 92,873496 90,157802 143,02
0,45 97,756424 94,900458 94,983896 92,206493 147,77
0,5 98,527194 95,648710 95,732805 92,933503 152,55
0,55 98,187951 95,319379 95,403184 92,613521 157,32
0,6 96,978508 94,145270 94,228043 91,472742 162,03
0,65 95,095924 92,317685 92,398852 89,697037 166,65
0,7 92,701723 89,993431 90,072554 87,438762 171,15
0,75 89,927917 87,300663 87,377418 84,822435 175,52
0,8 86,882031 84,343763 84,417919 81,949473 179,74
0,85 83,651285 81,207403 81,278802 78,902146 183,80
0,9 80,306087 77,959935 78,028478 75,746864 187,70
0,95 76,902936 74,656208 74,721846 72,536921 191,44
1 73,486851 71,339924 71,402647 69,314778 195,01
1,05 70,093378 68,045592 68,105418 66,113963 198,41
1,1 66,750273 64,800156 64,857129 62,960656 201,65
1,15 63,478890 61,624347 61,678528 59,875000 204,74
1,2 60,295348 58,533813 58,585276 56,872197 207,66
1,25 57,211485 55,540045 55,588876 53,963414 210,44
1,3 54,235660 52,651158 52,697450 51,156535 213,08

18 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 257,08

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
Ruas 3

t fungsi c
(hari) k1 k2 k3 k4 (mg/L)

0 78,04
0,05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 78,04
0,1 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 78,04
0,15 2,929360 2,843779 2,846279 2,763052 78,18
0,2 7,654449 7,430824 7,437357 7,219883 78,55
0,25 13,345044 12,955167 12,966557 12,587405 79,20
0,3 19,404653 18,837743 18,854306 18,302991 80,14
0,35 25,415577 24,673058 24,694751 23,972657 81,38
0,4 31,095747 30,187281 30,213822 29,330346 82,89
0,45 36,264943 35,205459 35,236412 34,206071 84,65
0,5 40,818487 39,625970 39,660810 38,501097 86,63
0,55 44,706852 43,400736 43,438895 42,168708 88,80
0,6 47,919961 46,519974 46,560875 45,199399 91,13
0,65 50,475178 49,000540 49,043621 47,609548 93,58
0,7 52,408202 50,877090 50,921822 49,432828 96,13
0,75 53,766235 52,195449 52,241339 50,713762 98,74
0,8 54,602922 53,007691 53,054296 51,502947 101,39
0,85 54,974652 53,368562 53,415484 51,853573 104,06
0,9 54,937933 53,332915 53,379806 51,818939 106,73
0,95 54,547558 52,953945 53,000502 51,450726 109,38
1 53,855394 52,282002 52,327969 50,797858 111,99
1,05 52,909628 51,363867 51,409027 49,905787 114,56
1,1 51,754353 50,242344 50,286517 48,816100 117,08
1,15 50,429404 48,956103 48,999145 47,566372 119,53
1,2 48,970365 47,539690 47,581487 46,190167 121,90
1,25 47,408710 46,023659 46,064124 44,717173 124,21
1,3 45,772015 44,434780 44,473848 43,173398 126,43

18 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 168,26

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
Ruas 4

t fungsi c
(hari) k1 k2 k3 k4 (mg/L)

0 51,08
0,05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 51,08
0,1 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 51,08
0,15 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 51,08
0,2 0,314976 0,305774 0,306043 0,297094 51,09
0,25 1,086267 1,054531 1,055459 1,024596 51,15
0,3 2,342725 2,274282 2,276281 2,209721 51,26
0,35 4,044324 3,926168 3,929620 3,814715 51,46
0,4 6,112702 5,934118 5,939336 5,765665 51,75
0,45 8,452041 8,205113 8,212327 7,972192 52,16
0,5 10,962885 10,642603 10,651960 10,340488 52,70
0,55 13,550863 13,154973 13,166538 12,781539 53,35
0,6 16,131780 15,660488 15,674257 15,215929 54,14
0,65 18,634190 18,089790 18,105695 17,576270 55,04
0,7 21,000252 20,386727 20,404651 19,808003 56,06
0,75 23,185463 22,508097 22,527887 21,869154 57,19
0,8 25,157710 24,422725 24,444197 23,729430 58,41
0,85 26,895920 26,110153 26,133109 25,368957 59,72
0,9 28,388548 27,559173 27,583403 26,776843 61,10
0,95 29,632018 28,766316 28,791607 27,949718 62,53
1 30,629238 29,734401 29,760544 28,890322 64,02
1,05 31,388210 30,471200 30,497990 29,606205 65,55
1,1 31,920806 30,988236 31,015481 30,108564 67,10
1,15 32,241688 31,299743 31,327262 30,411229 68,66
1,2 32,367392 31,421775 31,449401 30,529796 70,23
1,25 32,315564 31,371461 31,399043 30,480911 71,80
1,3 32,104335 31,166403 31,193805 30,281674 73,36

18 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 110,13

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
Ruas 5

t fungsi c
(hari) k1 k2 k3 k4 (mg/L)

0 33,43
0,05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 33,43
0,1 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 33,43
0,15 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 33,43
0,2 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 33,43
0,25 0,033867 0,032878 0,032907 0,031945 33,43
0,3 0,145103 0,140864 0,140988 0,136865 33,44
0,35 0,373164 0,362262 0,362581 0,351979 33,46
0,4 0,746722 0,724906 0,725544 0,704328 33,49
0,45 1,281311 1,243878 1,244971 1,208567 33,56
0,5 1,979613 1,921778 1,923468 1,867224 33,65
0,55 2,833173 2,750402 2,752820 2,672325 33,79
0,6 3,824780 3,713039 3,716303 3,607636 33,98
0,65 4,930996 4,786936 4,791145 4,651048 34,22
0,7 6,124552 5,945622 5,950850 5,776842 34,51
0,75 7,376438 7,160935 7,167231 6,957655 34,87
0,8 8,657627 8,404694 8,412083 8,166107 35,29
0,85 9,940406 9,649996 9,658481 9,376059 35,77
0,9 11,199350 10,872159 10,881718 10,563528 36,32
0,95 12,411967 12,049350 12,059944 11,707302 36,92
1 13,559079 13,162949 13,174522 12,789288 37,58
1,05 14,624968 14,197698 14,210181 13,794664 38,29
1,1 15,597361 15,141682 15,154995 14,711851 39,05
1,15 16,467276 15,986183 16,000238 15,532379 39,85
1,2 17,228784 16,725443 16,740149 16,250654 40,68
1,25 17,878708 17,356380 17,371640 16,863679 41,55
1,3 18,416290 17,878256 17,893975 17,370741 42,45

18 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 72,08

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
Ruas 6

t fungsi c
(hari) k1 k2 k3 k4 (mg/L)

0 21,88
0,05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 21,88
0,1 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 21,88
0,15 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 21,88
0,2 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 21,88
0,25 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 21,88
0,3 0,003642 0,003535 0,003538 0,003435 21,88
0,35 0,018645 0,018101 0,018117 0,017587 21,88
0,4 0,055706 0,054079 0,054126 0,052544 21,89
0,45 0,126845 0,123139 0,123248 0,119644 21,89
0,5 0,243779 0,236657 0,236865 0,229938 21,90
0,55 0,416586 0,404415 0,404771 0,392935 21,92
0,6 0,652783 0,633712 0,634269 0,615722 21,96
0,65 0,956799 0,928846 0,929662 0,902478 22,00
0,7 1,329815 1,290965 1,292100 1,254318 22,07
0,75 1,769888 1,718181 1,719692 1,669406 22,15
0,8 2,272274 2,205889 2,207829 2,143270 22,26
0,85 2,829886 2,747211 2,749626 2,669225 22,40
0,9 3,433823 3,333504 3,336434 3,238874 22,57
0,95 4,073912 3,954892 3,958369 3,842623 22,76
1 4,739232 4,600775 4,604820 4,470171 22,99
1,05 5,418596 5,260291 5,264916 5,110965 23,26
1,1 6,100962 5,922722 5,927929 5,754592 23,55
1,15 6,775785 6,577829 6,583613 6,391103 23,88
1,2 7,433284 7,216120 7,222464 7,011274 24,24
1,25 8,064650 7,829040 7,835924 7,606795 24,64
1,3 8,662178 8,409111 8,416504 8,170399 25,06

18 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 47,18

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
Ruas 7

t fungsi c
(hari) k1 k2 k3 k4 (mg/L)

0 14,32
0,05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 14,32
0,1 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 14,32
0,15 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 14,32
0,2 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 14,32
0,25 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 14,32
0,3 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 14,32
0,35 0,000392 0,000380 0,000380 0,000369 14,32
0,4 0,002332 0,002264 0,002266 0,002200 14,32
0,45 0,007939 0,007707 0,007714 0,007488 14,32
0,5 0,020273 0,019681 0,019698 0,019122 14,32
0,55 0,043155 0,041894 0,041931 0,040705 14,33
0,6 0,080858 0,078496 0,078565 0,076268 14,33
0,65 0,137765 0,133740 0,133857 0,129943 14,34
0,7 0,218011 0,211642 0,211828 0,205634 14,35
0,75 0,325183 0,315683 0,315960 0,306722 14,36
0,8 0,462067 0,448568 0,448962 0,435834 14,38
0,85 0,630482 0,612063 0,612601 0,594688 14,42
0,9 0,831187 0,806904 0,807613 0,783998 14,46
0,95 1,063857 1,032777 1,033685 1,003459 14,51
1 1,327130 1,288357 1,289490 1,251784 14,57
1,05 1,618689 1,571399 1,572781 1,526791 14,65
1,1 1,935399 1,878856 1,880508 1,825521 14,74
1,15 2,273451 2,207032 2,208972 2,144380 14,85
1,2 2,628527 2,551734 2,553978 2,479297 14,98
1,25 2,995968 2,908440 2,910997 2,825878 15,13
1,3 3,370933 3,272450 3,275328 3,179554 15,29

18 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 30,88

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
Ruas 8

t fungsi c
(hari) k1 k2 k3 k4 (mg/L)

0 9,37
0,05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 9,37
0,1 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 9,37
0,15 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 9,37
0,2 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 9,37
0,25 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 9,37
0,3 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 9,37
0,35 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 9,37
0,4 0,000042 0,000041 0,000041 0,000040 9,37
0,45 0,000286 0,000278 0,000278 0,000270 9,37
0,5 0,001093 0,001061 0,001062 0,001031 9,37
0,55 0,003093 0,003003 0,003005 0,002917 9,37
0,6 0,007225 0,007014 0,007020 0,006815 9,37
0,65 0,014732 0,014302 0,014314 0,013896 9,38
0,7 0,027125 0,026333 0,026356 0,025585 9,38
0,75 0,046110 0,044763 0,044803 0,043493 9,38
0,8 0,073500 0,071353 0,071416 0,069327 9,38
0,85 0,111109 0,107863 0,107958 0,104801 9,39
0,9 0,160648 0,155954 0,156092 0,151527 9,40
0,95 0,223629 0,217096 0,217286 0,210933 9,41
1 0,301281 0,292479 0,292736 0,284177 9,42
1,05 0,394485 0,382960 0,383297 0,372089 9,44
1,1 0,503726 0,489010 0,489440 0,475128 9,46
1,15 0,629076 0,610697 0,611234 0,593361 9,50
1,2 0,770181 0,747680 0,748338 0,726456 9,53
1,25 0,926285 0,899224 0,900014 0,873697 9,58
1,3 1,096253 1,064226 1,065162 1,034015 9,63

18 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 20,21

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
Ruas 9

t fungsi c
(hari) k1 k2 k3 k4 (mg/L)

0 6,135
0,05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 6,135
0,1 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 6,135
0,15 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 6,135
0,2 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 6,135
0,25 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 6,135
0,3 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 6,135
0,35 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 6,135
0,4 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 6,135
0,45 0,000005 0,000004 0,000004 0,000004 6,135
0,5 0,000035 0,000034 0,000034 0,000033 6,135
0,55 0,000146 0,000142 0,000142 0,000138 6,135
0,6 0,000455 0,000442 0,000442 0,000429 6,135
0,65 0,001157 0,001123 0,001124 0,001091 6,135
0,7 0,002551 0,002476 0,002479 0,002406 6,135
0,75 0,005049 0,004901 0,004905 0,004762 6,136
0,8 0,009177 0,008909 0,008917 0,008656 6,136
0,85 0,015573 0,015118 0,015131 0,014688 6,137
0,9 0,024961 0,024232 0,024253 0,023544 6,138
0,95 0,038134 0,037020 0,037052 0,035969 6,140
1 0,055915 0,054281 0,054329 0,052740 6,143
1,05 0,079124 0,076812 0,076880 0,074632 6,147
1,1 0,108542 0,105371 0,105464 0,102380 6,152
1,15 0,144873 0,140641 0,140764 0,136648 6,159
1,2 0,188714 0,183201 0,183362 0,178000 6,168
1,25 0,240525 0,233498 0,233703 0,226870 6,180
1,3 0,300609 0,291827 0,292084 0,283543 6,194

18 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 13,228

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
Ruas 10

t fungsi c
(hari) k1 k2 k3 k4 (mg/L)

0 4,016
0,05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 4,016
0,1 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 4,016
0,15 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 4,016
0,2 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 4,016
0,25 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 4,016
0,3 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 4,016
0,35 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 4,016
0,4 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 4,016
0,45 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 4,016
0,5 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 4,016
0,55 0,000004 0,000004 0,000004 0,000004 4,016
0,6 0,000019 0,000019 0,000019 0,000018 4,016
0,65 0,000065 0,000063 0,000063 0,000061 4,016
0,7 0,000179 0,000173 0,000174 0,000169 4,016
0,75 0,000424 0,000411 0,000412 0,000400 4,016
0,8 0,000897 0,000871 0,000871 0,000846 4,016
0,85 0,001736 0,001686 0,001687 0,001638 4,016
0,9 0,003125 0,003034 0,003037 0,002948 4,016
0,95 0,005296 0,005141 0,005146 0,004995 4,016
1 0,008526 0,008277 0,008284 0,008042 4,017
1,05 0,013138 0,012754 0,012765 0,012392 4,017
1,1 0,019487 0,018918 0,018934 0,018381 4,018
1,15 0,027957 0,027140 0,027164 0,026369 4,020
1,2 0,038941 0,037804 0,037837 0,036730 4,021
1,25 0,052835 0,051292 0,051337 0,049836 4,024
1,3 0,070018 0,067972 0,068032 0,066043 4,027

18 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 8,658

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
LAMPIRAN B

Ruas 1
fungsi
t (hari) c (mg/L)
k1 k2 k3 k4
0 71,28
2,31481E-05 7650,074446 7650,074446 7650,074446 7650,074446 71,45
4,62963E-05 7649,867504 7649,867504 7649,867504 7649,867504 71,63
6,94444E-05 7649,660567 7649,660567 7649,660567 7649,660567 71,81
9,25926E-05 7649,453636 7649,453636 7649,453636 7649,453636 71,98
0,000115741 7649,246710 7649,246710 7649,246710 7649,246710 72,16
0,000138889 7649,039790 7649,039790 7649,039790 7649,039790 72,34
0,000162037 7648,832876 7648,832876 7648,832876 7648,832876 72,52
0,000185185 7648,625967 7648,625967 7648,625967 7648,625967 72,69
0,000208333 7648,419064 7648,419064 7648,419064 7648,419064 72,87
0,000231481 7648,212166 7648,212166 7648,212166 7648,212166 73,05
0,00025463 7648,005274 7648,005274 7648,005274 7648,005274 73,22
0,000277778 7647,798387 7647,798387 7647,798387 7647,798387 73,40
0,000300926 7647,591507 7647,591507 7647,591507 7647,591507 73,58
0,000324074 7647,384631 7647,384631 7647,384631 7647,384631 73,76
0,000347222 7647,177762 7647,177762 7647,177762 7647,177762 73,93
0,00037037 7646,970898 7646,970898 7646,970898 7646,970898 74,11
0,000393519 7646,764039 7646,764039 7646,764039 7646,764039 74,29
0,000416667 7646,557186 7646,557186 7646,557186 7646,557186 74,46
0,000439815 7646,350339 7646,350339 7646,350339 7646,350339 74,64
0,000462963 7646,143497 7646,143497 7646,143497 7646,143497 74,82
0,000486111 7645,936661 7645,936661 7645,936661 7645,936661 74,99
0,000509259 7645,729831 7645,729831 7645,729831 7645,729831 75,17
0,000532407 7645,523006 7645,523006 7645,523006 7645,523006 75,35
0,000555556 7645,316186 7645,316186 7645,316186 7645,316186 75,53
0,000578704 7645,109373 7645,109373 7645,109373 7645,109373 75,70

0,008125 7577,985427 7577,985427 7577,985427 7577,985427 133,14

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
Ruas 2
fungsi c
t (hari)
k1 k2 k3 k4 (mg/L)

0 71,27
2,31E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,27
4,63E-05 4900,637690 4900,571407 4900,571407 4900,505125 71,39
6,94E-05 6661,704204 6661,614101 6661,614102 6661,524001 71,54
9,26E-05 7294,466566 7294,367905 7294,367906 7294,269246 71,71
0,000116 7521,737165 7521,635429 7521,635431 7521,533697 71,88
0,000139 7603,281482 7603,178644 7603,178646 7603,075809 72,06
0,000162 7632,454458 7632,351225 7632,351227 7632,247995 72,24
0,000185 7642,806140 7642,702767 7642,702768 7642,599397 72,41
0,000208 7646,393798 7646,290377 7646,290378 7646,186958 72,59
0,000231 7647,550594 7647,447157 7647,447159 7647,343723 72,77
0,000255 7647,833787 7647,730346 7647,730347 7647,626908 72,94
0,000278 7647,803026 7647,699586 7647,699587 7647,596148 73,12
0,000301 7647,659440 7647,556001 7647,556003 7647,452565 73,30
0,000324 7647,475310 7647,371874 7647,371875 7647,268440 73,48
0,000347 7647,276612 7647,173179 7647,173180 7647,069748 73,65
0,00037 7647,072683 7646,969253 7646,969254 7646,865825 73,83
0,000394 7646,866878 7646,763450 7646,763452 7646,660025 74,01
0,000417 7646,660402 7646,556977 7646,556978 7646,453555 74,18
0,00044 7646,453688 7646,350266 7646,350267 7646,246846 74,36
0,000463 7646,246893 7646,143473 7646,143475 7646,040057 74,54
0,000486 7646,040071 7645,936655 7645,936656 7645,833241 74,71
0,000509 7645,833244 7645,729831 7645,729832 7645,626420 74,89
0,000532 7645,626419 7645,523008 7645,523009 7645,419600 75,07
0,000556 7645,419598 7645,316189 7645,316191 7645,212784 75,25
0,000579 7645,212782 7645,109376 7645,109377 7645,005973 75,42
0,000602 7645,005971 7644,902568 7644,902569 7644,799168 75,60

0,008125 7578,087928 7577,985430 7577,985432 7577,882935 132,86

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
Ruas 3
fungsi c
t (hari)
k1 k2 k3 k4 (mg/L)

0 71,27
2,31E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,27
4,63E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,27
6,94E-05 3139,306043 3139,263583 3139,263583 3139,221123 71,34
9,26E-05 5395,638866 5395,565887 5395,565888 5395,492910 71,47
0,000116 6611,865483 6611,776054 6611,776055 6611,686627 71,62
0,000139 7194,542543 7194,445233 7194,445235 7194,347926 71,79
0,000162 7456,182549 7456,081700 7456,081702 7455,980854 71,96
0,000185 7568,899112 7568,796739 7568,796740 7568,694368 72,14
0,000208 7616,038570 7615,935559 7615,935560 7615,832551 72,31
0,000231 7635,277847 7635,174576 7635,174577 7635,071308 72,49
0,000255 7642,933123 7642,829749 7642,829750 7642,726377 72,67
0,000278 7645,865699 7645,762285 7645,762287 7645,658874 72,84
0,000301 7646,899908 7646,796480 7646,796481 7646,693055 73,02
0,000324 7647,179604 7647,076172 7647,076173 7646,972742 73,20
0,000347 7647,162169 7647,058737 7647,058739 7646,955308 73,37
0,00037 7647,028620 7646,925190 7646,925191 7646,821762 73,55
0,000394 7646,849989 7646,746562 7646,746563 7646,643137 73,73
0,000417 7646,653956 7646,550531 7646,550532 7646,447109 73,90
0,00044 7646,451238 7646,347816 7646,347817 7646,244396 74,08
0,000463 7646,245966 7646,142546 7646,142548 7646,039130 74,26
0,000486 7646,039723 7645,936307 7645,936308 7645,832893 74,44
0,000509 7645,833116 7645,729702 7645,729703 7645,626291 74,61
0,000532 7645,626373 7645,522962 7645,522964 7645,419554 74,79
0,000556 7645,419583 7645,316175 7645,316176 7645,212770 74,97
0,000579 7645,212779 7645,109373 7645,109375 7645,005971 75,14
0,000602 7645,005972 7644,902570 7644,902571 7644,799170 75,32

0,008125 7578,087932 7577,985434 7577,985436 7577,882940 132,58

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
Ruas 4
fungsi c
t (hari)
k1 k2 k3 k4 (mg/L)

0 71,27
2,31E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,27
4,63E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,27
6,94E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,27
9,26E-05 2011,012251 2010,985051 2010,985052 2010,957852 71,31
0,000116 4179,120335 4179,063811 4179,063811 4179,007287 71,41
0,000139 5737,402751 5737,325149 5737,325150 5737,247550 71,54
0,000162 6670,678676 6670,588452 6670,588453 6670,498230 71,70
0,000185 7173,685205 7173,588177 7173,588178 7173,491152 71,86
0,000208 7426,661757 7426,561307 7426,561308 7426,460860 72,04
0,000231 7547,774006 7547,671919 7547,671920 7547,569834 72,21
0,000255 7603,624036 7603,521193 7603,521195 7603,418353 72,39
0,000278 7628,599414 7628,496233 7628,496234 7628,393055 72,56
0,000301 7639,453688 7639,350360 7639,350362 7639,247036 72,74
0,000324 7644,017020 7643,913631 7643,913632 7643,810244 72,92
0,000347 7645,836168 7645,732754 7645,732755 7645,629343 73,09
0,00037 7646,478768 7646,375345 7646,375347 7646,271925 73,27
0,000394 7646,624156 7646,520731 7646,520733 7646,417309 73,45
0,000417 7646,561976 7646,458553 7646,458554 7646,355132 73,62
0,00044 7646,414053 7646,310631 7646,310633 7646,207212 73,80
0,000463 7646,231033 7646,127613 7646,127615 7646,024197 73,98
0,000486 7646,033763 7645,930347 7645,930348 7645,826933 74,16
0,000509 7645,830751 7645,727337 7645,727339 7645,623926 74,33
0,000532 7645,625441 7645,522030 7645,522031 7645,418622 74,51
0,000556 7645,419219 7645,315811 7645,315812 7645,212405 74,69
0,000579 7645,212639 7645,109233 7645,109235 7645,005831 74,86
0,000602 7645,005920 7644,902518 7644,902519 7644,799118 75,04

0,008125 7578,087936 7577,985439 7577,985440 7577,882944 132,30

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
Ruas 5
fungsi c
t (hari)
k1 k2 k3 k4 (mg/L)

0 71,26
2,31E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
4,63E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
6,94E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
9,26E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
0,000116 1288,237024 1288,219600 1288,219600 1288,202176 71,29
0,000139 3140,076978 3140,034507 3140,034507 3139,992037 71,37
0,000162 4803,816423 4803,751448 4803,751449 4803,686476 71,48
0,000185 5999,582260 5999,501113 5999,501114 5999,419968 71,62
0,000208 6751,540141 6751,448823 6751,448824 6751,357507 71,77
0,000231 7183,834565 7183,737400 7183,737401 7183,640237 71,94
0,000255 7416,776690 7416,676374 7416,676376 7416,576061 72,11
0,000278 7536,268852 7536,166920 7536,166922 7536,064991 72,29
0,000301 7595,211149 7595,108420 7595,108421 7595,005693 72,46
0,000324 7623,347081 7623,243971 7623,243972 7623,140864 72,64
0,000347 7636,381848 7636,278562 7636,278563 7636,175279 72,81
0,00037 7642,231634 7642,128269 7642,128270 7642,024907 72,99
0,000394 7644,745584 7644,642185 7644,642186 7644,538788 73,17
0,000417 7645,742185 7645,638773 7645,638774 7645,535363 73,35
0,00044 7646,060514 7645,957097 7645,957098 7645,853683 73,52
0,000463 7646,080157 7645,976740 7645,976741 7645,873325 73,70
0,000486 7645,969975 7645,866559 7645,866561 7645,763146 73,88
0,000509 7645,804009 7645,700595 7645,700596 7645,597184 74,05
0,000532 7645,614315 7645,510905 7645,510906 7645,407496 74,23
0,000556 7645,414623 7645,311215 7645,311217 7645,207810 74,41
0,000579 7645,210754 7645,107348 7645,107350 7645,003946 74,58
0,000602 7645,005153 7644,901750 7644,901752 7644,798351 74,76

0,008125 7578,087941 7577,985443 7577,985445 7577,882948 132,02

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
Ruas 6
fungsi c
t (hari)
k1 k2 k3 k4 (mg/L)

0 71,26
2,31E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
4,63E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
6,94E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
9,26E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
0,000116 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
0,000139 825,233476 825,222314 825,222314 825,211153 71,28
0,000162 2308,079844 2308,048626 2308,048626 2308,017408 71,33
0,000185 3906,764637 3906,711796 3906,711797 3906,658956 71,42
0,000208 5247,299793 5247,228821 5247,228822 5247,157850 71,55
0,000231 6210,761184 6210,677180 6210,677181 6210,593179 71,69
0,000255 6833,935555 6833,843123 6833,843124 6833,750693 71,85
0,000278 7207,113674 7207,016194 7207,016195 7206,918717 72,01
0,000301 7417,772672 7417,672343 7417,672344 7417,572016 72,19
0,000324 7531,237567 7531,135703 7531,135705 7531,033842 72,36
0,000347 7590,038398 7589,935739 7589,935741 7589,833083 72,54
0,00037 7619,520295 7619,417237 7619,417238 7619,314182 72,71
0,000394 7633,862869 7633,759617 7633,759618 7633,656368 72,89
0,000417 7640,627741 7640,524397 7640,524399 7640,421057 73,07
0,00044 7643,697325 7643,593940 7643,593942 7643,490558 73,24
0,000463 7645,004396 7644,900994 7644,900995 7644,797594 73,42
0,000486 7645,486717 7645,383308 7645,383309 7645,279901 73,60
0,000509 7645,589472 7645,486062 7645,486063 7645,382654 73,77
0,000532 7645,520084 7645,416674 7645,416676 7645,313268 73,95
0,000556 7645,373631 7645,270224 7645,270225 7645,166819 74,13
0,000579 7645,193078 7645,089673 7645,089674 7644,986271 74,31
0,000602 7644,997593 7644,894191 7644,894192 7644,790791 74,48

0,008125 7578,087945 7577,985447 7577,985449 7577,882953 131,74

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
Ruas 7
fungsi c
t (hari)
k1 k2 k3 k4 (mg/L)

0 71,26
2,31E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
4,63E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
6,94E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
9,26E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
0,000116 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
0,000139 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
0,000162 528,637414 528,630264 528,630264 528,623115 71,27
0,000185 1668,518517 1668,495949 1668,495950 1668,473382 71,31
0,000208 3102,274454 3102,232494 3102,232495 3102,190535 71,38
0,000231 4476,275182 4476,214638 4476,214639 4476,154096 71,48
0,000255 5587,250800 5587,175230 5587,175231 5587,099662 71,61
0,000278 6385,715114 6385,628744 6385,628745 6385,542376 71,76
0,000301 6911,723177 6911,629692 6911,629693 6911,536210 71,92
0,000324 7235,707132 7235,609265 7235,609267 7235,511401 72,09
0,000347 7424,825637 7424,725213 7424,725214 7424,624791 72,26
0,00037 7530,458654 7530,356801 7530,356802 7530,254950 72,44
0,000394 7587,307066 7587,204443 7587,204445 7587,101824 72,61
0,000417 7616,925068 7616,822045 7616,822047 7616,719025 72,79
0,00044 7631,902752 7631,799526 7631,799528 7631,696304 72,96
0,000463 7639,251805 7639,148481 7639,148482 7639,045159 73,14
0,000486 7642,730218 7642,626847 7642,626848 7642,523478 73,32
0,000509 7644,289266 7644,185873 7644,185875 7644,082483 73,49
0,000532 7644,915384 7644,811983 7644,811984 7644,708584 73,67
0,000556 7645,095950 7644,992546 7644,992547 7644,889145 73,85
0,000579 7645,067025 7644,963622 7644,963623 7644,860221 74,03
0,000602 7644,940969 7644,837568 7644,837569 7644,734169 74,20

0,008125 7578,087949 7577,985452 7577,985453 7577,882957 131,46

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
Ruas 8
fungsi c
t (hari)
k1 k2 k3 k4 (mg/L)

0 71,26
2,31E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
4,63E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
6,94E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
9,26E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
0,000116 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
0,000139 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
0,000162 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,26
0,000185 338,640547 338,635967 338,635967 338,631387 71,26
0,000208 1190,539692 1190,523589 1190,523589 1190,507487 71,29
0,000231 2415,148211 2415,115545 2415,115546 2415,082880 71,35
0,000255 3735,422959 3735,372436 3735,372436 3735,321914 71,43
0,000278 4921,586784 4921,520217 4921,520218 4921,453651 71,55
0,000301 5859,361574 5859,282323 5859,282324 5859,203074 71,68
0,000324 6533,336799 6533,248432 6533,248433 6533,160068 71,83
0,000347 6983,092418 6982,997968 6982,997969 6982,903520 72,00
0,00037 7265,873994 7265,775719 7265,775720 7265,677447 72,16
0,000394 7435,168088 7435,067523 7435,067525 7434,966962 72,34
0,000417 7532,425873 7532,323993 7532,323994 7532,222115 72,51
0,00044 7586,351568 7586,248959 7586,248960 7586,146352 72,69
0,000463 7615,326046 7615,223045 7615,223046 7615,120046 72,86
0,000486 7630,446680 7630,343475 7630,343476 7630,240272 73,04
0,000509 7638,109000 7638,005690 7638,005692 7637,902384 73,22
0,000532 7641,861409 7641,758049 7641,758050 7641,654692 73,39
0,000556 7643,611041 7643,507658 7643,507659 7643,404277 73,57
0,000579 7644,355496 7644,252102 7644,252103 7644,148711 73,75
0,000602 7644,604510 7644,501113 7644,501115 7644,397719 73,92

0,008125 7578,087954 7577,985456 7577,985458 7577,882961 131,18

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
Ruas 9
fungsi c
t (hari)
k1 k2 k3 k4 (mg/L)

0 71,252
2,31E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,252
4,63E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,252
6,94E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,252
9,26E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,252
0,000116 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,252
0,000139 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,252
0,000162 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,252
0,000185 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,252
0,000208 216,930201 216,927266 216,927267 216,924332 71,257
0,000231 840,610137 840,598767 840,598767 840,587398 71,277
0,000255 1849,222846 1849,197834 1849,197835 1849,172823 71,320
0,000278 3057,456273 3057,414919 3057,414920 3057,373567 71,390
0,000301 4251,519420 4251,461916 4251,461917 4251,404414 71,489
0,000324 5281,374167 5281,302733 5281,302734 5281,231302 71,611
0,000347 6083,227717 6083,145438 6083,145439 6083,063161 71,752
0,00037 6659,508692 6659,418619 6659,418620 6659,328548 71,906
0,000394 7047,760906 7047,665582 7047,665583 7047,570260 72,069
0,000417 7295,739944 7295,641265 7295,641266 7295,542589 72,238
0,00044 7447,161544 7447,060818 7447,060819 7446,960094 72,410
0,000463 7536,124017 7536,022087 7536,022088 7535,920160 72,585
0,000486 7586,656293 7586,553680 7586,553681 7586,451069 72,761
0,000509 7614,502812 7614,399822 7614,399823 7614,296834 72,937
0,000532 7629,418754 7629,315562 7629,315563 7629,212373 73,113
0,000556 7637,183030 7637,079733 7637,079735 7636,976439 73,290
0,000579 7641,094168 7640,990818 7640,990819 7640,887471 73,467
0,000602 7642,976650 7642,873274 7642,873276 7642,769902 73,644

0,008125 7578,087958 7577,985460 7577,985462 7577,882966 130,905

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011
Ruas 10
fungsi c
t (hari)
k1 k2 k3 k4 (mg/L)

0 71,249
2,31E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,249
4,63E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,249
6,94E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,249
9,26E-05 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,249
0,000116 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,249
0,000139 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,249
0,000162 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,249
0,000185 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,249
0,000208 0,000000 0,000000 0,000000 0,000000 71,249
0,000231 138,963607 138,961727 138,961727 138,959848 71,253
0,000255 588,428536 588,420577 588,420577 588,412618 71,266
0,000278 1396,066529 1396,047647 1396,047647 1396,028765 71,299
0,000301 2460,300640 2460,267363 2460,267363 2460,234087 71,355
0,000324 3607,673318 3607,624522 3607,624523 3607,575728 71,439
0,000347 4679,733990 4679,670694 4679,670695 4679,607400 71,547
0,00037 5578,673321 5578,597867 5578,597868 5578,522414 71,676
0,000394 6270,896188 6270,811371 6270,811372 6270,726556 71,822
0,000417 6768,379364 6768,287818 6768,287819 6768,196274 71,978
0,00044 7106,018893 7105,922780 7105,922781 7105,826670 72,143
0,000463 7324,359697 7324,260631 7324,260633 7324,161568 72,312
0,000486 7459,815957 7459,715059 7459,715060 7459,614164 72,485
0,000509 7540,866984 7540,764990 7540,764992 7540,662999 72,660
0,000532 7587,833472 7587,730842 7587,730844 7587,628216 72,835
0,000556 7614,267387 7614,164400 7614,164402 7614,061416 73,011
0,000579 7628,740979 7628,637796 7628,637797 7628,534616 73,188
0,000602 7636,447962 7636,344675 7636,344676 7636,241391 73,365

0,008125 7578,087962 7577,985465 7577,985466 7577,882970 130,625

Universitas Indonesia
Model numerik..., Adhie Kurnia, FT UI, 2011

Anda mungkin juga menyukai