Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Lansia
9
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki
masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif
(usia >65 tahun)
3. Proses Penuaan
Proses penuaan adalah proses dimana umur seseorang bertambah dan
mengalami perubahan. Semakin bertambahnya umur maka fungsi organ
juga mengalami penurunan. Banyak factor yang dapat mempengaruhi
terjadinya penuaan yang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor
genetik yang melibatkan perbaikan DNA, respon terhadap stres dan
pertahanan terhadap antioksidan. Selanjutnya faktor lingkungan meliputi
pemasukan kalori, berbagai macam penyakit dan stres dari luar, misalnya
radiasi atau bahan-bahan kimiawi. Kedua faktor tersebut akan
mempengaruhi aktivitas metabolism sel yang menyebabkan stres oksidasi
sehingga terjadinya kerusakan sel dan terjadinya proses penuaan (Sunaryo,
et.al, 2016).
Menurut Maryam, dkk. (2008) (dalam Sunaryo, et.al, 2016) terdapat
beberapa teori penuaan (aging process) yaitu:
a. Teori Biologis
Teori biologis berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan
seseorang dari lahir sampai meninggal dunia, perubahan yang
terjadi pada tubuh dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat
patologi. Proses menua merupakan terjadinya perubahan struktur
dan fungsi tubuh selama fase kehidupan. Teori biologis lebih
menekan pada perubahan struktural sel atau organ tubuh termasuk
pengaruh agen patologis.
b. Teori Psikologi (Psycologic Theories Aging)
Teori psikologi menjelaskan bagaimana seorang merespon
perkembangannya. Perkembangan seseorang akan terus berjalan
10
walaupun seseorang tersebut telah menua. Teori psikologi terdiri
dari teori hierarki kebutuhan manusia maslow (maslow’s
hierarchy of human needs), yaitu tentang kebutuhan dasar
manusia dari tingkat yang paling rendah (kebutuhan
biologis/fisiologis/sex, rasa aman, kasih saying dan harga diri)
sampai tingkat paling tinggi (aktualisasi diri). Teori
individualisme jung (jung’s theory of individualisme), yaitu sifat
manusia terbagi menjadi dua, yaitu ekstrover dan introver. Pada
lansia akan cenderung introver, lebih suka menyendiri. Teori
delapan tingkat perkembangan erikson (erikson’s eight stages of
life), yaitu tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai
seseorang adalah ego integrity vs disappear. Apabila seseorang
mampu mencapai tugas ini maka dia akan berkembang menjadi
orang yang bijaksana (menerima dirinya apa adanya, merasa
hidup penuh arti, menjadi lansia yang bertanggung jawab dan
kehidupannya berhasil).
c. Teori Kultural
Teori kultural dikemukakan oleh Blakemore dan Boneham
(1992) yang menjelaskan bahwa tempat kelahiran seseorang
berpengaruh pada budaya yang dianutnya. Budaya merupakan
sikap, perasaan, nilai dan kepercayaan yang terdapat pada suatu
daerah dan dianut oleh kaum orang tua. Budaya yang dimiliki
sejak ia lahir akan selalu dipertahankan sampai tua.
d. Teori Sosial
Teori social dikemukakan oleh Lemon (1972) yang
meliputi teori aktivitas (lansia yang aktif dan memiliki banyak
kegiatan sosial), teori pembebasan (perubahan usia seseorang
mengakibatkan seseorang menarik diri dari kehidupan
sosialnya) dan teori kesinambungan (adanya kesinambungan
pada siklus kehidupan lansia, lansia tidak diperbolehkan
meninggalkan peran dalam proses penuaan).
11
e. Teori Genetika
Teori genetika dikemukakan oleh Hayflick (1965) bahwa
proses penuaan memiliki komponen genetilk. Dilihat dari
pengamatan bahwa anggota keluarga yang cenderung hidup
pada umur yang sama dan mereka mempunyai umur yang rata-
rata sama, tanpa mengikutsertakan meninggal akibat kecelakaan
atau penyakit.
f. Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh
Mutasi yang berulang-ulang mengakibatkan sistem imun
untuk mengenali dirinya berkurang sehinggal terjadinya
kelainan pada sel, perubahan ini disebut peristiwa autoimun
(Hayflick, 1965).
g. Teori Menua Akibat Metabolisme
Pada zaman dahulu disebut lansia adalah seseorang yang
botak, kebingungan, pendengaran yang menurun atau disebut
dengan “budeg” bungkuk, dan beser atau inkontinensia urin
(Martono, 2006).
h. Teori Kejiwaan Sosial
Teori kejiwaan sosial meliputi activity theory yang
menyatakan bahwa lansia adalah orang yang aktif dan
memiliki banyak kegitan social. Continuity theory adalah
perubahan yang terjadi pada lansia dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimilikinya, dan disengagement theory adalah
akibat bertambahnya usia seseorang mereka mulai menarik diri
dari pergaulan.
4. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Proses Penuaan
a. Hereditas atau ketuaan genetic
b. Nutrisi atau makanan
c. Status kesehatan
d. Pengalamn hidup
e. Lingkungan
f. Stress
12
5. Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Semakin berkembangnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial
dan seksual (Azizah dan Lilik, 2011 dalam Kholifah, 2016).
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra
Sistem penengaran prebiakusis (gangguan pada
pendengaran) disebabkan karena hilangnya kemampuan
(daya) pendegaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas
60 tahuhn.
2) Sistem Intergumen
Kulit pada lansia mengalami atropi, kendur, tidak elastis
kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga
menjadi tipis dan bercerak. Kekeringan kulit disebabkan atropi
glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: jaringan
penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.
Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago
dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan
yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada pesendian
menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga permukaan
sendi menjadi rata.
Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan
degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif,
konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap
gesekan. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati
adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan
13
osteoporosis dan lebih lanut akan mengakibatkan nyeri, deformitas
dan fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat
bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan
jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan
efek negatif. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti
tondon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
4) Sistem Kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah masa
jantung bertambah, venrikel kiri mengalami hipertropi sehingga
perenggangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena
perubahan jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh
penumpukan llipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi
berubah menjadi jaringan ikat.
5) Sistem Respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah
untuk mengkonvensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir
ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak
mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan
perenggangan torak berkurang.
6) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena
kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun
(kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin mengecil dan
menurunnya tmpat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
7) Sistem Perkemihan
Pada sistem perkemihgan terjadi perubahan yang signifikan.
Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju
filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
14
8) Sistem Saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatonim dan
atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami
penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari.
9) Sistem Reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya
ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki masih
dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan
secara berangsur-angsur.
b. Perubahan Kognitif
1. Memory (daya ingat, Ingatan).
2. IQ (Intellegent Quotient).
3. Kemampuan Belajar (Learning).
4. Kemampuan Pemahaman (Comprehension).
5. Pemecahan Masalah (Problem Solving).
6. Pengambilan Keputusan (Decision Making).
7. Kebijaksanaan (Wisdom).
8. Kinerja (Performance).
9. Motivasi.
c. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang menpengaruhi perubahan mental:
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2) Kesehatan umum.
3) Tingkat pendidikan.
4) Keturunan (hereditas).
5) Lingkungan.
6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan
ketulian.
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan.
8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan
dengan teman dan family.
15
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan
terhadap gambaran diri, perubahan kensep diri.
d. Perubahan Spiritual
Agamam atau kepercayaan makin terintegrasi
dalam kehidupannya. Lansia semakin matang (mature) dalam
kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak
sehari-hari.
e. Perubahan Psikososial
Pada umumnya setelah seorang lansia mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi
proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan
lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi
makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti
gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi
kurang cekatan. Penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga
mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan
keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat
dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:
1) Tipe Kepribadian Konstruktif (Constuction personality),
biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, ten)ang dan
mantap sampai sangat tua.
2) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada
tipe ini ada kecenderungan mengalami post powe sindrome, apalagi
jika pasa masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat
memberikan otonomi pada dirinya.
3) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personality),
pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi oleh kehidupan keluarga,
apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia
tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka
pasangan yang ditinggalkan akan merana,apalagi jika tidak segera
bangkit dari kedukaanya.
16
4) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada
tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan
kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak
diperhitungkan secara seksama sehinggal menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
5) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self hate personalitiy), pada
lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya
sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah
dirinya.
17
4. Menurut Phillip M. Hauser dan Dudley Duncan, demografi adalah ilmu
yang mempelajari tentang jumlah, persebaran teritorial dan komposisi
penduduk serta perubahan-perubahan dan sebab-sebab perubahan tersebut.
5. Menurut V. Glass, demografi adalah ilmu yang secara umum terbatas
untuk mempelajari penduduk yang dipengaruhi oleh proses demografis,
yaitu : fertilitas, mortalitas dan migrasi.
Menurut Donald J. Boague (1973), demografi adalah ilmu yang
mempelajari secara statistika dan matematika tentang besar, komposisi dan
distribusi penduduk serta perubahan-perubahannya
18
distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu, mencoba meramalkan
pertumbuhan penduduk dimasa yang akan datang dan kemungkinan-
kemungkinan konsekuensinya. Selain , demografi memiliki variabel utama
yang paling berpengaruh terhadap perubahan komposisi penduduk seperti
umur, jumlah, sebaran dan jenis kelamin.
Demografi dalam ekonomi disebut juga gaya hidup. Gaya hidup adalah
bagaimana seseorang menjalankan apa yang menjadi konsep dirinya yang
ditentukan oleh karakteristik individu yang terbangun dan terbentuk sejak
lahir dan seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama mereka
menjalani siklus kehidupan. Pengertian demografi ini menujukan adanya
konsep gaya hidup konsumen sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya hidup
terkait dengan bagaimana seseorang hidup.
19
Data dan metode
20
sedikitnya 100 tahun yang mencapai 450 ribu jiwa pada 2015 akan
meningkat hingga delapan kali lipat pada 2050, melampaui 3,6 juta
jiwa. Jepang memberikan penghormatan tertinggi bagi para
penduduknya yang berusia lanjut. Sejak 1963, Jepang menjadikan
15 September sebagai Hari Penghormatan bagi Lansia. Para
penduduk yang merayakan ulang tahun ke-100 akan dihadiahi
wadah sake berlapis perak oleh pemerintah serta surat ucapan
selamat.
b. China
China memiliki porsi warga berusia lebih dari 65 tahun
sebesar 10,6% dari total populasi. Persentase itu jauh lebih rendah
dibandingkan Jepang. Di sisi lain, dengan program rencana
kehamilan yang ketat yang diterapkan sejak 1970-an, China juga
memiliki tingkat kelahiran yang rendah yakni 1,6 kelahiran per
wanita. Warga berusia di bawah 5 tahun di Daratan China,
sekarang kurang dari 6% dari total populasi.
c. Rusia
Karena rendahnya kelahiran bayi, banyak negara akan
melihat populasi mereka menyusut meski secara keseluruhan ada
peningkatan populasi global. Diperkirakan populasi mencapai
delapan miliar jiwa pada 2024. Salah satu kasus paling ekstrem
adalah Rusia dengan tingkat kesuburan 1,75 anak per wanita,
diperkirakan menurunkan jumlah warga Rusia dalam beberapa
dekade mendatang.
Divisi Populasi PBB memperkirakan populasi Rusia akan turun
dari saat ini 143 juta jiwa menjadi 132 juta jiwa pada 2050.
Populasi yang berkurang dan semakin tua berarti lebih sedikit
tenaga kerja yang dapat memicu penurunan produktivitas ekonomi
yang menghambat pertumbuhan ekonomi.
21
Berdasarkan survei penduduk antar sensus (Supas) 2015, jumlah
penduduk Indonesia yang berusia 4 tahun ke bawah pada 2019
diproyeksikan jauh lebih besar dibanding usia 65 tahun ke atas, yakni
sekitar 22 juta orang berbanding 17 juta orang. Jumlah penduduk
produktif-kelompok umur 15-64 tahun–juga sangat besar, yakni mencapai
183,36 juta jiwa atau 68,7% dari total populasi.
Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18
juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada
tahun 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun 2035
menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%).
Sekjen Kemenkes, drg. Oscar Primadi, MPH mengatakan semua
orang perlu mulai memperhatikan kebutuhan lansia tersebut, sehingga
diharapkan mereka dapat tetap sehat, mandiri, aktif, dan produktif, salah
satunya penguatan peran keluarga dalam melakukan perawatan bagi
lansia.
''Di tataran global, situasi ini tidak jauh berbeda bahkan mungkin
lebih memprihatinkan seperti fenomena Kodokushi di Jepang yaitu lansia
yang meninggal membusuk dalam kesendirian dan kejadiannya cukup
banyak sehingga telah menjadi permasalahan serius bagi Pemerintah
Jepang,'' katanya, Kamis (4/7) di gedung Kemenkes, Jakarta.
Situasi yang digambarkan tadi merupakan dampak dari terjadinya
populasi yang menua yaitu makin besarnya proporsi lansia terhadap
jumlah penduduk di suatu negara. Indonesia saat ini sudah menuju kepada
kondisi populasi menua dengan persentase Lansia sebesar 9,7%
sedangkan negara-negara maju sudah melebihi 10% bahkan Jepang sudah
melebihi 30%.
''Pada negara-negara maju telah dikembangkan sistem pelayanan
long term care atau perawatan jangka panjang yang pembiayaannya
tersendiri di luar jaminan kesehatan, sehingga ketika seseorang memasuki
kondisi membutuhkan pelayanan jangka panjang, long term care, dapat
ditanggulangi oleh skema asuransi khusus tersebut,'' ucapnya.
22
Menyikapi isu Ageing Population tersebut, tambah Sekjen, terdapat
beberapa komitmen global, antara lain; Resolution World Health
Assembly (WHA) 69.3 tahun 2016, Regional Strategy for Healthy
Ageing, dan Response to Aging Societies and Dementia yang merupakan
salah satu isu yang dibahas di G20.
Mengingat negara-negara anggota G20 mengalami penuaan dengan
sangat cepat dan prevalensi demensia juga akan meningkat dengan sangat
cepat seiring pertumbuhan ekonominya, sehingga apabila masalah ini
tidak disikapi dengan baik akan mempengaruhi perekonomian suatu
negara, kata Sekjen.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, penyakit yang terbanyak
pada lansia adalah untuk penyakit tidak menular antara lain ; hipertensi,
masalah gigi, penyakit sendi, masalah mulut, diabetes mellitus, penyakit
jantung dan stroke, dan penyakit menular antara lain seperti ISPA, diare,
dan pneumonia.
Jumlah orang dengan demensia cenderung meningkat seiring
dengan meningkatnya kasus penyakit tidak menular. Kondisi tersebut
akan berdampak pada kondisi ketergantungan lansia akan bantuan orang
lain, atau Perawatan Jangka Panjang / Long term care.
Di sisi lain, terdapat juga Lansia yang mandiri sebanyak 74,3% dan
lansia yang tergantung ringan 22%.
''Kelompok yang besar ini potensial kita berdayakan untuk
meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan keluarga dan
masyarakat, melalui kegiatan di masyarakat termasuk di Posyandu
Lansia,'' katanya.
Untuk mendorong percepatan peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan Lansia di fasilitas kesehatan telah diterbitkan beberapa
Permenkes yang mengatur pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan
primer maupun rujukan. Selain itu juga Permenkes no. 25 tahun 2016
tentang RENCANA AKSI NASIONAL KESEHATAN LANSIA 2016-
2019 dengan 6 strateginya: 1) Memperkuat dasar hukum pelaksanaan
pelayanan kesehatan lanjut usia, 2) Meningkatkan jumlah dan kualitas
23
fasilitas kesehatan, 3) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan
jejaring pelaksanaan pelayanaan kesehatan lanjut usia, 4) Meningkatkan
ketersediaan data dan informasi di bidang kesehatan lanjut usia, 5)
Meningkatkan peran serta dan pemberdayaan keluarga, masyarakat, dan
lanjut usia, 6) Meningkatkan peran serta Lansia dalam upaya peningkatan
kesehatan keluarga dan masyarakat .
Konsep dasar pengembangan pelayanan atau program kesehatan
lansia adalah diharapkan lansia yang sehat tetap sehat dengan
mengoptimalkan fungsi fisik, mental, kognitif dan spiritual, melalui upaya
promotif dan preventif, termasuk kegiatan pemberdayaan lansia. Lansia
yang sakit diharapkan dapat meningkat status kesehatannya dan optimal
kualitas hidupnya sehingga lansia dapat sehat kembali.
Jika kondisinya menurun karena proses alamiah maka diharapkan
dalam kualitas hidup yang optimal atau meninggal dalam kondisi yang
damai dan bermartabat. Hal ini dilakukan melalui:
Pengembangan Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan santun lansia.
Pengembangan Rumah Sakit yang mempunyai pelayanan geriatri
dengan tim terpadu
Pengembangan Perawatan Jangka Panjang (PJP) bagi lansia dan
Penguatan keluarga sebagai caregiver
Berdasarkan data Direktorat Kesehatan Keluarga sampai dengan
tahun 2018, sudah terdapat sekitar 48,4% Puskesmas (4.835 Puskesmas
dari 9.993 Puskesmas) yang telah menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang Santun Lansia dan sudah mempunyai 100.470 Posyandu
Lansia. Selain itu, sudah terdapat 88 Rumah Sakit yang
menyelenggarakan pelayanan geriatri dengan tim terpadu.
Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) diperingati setiap tanggal 29
Mei. Tahun 2018, HLUN mengangkat tema Lansia Sejahtera, Masyarakat
Bahagia; dengan Sub Tema Bidang Kesehatan: Lansia Sehat Mandiri
diwujudkan dari Keluarga Sehat. Melalui tema ini diharapkan bangkit
kembali pesan-pesan kesehatan bahwa sehat itu dimulai dari keluarga;
24
sehat harus dijaga dengan menerapkan perilaku hidup sehat; dan
berpartisipasi aktif dalam jaminan kesehatan nasional. Sehingga
nantinya, akan terbangun keluarga yang sadar akan kesehatan dan
terwujud Lansia yang sehat, mandiri dan produktif.
25
Bondowoso
Kabupaten 5
Situbondo 9.85 10.03 10.24 10.48 10.76 11.08 11.42 11.79 12.20 12.61 13.04
Kabupaten 7.55 7.69 7.86 8.06 8.29 8.55 8.82 9.13 9.45 9.79 10.14
6.04 6.16 6.30 6.46 6.65 6.86 7.09 7.34 7.61 7.89 8.19
Probolinggo
8.89 9.05 9.24 9.46 9.72 10.01 10.32 10.67 11.04 11.43 11.83
Kabupaten
10.0
Pasuruan 10.25 10.46 10.70 10.97 11.29 11.63 12 12.41 12.83 13.26
Kabupaten 8
11.9
Sidoarjo 12.10 12.33 12.60 12.91 13.27 13.65 14.08 14.54 15.01 15.51
Kabupaten 0
14.0
Mojokerto 14.22 14.46 14.75 15.09 15.47 15.89 16.35 16.85 17.37 17.90
Kabupaten 2
16.1
Jombang 16.32 16.59 16.90 17.26 17.68 18.13 18.63 19.17 19.73 20.31
Kabupaten 0
13.6
Nganjuk 13.83 14.07 14.36 14.69 15.08 15.49 15.95 16.44 16.95 17.48
Kabupaten 2
11.3
Madiun 11.54 11.76 12.01 12.31 12.64 13.01 13.40 13.83 14.28 14.75
Kabupaten 6
10.1
Magetan 10.30 10.50 10.73 11 11.31 11.65 12.02 12.41 12.82 13.25
Kabupaten 3
11.2
Ngawi 11.45 11.66 11.92 12.21 12.55 12.91 13.31 13.74 14.19 14.66
Kabupaten 6
7.27 7.41 7.58 7.77 7.99 8.24 8.51 8.80 9.12 9.45 9.79
Bojonegoro
9.69 9.86 10.07 10.31 10.59 10.90 11.23 11.60 11.99 12.40 12.83
Kabupaten
7.79 7.95 8.13 8.34 8.58 8.85 9.14 9.46 9.80 10.15 10.51
Tuban
8.06 8.21 8.39 8.60 8.84 9.11 9.40 9.72 10.06 10.42 10.78
Kabupaten
10.9
Lamongan 11.16 11.39 11.65 11.95 12.30 12.67 13.08 13.52 13.97 14.44
8
Kabupaten
8.62 8.78 8.96 9.18 9.42 9.71 10 10.34 10.69 11.06 11.44
Gresik 10.2
Kabupaten 10.44 10.64 10.88 11.15 11.47 11.81 12.18 12.58 13.01 13.44
6
Bangkalan
8.30 8.46 8.64 8.85 9.09 9.36 9.65 9.97 10.32 10.68 11.04
Kabupaten
7.95 8.10 8.28 8.49 8.72 9 9.29 9.60 9.94 10.30 10.66
Sampang 7.03 7.16 7.32 7.51 7.72 7.97 8.22 8.51 8.81 9.13 9.46
Kabupaten 8.24 8.39 8.56 8.77 9.01 9.28 9.57 9.89 10.24 10.59 10.96
Pamekasan
26
Kabupaten
Sumenep
Kota Kediri
Kota Blitar
Kota
Malang
Kota
Probolinggo
Kota
Pasuruan
Kota
Mojokerto
Cina : terdapat pouplasi lansia yang sebagian besar berusia lebih dari
100 tahun masih hidup dengan sehat dan sedikit sekali prevalensi
kepikunannya.
Menurut mereka, rahasianya adalah menghindari makanan modern,
banyak mengkonsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik ynag tinggi,
sosialisasi dengan warga lain, serta hidup di tempat yang sangat bersih
dan jauh dari polusi udara.
Hal ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk dapat
mempertahankan kesehatan dan kemandirian para lansia agar
tidak menjadi beban bagi dirinya, keluarga, maupun masyarakat.
27
Azas pendekatan dan jenis pelayanan kesehatan Lansia
Azaz Menurut WHO (1991) adalah to add life to the years that
have been added to life, dengan prinsip kemerdekaan, partisipasi,
perawatan, pemenuhan diri dan kehormatan.
Azas yang dianut oleh departemen kesehatan RI adalah
meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan,
dan memperpanjang usia.
b. Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Menikmati hasil pembangunan
28
1. Mengurangi cedera, dilakukan dengan tujuan mengurangi
kejadian jatuh, mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah,
meningkatkan penggunaan alat pengaman, dan mengurangi kejadian
keracunan makanan.
29
A : atur makanan yang seimbang
H : hindari factor resiko penyakit jantung dan situasi
yang menegangkan
A : agar terus merasa berguna dengan mengembangkan
kegiatan /hobi yang bermanfaat
G : gerak badan teratur dan susuai kemampuan
I : ikuti nasihat dokter dan perawat
A : awasi kesehatan dengan pemeriksaan secara berkala
Preventif
a) Mencakup pencegahan primer, sekunder, dan tersier
b) Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada
lansia sehat, terdapat factor risiko, tidak ada penyakit, dan
promosi kesehatan
c) Jenis pelayanan pencegahan primer adalah sebagai berikut:
konseling (berhenti merokok dan minuman beralkohol),
dukungan nutrisi, exercise, keamanan di dalam dan sekitar
rumah, manajamen stress dan penggunaan medikasi yang
tepat.
d) Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan
terhadap penderita tanpa gejala hingga penderita yang
mengidap faktor risiko: kontrol hipertensi, deteksi dan
pengobatan kanker, screening (pemeriksaan rectal,
mammogram, papsmear, gigi mulut, dan lain-lain).
e) Melakukan pecegahan tersier, dilakukan setelah terdapat
gejala penyakit dan cacat: mencegah cacat bertambah dan
ketergantungan, serta perawatan bertahap, tahap (1).
Perawatan di rumah sakit, (2). Rehabilitasi pasien rawat jalan,
(3). Perawatan jangka panjang.
Jenis pelayanan pencegahan tersier :
a) Mencegah berkembangnya gejala
b) dengan memfasilitasi rehabilitasi dan membatasi
katidakmampuan akibat kondisi kronis.
30
Misalnya osteoporosis atau inkontinensia urune/fekal.
Mendukung usaha untuk mempertahankan kemampuan
berfungsi.
Early diagnosis and prompt treatment
a) Diagnosis dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau
petugas professional atau petugas institusi:
b) Oleh lansia sendiri dengan melakukan tes diri, screening
kesehatan, memanfaatkan kartu menuju kesehatan (KMS)
lansia, memanfaatkan buku kesehatan pribadi (BKP), serta
penandatanganan kontrak kesehatan.
c) Oleh petugas professional /tim:
d) Pemeriksaan status fisik
e) Wawancara masalh masa lalu dan saat ini
f) Obat yang dimakan atau diminum
g) Riwayat keluarga atau lingkungan sosial
h) Kebiasaan merokok atau minuman beralkohol
i) Pemeriksaan fisik diagnostik seperti pemeriksaan darah
lengkap, pemeriksaan pelvis dan rectum, gerakan sendi,
kekuatan otot, penglihatan dan pendengaran, dll.
j) Skrining kesehatan meliputi berat dan tinggi badan, kolestrol
dan tumor
k) Pemeriksaan status mental dan psikologis. Status mental
terdiri atas pengkajian memori, perhatian, orientasi,
komunikasi, dan perilaku.
l) Pemeriksaan status fungsi tubuh apakah mandiri
(independent), kurang mandiri (partially), ketergantungan
(dependent).
Disability limitation
a) Kecacatan adalah kesulitan dalam memfungsikan
kerangka, otot, dan system syaraf.
b) Penggolongannya berupa hal-hal di bawah ini :
c) Kecacatan sementara (dapat dikoreksi)
31
d) Kecacatan menetap (tak bias dipulihkan)
e) Langkah-langkah yang dilakukan adalah pemeriksaan,
identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan
penilaiaan.
Rehabilitation
a) Pelaksana tim rehabilitas (petugas medis, paramedic dan non-
paramedis)
b) Prinsip: pertahankan kenyamanan lingkungan, istirahta, dan
aktivitas mobilisasi
c) Pertahankan kecukupan nutrisi
d) Pertahankan fungsi pernafasan
e) Pertahankan fungsi pencernaan, saluran kemih, psikososial, dan
komunikasi
f) Mendorong pelaksanaan tugas
Upaya rehabilitasi penglihatan berkurang atau tidak bisa
melihat:
a) Membaca dengan jarak yang sesuai menggunkan kaca pembesar
atau kacamata baca yang cocok
b) Jalan pada siang hari menggunakan topi besar dan kacamata
hitam karena pengaruh sinar matahari
c) Memberikan bacaan dengan tulisan diperbesar agar mudah
terbaca dan terlihat
d) Pencahayaan yang cukup terang untuk ruangan dan lampu baca
e) Menfasilitasi tongkat ketika jalan-jalan
f) Menggunakan peralatan yang bisa berbunyi atau berbicara
g) Mengisi aktivitas dengan keterampilan tangan seperti menyulam
h) Menggunakan alat bantu untuk menulis
Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan pendengaran berkurang atau
tidak bisa mendengar
a) Mendengar dan berbicara dengan jarak dekat, berhadapan, suara
agak keras dan menggunakan gerakan tangan dan kepala
32
b) Menggunkan alat bantu dengar bagi lansia yang mengalami
gangguan tuli ketika di rumah atau di tempat ramai
c) Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan keterbatasan pergerakan
atau immobilisasi
d) Menggunakan tongkat atau kursi roda untuk melatih jalan
e) Melatih menggunakan sandal dan sepatu
f) Mengajarkan cara duduk yang baik di kursi roda
g) Menggunakan alat makan, alat masak, yang dimodifikasi agar
lebih mudah menggunkannya
h) Menggunakan pispot
i) Toioet dengan tempat duduk yang berlubang agar mudah buang
air besar
j) Melatih ROM pasif dan aktif
k) Melatih lansia bergerak dari tempat tidur ke kursi roda kemudian
dari kursi roda ketempat duduk tangan
l) memegang bawah aksila klien, sedangkan klien memegang bahu
perawat
m) Upaya rehabilitasi bagi lansia dengan kepikunan (demensia)
n) Jika ada yang lupa, ingatkan dan bantu lansia misalnya, tidak tahu
tempat buang air kecil
o) Ingatkan hari, tanggal, bulan, tahun serta latih untuk mencoret
lewat kalender
p) Buat catatan untuk nomor telpon penting
q) Melatih mengingat dengan memperlihatkan album pada orang-
orang yang dikenal
r) Memperkenalkan keluarga kembali dan diajak berkomunikasi
s) Mencatat setiap pesan, siapkan obat pada tempat yang sudah ada
lebelnya
Isu- isu yang mempengaruhi Kondisi Panjangnya Usia pada manusia
(Hurlock, 1980) :
a) Keturunan
b) Karakteristik tubuh
33
c) Kondisi tubuh pada umumnya
d) Sex, ras, letak geografis
e) Tingkat social ekonomi, inteligensi
f) Pendidikan, merokok-miniman keras
g) Status perkawinan, efisiensi, kecemasan
h) Pekerjaan, kebahagiaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
34
lebih dari dua orang berumur lebih dari 65 tahun untuk tiap satu warga
berumur 0–4 tahun.
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
35