Anda di halaman 1dari 9

BAB V BAB VI

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA


Pencegahan munculnya mikroba resisten
diharapkan dapat dicapai melalui penggunaan
Bentuk pendidikan dan/atau pelatihan
antibiotik secara bijak („prudent use of antibiotics’)
pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari:
dan pencegahan menyebarnya mikroba resisten
a. Komunikasi, informasi, dan edukasi melalui pelaksanaan kegiatan PPI yang optimal.
b. Pelatihan PPI Penggunaan antibiotik secara bijak dapat dicapai
Pendidikan dan pelatihan bagi Komite atau Tim dengan memperbaiki perilaku para dokter dalam
PPI dengan ketentuan sebagai berikut: penulisan resep antibiotik. Antibiotik hanya digunakan
dengan indikasi yang ketat yaitu dengan penegakan
a. Wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar diagnosis penyakit infeksi menggunakan data klinis
dan lanjut serta pengembangan pengetahuan PPI dan hasil pemeriksaan laboratorium seperti
lainnya. pemeriksaan darah tepi, radiologi, mikrobiologi dan
b. Memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga serologi. Dalam keadaan tertentu penanganan kasus
pelatihan sesuai ketentuan peraturan perundang- infeksi berat ditangani secara multidisiplin.
undangan. Pemberian antibiotik pada pasien dapat berupa:
c. Mengembangkan diri dengan mengikuti seminar, 1. Profilaksis bedah pada beberapa operasi bersih.
lokakarya dan sejenisnya. Pada prosedur operasi terkontaminasi dan kotor,
d. Mengikuti bimbingan teknis secara pasien diberi terapi antibiotik sehingga tidak perlu
berkesinambungan. ditambahkan antibiotik profilaksis.
e. Perawat PPI pada Komite atau Tim PPI (Infection 2. Terapi antibiotik empirik yaitu penggunaan
Prevention and Control Nurse/IPCN) harus antibiotik pada kasus infeksi atau diduga infeksi
mendapatkan tambahan pelatihan khusus IPCN yang belum diketahui jenis bakteri penyebabnya.
pelatihan tingkat lanjut. Jenis antibiotik empirik ditetapkan berdasarkan
pola mikroba dan kepekaan antibiotik setempat.
f. Infection Prevention and Control Link
Nurse/IPCLN harus mendapatkan tambahan 3. Terapi antibiotik definitif adalah penggunaan
pelatihan PPI tingkat lanjut. antibiotik pada kasus infeksi yang sudah diketahui
jenis bakteri penyebab dan kepekaannya
Pendidikan dan pelatihan bagi Staf Fasilitas
terhadap antibiotik.
Pelayanan Kesehatan dengan ketentuan sebagai
berikut: Penerapan program pengendalian resistensi
antimikroba di rumah sakit secara rinci merujuk pada
a. Semua staf pelayanan di fasilitas pelayanan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2015
kesehatan harus mengetahui prinsip-prinsip PPI
tentang Program Pengendalian Resistensi
antara lain melalui pelatihan PPI tingkat dasar.
Antimikroba di Rumah Sakit.
b. Semua staf non pelayanan di fasilitas pelayanan
kesehatan harus dilatih dan mampu melakukan
upaya pencegahan infeksi meliputi hand hygiene, BAB VII
etika batuk, penanganan limbah, APD (masker MONITORING DAN EVALUASI
dan sarung tangan) yang sesuai.
Dalam program PPI monitoring dan evaluasi
c. Semua karyawan baru, mahasiswa, PPDS harus bertujuan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan
mendapatkan orientasi PPI. program dan kepatuhan penerapan oleh petugas
Pendidikan bagi Pengunjung dan keluarga pasien serta evaluasi angka kejadian HAIs melalui
berupa komunikasi, informasi, dan tentang PPI terkait pengkajian risiko infeksi/Infection Control Risk
penyakit yang dapat menular. Assesment (ICRA), audit, dan monitoring dan
evaluasi lainya secara berkala yang dilakukan oleh  Identifikasi Kelompok Pasien Berisiko
Komite atau Tim PPI.
 Menentukan Kelas Kewaspadaan dan intervensi
A. Pengkajian Risiko Infeksi (Infection Control Risk PPI
Assesment/Icra)
 Menentukan Intervensi Berdasarkan Kelas
ICRA merupakan pengkajian yang di lakukan Kewaspadaan
secara kualitatif dan kuantitatif terhadap risiko
infeksi terkait aktifitas pengendalian infeksi di  Identifikasi area di sekitar area kerja dan menilai
fasilitas pelayanan kesehatan serta mengenali dampak potensial
ancaman/bahaya dari aktifitas tersebut. Audit berarti melakukan pengecekan terhadap praktik
Tujuan adalah mencegah dan mengontrol aktual terhadap standar yang ada. Pemberitahuan
frekuensi dan dampak risiko. Melakukan penilaian hasil audit dapat membantu untuk mengidentifikasi
terhadap masalah yang ada agar dapat ditindak dimana perbaikan yang diperlukan. Auditor internal
lanjuti berdasarkan hasil penilaian skala prioritas. dapat memberikan nasihat dan membantu
mengidentifikasi risiko-risiko yang bersifat darurat.
Infection Control Risk Assessment, terdiri dari:
Standar audit internal membutuhkan
1) Externa: terkait komunitas, kontaminasi, perkembangan suatu rencana dari proyek audit
bencana alam, dan kecelakaan massal. berdasarkan pada pengkajian risiko yang
2) Internal: risiko terkait pasien, risiko terkait diperbaharui setiap tahun dengan memakai konsep
petugas kesehatan, risiko terkait pelaksanaan PDSA yaitu Plan, Do,Study, dan Act. Siklus PDSA
prosedur, risiko terkait peralatan, serta risiko merupakan cara pintas untuk mengembangkan suatu
terkait lingkungan. rencana untuk melakukan pengetesan perubahan
(Plan), melaksanakan rencana (Do), mengobservasi
Pengkajian Risiko Infeksi (Infection Control
dan belajar dari konsekuensi yang ada (Study), dan
Risk Assesment/ICRA) terdiri dari 4 (empat)
menentukan modifikasi apa yang harus dibuat (Act).
langkah, yaitu:
3) Identifikasi risiko
4) Analisa risiko
5) Kontrol risiko
6) Monitoring risiko
Pencatatan risiko adalah pencatatan semua risiko
yang sudah diidentifikasi, untuk kemudian dilakukan
pemeringkatan (grading) untuk menentukan matriks
risiko dengan kategori merah, kuning dan hijau.
Infection Control Risk Assessmen Renovasi/ 1) Metode Audit
Pembangunan Gedung (ICRA) adalah suatu proses
terdokumentasi yang dilakukan sebelum memulai Audit yang efektif terdiri dari suatu gambaran lay
kegiatan pemeliharaan, perbaikan, pembongkaran, out fisik, kajian ulang atau alur traffic, protocol dan
konstruksi, maupun renovasi untuk mengetahui risiko kebijakan, makanan dan peralatan dan observasi
dan dampaknya terhadap kualitas udara dengan dari praktik PPI yang sesuai.
mempertimbangkan potensi pajanan pada pasien. 2) Persiapan Tim Audit
Sistem HVAC (heating, ventilation, air Pertemuan sebelum audit penting untuk
conditioning) adalah sistem pemanas, ventilasi, dan menjelaskan dan mendiskusikan target dan
pendingin udara di sarana pelayanan kesehatan. objektif dari audit, bagaimana hal tersebut akan
Ruang lingkup: dilakukan, dan bagaimana hasilnya akan
dilaporkan.
 Identifikasi Tipe Proyek Konstruksi
3) Prinsip-prinsip Dasar 2. Monitoring surveilans menggunakan formulir
Bundles adalah kumpulan proses yang terdiri dari : formulir pasien pasien baru,
dibutuhkan untuk perawatan secara efektif dan formulir harian, dan formulir bulanan.
aman untuk pasien dengan treatment tertentu dan
3. Kegiatan monitoring dilakukan dengan
memiliki risiko tinggi.
melaksanakan surveilans dan kunjungan
Suatu set bundles termasuk:
lapangan setiap hari oleh IPCN dan ketua
 Komitmen pernyataan dari tim klinis.
komite jika diperlukan.
 Chart sebab akibat yang menggambarkan 4. Monitoring dilakukan oleh Komite/Tim PPI
bukti untuk praktik yang optimal dan untuk
RCA dari ketidaksesuaian, dalam dengan frekuensi minimal setiap bulan.
hubungannya dengan standar. 5. Evaluasi oleh Komite/Tim PPI minimal setiap 3
 SOP untuk bundle termasuk kriteria spesifik. bulan.

 Lembar pengumpul data. d) Laporan


1. IPCN membuat laporan rutin: 3 bulan, 6 bulan,
 Penjelasan bundle kepada staf klinik
1 tahun atau jika diperlukan.
Jenis audit:
2. Komite/Tim PPI membuat laporan tertulis
a) Toolkit audit dari “the Community and Hospital
kepada pimpinan fasyankes setiap bulan dan
Infection Control Association” Kanada.
jika diperlukan.
b) Toolkit audit WHO.

Data audit dapat digunakan sebagai tujuan/target


tahunan program PPI. Juga dapat membantu
dalam pengambilan keputusan pemenuhan
standar di fasyankes. PEDOMAN MANAJERIAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
4) Laporan
DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Di dalam laporan harus diinformasikan bagaimana
audit dilakukan, metode yang dipakai, data
kepatuhan, temuan, dan rekomendasi. BAB I

Laporan audit bisa tercakup di dalam: mingguan, PELAYANAN PENCEGAHAN DAN


bulanan per-empat bulanan dan tahunan. PENGENDALIAN INFEKSIDI FASILITAS
5) Perubahan perilaku PELAYANAN KESEHATAN
Hasil audit dibutuhkan untuk memahami Pengelolaan pelaksanaan PPI di fasilitas
bagaimana melakukan intervensi yang lebih tepat pelayanan kesehatan dilaksanakan sebagai berikut:
sehingga perubahan perilaku dapat dicapai. 1. Ada kebijakan pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan untuk membentuk pengelola kegiatan
c) MONITORING DAN EVALUASI BERKALA PPI yang terdiri dari Komite atau Tim PPI.
1. Monitoring kejadian infeksi dan kepatuhan
2. Pembentukan organisasi disesuaikan dengan
terhadap pelaksanaan PPI dilakukan oleh
kebutuhan, beban kerja dan/atau klasifikasi rumah
IPCN dan IPCLN.
sakit.
3. Komite atau Tim PPI bertanggung jawab langsung 5. Dalam bekerja IPCN dapat dibantu beberapa
kepada pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan. IPCLN (InfectionPrevention and Control Link
Nurse) dari tiap unit, terutama yang berisiko
4. PPI melibatkan komite/departemen/ instalasi/ unit
terjadinya infeksi.
yang terkait difasilitas pelayanan kesehatan.
6. Kedudukan IPCN secara fungsional berada di
5. Adakebijakan dan uraian tugas tentang PPI di
bawah komite PPI dan secara professional
fasilitas pelayanan kesehatan.
berada di bawah keperawatan setara dengan
senior manajer.
BAB II
7. Setiap 1000 tempat tidur sebaiknya memiliki1
ORGANISASI PENCEGAHAN DAN
(satu) ahli Epidemiologi Klinik.
PENGENDALIAN INFEKSI
Untuk fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
Organisasi Pencegahan dan Pengendalian
nomenklatur organisasi PPI menyesuaikan dengan
Infeksi (PPI) disusun agar dapat mencapai visi, misi
kondisi SDM dan fasilitas yang dimiliki, namun harus
dan tujuan dari penyelenggaraan PPI. PPI dibentuk
tetap mengikuti kaidah penyelenggaraan pencegahan
berdasarkan kaidah organisasi yang miskin struktur
dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan
dan kaya fungsi dan dapat menyelenggarakan tugas,
kesehatan sebagaimana tercantum dalam lampiran I
wewenang dan tanggung jawab secara efektif dan
peraturan menteri ini.
efisien. Efektif dimaksud agar sumber daya yang ada
di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dimanfaatkan
secara optimal. B. STRUKTUR ORGANISASI
Pimpinan dan petugas kesehatan dalam Komite PPI
A. KEBIJAKAN
diberi kewenangan dalam menjalankan program dan
1. Susunan organisasi Komite PPI adalah Ketua,
menentukan sikap pencegahan dan pengendalian
Sekretaris, dan Anggota yang terdiri dari IPCN/
infeksi.
Perawat PPI, IPCD/Dokter PPI dan anggota
lainnya.

2. Susunan organisasi Tim PPI adalah Ketua dan


anggota yang terdiri dari dokter, Perawat PPI/
IPCN, dan anggota lainnya bila diperlukan.
Berdasarkan skema di atas maka kedudukan
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus memiliki Komite/Tim PPI harus berada langsung dibawah
IPCN yang bekerja purnawaktu dengan Pimpinan tertinggi di fasilitas pelayanan kesehatan.
ratio1(satu) IPCN untuk tiap 100 tempat tidur
Struktur Organisasi Komite PPI
difasilitas pelayanan kesehatan tersebut.

4. Untuk fasilitas pelayanan kesehatan yang


memiliki kapasitas tempat tidur kurang dari 100
harus memiliki IPCN minimal 1 (satu) orang.
penyakit untuk beberapa waktu sesuai kebutuhan
berdasarkan saran dari Komite / Tim PPI.
8. Mengesahkan Standar Prosedur Operasional
(SPO) untuk PPI.
9. Memfasilitasi pemeriksaan kesehatan petugas di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, terutama bagi
petugas yang berisiko tertular infeksi minimal 1
tahun sekali, dianjurkan 6 (enam) bulan sekali.

Struktur Organisasi Tim PPI C. 2. Komite PPI


Tugas:

1. Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi


kebijakan PPI.
2. Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPI, agar
kebijakan dapat dipahami dan dilaksanakan oleh
petugas kesehatan.
3. Membuat SPO PPI.
4. Menyusun program PPI dan mengevaluasi
B. 1. Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
pelaksanaan program tersebut.
Tugas : 5. Melakukan investigasi masalah atau kejadian luar
1. Membentuk Komite/Tim PPI dengan Surat biasa HAIs (Healthcare Associated Infections).
Keputusan. 6. Memberi usulan untuk mengembangkan dan
2. Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang meningkatkan cara pencegahan dan
tinggi terhadap penyelenggaraan upaya pengendalian infeksi.
pencegahan dan pengendalian infeksi. 7. Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan
3. Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
sarana dan prasarana termasuk anggaran yang lainnya dalam PPI.
dibutuhkan. 8. Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang
4. Menentukan kebijakan pencegahan dan sesuai dengan prinsip PPI dan aman bagi yang
pengendalian infeksi. menggunakan.
5. Mengadakan evaluasi kebijakan pencegahan dan 9. Mengidentifikasi temuan di lapangan dan
pengendalian infeksi berdasarkan saran dari mengusulkan pelatihan untuk meningkatkan
Komite / Tim PPI. kemampuan sumber daya manusia (SDM) rumah
6. Mengadakan evaluasi kebijakan pemakaian sakit dalam PPI.
antibiotika yang rasional dan disinfektan dirumah 10. Melakukan pertemuan berkala, termasuk evaluasi
sakit berdasarkan saran dari Komite / Tim PPI. kebijakan.
7. Dapat menutup suatu unit perawatan atau
instalasi yang dianggap potensial menularkan
11. Berkoordinasi dengan unit terkait lain dalam hal - Terselenggaranya dan evaluasi program PPI.
pencegahan dan pengendalian infeksi rumah - Penyusunan rencana strategis program PPI.
sakit, antara lain: - Penyusunan pedoman manajerial dan pedoman
a. Tim Pengendalian Resistensi Antimikroba PPI.
(TPRA) dalam penggunaanan antibiotika yang - Tersedianya SPOPPI.
bijak dirumah sakit berdasarkan pola kuman - Penyusunan dan penetapan serta mengevaluasi
dan resistensinya terhadap antibiotika dan kebijakan PPI.
menyebarluaskan data resistensi antibiotika. - Memberikan kajian KLB infeksi di RS.
b. Tim kesehatan dan keselamatan kerja (K3) - Terselenggaranya pelatihan dan pendidikan PPI.
untuk menyusun kebijakan. - Terselenggaranya pengkajian pencegahan dan
c. Tim keselamatan pasien dalam menyusun pengendalian risiko infeksi.
kebijakan clinical governance and patientsa - Terselenggaranya pengadaan alat dan bahan terkait
fety. dengan PPI.
12. Mengembangkan, mengimplementasikan dan - Terselenggaranya pertemuan berkala.
secara periodik mengkaji kembali rencana
2. Melaporkan kegiatan Komite PPI kepada Direktur.
manajemen PPI apakah telah sesuai kebijakan
manajemen rumah sakit.
B.2.2. Sekretaris Komite PPI
13. Memberikan masukan yang menyangkut
Kriteria:
konstruksi bangunan dan pengadaan alat dan
1. Dokter / IPCN / tenaga kesehatan lain yang
bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara
mempunyai minat dalam PPI.
pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen
2. Pernah mengikuti pelatihan dasar PPI.
sesuai dengan prinsip PPI.
3. Purna waktu.
14. Menentukan sikap penutupan ruangan rawat bila
diperlukan karena potensial menyebarkan infeksi. Tugas:

15. Melakukan pengawasan terhadap tindakan- 1. Memfasilitasi tugas ketua komite PPI.

tindakan yang menyimpang daristandar prosedur/ 2. Membantu koordinasi.

monitoring surveilans proses. 3. Mengagendakan kegiatan PPI.

16. Melakukan investigasi, menetapkan dan


melaksanakan penanggulangan infeksibila ada B.2.3. Anggota Komite

KLB dirumah sakit dan fasilitas pelayanan 1. IPCN/Perawat PPI

kesehatan lainnya. 2. IPCD/Dokter PPI:


a. Dokter wakil dari tiap KSM (Kelompok Staf

B.2.1. Ketua Komite PPI Medik).

Kriteria: b. Dokter ahli epidemiologi.

1. Dokter yang mempunyai minat dalam PPI. c. Dokter Mikrobiologi.

2. Pernah mengikuti pelatihan dasar PPI. d. Dokter Patologi Klinik.


3. Anggota komite lainnya, dari:
Tugas:
a. Tim DOTS
1. Bertanggungjawab atas
b. Tim HIV B.2.3.2. IPCN (Infectionrevention and Control Nurse)
c. Laboratorium.
Kriteria IPCN:
d. Farmasi.
1. Perawat dengan pendidikan minimal Diploma III
e. Sterilisasi
Keperawatan
f. Laundri
2. Mempunyai minat dalam PPI.
g. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
3. Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI dan
(IPSRS).
IPCN.
h. sanitasi lingkungan
4. Memiliki pengalaman sebagai Kepala Ruangan
i. pengelola makanan
atau setara.
j. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
5. Memiliki kemampuan leadership dan inovatif.
k. Kamar jenazah.
6. Bekerja purnawaktu.

Tugas dan Tanggung Jawab IPCN:


B.2.3.1. IPCD / Infection Prevention Control Doctor
1. Melakukan kunjungan kepada pasien yang
Kriteria IPCD:
berisiko di ruangan setiap hari untuk
1. Dokter yang mempunyai minat dalam PPI.
mengidentifikasi kejadian infeksi pada pasien di
2. Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.
baik rumah sakit dan fasilitas pelayanan
3. Memiliki kemampuan leadership.
kesehatan lainnya.
Tugas IPCD:
2. Memonitor pelaksanaaan program PPI,
1. Berkontribusi dalam pencegahan, diagnosis dan
kepatuhan penerapan SPO dan memberikan
terapi infeksi yang tepat.
saran perbaikan bila diperlukan.
2. Turut menyusun pedoman penggunaan antibiotika
3. Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkan
dan surveilans.
kepada Komite/Tim PPI.
3. Mengidentifikasi dan melaporkan pola kuman dan
4. Turut serta melakukan kegiatan mendeteksi dan
pola resistensi antibiotika. Bekerjasama dengan
investigasi KLB.
IPCN / Perawat PPI melakukan monitoring
5. Memantau petugas kesehatan yang terpajan
kegiatan surveilans infeksi dan mendeteksi serta
bahan infeksius / tertusuk bahan tajam bekas
investigasi KLB. Bersama komite PPI
pakai untuk mencegah penularan infeksi.
memperbaiki kesalahan yang terjadi, membuat
6. Melakukan diseminasi prosedur kewaspadaan
laporan tertulis hasil investigasi dan melaporkan
isolasi dan memberikan konsultasi tentang PPI
kepada pimpinan rumah sakit.
yang diperlukan pada kasus tertentu yangterjadi
4. Membimbing dan mengadakan pelatihan PPI
di fasyankes.
bekerja sama dengan bagian pendidikan dan
7. Melakukan audit PPI di seluruh wilayah fasyankes
pelatihan (Diklat) di rumah sakit.
dengan menggunakan daftar tilik.
5. Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan
8. Memonitor pelaksanaan pedoman penggunaan
dalam merawat pasien.
antibiotika bersama Komite/Tim PPRA.
6. Turut membantu semua petugas kesehatan untuk
9. Mendesain, melaksanakan, memonitor,
memahami PPI.
mengevaluasi dan melaporkan surveilans infeksi
yang terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan 5. Bila terdapat infeksi potensial KLB melakukan
bersama Komite / Tim PPI penyuluhan bagi pengunjung dan konsultasi
10. Memberikan motivasi kepatuhan pelaksanaan prosedur PPI berkoordinasi dengan IPCN.
program PPI. 6. Memantau pelaksanaan penyuluhan bagi pasien,
11. Memberikan saran desain ruangan rumah sakit keluarga dan pengunjung dan konsultasi prosedur
agar sesuai dengan prinsip PPI. yang harus dilaksanakan.
12. Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung
rumah sakit tentang PPI. B.2.3.3. Anggota Lainnya
13. Memprakarsai penyuluhan bagi petugas Kriteria:
kesehatan, pasien, keluarga dan pengunjung 1. Tenaga diluar dokter dan perawat yang
tentang topik infeksi yang sedang berkembang mempunyai minat dalam PPI.
(New-emerging dan re-emerging) atau infeksi 2. Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.
dengan insiden tinggi.
Tugas:
14. Sebagai coordinator antar departemen/unit dalam
1. bertanggung jawab kepada ketua komite PPI dan
mendeteksi, mencegah dan mengendalikan
berkoordinasi dengan unit terkait lainnya dalam
infeksi dirumah sakit.
penerapan PPI
15. Memonitoring dan evaluasi peralatan medis
2. Memberikan masukan pada pedoman maupun
single use yang di re –use.
kebijakan terkait PPI.

B.2.3.2.1. IPCLN (Infection Prevention and Control


B.3. Tim PPI
Link Nurse)
B.3.1. Ketua Tim
Kriteria IPCLN:
Kriteria:
1. Perawat dengan pendidikan minimal Diploma 3,
1. Dokter yang mempunyai minat dalam PPI.
yang mempunyai minat dalam PPI.
2. Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.
2. Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.
3. Memiliki kemampuan leadership.
Tugas IPCLN:
IPCLN sebagai perawat pelaksana harian/ B.3.2. Anggota
penghubung bertugas: B.3.2.1 IPCN
1. Mencatat data surveilans dari setiap pasien diunit Kriteria dan uraian tugas mengikuti kriteria dan tugas
rawat inap masing-masing. IPCN pada komite PPI disesuaikan dengan fasilitas
2. Memberikan motivasi dan mengingatkan tentang pelayanan kesehatannya.
jpelaksanaan kepatuhan PPI pada setiap personil
ruangan di unitnya masing-masing. B.3.2.2 Anggota lain
3. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan yang Kriteria:
lain dalam penerapan kewaspadaan isolasi. 1. Perawat/tenaga lain yang mempunyai minat
4. Memberitahukan kepada IPCN apa bila ada dalam PPI.
kecurigaan adanyaHAIs pada pasien. 2. Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.
3. Memiliki kemampuan leadership.
Tugas: e. Kebijakan tentang kesehatan karyawan.
Tugas Tim PPI mengikuti tugas komite PPI f. Kebijakan tentang pelaksanaan surveilans.
disesuaikan dengan fasilitas pelayanan g. Kebijakan tentang penggunaan antibiotik yang
kesehatannya. bijak.
h. Kebijakan tentang pengadaan bahan dan alat
C. Sarana dan Fasilitas Pelayanan Penunjang yang melibatkan tim PPI.
i. Kebijakan tentang pemeliharaan fisik dan sarana
C.1. Sarana Kesekretariatan
prasarana.
- Ruangan secretariat dan tenaga sekretarisyang
j. Kebijakan penanganan kejadian luar biasa.
purna waktu.
k. Kebijakan tentang pelaksanaan audit PPI.
- Komputer, printer dan internet.
l. Kebijakan tentang pengkajian risiko di fasilitas
- Telepon dan Faksimili.
pelayanan kesehatan.
- Sarana kesekretariat lainnya.
SPO yang perlu dipersiapkan oleh fasilitas
C.2. Dukungan Manajemen pelayanan kesehatan antara lain:
Dukungan yang diberikan oleh manajemen berupa: a. Kewaspadaan isolasi:
a. Surat Keputusan untuk Komite / Tim PPI. 1) Kebersihan Tangan
b. Menyediakan anggaran untuk: 2) Alat Pelindung Diri (APD): sarung tangan,
- Pendidikan dan Pelatihan (Diklat). masker, kaca mata/pelindung mata, perisai

- Pengadaan fasilitas pelayanan penunjang. wajah, gaun, apron, sepatu bot/sandal tertutup

- Pelaksanaan program, monitoring, evaluasi, 3) Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien

laporan dan rapat rutin. 4) Pengendalian Lingkungan

- Remunerasi/ insentif/ Tunjangan/ 5) Penatalaksanaan Limbah

penghargaan untuk Komite/ Tim PPI. 6) Penatalaksanaan Linen


7) Perlindungan Petugas Kesehatan

C.3. Kebijakan dan Standar Prosedur Operasional 8) Penempatan Pasien

Kebijakan yang perlu dipersiapkan oleh fasilitas 9) Higiene Respirasi/Etika Batuk

pelayanan kesehatan adalah: 10) Praktek Menyuntik Yang Aman

a. Kebijakan tentang pendidikan dan pelatihan PPI 11) Praktek Lumbal Pungsi

sekaligus pengembangan SDM Komite / Tim. b. Upaya pencegahan infeksi sesuai pelayanan di
b. Kebijakan tentang pendidikan dan pelatihan untuk fasilitas pelayanan kesehatan, yang antara lain:
seluruh petugas di fasilitas pelayanan kesehatan. 1) Infeksi saluran kemih (ISK).
c. Kebijakan tentang kewaspadaan isolasi meliputi 2) Infeksi daerah operasi (IDO).
kewaspadaan standar dan kewaspadaan 3) Infeksi aliran darah (IAD).
transmisi termasuk kebijakan tentang 4) Pneumonia akibat penggunaan ventilator
penempatan pasien. (VAP).
d. Kebijakan tentang PPI pada pemakaian alat 5) Kebijakan tentang PPI lainnya (misalnya
kesehatan dan tindakan operasi. Phlebitis dan decubitus).

Anda mungkin juga menyukai