MO Sulawesi Selatan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Selatan

Kinerja perekonomian Sulsel pada triwulan II 2019 terakselerasi hingga satu persen lebih tinggi
dari triwulan sebelumnya. Peran konsumsi domestik pada triwulan laporan tercatat lebih dominan,
sementara sektor eksternal terkontraksi. Periode liburan sekolah dan hari besar keagamaan nasional
(HBKN) Idul Fitri, penyelenggaraan pesta demokrasi serta kenaikan gaji dan tunjangan aparat sipil
negara (ASN) menopang kinerja perekonomian, di tengah aktivitas investasi yang masih tumbuh
terbatas. Meskipun konsumsi domestik meningkat, tekanan inflasi bahan makanan, sandang, serta
makanan jadi masih terkendali sehingga inflasi triwulan II 2019 tercatat di bawah 3,0% (yoy), atau
lebih rendah dari rata-rata historis inflasi periode HBKN lebaran. Sementara itu, stabilitas sistem
keuangan tetap terjaga, dengan intermediasi perbankan yang tetap baik, disertai risiko kredit (NPL)
yang tetap rendah. Sistem pembayaran tetap kuat dan semakin efisien dengan semakin
meningkatnya transaksi non tunai dan program elektronifikasi termasuk transaksi pemda dan
bantuan sosial. Kinerja perekonomian yang meningkat tersebut, diiringi dengan tingkat
kesejahteraan yang relatif baik.

Aktivitas ekonomi Sulsel mengalami ekspansi pada triwulan II 2019 didorong kuatnya permintaan
domestik. Perekonomian tumbuh 7,5% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan I 2019 (6,5%;
yoy). Pertumbuhan didorong oleh konsumsi domestik dan investasi. Konsumsi masyarakat yang
meningkat saat HBKN Idul Fitri, penyelenggaraan pesta demokrasi, serta kenaikan tunjangan ASN
menjadi faktor utama. Investasi juga bertumbuh lebih tinggi menyusul suasana kondusif pesta
demokrasi, sementara kinerja sektor eksternal mengalami kontraksi sejalan rendahnya ekspor nikel
yang pangsanya mencapai sekitar 50%. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi ditopang
terutama Lapangan Usaha Perdagangan, Industri Pengolahan, dan Pertanian dengan kontribusi
masing-masing sebesar 1,6%; 1,5%; dan 1,2%.

Grafik Pertumbuhan Ekonomi Sulsel dan Nasional

Sumber : KER Sulawesi Selatan, Bank Indonesia

Tekanan Inflasi Sulsel pada triwulan II 2019 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.
Inflasi selama triwulan II 2019 tercatat sebesar 2,98% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya
sebesar 3,08%. Tren penurunan tekanan inflasi berasal dari kelompok transportasi (termasuk
komunikasi dan jasa keuangan), perumahan (termasuk air, listrik, gas, dan bahan bakar), kesehatan,
serta pendidikan (termasuk rekreasi dan olahraga). Tekanan inflasi kelompok transpor khususnya
dari bahan bakar lebih rendah sejalan dengan penurunan harga BBM pada awal tahun 2019 dan
tidak adanya penyesuaian harga kembali hingga akhir triwulan II 2019. Di sisi lain, penurunan harga
emas perhiasan mendorong inflasi kelompok sandang lebih rendah sehingga mendukung disinflasi
di triwulan II 2019.

Inflasi selama periode lebaran tahun ini jauh lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Inflasi selama periode Ramadhan dan Lebaran cenderung terkendali dengan tekanan tertinggi pada
bulan Mei sebesar 3,74% (yoy). Kondisi inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata
periode yang sama 3 tahun terakhir yang mencapai 4,23% (yoy). Lebih rendahnya inflasi pada
periode Ramadhan dan Lebaran tahun 2019 disebabkan oleh lebih terkendalinya harga bahan
pangan yang hanya naik sebesar 5,03% (yoy), lebih rendah daripada rerata kenaikan harga 3 tahun
terakhir (8,19%, yoy).

Grafik Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan

Sumber : KER Sulawesi Selatan, Bank Indonesia

Perkembangan Properti di Sulawesi Selatan


Perkembangan properti di Sulawesi Selatan semakin pesat seiring dengan semakin meningkatnya
laju pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. Makassar sebagai ibukota provinsi tersebut
semakin padat seiring tumbuhnya kota itu menjadi magnet ekonomi di Kawasan Timur Indonesia.
Pertumbuhan tersebut memicu tingginya kebutuhan investasi, khususnya investasi sektor properti
perumahan (landed house), ruko, apartemen, hotel, perkantoran dan pusat perbelanjaan.

Tingginya harga tanah di jalan-jalan utama di Kota Makassar seiring dengan tingginya permintaan
pasar yang tidak didukung dengan ketersediaan lahan kosong di jalan-jalan tersebut. Di sepanjang
Jalan AP Pettarani harga penawaran tanah berkisar antara Rp 20 juta-Rp 40 juta per meter persegi.
Di Jalan Boulevard Panakkukang harga penawaran tanah berkisar antara Rp 20 juta-Rp 35 juta per
meter persegi. Kedua kawasan tersebut merupakan kawasan perkantoran serta perdagangan dan
jasa yang didominasi perkembangan perkantoran, hotel, ruko, dan pusat perbelanjaan.

Anda mungkin juga menyukai