Anda di halaman 1dari 27

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN LANJUT USIA (Lansia)

1. Pengertian Lansia

Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah


seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi
suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan
tahapantahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai
dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler
dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga
terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran
kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada
activity of daily living (Fatmah, 2010).
2. Batasan-batasan usia lanjut
Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda.
Menurut
World Health Organitation (WHO) lansia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006)
pengelompokkan lansia menjadi :

9
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki
masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif
(usia >65 tahun)

3. Proses Penuaan
Proses penuaan adalah proses dimana umur seseorang bertambah dan
mengalami perubahan. Semakin bertambahnya umur maka fungsi organ
juga mengalami penurunan. Banyak factor yang dapat mempengaruhi
terjadinya penuaan yang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor
genetik yang melibatkan perbaikan DNA, respon terhadap stres dan
pertahanan terhadap antioksidan. Selanjutnya faktor lingkungan meliputi
pemasukan kalori, berbagai macam penyakit dan stres dari luar, misalnya
radiasi atau bahan-bahan kimiawi. Kedua faktor tersebut akan
mempengaruhi aktivitas metabolism sel yang menyebabkan stres oksidasi
sehingga terjadinya kerusakan sel dan terjadinya proses penuaan (Sunaryo,
et.al, 2016).
Menurut Maryam, dkk. (2008) (dalam Sunaryo, et.al, 2016) terdapat
beberapa teori penuaan (aging process) yaitu:
a. Teori Biologis
Teori biologis berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan
seseorang dari lahir sampai meninggal dunia, perubahan yang
terjadi pada tubuh dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat
patologi. Proses menua merupakan terjadinya perubahan struktur
dan fungsi tubuh selama fase kehidupan. Teori biologis lebih
menekan pada perubahan struktural sel atau organ tubuh termasuk
pengaruh agen patologis.
b. Teori Psikologi (Psycologic Theories Aging)
Teori psikologi menjelaskan bagaimana seorang merespon
perkembangannya. Perkembangan seseorang akan terus berjalan

10
walaupun seseorang tersebut telah menua. Teori psikologi terdiri
dari teori hierarki kebutuhan manusia maslow (maslow’s
hierarchy of human needs), yaitu tentang kebutuhan dasar
manusia dari tingkat yang paling rendah (kebutuhan
biologis/fisiologis/sex, rasa aman, kasih saying dan harga diri)
sampai tingkat paling tinggi (aktualisasi diri). Teori
individualisme jung (jung’s theory of individualisme), yaitu sifat
manusia terbagi menjadi dua, yaitu ekstrover dan introver. Pada
lansia akan cenderung introver, lebih suka menyendiri. Teori
delapan tingkat perkembangan erikson (erikson’s eight stages of
life), yaitu tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai
seseorang adalah ego integrity vs disappear. Apabila seseorang
mampu mencapai tugas ini maka dia akan berkembang menjadi
orang yang bijaksana (menerima dirinya apa adanya, merasa
hidup penuh arti, menjadi lansia yang bertanggung jawab dan
kehidupannya berhasil).
c. Teori Kultural
Teori kultural dikemukakan oleh Blakemore dan Boneham
(1992) yang menjelaskan bahwa tempat kelahiran seseorang
berpengaruh pada budaya yang dianutnya. Budaya merupakan
sikap, perasaan, nilai dan kepercayaan yang terdapat pada suatu
daerah dan dianut oleh kaum orang tua. Budaya yang dimiliki
sejak ia lahir akan selalu dipertahankan sampai tua.
d. Teori Sosial
Teori social dikemukakan oleh Lemon (1972) yang
meliputi teori aktivitas (lansia yang aktif dan memiliki banyak
kegiatan sosial), teori pembebasan (perubahan usia seseorang
mengakibatkan seseorang menarik diri dari kehidupan
sosialnya) dan teori kesinambungan (adanya kesinambungan
pada siklus kehidupan lansia, lansia tidak diperbolehkan
meninggalkan peran dalam proses penuaan).

11
e. Teori Genetika
Teori genetika dikemukakan oleh Hayflick (1965) bahwa
proses penuaan memiliki komponen genetilk. Dilihat dari
pengamatan bahwa anggota keluarga yang cenderung hidup
pada umur yang sama dan mereka mempunyai umur yang rata-
rata sama, tanpa mengikutsertakan meninggal akibat kecelakaan
atau penyakit.
f. Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh
Mutasi yang berulang-ulang mengakibatkan sistem imun
untuk mengenali dirinya berkurang sehinggal terjadinya
kelainan pada sel, perubahan ini disebut peristiwa autoimun
(Hayflick, 1965).
g. Teori Menua Akibat Metabolisme
Pada zaman dahulu disebut lansia adalah seseorang yang
botak, kebingungan, pendengaran yang menurun atau disebut
dengan “budeg” bungkuk, dan beser atau inkontinensia urin
(Martono, 2006).
h. Teori Kejiwaan Sosial
Teori kejiwaan sosial meliputi activity theory yang
menyatakan bahwa lansia adalah orang yang aktif dan
memiliki banyak kegitan social. Continuity theory adalah
perubahan yang terjadi pada lansia dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimilikinya, dan disengagement theory adalah
akibat bertambahnya usia seseorang mereka mulai menarik diri
dari pergaulan.
4. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Proses Penuaan
a. Hereditas atau ketuaan genetic
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalamn hidup
e. Lingkungan
f. Stress

12
5. Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Semakin berkembangnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial
dan seksual (Azizah dan Lilik, 2011 dalam Kholifah, 2016).
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra
Sistem penengaran prebiakusis (gangguan pada
pendengaran) disebabkan karena hilangnya kemampuan
(daya) pendegaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas
60 tahuhn.
2) Sistem Intergumen
Kulit pada lansia mengalami atropi, kendur, tidak elastis
kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga
menjadi tipis dan bercerak. Kekeringan kulit disebabkan atropi
glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: jaringan
penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.
Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago
dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan
yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada pesendian
menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga permukaan
sendi menjadi rata.
Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan
degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif,
konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap
gesekan. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati
adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan

13
osteoporosis dan lebih lanut akan mengakibatkan nyeri, deformitas
dan fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat
bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan
jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan
efek negatif. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti
tondon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
4) Sistem Kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah masa
jantung bertambah, venrikel kiri mengalami hipertropi sehingga
perenggangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena
perubahan jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh
penumpukan llipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi
berubah menjadi jaringan ikat.
5) Sistem Respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah
untuk mengkonvensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir
ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak
mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan
perenggangan torak berkurang.
6) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena
kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun
(kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin mengecil dan
menurunnya tmpat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
7) Sistem Perkemihan
Pada sistem perkemihgan terjadi perubahan yang signifikan.
Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju
filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.

14
8) Sistem Saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatonim dan
atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami
penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari.
9) Sistem Reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya
ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki masih
dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan
secara berangsur-angsur.
b. Perubahan Kognitif
1. Memory (daya ingat, Ingatan).
2. IQ (Intellegent Quotient).
3. Kemampuan Belajar (Learning).
4. Kemampuan Pemahaman (Comprehension).
5. Pemecahan Masalah (Problem Solving).
6. Pengambilan Keputusan (Decision Making).
7. Kebijaksanaan (Wisdom).
8. Kinerja (Performance).
9. Motivasi.
c. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang menpengaruhi perubahan mental:
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2) Kesehatan umum.
3) Tingkat pendidikan.
4) Keturunan (hereditas).
5) Lingkungan.
6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan
ketulian.
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan.
8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan
dengan teman dan family.

15
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan
terhadap gambaran diri, perubahan kensep diri.
d. Perubahan Spiritual
Agamam atau kepercayaan makin terintegrasi
dalam kehidupannya. Lansia semakin matang (mature) dalam
kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak
sehari-hari.
e. Perubahan Psikososial
Pada umumnya setelah seorang lansia mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi
proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan
lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi
makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti
gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi
kurang cekatan. Penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga
mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan
keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat
dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:
1) Tipe Kepribadian Konstruktif (Constuction personality),
biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, ten)ang dan
mantap sampai sangat tua.
2) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada
tipe ini ada kecenderungan mengalami post powe sindrome, apalagi
jika pasa masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat
memberikan otonomi pada dirinya.
3) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personality),
pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi oleh kehidupan keluarga,
apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia
tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka
pasangan yang ditinggalkan akan merana,apalagi jika tidak segera
bangkit dari kedukaanya.

16
4) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada
tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan
kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak
diperhitungkan secara seksama sehinggal menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
5) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self hate personalitiy), pada
lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya
sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah
dirinya.

2.2 LATAR BELAKANG DEMOGRAFI

Secara etimology, Demografi berasal bahasa Latien, yaitu kata


‘demograhie’ yang terdiri dari dua kata “demos” dan “raphien”. Demos
berarti penduduk dan graphien berarti catatan atau bahasan tentang sesuatu.
Maka secara etimology makna demografi adalah catatan atau bahasan
mengenai penduduk suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Pengertian
demografi secara umum adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari
jumlah, persebaran wilayah, dan komposisi penduduk. Perubahan dan sebab
perubahan itu yang biasanya timbul karena kelahiran, perpindahan
penduduk, dan mobilitas sosial.

Adapun pengertian demografi Menurut Para Ahli:


1. Menurut Johan Susczmilch (1762), demografi adalah ilmu yang
mempelajari hukum Ilahi dalam perubahan-perubahan pada umat manusia
yang tampak dari kelahiran, kematian dan pertumbuhannya.
2. Menurut Achille Guillard, demografi adalah ilmu yang mempelajari
segala sesuatu dari keadaan dan sikap manusia yang dapat diukur.
3. Menurut George W. Barclay, demografi adalah ilmu yang memberikan
gambaran menarik dari penduduk yang digambarkan secara statistika.
Demografi mempelajari tingkah laku keseluruhan dan bukan tingkah laku
perorangan.

17
4. Menurut Phillip M. Hauser dan Dudley Duncan, demografi adalah ilmu
yang mempelajari tentang jumlah, persebaran teritorial dan komposisi
penduduk serta perubahan-perubahan dan sebab-sebab perubahan tersebut.
5. Menurut V. Glass, demografi adalah ilmu yang secara umum terbatas
untuk mempelajari penduduk yang dipengaruhi oleh proses demografis,
yaitu : fertilitas, mortalitas dan migrasi.
Menurut Donald J. Boague (1973), demografi adalah ilmu yang
mempelajari secara statistika dan matematika tentang besar, komposisi dan
distribusi penduduk serta perubahan-perubahannya

Demografi dan kependudukan sama-sama mempelajari penduduk


sebagai suatu kumpulan (agregates atau collection), bukan mempelajari
penduduk sebagai individu. Dengan demikian yang dimaksud dengan
penduduk adalah sekelompok orang yang bertempat tinggal di suatu
wilayah, seperti yang termaktub dalam Undang-undang RI No. 10 tahun
1992 yaitu penduduk adalah orang dalam matranya sebagai diri pribadi,
anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara dan himpunan
kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah
negara pada waktu tertentu.

Kependudukan sebagai studi, memberikan informasi yang lebih


komperhensif mengenai sebab-akibat dan solusi pemecahan masalah dari
munculnya fenomena demografi, oleh karena itu studi kependudukan
membutuhkan disiplin ilmu lain seperti: sosiologi, psikologi, sosial-
ekonomi, ekonomi, geografi. Studi kependudukan sebagai studi antar
bidang memungkinkan dapat berperan memecahkan persoalan
pembangunan yang menyangkut penduduk sebagai subjek sekaligus sebagai
objek pembangunan.

Berdasarkan pengertian demografi, ada tujuan tertentu, diantaranya,


mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk
dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial, menjelaskan
pertumbuhan masa lampau, penurunannya dan persebarannya dengan
sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia, mempelajari kuantitas dan

18
distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu, mencoba meramalkan
pertumbuhan penduduk dimasa yang akan datang dan kemungkinan-
kemungkinan konsekuensinya. Selain , demografi memiliki variabel utama
yang paling berpengaruh terhadap perubahan komposisi penduduk seperti
umur, jumlah, sebaran dan jenis kelamin.

Variabel tersebut adalah:


1. Kelahiran (fertilitas atau natalitas)
2. Kematian (death/mortalitas)
3. Migrasi (perpindahan)

Demografi dalam ekonomi disebut juga gaya hidup. Gaya hidup adalah
bagaimana seseorang menjalankan apa yang menjadi konsep dirinya yang
ditentukan oleh karakteristik individu yang terbangun dan terbentuk sejak
lahir dan seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama mereka
menjalani siklus kehidupan. Pengertian demografi ini menujukan adanya
konsep gaya hidup konsumen sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya hidup
terkait dengan bagaimana seseorang hidup.

Demografi atau ilmu kependudukan adalah ilmu yang mempelajari


dinamika kependudukan manusia. Demografi meliputi ukuran, struktur, dan
distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap
waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis
kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok
tertentu yang didasarkan kriteria
seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu. Para
praktisi atau ahli di bidang kependudukan disebut sebagai demograf.

19
Data dan metode

Ada dua macam pengumpulan data.

 Metode langsung. Data berasal dari statistik yang mencatat seluruh


kelahiran dan kematian, dan perubahan status secara sah seperti
perkawinan, perceraian, dan migrasi.
 Metode tidak langsung. Digunakan saat data utuh tidak tersedia,
misalnya pada negara berkembang dan demografi masa lampau.

2.3 Demografi Lansia Tingkat internasional


Data terbaru yang dirilis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu
menunjukkan jumlah warga berusia di atas 65 tahun melebihi jumlah
warga berusia di bawah lima tahun pada akhir 2018.
Sekarang ada sekitar 705 juta orang berumur lebih dari 65 tahun,
dan mereka yang berusia 0–4 tahun hanya sekitar 680 juta jiwa. Kondisi
ini diperkirakan akan terus berlanjut. Pada 2050 diperkirakan lebih dari
dua orang berumur lebih dari 65 tahun untuk tiap satu warga berumur 0–4
tahun.
Semakin melebarnya kesenjangan ini menjadi simbol tren yang
telah dilacak puluhan tahun oleh para pakar demografi, yakni sebagian
besar negara warganya hidup lebih lama dan tidak memiliki cukup bayi.
Namun, kondisi ini tidak berlaku untuk Indonesia.
a. Jepang
Standar hidup yang lebih baik berarti orang memiliki umur
lebih lama di negara-negara itu. Contoh paling mudah di Jepang,
tempat harapan hidup seseorang hampir 84 tahun atau tingkat
nasional tertinggi di dunia. Selain itu, warga berumur lebih dari 65
tahun mencakup 27% dari total populasi Jepang pada 2018 atau
yang paling besar di dunia.
Populasi dunia saat ini memang menua dan analisis data
Pew Research memprediksi bahwa jumlah orang dengan usia

20
sedikitnya 100 tahun yang mencapai 450 ribu jiwa pada 2015 akan
meningkat hingga delapan kali lipat pada 2050, melampaui 3,6 juta
jiwa. Jepang memberikan penghormatan tertinggi bagi para
penduduknya yang berusia lanjut. Sejak 1963, Jepang menjadikan
15 September sebagai Hari Penghormatan bagi Lansia. Para
penduduk yang merayakan ulang tahun ke-100 akan dihadiahi
wadah sake berlapis perak oleh pemerintah serta surat ucapan
selamat.
b. China
China memiliki porsi warga berusia lebih dari 65 tahun
sebesar 10,6% dari total populasi. Persentase itu jauh lebih rendah
dibandingkan Jepang. Di sisi lain, dengan program rencana
kehamilan yang ketat yang diterapkan sejak 1970-an, China juga
memiliki tingkat kelahiran yang rendah yakni 1,6 kelahiran per
wanita. Warga berusia di bawah 5 tahun di Daratan China,
sekarang kurang dari 6% dari total populasi.
c. Rusia
Karena rendahnya kelahiran bayi, banyak negara akan
melihat populasi mereka menyusut meski secara keseluruhan ada
peningkatan populasi global. Diperkirakan populasi mencapai
delapan miliar jiwa pada 2024. Salah satu kasus paling ekstrem
adalah Rusia dengan tingkat kesuburan 1,75 anak per wanita,
diperkirakan menurunkan jumlah warga Rusia dalam beberapa
dekade mendatang.
Divisi Populasi PBB memperkirakan populasi Rusia akan turun
dari saat ini 143 juta jiwa menjadi 132 juta jiwa pada 2050.
Populasi yang berkurang dan semakin tua berarti lebih sedikit
tenaga kerja yang dapat memicu penurunan produktivitas ekonomi
yang menghambat pertumbuhan ekonomi.

2.4 Demografi Lansia Di Indonesia

21
Berdasarkan survei penduduk antar sensus (Supas) 2015, jumlah
penduduk Indonesia yang berusia 4 tahun ke bawah pada 2019
diproyeksikan jauh lebih besar dibanding usia 65 tahun ke atas, yakni
sekitar 22 juta orang berbanding 17 juta orang. Jumlah penduduk
produktif-kelompok umur 15-64 tahun–juga sangat besar, yakni mencapai
183,36 juta jiwa atau 68,7% dari total populasi.
Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18
juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada
tahun 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun 2035
menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%).
Sekjen Kemenkes, drg. Oscar Primadi, MPH mengatakan semua
orang perlu mulai memperhatikan kebutuhan lansia tersebut, sehingga
diharapkan mereka dapat tetap sehat, mandiri, aktif, dan produktif, salah
satunya penguatan peran keluarga dalam melakukan perawatan bagi
lansia.
''Di tataran global, situasi ini tidak jauh berbeda bahkan mungkin
lebih memprihatinkan seperti fenomena Kodokushi di Jepang yaitu lansia
yang meninggal membusuk dalam kesendirian dan kejadiannya cukup
banyak sehingga telah menjadi permasalahan serius bagi Pemerintah
Jepang,'' katanya, Kamis (4/7) di gedung Kemenkes, Jakarta.
Situasi yang digambarkan tadi merupakan dampak dari terjadinya
populasi yang menua yaitu makin besarnya proporsi lansia terhadap
jumlah penduduk di suatu negara. Indonesia saat ini sudah menuju kepada
kondisi populasi menua dengan persentase Lansia sebesar 9,7%
sedangkan negara-negara maju sudah melebihi 10% bahkan Jepang sudah
melebihi 30%.
''Pada negara-negara maju telah dikembangkan sistem pelayanan
long term care atau perawatan jangka panjang yang pembiayaannya
tersendiri di luar jaminan kesehatan, sehingga ketika seseorang memasuki
kondisi membutuhkan pelayanan jangka panjang, long term care, dapat
ditanggulangi oleh skema asuransi khusus tersebut,'' ucapnya.

22
Menyikapi isu Ageing Population tersebut, tambah Sekjen, terdapat
beberapa komitmen global, antara lain; Resolution World Health
Assembly (WHA) 69.3 tahun 2016, Regional Strategy for Healthy
Ageing, dan Response to Aging Societies and Dementia yang merupakan
salah satu isu yang dibahas di G20.
Mengingat negara-negara anggota G20 mengalami penuaan dengan
sangat cepat dan prevalensi demensia juga akan meningkat dengan sangat
cepat seiring pertumbuhan ekonominya, sehingga apabila masalah ini
tidak disikapi dengan baik akan mempengaruhi perekonomian suatu
negara, kata Sekjen.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, penyakit yang terbanyak
pada lansia adalah untuk penyakit tidak menular antara lain ; hipertensi,
masalah gigi, penyakit sendi, masalah mulut, diabetes mellitus, penyakit
jantung dan stroke, dan penyakit menular antara lain seperti ISPA, diare,
dan pneumonia.
Jumlah orang dengan demensia cenderung meningkat seiring
dengan meningkatnya kasus penyakit tidak menular. Kondisi tersebut
akan berdampak pada kondisi ketergantungan lansia akan bantuan orang
lain, atau Perawatan Jangka Panjang / Long term care.
Di sisi lain, terdapat juga Lansia yang mandiri sebanyak 74,3% dan
lansia yang tergantung ringan 22%.
''Kelompok yang besar ini potensial kita berdayakan untuk
meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan keluarga dan
masyarakat, melalui kegiatan di masyarakat termasuk di Posyandu
Lansia,'' katanya.
Untuk mendorong percepatan peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan Lansia di fasilitas kesehatan telah diterbitkan beberapa
Permenkes yang mengatur pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan
primer maupun rujukan. Selain itu juga Permenkes no. 25 tahun 2016
tentang RENCANA AKSI NASIONAL KESEHATAN LANSIA 2016-
2019 dengan 6 strateginya: 1) Memperkuat dasar hukum pelaksanaan
pelayanan kesehatan lanjut usia, 2) Meningkatkan jumlah dan kualitas

23
fasilitas kesehatan, 3) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan
jejaring pelaksanaan pelayanaan kesehatan lanjut usia, 4) Meningkatkan
ketersediaan data dan informasi di bidang kesehatan lanjut usia, 5)
Meningkatkan peran serta dan pemberdayaan keluarga, masyarakat, dan
lanjut usia, 6) Meningkatkan peran serta Lansia dalam upaya peningkatan
kesehatan keluarga dan masyarakat .
Konsep dasar pengembangan pelayanan atau program kesehatan
lansia adalah diharapkan lansia yang sehat tetap sehat dengan
mengoptimalkan fungsi fisik, mental, kognitif dan spiritual, melalui upaya
promotif dan preventif, termasuk kegiatan pemberdayaan lansia. Lansia
yang sakit diharapkan dapat meningkat status kesehatannya dan optimal
kualitas hidupnya sehingga lansia dapat sehat kembali.
Jika kondisinya menurun karena proses alamiah maka diharapkan
dalam kualitas hidup yang optimal atau meninggal dalam kondisi yang
damai dan bermartabat. Hal ini dilakukan melalui:
Pengembangan Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan santun lansia.
Pengembangan Rumah Sakit yang mempunyai pelayanan geriatri
dengan tim terpadu
Pengembangan Perawatan Jangka Panjang (PJP) bagi lansia dan
Penguatan keluarga sebagai caregiver
Berdasarkan data Direktorat Kesehatan Keluarga sampai dengan
tahun 2018, sudah terdapat sekitar 48,4% Puskesmas (4.835 Puskesmas
dari 9.993 Puskesmas) yang telah menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang Santun Lansia dan sudah mempunyai 100.470 Posyandu
Lansia. Selain itu, sudah terdapat 88 Rumah Sakit yang
menyelenggarakan pelayanan geriatri dengan tim terpadu.
Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) diperingati setiap tanggal 29
Mei. Tahun 2018, HLUN mengangkat tema Lansia Sejahtera, Masyarakat
Bahagia; dengan Sub Tema Bidang Kesehatan: Lansia Sehat Mandiri
diwujudkan dari Keluarga Sehat. Melalui tema ini diharapkan bangkit
kembali pesan-pesan kesehatan bahwa sehat itu dimulai dari keluarga;

24
sehat harus dijaga dengan menerapkan perilaku hidup sehat; dan
berpartisipasi aktif dalam jaminan kesehatan nasional. Sehingga
nantinya, akan terbangun keluarga yang sadar akan kesehatan dan
terwujud Lansia yang sehat, mandiri dan produktif.

2.5 Demografi Lansia Di Provinsi Jawa Timur

Kabupaten/ Persentase Penduduk Lansia


Kota Se 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Jawa 10.3
10.52 10.72 10.95 11.23 11.54 11.88 12.25 12.64 13.06 13.48
Timur 5
Jawa Timur 16.0
16.27 16.53 16.84 17.20 17.62 18.07 18.57 19.10 19.67 20.25
Kabupaten 5
Pacitan 15.1
15.36 15.61 15.92 16.27 16.68 17.12 17.60 18.13 18.67 19.23
Kabupaten 4
Ponorogo 13.4
13.64 13.88 14.16 14.49 14.87 15.27 15.72 16.20 16.71 17.23
Kabupaten 3
Trenggalek 12.3
12.52 12.75 13.02 13.33 13.69 14.08 14.50 14.96 15.44 15.94
Kabupaten 3
Tulungagun 13.3
13.54 13.78 14.06 14.39 14.76 15.17 15.61 16.09 16.59 17.11
g 4
Kabupaten 11.1
11.29 11.51 11.77 12.06 12.40 12.76 13.16 13.59 14.04 14.50
Blitar 1
Kabupaten 10.8
11.04 11.25 11.50 11.79 12.13 12.48 12.88 13.30 13.74 14.20
Kediri 5
Kabupaten 11.1
11.34 11.56 11.82 12.12 12.47 12.84 13.25 13.69 14.15 14.62
Malang 5
Kabupaten 10.8
11.05 11.27 11.53 11.84 12.18 12.55 12.95 13.38 13.84 14.30
Lumajang 6
Kabupaten 12.1
12.32 12.56 12.84 13.17 13.54 13.94 14.37 14.84 15.34 15.84
Jember 2
Kabupaten 12.5
12.73 12.98 13.27 13.60 13.99 14.39 14.84 15.33 15.83 16.35
Banyuwangi 2
Kabupaten 11.1 11.35 11.57 11.84 12.15 12.51 12.88 13.29 13.74 14.20 14.67

25
Bondowoso
Kabupaten 5
Situbondo 9.85 10.03 10.24 10.48 10.76 11.08 11.42 11.79 12.20 12.61 13.04
Kabupaten 7.55 7.69 7.86 8.06 8.29 8.55 8.82 9.13 9.45 9.79 10.14
6.04 6.16 6.30 6.46 6.65 6.86 7.09 7.34 7.61 7.89 8.19
Probolinggo
8.89 9.05 9.24 9.46 9.72 10.01 10.32 10.67 11.04 11.43 11.83
Kabupaten
10.0
Pasuruan 10.25 10.46 10.70 10.97 11.29 11.63 12 12.41 12.83 13.26
Kabupaten 8
11.9
Sidoarjo 12.10 12.33 12.60 12.91 13.27 13.65 14.08 14.54 15.01 15.51
Kabupaten 0
14.0
Mojokerto 14.22 14.46 14.75 15.09 15.47 15.89 16.35 16.85 17.37 17.90
Kabupaten 2
16.1
Jombang 16.32 16.59 16.90 17.26 17.68 18.13 18.63 19.17 19.73 20.31
Kabupaten 0
13.6
Nganjuk 13.83 14.07 14.36 14.69 15.08 15.49 15.95 16.44 16.95 17.48
Kabupaten 2
11.3
Madiun 11.54 11.76 12.01 12.31 12.64 13.01 13.40 13.83 14.28 14.75
Kabupaten 6
10.1
Magetan 10.30 10.50 10.73 11 11.31 11.65 12.02 12.41 12.82 13.25
Kabupaten 3
11.2
Ngawi 11.45 11.66 11.92 12.21 12.55 12.91 13.31 13.74 14.19 14.66
Kabupaten 6
7.27 7.41 7.58 7.77 7.99 8.24 8.51 8.80 9.12 9.45 9.79
Bojonegoro
9.69 9.86 10.07 10.31 10.59 10.90 11.23 11.60 11.99 12.40 12.83
Kabupaten
7.79 7.95 8.13 8.34 8.58 8.85 9.14 9.46 9.80 10.15 10.51
Tuban
8.06 8.21 8.39 8.60 8.84 9.11 9.40 9.72 10.06 10.42 10.78
Kabupaten
10.9
Lamongan 11.16 11.39 11.65 11.95 12.30 12.67 13.08 13.52 13.97 14.44
8
Kabupaten
8.62 8.78 8.96 9.18 9.42 9.71 10 10.34 10.69 11.06 11.44
Gresik 10.2
Kabupaten 10.44 10.64 10.88 11.15 11.47 11.81 12.18 12.58 13.01 13.44
6
Bangkalan
8.30 8.46 8.64 8.85 9.09 9.36 9.65 9.97 10.32 10.68 11.04
Kabupaten
7.95 8.10 8.28 8.49 8.72 9 9.29 9.60 9.94 10.30 10.66
Sampang 7.03 7.16 7.32 7.51 7.72 7.97 8.22 8.51 8.81 9.13 9.46
Kabupaten 8.24 8.39 8.56 8.77 9.01 9.28 9.57 9.89 10.24 10.59 10.96
Pamekasan

26
Kabupaten
Sumenep
Kota Kediri
Kota Blitar
Kota
Malang
Kota
Probolinggo
Kota
Pasuruan
Kota
Mojokerto

2.6 TREND ISSUE KEPERAWATAN GERONTIK


a. Pendahuluan
Amerika Serikat  jumlah populasi lansia berusia 60 tahun atau
lebih diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyekasikan
menjadi 2 miliar pada tahun 2050, Pada saat itu lansia akan melebihi
jumlah populasi anak (0-14 tahun).
Indonesia : jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28%
pada tahun 2020 menjadi sebesar 11,34%. Fakta !!!

Cina : terdapat pouplasi lansia yang sebagian besar berusia lebih dari
100 tahun masih hidup dengan sehat dan sedikit sekali prevalensi
kepikunannya.
Menurut mereka, rahasianya adalah menghindari makanan modern,
banyak mengkonsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik ynag tinggi,
sosialisasi dengan warga lain, serta hidup di tempat yang sangat bersih
dan jauh dari polusi udara.
Hal ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk dapat
mempertahankan kesehatan dan kemandirian para lansia agar
tidak menjadi beban bagi dirinya, keluarga, maupun masyarakat.

27
Azas pendekatan dan jenis pelayanan kesehatan Lansia
Azaz Menurut WHO (1991) adalah to add life to the years that
have been added to life, dengan prinsip kemerdekaan, partisipasi,
perawatan, pemenuhan diri dan kehormatan.
Azas yang dianut oleh departemen kesehatan RI adalah
meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan,
dan memperpanjang usia.

b. Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Menikmati hasil pembangunan

2. Masing-masing lansia mempunyai keunikan

3. Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal

4. Lansia turut memilih kebijakan

5. Memberikan perawatan di rumah

6. Pelayanan harus dicapai dengan mudah

7. Mendoorng ikatan akrab antar kelompok/antar generasi


8. Transportasi dan bangunan yang ergonomis dengan lansia
9. Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia
c. Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima
upaya kesehatan, yaitu peningkatan (promotion), pencegahan
(prevention), diagnosis dini dan pengobatan (early diagnosis and
prompt treatment), pembatasan kecatatan (disability limitation),
serta pemulihan (rehabilitation).
d. Promotif
Upaya promotif merupakan proses advokasi kesehatan untuk
meningkatkan dukungan klien, tenaga profesiaonal , dan masyarkat
terhadap praktik kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial.
Upaya aperlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai berikut:

28
1. Mengurangi cedera, dilakukan dengan tujuan mengurangi
kejadian jatuh, mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah,
meningkatkan penggunaan alat pengaman, dan mengurangi kejadian
keracunan makanan.

2. Meningkatkan kemanaan di tempat kerja yang bertujuan untuk


mengurangi terpapar dengan bahan-bahan kimia dan meningkatkan
penggunaan system keamanan kerja.

3. Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk,


bertujuan untuk mengurangi penggunaan semprotan bahan-bahan
kimia, meningkatkan pengelolaan rumah tangga terhadap bahan
berbahaya, serta megurangi kontaminasi makanan dan obat-obatan.

4. Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut yang


bertujuan untuk mengurangi karises gigi serta memelihara
kebersihan gigi dan mulut.

Penyampaian 10 perliaku yang baik pada lansia, baik perorangan


maupun kelompok lansia adalah dengan cara sebagai berikut:
 Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa

 Mau menerima keadaan, sabar, dan otomatis serta


meningkatkan rasa percaya diri dengan melakukan kegiatan
sesuai kemampuan
 Menjalin hubungan yang teratur dengan keluarga dan sesama
 Olahraga ringan setiap hari

 Makan sedikit tetapi sering, memilih makanan yang sesuai , dan


banyak minum air putih
 Berhenti merokok dan minuman keras

 Kembangkan hobi dan minat sesuai kemampuan

 Tetap memelihara hubungan harmonis dengan pasangan

 Memeriksakan kesehatan secara teratur

Menyampaikan pesan BAHAGIA:


B : berat badan berlebih dihindari

29
A : atur makanan yang seimbang
H : hindari factor resiko penyakit jantung dan situasi
yang menegangkan
A : agar terus merasa berguna dengan mengembangkan
kegiatan /hobi yang bermanfaat
G : gerak badan teratur dan susuai kemampuan
I : ikuti nasihat dokter dan perawat
A : awasi kesehatan dengan pemeriksaan secara berkala
 Preventif
a) Mencakup pencegahan primer, sekunder, dan tersier
b) Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada
lansia sehat, terdapat factor risiko, tidak ada penyakit, dan
promosi kesehatan
c) Jenis pelayanan pencegahan primer adalah sebagai berikut:
konseling (berhenti merokok dan minuman beralkohol),
dukungan nutrisi, exercise, keamanan di dalam dan sekitar
rumah, manajamen stress dan penggunaan medikasi yang
tepat.
d) Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan
terhadap penderita tanpa gejala hingga penderita yang
mengidap faktor risiko: kontrol hipertensi, deteksi dan
pengobatan kanker, screening (pemeriksaan rectal,
mammogram, papsmear, gigi mulut, dan lain-lain).
e) Melakukan pecegahan tersier, dilakukan setelah terdapat
gejala penyakit dan cacat: mencegah cacat bertambah dan
ketergantungan, serta perawatan bertahap, tahap (1).
Perawatan di rumah sakit, (2). Rehabilitasi pasien rawat jalan,
(3). Perawatan jangka panjang.
 Jenis pelayanan pencegahan tersier :
a) Mencegah berkembangnya gejala
b) dengan memfasilitasi rehabilitasi dan membatasi
katidakmampuan akibat kondisi kronis.

30
 Misalnya osteoporosis atau inkontinensia urune/fekal.
 Mendukung usaha untuk mempertahankan kemampuan
berfungsi.
 Early diagnosis and prompt treatment
a) Diagnosis dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau
petugas professional atau petugas institusi:
b) Oleh lansia sendiri dengan melakukan tes diri, screening
kesehatan, memanfaatkan kartu menuju kesehatan (KMS)
lansia, memanfaatkan buku kesehatan pribadi (BKP), serta
penandatanganan kontrak kesehatan.
c) Oleh petugas professional /tim:
d) Pemeriksaan status fisik
e) Wawancara masalh masa lalu dan saat ini
f) Obat yang dimakan atau diminum
g) Riwayat keluarga atau lingkungan sosial
h) Kebiasaan merokok atau minuman beralkohol
i) Pemeriksaan fisik diagnostik seperti pemeriksaan darah
lengkap, pemeriksaan pelvis dan rectum, gerakan sendi,
kekuatan otot, penglihatan dan pendengaran, dll.
j) Skrining kesehatan meliputi berat dan tinggi badan, kolestrol
dan tumor
k) Pemeriksaan status mental dan psikologis. Status mental
terdiri atas pengkajian memori, perhatian, orientasi,
komunikasi, dan perilaku.
l) Pemeriksaan status fungsi tubuh apakah mandiri
(independent), kurang mandiri (partially), ketergantungan
(dependent).
 Disability limitation
a) Kecacatan adalah kesulitan dalam memfungsikan
kerangka, otot, dan system syaraf.
b) Penggolongannya berupa hal-hal di bawah ini :
c) Kecacatan sementara (dapat dikoreksi)

31
d) Kecacatan menetap (tak bias dipulihkan)
e) Langkah-langkah yang dilakukan adalah pemeriksaan,
identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan
penilaiaan.
 Rehabilitation
a) Pelaksana tim rehabilitas (petugas medis, paramedic dan non-
paramedis)
b) Prinsip: pertahankan kenyamanan lingkungan, istirahta, dan
aktivitas mobilisasi
c) Pertahankan kecukupan nutrisi
d) Pertahankan fungsi pernafasan
e) Pertahankan fungsi pencernaan, saluran kemih, psikososial, dan
komunikasi
f) Mendorong pelaksanaan tugas
 Upaya rehabilitasi penglihatan berkurang atau tidak bisa
melihat:
a) Membaca dengan jarak yang sesuai menggunkan kaca pembesar
atau kacamata baca yang cocok
b) Jalan pada siang hari menggunakan topi besar dan kacamata
hitam karena pengaruh sinar matahari
c) Memberikan bacaan dengan tulisan diperbesar agar mudah
terbaca dan terlihat
d) Pencahayaan yang cukup terang untuk ruangan dan lampu baca
e) Menfasilitasi tongkat ketika jalan-jalan
f) Menggunakan peralatan yang bisa berbunyi atau berbicara
g) Mengisi aktivitas dengan keterampilan tangan seperti menyulam
h) Menggunakan alat bantu untuk menulis
 Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan pendengaran berkurang atau
tidak bisa mendengar
a) Mendengar dan berbicara dengan jarak dekat, berhadapan, suara
agak keras dan menggunakan gerakan tangan dan kepala

32
b) Menggunkan alat bantu dengar bagi lansia yang mengalami
gangguan tuli ketika di rumah atau di tempat ramai
c) Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan keterbatasan pergerakan
atau immobilisasi
d) Menggunakan tongkat atau kursi roda untuk melatih jalan
e) Melatih menggunakan sandal dan sepatu
f) Mengajarkan cara duduk yang baik di kursi roda
g) Menggunakan alat makan, alat masak, yang dimodifikasi agar
lebih mudah menggunkannya
h) Menggunakan pispot
i) Toioet dengan tempat duduk yang berlubang agar mudah buang
air besar
j) Melatih ROM pasif dan aktif
k) Melatih lansia bergerak dari tempat tidur ke kursi roda kemudian
dari kursi roda ketempat duduk tangan
l) memegang bawah aksila klien, sedangkan klien memegang bahu
perawat
m) Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan kepikunan (demensia)
n) Jika ada yang lupa, ingatkan dan bantu lansia misalnya, tidak tahu
tempat buang air kecil
o) Ingatkan hari, tanggal, bulan, tahun serta latih untuk mencoret
lewat kalender
p) Buat catatan untuk nomor telpon penting
q) Melatih mengingat dengan memperlihatkan album pada orang-
orang yang dikenal
r) Memperkenalkan keluarga kembali dan diajak berkomunikasi
s) Mencatat setiap pesan, siapkan obat pada tempat yang sudah ada
lebelnya
 Isu- isu yang mempengaruhi Kondisi Panjangnya Usia pada manusia
(Hurlock, 1980) :
a) Keturunan
b) Karakteristik tubuh

33
c) Kondisi tubuh pada umumnya
d) Sex, ras, letak geografis
e) Tingkat social ekonomi, inteligensi
f) Pendidikan, merokok-miniman keras
g) Status perkawinan, efisiensi, kecemasan
h) Pekerjaan, kebahagiaan.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah


seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaan.
Sekarang ada sekitar 705 juta orang berumur lebih dari 65
tahun, dan mereka yang berusia 0–4 tahun hanya sekitar 680 juta jiwa.
Kondisi ini diperkirakan akan terus berlanjut. Pada 2050 diperkirakan

34
lebih dari dua orang berumur lebih dari 65 tahun untuk tiap satu warga
berumur 0–4 tahun.

3.2 SARAN

Diharapkan dengan adanya makalah ini mahasiswa mampu


mengetahui pengkermbangan demografi lansia didunia, nasional
maupun tingkat provinsi serta trend isu di setiap tahunnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anete, G.L (2000).Gerontologic Nursing. St. Louis: Mosby


Chenitz, W.C, Stone. J.T., Salisbury, S.A. (1991). Clinical Gerontological
Nursing : a guide to advanced practice. Philadelphia: WB Saunders
http://www.depkes.go.id/article/view/18050900001/lansia-sejahtera-
masyarakat-bahagia-.html
https://international.sindonews.com/read/1394044/42/pbb-rilis-data-terbaru-
umat-dunia-didominasi-lansia-1554767748
https://kabar24.bisnis.com/read/20170927/79/693534/generasi-cenetarian-
wow-68.000-penduduk-jepang-berusia-100-tahun-ke-atas

35

Anda mungkin juga menyukai