Ii. Tinjauan Pustaka PDF
Ii. Tinjauan Pustaka PDF
Ii. Tinjauan Pustaka PDF
A. Tuberkulosis
dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3-0,6 µm dan panjang 1-4
µm. Penyusun utama dinding sel bakteri ini adalah asam mikolat, lilin
Basil tuberkel yang telah hidup dan berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Sedangkan kuman yang
tetap berada di jaringan paru, akan membentuk fokus primer yang disebut
dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. Bila BTA negatif atau
b. Infeksi jamur
3. Kasus defaulted atau drop out adalah pasien yang tidak mengambil obat 2
4. Kasus gagal
a. Pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
pengobatan).
10
Catatan:
B. Pengobatan Tuberkulosis
Pengobatan tuberkulosis paru terdiri dari 2 fase, yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Obat utama (lini 1) yang diberikan
atau 2RHZE/4R3H3.
lesi luas.
belum dilakukan uji resistensi. Bila tidak ada uji resistensi dapat diberikan
5RHE.
ada uji resistensi. Bila tidak ada uji resistensi dapat diberikan 5RHE.
a. Berobat ≥ 4 bulan :
pengobatan dihentikan
12
dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu lebih
lama
b. Berobat ≤ 4 bulan
dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka lebih lama
pengobatan diteruskan
6. Tuberkulosis paru kasus kronik diberikan RHZES apabila belum ada uji
resistensi. Jika telah dilakukan uji resistensi, maka diberikan obat sesuai
dengan uji resistensi ditambah dengan obat lini 2, minimal 18 bulan. Jika
1. Isoniazid
plasma dicapai dalam 1-2 jam dengan pemberian dosis biasa yaitu 5
sel tubuh. Konsentrasi terbesar obat ini adalah di dalam pleura dan ascites.
mampu menahan obat ini lebih lama dalam jumlah yang dibutuhkan untuk
Reaksi alergi terhadap isoniazid yang sering terjadi adalah demam dan
kulit kemerahan. Sedangkan efek toksik yang paling sering terjadi pada
2. Rifampisin
rifampisin aktif pada bakteri yang sedang aktif membelah (Istiantoro dan
Ekskresi terbesar obat ini adalah melalui feses, yaitu sebesar 60%
(Gilman, 2008).
Efek samping rifampisin yang sering terjadi adalah ruam kulit, demam,
mual, muntah, dan ikterus. Hepatitis jarang terjadi pada pasien dengan
fungsi hepar normal. Pada pasien dengan penyakit hepar kronik dan
berhubungan dengan sistem saraf antara lain rasa lelah, mengantuk, sakit
kepala, binging, sukar berkonsentrasi, sakit pada tangan dan kaki, dan
kelemahan otot. Selain itu terdapat efek samping lain yang kaitannya
15
3. Etambutol
dicapai dalam waktu 2-4 jam setelah obat diminum, sedangkan waktu
paruh etambutol adalah 3-4 jam. Tiga perempat dosis etambutol akan
diekskresi dalam urin dengan bentuk yang utuh dalam waktu 24 jam
(Gilman, 2008).
Oleh karena itu, pada pasien yang mendapat terapi etambutol selama
beberapa bulan, perlu dilakukan tes tajam penglihatan secara berkala. Efek
4. Pirazinamid
pirazinamid hanya bekerja efektif pada media yang asam (Istiantoro dan
setiabudy, 2007).
dengan baik. Waktu paruh pirazinamid pada orang dengan ginjal normal
adalah 9-10 jam. Obat ini diekskresi terutama melalui glomerulus ginjal.
5. Streptomicin
hidup dalam abses dan kelenjar limfe regional serta hilangnya efek obat
Karena telah tersedia obat lain yang lebih efektif, maka streptomicin
2008).
Hepar merupakan organ terbesar dalam tubuh dengan berat rata-rata 1,5 kg
pada orang dewasa. Unit fungsional dasar hepar adalah lobulus, yang
berbentuk silindris. Lobulus terbentuk dari banyak lempeng sel hepar. Hepar
(Guyton, 2007).
Tiap-tiap sel hepar berdekatan dengan beberapa kanalikuli biliaris yang akan
Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh. Organ ini
penting bagi sistem pencernaan untuk sekresi garam empedu. Setiap hari
hepar mengekskresi empedu sebanyak satu liter ke dalam usus halus. Selain
tersimpan dalam hepar, akan diubah menjadi glukosa dan disuplai ke dalam
darah secara konstan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Proses ini disebut
Selain fungsi metabolisme lemak dan protein, hepar juga merupakan tempat
yang berguna dalam metabolisme obat. Beberapa obat bersifat larut lemak
Untuk mengetahui fungsi normal hepar dapat dilakukan beberapa tes, antara
lain adalah :
19
infiltratif.
hepatoseluler.
hepar.
(Mehta, 2010).
E. Transaminase
hepar pada kasus peradangan hepar. Selain itu SGPT juga ditemukan dalam
jumlah sedikit di jantung, ginjal, dan otot rangka. Pada penentuan diagnosis,
hasil SGPT sering dibandingkan dengan hasil SGOT. Kadar normal SGPT
20
pada orang dewasa adalah sebesar 5-19 U/L pada laki-laki dan 5-23 U/L pada
Aspartat (AST) dapat ditemukan dalam jumlah besar di dalam jantung. Jika
terjadi serangan infark miokard kadarnya akan naik dalam waktu 24 jam,
kemudian akan turun secara bertahap dalam waktu 4-6 hari jika tidak terjadi
infark susulan. Dalam kadar sedang, SGOT juga dapat ditemukan dalam
ginjal, otot rangka, dan pancreas. Nilai normal SGOT adalah sebesar 5-17
U/L pada laki-laki dan 5-15 U/L pada perempuan (Depkes, 2008).
F. Hepatotoksik
diinginkan untuk obat yang terjadi pada dosis biasanya digunakan untuk
terhitung jarang, yaitu 1 tiap 10.000 penduduk. Namun demikian, bila tidak
terdeteksi secara dini, angka tersebut akan meningkat. Tidak ada pengobatan
kenaikan transaminase lebih dari 3 kali nilai normal dan kenaikan bilirubin
lebih dari 2 kali nilai normal, dapat menjadi acuan adanya abnormalitas
yang berwarna lebih gelap, dan rasa ketidaknyamanan pada perut kuadran
2. Umur: pada orang tua risikonya lebih tinggi karena turunnya fungsi hepar
dan aliran darah ke hepar, serta interaksi antar obat yang satu dengan yang
lain
hepatotoksik
gluthatione sedikit
Mekanisme hepatotoksik imbas obat tidak bisa ditinjau hanya dari satu sisi.
1. Ikatan kovalen antara enzim P-450 dan obat dikenali oleh sistem imun
2. Karena ikatan kovalen obat dengan protein intraseluler, kadar ATP akan
turun dan menyebabkan gangguan pada aktin. Kerusakan pada fibrin aktin
3. Metabolit obat yang toksik akan merusak epitel saluran empedu, sehingga
fungsi mitokondrial.
kovalen enzim-obat. Ikatan ini dikenal sebagai antigen oleh sel T sitolitik dan
Hepar merupakan pusat disposisi metabolik dari semua obat dan zat yang masuk
ke dalam tubuh. Oleh sebab itu, perlukaan hepar karena obat sangat mungkin
terjadi. Tidak terkecuali pada pemakaian obat anti tuberkulosis, yaitu isoniazid,
oleh peningkatan enzim transaminase yang terjadi pada 4-8 minggu pengobatan.
pasien. Peningkatan kadar enzim ini juga dipengaruhi oleh umur penderita,
dimana semakin tua penderita, maka risiko peningkatan ini semakin besar.
24
Kerusakan fungsi hepar ini jarang terjadi pada usia di bawah 35 tahun (Istiantoro
Dari studi kasus baik pada hewan maupun manusia, ditunjukkan bahwa
dkk., 2007).
2007).
Efek samping dari pirazinamid yang paling serius adalah kerusakan hepar. Bila
pirazinamid diberikan 3 g/hari, maka kelainan hepar yang muncul adalah sebesar
Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya, dari 339 pasien yang diberi
5 kali batas normal, 15 pasien meningkat 10-15 kali batas normal, dan 14 pasien
meningkat lebih dari 10 kali batas normal. Sedangkan pada kadar SGPT sebanyak
38 pasien meningkat 2-5 kali batas normal, 15 pasien meningkat 5-10 kali batas
normal, dan 14 pasien meningkat lebih dari 10 kali batas normal (Mahmood dkk.,
2007).