Referat - Karisya Tri Andini - UG Dan UNG
Referat - Karisya Tri Andini - UG Dan UNG
PENDAHULUAN
Uretritis merupakan inflamasi pada uretra yang disebabkan infeksi maupun
noninfeksi. Infeksi uretra dapat menular melalui hubungan seksual dengan
pasangan yang terinfeksi. Uretritis dibagi berdasarkan ada tidaknya infeksi
Neisseria gonorrhoeae yakni uretritis gonore dan uretritis non gonore. Uretritis
gonore terjadi akibat adanya infeksi dari Neisseria gonorrhoeae sedangkan
uretritis non gonore terjadi karena infeksi mikroorganisme lain seperti Chlamydia
trachomatis, Mycoplasma hominis, Ureaplasma urealyticum, Trichomonas
Vaginalis, Gardnerella vaginalis, Herpes Simplex Virus, dan adenovirus.1,2,3
Berdasarkan studi yang dilakukan Lori Newman dkk., pada tahun 2012
terdapat 78 juta kasus baru gonore dan 131 juta kasus baru klamidiasis pada laki-
laki dan perempuan usia 15-49 tahun di seluruh dunia. Penelitian yang dilakukan
Khatib dkk. antara bulan Juni 2011 hingga Januari 2012 terhadap 83 laki-laki
yang menderita uretritis di klinik kesehatan seksual, ditemukan bahwa prevalensi
penyebab uretritis yakni Chlamydia trachomatis 33,7%, Neisseria gonorrhoeae
16,8%, Trichomonas vaginalis 3,6%, Mycoplasma genitalis 12%, dan
Ureaplasma urealyticum 4,8%.4,5
Gejala yang ditimbulkan uretritis gonore dan non gonore hampir serupa
yakni keluarnya duh tubuh, nyeri berkemih, rasa gatal dan panas di ujung uretra
sehingga untuk mendiagnosis kedua penyakit tersebut tidak hanya dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik, tetapi juga dengan pemeriksaan penunjang.
Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia tahun 2012, uretritis gonore
dan non gonore memiliki kompetensi 4A, sehingga dokter umum harus mampu
mendiagnosis penyakit uretritis gonore dan non gonore secara mandiri dan tuntas.6
ETIOPATOGENESIS
1
Uretritis gonore disebabkan infeksi bakteri gonokok yang ditemukan
Neisser tahun 1879 dan baru diumumkan tahun 1882. Bakteri tersebut masuk
kelompok Neisseria, sebagai Neisseria gonorrhoeae. Terdapat tiga spesies
Neisseria yakni N. meningitidis, N. catarrhalis, serta N. pharyngis sicca. Gonokok
termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi dengan lebar 0,8 µ, panjang 1,6
µ, dan bersifat Gram negatif, tampak di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan
lama di udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan suhu di atas
39ºC, dan tidak tahan zat desinfektan.1,2,7
Secara morfologi gonokok terdiri atas empat tipe, tipe 1 dan 2 mempunyai
pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan
bersifat nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan
reaksi radang.1 Daerah yang mudah terinfeksi adalah daerah mukosa epitel kuboid
atau epitel lapis gepeng yang belum berkembang yakni vagina perempuan
sebelum pubertas.1,2 Uretritis gonore yang sering dijumpai yakni uretritis anterior
akuta dan dapat menjalar proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal,
asendens, dan diseminata.2,7 Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra, nanah
berwarna kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing. Pada wanita,
infeksi primer terjadi di endoserviks dan menyebar ke uretra dan vagina,
meningkatkan sekresi cairan mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba uterina,
menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba. Gonokokus selain
menyerang membran mukosa saluran genitourinaria, dapat pula menyerang mata,
rektum, dan tenggorokan.1,2,7
Galur N. gonorrhoeae penghasil penisilinase (NGPP) merupakan galur
gonokokus yang mampu menghasilkan enzim penisilinase atau beta-laktamase
yang dapat merusak penisilin menjadi senyawa inaktif, sehingga sukar diobati
dengan penisilin maupun derivatnya, meskipun dengan peninggian dosis.1,2
Uretritis non gonore dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme,
Chlamydia trachomatis merupakan penyebab tersering terjadinya uretritis non
gonore yakni lebih kurang 50%.8,10 Pada laki-laki C. trachomatis dapat
menyebabkan uretritis non gonore dan kadang epididimitis. Pada perempuan, C.
trachomatis dapat menyebabkan uretritis, servisitis, dan Pelvic Inflammatory
2
Disease. Bakteri ini ditemukan di uretra 25% sampai 60%, 4-35% pada gonore,
dan 0-7% pada pria dengan uretritis asimptomatis. Chlamydia merupakan bakteri
obligat intraseluler, Gram negatif, hanya dapat berkembang biak di intrasel
pejamu dengan membentuk koloni yakni Badan Inklusi. Chlamydia trachhomatis
berbeda dari kebanyakan bakteri karena berkembang mengikuti suatu siklus
pertumbuhan dalam dua bentuk berbeda yakni Badan Elementer dan Badan
Retikulat. Badan elementer berukuran 300 nm, terletak ekstraseluler sebagai
akibat vakuol pecah yang menyebabkan bakteri keluar dan merupakan bentuk
infeksius, sedangkan badan reticular berukuran 1 um, terletak intraseluler, berada
di dalam vakuola dan tidak infeksius, terjadi keadaan laten yang dapat ditemukan
pada genitalia maupun konjungtiva. Pada laki-laki dan perempuan yang aktif
secara seksual, infeksi C. trachomatis sering ditemukan. Pada perempuan urban,
ditemukan 15% infeksi endoserviks yang disebabkan oleh Chlamydia, sedangkan
pada perempuan hamil dengan sosioekonomi rendah ditemukan sebanyak lebih
dari 20%.7,8,9
Ureaplasma urealyticum merupakan 25% sebagai penyebab uretritis non
spesifik dan sering bersama-sama dengan infeksi Chlamydia trachomatis. Bakteri
ini lebih banyak diisolasi pada penderita uretritis non gonore dari pada orang yang
sehat, atau pada orang yang mempunyai pengalaman seks yang berlebihan. 3
Ureaplasma urealyticum merupakan mikroorganisme paling kecil, Gram negatif,
dan sangat pleomorfik karena tidak mempunyai dinding sel yang kaku. Bakteri ini
memerlukan urea 10% untuk pertumbuhannya. 8 Mycoplasma hominis sebagai
penyebab uretritis non spesifik masih diragukan, karena bakteri ini bersifat
komensal yang dapat menjadi patogen dalam kondisi tertentu. Mycoplasma
merupakan bakteri sangat kecil, ukuran terkecil adalah 125-250 nm, sangat
pleomorfik karena dinding selnya tidak kaku dan dilapisi dengan tiga lapis
membran unit yang mengandung sterol. Organisme lain yang jarang menyebabkan
uretritis non gonore adalah Trichomonas vaginalis, virus herpes simpleks, dan
adenovirus.7,8
MANIFESTASI KLINIS
3
1. Uretritis Gonore
1.1. Manifestasi Klinis pada Laki-laki
Pada uretritis gonore, terdapat perbedaan masa inkubasi antara laki-laki dan
perempuan. Masa inkubasi laki-laki bervariasi antara dua sampai lima hari,
terkadang lebih lama karena penderita telah mengobati diri sendiri, tetapi dengan
dosis tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan penderita.
Gejala uretritis gonore pada laki-laki yakni rasa gatal, panas di bagian distal uretra
di sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusul disuria, poliuria, keluar
duh tubuh yang mukopurulen dari ujung uretra yang disertai darah, dan rasa nyeri
waktu ereksi. Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum eritematosa,
edematosa, dan ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen, dan
terkadang terdapat pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau
bilateral.1,2,3,10
4
Gambar 1. Uretritis Gonore pada Laki-Laki3 Gambar 2. Uretritis Non Gonore pada Laki-
Laki12
DIAGNOSIS
1. Uretritis Gonore
1.1 Diagnosis pada Laki-laki
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Kemungkinan hasil anamnesis yang ditemukan yakni
gejala pada laki-laki muncul dua sampai lima hari sejak hubungan seksual
terakhir, penderita mengeluh keluar cairan nanah kental dari uretra, merasa gatal,
5
panas di bagian distal uretra, nyeri berkemih, sering berkemih, dan nyeri waktu
ereksi. Untuk menggali faktor risiko perlu ditanyakan beberapa hal yang
berhubungan dengan perilaku risiko tinggi, bila terdapat jawaban “ya” untuk satu
atau lebih pertanyaan yakni apakah pasangan seksual > 1 dalam 1 bulan terakhir,
berhubungan seksual dengan penjaja seks dalam 1 bulan terakhir, mengalami
1/lebih episode infeksi menular seksual dalam 1 bulan terakhir, dan perilaku
pasangan seksual berisiko tinggi.1,2,11
Pemeriksaan fisik yang dilakukan yakni inspeksi orifisium uretra eksterna
dilihat adakah eritem, duh tubuh mukopurulen, orifisium uretra eksterna
ektropion, tanda-tanda peradangan yakni tumor, calor, dolor, rubor, dan function
laesa, dan pada skrotum, perineum, anus juga diperiksa. Palpasi dilakukan untuk
menilai pembesaran kelenjar getah bening (KGB) inguinal.3,11
Pada pemeriksaan langsung dengan pewarnaan Gram akan ditemukan
gonokok Gram negatif, intraseluler, dan ekstraseluler. Bahan duh tubuh pada pria
diambil dari daerah fosa navikularis. Pewarnaan Gram memiliki sensitivitas 95%
dan spesifisitas 99,9% dalam mendiagnosis uretritis gonore.1,2
6
Pada pemeriksaan langsung dengan pewarnaan Gram akan ditemukan
gonokok Gram negatif, intraseluler, dan ekstraseluler. Bahan duh tubuh pada
perempuan diambil dari uretra, muara kelenjar bartholin, serviks, dan rektum.
Pewarnaan Gram memiliki sensitivitas 95% dan spesifisitas 99,9% dalam
mendiagnosis uretritis gonore.1,2
7
Tes definitif dibagi menjadi dua yakni tes oksidasi dan tes fermentasi. Tes
oksidasi menggunakan reagen oksidasi yang mengandung tetrametil-p-
fenilendiamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok tersangka.
Semua Neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang
semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung. Apabila
tes oksidatif positif, dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosa,
dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa.1,2
3. Tes Beta-laktamase
Pemeriksaan beta-laktamase menggunakan cefinase TM disc. BBL 961192
yang mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan perubahan
warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta-
laktamase.1,2
4. Tes Thompson
Tes Thompson berguna untuk mengetahui sampai mana infeksi sudah
berlangsung. Pada tes ini terdapat syarat yang perlu diperhatikan, yakni sebaiknya
dilakukan setelah bangun pagi, urin dibagi dalam dua gelas, tidak boleh menahan
kencing dari gelas I ke gelas II, dan syarat mutlak ialah vesica urinaria harus
mengandung urin paling sedikit 80-100 ml, jika urin kurang dari 80 ml, maka
gelas II sukar dinilai karena baru menguras uretra anterior.1,2
8
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Kemungkinan hasil anamnesis yang ditemukan yakni
gejala pada laki-laki muncul satu sampai tiga minggu sejak hubungan seksual
terakhir, penderita mengeluh keluar cairan bening kental dari uretra, susah
berkemih ringan, perasaan tidak enak di uretra, dan banyak berkemih. Untuk
menggali faktor risiko perlu ditanyakan beberapa hal yang berhubungan dengan
perilaku risiko tinggi, bila terdapat jawaban “ya” untuk satu atau lebih pertanyaan
yakni apakah pasangan seksual > 1 dalam 1 bulan terakhir, berhubungan seksual
dengan penjaja seks dalam 1 bulan terakhir, mengalami 1/lebih episode infeksi
menular seksual dalam 1 bulan terakhir, dan perilaku pasangan seksual berisiko
tinggi.1,3,8
Pemeriksaan fisik yang dilakukan yakni inspeksi orifisium uretra eksterna
dilihat adakah eritem, duh tubuh seropurulen, orifisium uretra eksterna ektropion,
tanda-tanda peradangan yakni tumor, calor, dolor, rubor, dan function laesa, dan
pada skrotum, perineum, anus juga diperiksa. Palpasi dilakukan untuk menilai
pembesaran kelenjar getah bening inguinal.1,3,8
9
diperiksa duh tubuh vagina seropurulen dan juga anus diperiksa. Palpasi
dilakukan untuk menilai pembesaran kelenjar getah bening inguinal. 1,3,8
10
antibodi monoklonal, penentuan antigen dari hapusan uretra dilakukan dengan
pemeriksaan ELISA, Polimerase Chain Reaction, dan Ligase Chain Reaction.8
KOMPLIKASI
1. Uretritis Gonore
1.1 Komplikasi pada Laki-laki
Komplikasi uretritis gonore dibagi dua yakni komplikasi lokal dan asenden.
Pada laki-laki komplikasi lokal yakni tysonitis, parauretritis, littritis, dan
cowperitis. Komplikasi asendens yakni prostatitis, vesikulitis, funikulitis, vas
deferentitis, epididimitis, dan trigonitis.1,2,3,7
Tysonitis
Tysonitis merupakan infeksi yang terjadi di kelenjar Tyson, biasanya terjadi
pada penderita dengan preputium yang sangat panjang dan kebersihan yang
kurang baik. Diagnosis dibuat berdasarkan ditemukannya butir pus atau
pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan
timbul abses dan merupakan sumber infeksi laten.1,2,3,7
Parauretritis
Parauretritis sering terjadi pada orang dengan orifisium uretra eksternum
terbuka atau hipospadia. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua
muara parauretra.1,2,3,7
Littritis
Littritis tidak memiliki gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang-
benang atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat, dapat terjadi abses
folikular. Didiagnosis dengan uretroskopi.1,2,3,7
Cowperitis
Cowperitis dapat terjadi pada kelenjar dan duktus Cowper. Bila infeksi
terjadi pada kelenjar, maka dapat terjadi abses. Bila hanya duktus yang terkena
biasanya asimtomatik. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah
perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri waktu defekasi, dan disuria. Jika
tidak diobati, abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra, atau rektum dan
mengakibatkan prostitis.1,2,3,7
11
Prostatitis
Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum
dan suprapubis, malaise, demam, nyeri kencing sampai hematuri, spasme otot
uretra sehingga terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air besar, dan
obstipasi. Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal,
nyeri tekan dan didapatkan fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika tidak diobati,
abses akan pecah, masuk ke uretra posterior atau ke arah rektum mengakibatkan
proktitis.1,2,3,7
Bila prostatitis menjadi kronik, gejala ringan dan intermiten, tetapi kadang
menetap. Terasa tidak enak pada perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila
duduk terlalu lama. Pada pemeriksaan prostat terasa kenyal, berbentuk nodus, dan
sedikit nyeri pada penekanan. Pemeriksaan dengan pengurutan prostat sulit
ditemukan bakteri diplokokus atau gonokokus.1,2,3,7
Vesikulitis
Vesikulitis merupakan radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan
duktus ejakulatorius, dapat timbul menyertai prostatitits akut atau epididimitis
akut. Gejala subjektif menyerupai gejala prostatitis akut, berupa demam, poliuria,
hematuria terminal, nyeri waktu ereksi atau ejakulasi, dan spasme mengandung
darah.1,2,3,7
Pada pemeriksaan rektum dapat diraba vesikula seminalis yang
membengkak dan keras seperti sosis, memanjang di atas prostat.1,2,3,7
Vas deferentitis atau funikulitis
Gejala berupa rasa nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang
sama.1,2,3,7
Epididimitis
Epididimitis akut biasanya unilateral, dan setiap epididimitis biasanya
disertai deferentitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya epididimitis adalah
trauma pada uretra posterior yang disebabkan oleh salah penanganan atau
kelalaian penderita. Faktor yang memengaruhi keadaan ini yakni irigasi yang
terlalu sering dilakukan, cairan irrigator terlalu panas atau terlalu pekat,
12
instrumensasi yang kasar, pengurutan prostat yang berlebihan, atau aktivitas
seksual dan jasmani yang berlebihan.1,2,3,7
Epididimitis, tali spermatika, dan testis membengkak dan teraba panas
sehingga menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila
mengenai kedua epididimitis dapat mengakibatkan sterilitas.1,2,3,7
Trigonitis
Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika
urinaria. Trigonitis, menimbulkan gejala poliuria, disuria terminal, dan hematuria.
13
dapat menimbulkan Pelvic Inflammantory Disease (PID). Infeksi PID dapat
menyebabkan kehamilan ektopik dan sterilitas. Gejala yakni rasa nyeri pada
abdomen bawah, duh tubuh vagina, disuria, dan menstruasi yang tidak teratur atau
abnormal. Untuk mengakkan diagnosis dapat dilakukan pungsi kavum Douglas
dan dilanjutkan kultur atau dengan laparoskopi nikroorganisme.1,2,3,7,10
TATALAKSANA
Berdasarkan CDC 2015, pengobatan uretritis gonore diberikan Cefriaxone
250 mg IM dosis tunggal dan Azithromycin 1 g dosis tunggal. Sebagai alternatif
apabila tidak terdapat Ceftriaxone, diberikan Cefixime 400 mg dosis tunggal dan
Azithromycin 1 g.11
Obat
Ceftriaxone 250 mg IM dosis tunggal, dan
Azithromycin 1 g dosis tunggal
14
Tabel 3. Alternatif Pengobatan Uretritis Gonore11
Obat
Cefixime 400 mg dosis tunggal, dan
Azithromycin 1 g dosis tunggal
Obat
Azithromycin 1 g dosis tunggal, atau
Doxycycline 100 mg tiap 12 jam selama 7 hari
15
pemeriksaan laboratorium menjadi negatif. Pengobatan uretritis non gonore dapat
dilanjutkan sampai 4 minggu.8
Dalam tatalaksana duh tubuh uretra dan vagina perlu dipertimbangkan
ketersediaan sarana pemeriksaan pada lokasi layanan kesehatan. Yang paling ideal
adalah melakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui mikroorganisme
penyebab. Oleh karena itu praktisnya yaitu dibedakan antara ada atau tidaknya
fasilitas pemeriksaan mikroskopis.2
Untuk daerah tanpa fasilitas pemeriksaan dan laboratorium lengkap,
tatalaksana dapat dilakukan dengan sindromic approach (pendekatan sindrom)
berupa penilaian faktor risiko, dan langsung mengobatinya untuk keduanya
infeksi tersebut.untuk lokasi layanan kesehatan yang mempunyai fasilitas
pemeriksaan dan laboratorium lengkap, pendekatannya dapat lebih sempurna.
pertimbangan untuk melakukan pengobatan untuk kedua infeksi disebabkan oleh2:
1. tingginya insiden infeksi Chlamydia bersamaan dengan gonore (25-
50%)
2. tingginya insiden infeksi Chlamydia dan gonore disertai komplikasi
3. kesukaran teknik pemeriksaan Chlamydia
Mengingat hal tersebur maka pada pengobatan uretritis gonore diberikan juga obat
untuk uretritis non gonore.2
PROGNOSIS
Pada uretritis gonore, prognosis baik apabila infeksi diobati cepat dengan
antibiotik yang sesuai. Pengobatan infeksi gonore sebelumnya tidak dapat
menurunkan risiko terjadinya reinfeksi.7
Pada uretritis non gonore, terkadang tanpa pengobatan, penyakit dapat
lambat laun berkurang dan akhirnya sembuh sendiri (50-7% dalam waktu kurang
lebih 3 bulan). setelah pengobatan ± 10% akan mengalami eksaserbasi/rekurens.2
KESIMPULAN
Uretritis merupakan inflamasi pada uretra yang disebabkan karena infeksi
maupun noninfeksi. Uretritis dibagi menjadi dua yakni uretritis gonore dan
uretritis non gonore. Gejala uretritis gonore dan non gonore hampir sama, tetapi
16
gejala uretritis non gonore lebih ringan. Uretritis gonore dan non gonore dapat
terjadi pada laki-laki dan perempuan.1,2,3 Keluhan pada laki-laki yakni keluarnya
duh tubuh dari uretra mukopurulen pada uretritis gonore dan seropurulen pada
uretritis non gonore, disuria, poliuria, dan rasa tidak enak di uretra. Pada
perempuan, gejala berupa keluarnya duh tubuh vagina mukopurulen/seropurulen,
disuria, dan poliuria.2 Pemeriksaan fisik dilakukan inspeksi orifisium uretra
eksterna (OUE) eritem, duh tubuh, OUE ektropion, tanda-tanda peradangan, dan
pada perempuan diperiksa duh tubuh vagina. Palpasi dilakukan untuk menilai
pembesaran KGB inguinal. Pengobatan pada uretritis gonore dan non gonore
diberikan antibiotik untuk mematikan bakteri.14
DAFTAR PUSTAKA
1. Daili SF. Gonore. Dalam: Daili SF, Makes WI, Zubier F, editor. Infeksi
Menular Seksual, edisi ke-4, Jakarta: FK UI; 2009:65-76
2. Daili dan Nilasari. Gonore. Dalam: Sri Luniwih SW Menaldi, Kusmarinah
Bramono, Wresti Indriatmi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi
Ketujuh. Jakarta: FK UI; 2015:443-449
3. Hackenberg OW, Harke N, Wagenlehner F. Urethritis in Men and Women.
European Association of Urology. 2017
4. Newman L, Rowley J, Vander SH, Wijesooraya S, UnemoM, Nicolacow,
dkk. Global Estimates of the Prevalence and Incidence of Four Curable
Sexually Transmitted Infections in 2012 Based on Systematic Review and
Global Reporting. Research Article. 2012.
5. Khatib N, Bradbury C, Chalker V, Koh GCKW, Smit E, Wilson S, Watson
J. Prevalence of Trichomonas vaginalis, Mycoplasma genitalium, and
Ureaplasma urealyticum in men with urethritis attending an urban sexual
health clinic. SAGE Journals. 2014
17
6. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
Cetakan Pertama. Jakarta; 2012.
7. Rosen, T. Gonorrhea, Mycoplasma, and Vaginosis. Dalam: Goldsmith LA,
Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine 8th edition. New York: Mc Graw Hill
co., hal. 2514-2524.
8. Lumintang, Hans. Infeksi Genital Nonspesifik. Dalam: Daili SF, Makes
WI, Zubier F, editor. Infeksi Menular Seksual, edisi ke-4, Jakarta: FK UI;
2009:77-82
9. Tadesse E, Teshome M, Amsalu A, Shimeles T. Genital Chlamydia
trachomatis Infection among Women of Reproductive Age Attending the
Gynecology Clinic of Hawassa University Referral Hospital, Southern
Ethiopia.
10. Derpol V. Sexually Transmitted Infections in Women. Scandinavian
Journal of Clinical and Laboratory Investigation. 2014.
11. Centers for Disease Control and Prevention. Sexually Transmitted Disease
Treatment Guideline, 2015. MMWR Vol.64:3. 2015
12. Harryman L, Blee K, Horner P. Chlamydia trachomatis and non
gonococcal urethritis. Elsevier. 2014
13. Unemo M, Seth-Smith HMB, Cutcliffe LT, Skilton RJ,Barlow D,
Goulding D, dkk. The Swedish New Variant of Chlamydia trachomatis:
Genome Sequence, Morphology, Cell Tropism, and Phenotypic
Characterization. 2010.
14. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi
Menular Seksual. Jakarta; 2011.
18
LAMPIRAN
19