Anda di halaman 1dari 14

EVALUASI PENATAAN DAN PEMANFAATAN RUANG

TERBUKA HIJAU UNTUK INTERAKSI SOSIAL


DI RUSUNAWA KOTA CIMAHI

Enrico Nirwan Histanto1, Yohanes Karyadi Kusliansjah2


Magister Arsitektur, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
Jl. Merdeka, No. 30, Bandung - Indonesia
Email: nlr_on3@yahoo.com1, karyadi@unpar.ac.id2

Abstrak

Kota Cimahi pada awalnya merupakan salah satu bagian dari Kabupaten Bandung, dengan pesatnya
pertumbuhan akhirnya ditetapkan sebagai kota administratif pada 29 Januari 1976, selanjutnya menjadi
kota otonom pada tanggal 21 Juni 2001. Cimahi saat ini menjadi salah satu kawasan pertumbuhan
Kota Bandung di bagian Barat. Jumlah penduduknya saat ini adalah 561.386 jiwa, dengan
pertumbuhan rata-rata 2,12% per tahun (sumber: database kependudukan Kota Cimahi tahun 2014).
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di beberapa kota di Jawa Barat mengalami penurunan baik dari segi
kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup
perkotaan dan menimbulkan masalah perkotaan seperti terjadinya bencana banjir, khususnya pada
musim penghujan, peningkatan pencemaran udara, dan berkurangnya indeks kebahagiaan kota akibat
minimnya ruang terbuka yang tersedia untuk interaksi sosial.
Kesamaan konfigurasi penataan tapak dalam hal ini kesamaan tipologi penyusunan massa bangunan,
jumlah penghuni dan sasaran penghuni yaitu masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) kedua
rusunawa Kota Cimahi, yaitu Cibeureum dan Leuwigajah menarik untuk diteliti manakah yang lebih
efektif penataan RTH dan pemanfaatannya serta faktor-faktor penentu apa sajakah yang berperan.
Dalam pengelolaan, pemeliharaan dan pemanfaatan RTH rusunawa memang tanggung jawab utama
pengelola rumah susun, dalam hal ini pemerintah Kota Cimahi, namun perlu keterlibatan semua
penghuni dalam merawat dan menjaga kebersihannya, khususnya dalam membuang sampah pada
tempatnya dan menggunakan sarana yang disediakan dengan bertanggung jawab.

Kata kunci: RTH, rusunawa, penataan tapak

Abstract

Title: Evaluation of Arragement and Use of Green Open Space in Cimai City’s Rusunawa

Cimahi City was originally one part of Bandung Regency, with rapid growth finally established as an
administrative city on January 29, 1976, then became autonomous city on June 21, 2001. Cimahi
currently become one of the growth areas of Bandung in the West. The current population is 561,386,
with an average growth of 2.12% per year (source: population database of Cimahi City 2014).
Green Open Space (RTH) in several cities in West Java has decreased both in terms of quality and
quantity. This has the effect of reducing urban environmental quality and causing urban problems
such as floods, especially in the rainy season, increasing air pollution, and decreasing urban
happiness index due to the lack of open space available for social interaction.
The similarity of the configuration of the arrangement of the site in this case the similarity of the
typology of building mass composition, the number of occupants and the target of the residents of low
income (MBR) of the two rusunawa Cimahi City, namely Cibeureum and Leuwigajah interesting to

99
Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, Volume. 2, Nomor 2, Juni 2018
ISSN 2541-0598

examine which is more effective the arrangement of green space and its utilization and the
determinants what's playing.
In the management, maintenance and utilization of the flats RTH is the main responsibility of
apartment managers, in this case the Cimahi Municipal Government, but the involvement of all
residents in maintaining and maintaining cleanliness, especially in disposing of waste in place and use
the facilities provided responsibly.

Keywords: RTH, rusunawa, arrangement of site

Pendahuluan minimnya ruang terbuka yang tersedia


untuk interaksi sosial.
Kota Cimahi saat ini menjadi salah satu Kesamaan konfigurasi penataan tapak
kawasan pertumbuhan Kota Bandung di dalam hal ini kesamaan tipologi
bagian Barat. Jumlah penduduknya saat penyusunan massa bangunan, jumlah
ini adalah 561.386 jiwa, dengan penghuni dan sasaran penghuni yaitu
pertumbuhan rata-rata 2,12% per tahun masyarakat berpenghasilan rendah
(sumber: database kependudukan Kota (MBR) kedua rusunawa Kota Cimahi,
Cimahi tahun 2014). yaitu Cibeureum dan Leuwigajah
Penataan RTH pada rumah susun menarik untuk diteliti manakah yang
sederhana sewa memerlukan konsep lebih efektif penataan RTH dan
dasar yang memenuhi tiga fungsi utama, pemanfaatannya serta faktor-faktor
yaitu: peningkatan kualitas lingkungan penentu apa sajakah yang berperan.
hidup, pemenuhan kebutuhan ruang Dalam pengelolaan, pemeliharaan dan
rekreasi ruang luar bagi penghuni rumah pemanfaatan RTH rusunawa Cibeureum
susun, termasuk nilai estetika dan Leuwigajah memang tanggung
lingkungan dan tersedianya ruang jawab utama pengelola rumah susun,
interaksi sosial. Konsep dasar penataan dalam hal ini pemerintah Kota Cimahi,
RTH rumah susun sederhana tersebut, namun perlu keterlibatan semua
didasarkan secara teknis dalam acuan penghuni dalam merawat dan menjaga
luas minimal, komposisi fasilitas kebersihannya, khususnya dalam
taman/street furniture, dan pemilihan membuang sampah pada tempatnya dan
jenis tanaman. menggunakan sarana yang disediakan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di beberapa dengan bertanggung jawab.
kota di Jawa Barat mengalami
penurunan baik dari segi kualitas
maupun kuantitas. Hal tersebut
berdampak pada penurunan kualitas
lingkungan hidup perkotaan dan
menimbulkan masalah perkotaan seperti
terjadinya bencana banjir, khususnya
pada musim penghujan, peningkatan
pencemaran udara, dan berkurangnya
indeks kebahagiaan kota akibat

100
Enrico Nirwan Histanto, Yohanes Karyadi Kusliansjah,
Evaluasi Penataan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Untuk Interaksi Sosial Di Rusunawa Kota Cimahi

Gambar 1. Rusunawa Cibeureum Cimahi

Gambar 2. Rusunawa Leuwigajah Cimahi

Tujuan Penelitian Metode Penelitian


1. Mengevaluasi penataan dan Metode dalam penelitian ini bersifat
pemanfaatan RTH di kedua POE/Post Ocupancy Evaluation dengan
Rusunawa Cimahi; pendekatan analisis deskriptif melalui
2. Menemukan faktor-faktor penentu analisis kualitatif dan kuantitatif.
dalam pemanfaatan RTH di kedua Analisis deskriptif berguna untuk
Rusunawa Cimahi. mengevaluasi kondisi dan tingkat
pemanfaatan RTH, sedangkan analisis
kualitatif dan kuantitatif berguna untuk
Manfaat Penelitian mengetahui kualitas penataan dan
kecukupan RTH di area kedua rumah
1. Memberikan masukan kepada susun sederhana sewa (rusunawa)
Pemerintah Kota Cimahi dalam tersebut. Dalam proses penelitian ini
penyediaan RTH di lingkungan terdapat dua jenis pengumpulan data,
rumah susun sederhana sewa; data primer dan sekunder. Data primer
2. Memberikan masukan dalam didasarkan pada pengamatan langsung di
pemeliharaan RTH kepada lapangan, wawancara dengan kepala
masyarakat pada umumnya dan pengelola rusunawa dan penyebaran
masyarakat di Kota Cimahi pada kuesioner kepada penghuni atau
khususnya. pengguna RTH. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari berbagai sumber

101
Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, Volume. 2, Nomor 2, Juni 2018
ISSN 2541-0598

lainnya seperti studi literatur, data Kebijakan pembangunan rumah susun


statistik, dan berbagai sumber di harus berada di lokasi yang sesuai
internet. dengan tata ruang kota, rencana tata
bangunan dan lingkungan, terjangkau
dengan layanan transportasi umum,
Landasan Teori termasuk memperhatikan keserasian
dengan lingkungan sekitar.
Dasar Perencanaan Rumah Susun 3. Tata Letak
Pembangunan rumah susun merupakan Rumah susun harus memperhatikan
salah satu solusi pemenuhan kebutuhan keterpaduan bangunan, lingkungan,
perumahan yang layak bagi masyarakat kawasan dan ruang, faktor-faktor
berpenghasilan rendah (MBR). Oleh kemanfaatan, keselamatan, keserasian
karena itu, memerlukan suatu standar dan keseimbangan.
perencanaan dalam pembangunannya. 4. Jarak Antar Bangunan dan
Standar perencanaan rumah susun di Ketinggian
kawasan perkotaan didasarkan pada Sesuai dengan persyaratan terhadap
Kebijakan dan Rencana Strategis bahaya kebakaran, pencahayaan,
Pembangunan Rumah Susun di sirkulasi udara alami, kenyamanan,
Perkotaan Tahun 2007, yaitu: dan kepadatan bangunan berdasarkan
1. Kepadatan Bangunan tata ruang kota.
Pengaturan intensitas/kepadatan 5. Jenis Fungsi Rumah Susun
bangunan merupakan komposisi dari Rumah susun berfungsi sebagai
perbandingan data-data luas lahan hunian dan dimungkinkan dalam satu
peruntukan, kepadatan bangunan, rumah susun/kawasan rumah susun
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) memiliki jenis kombinasi fungsi
dan Koefisien Lantai Bangunan hunian dan usaha.
(KLB). 6. Luasan Satuan Rumah Susun
- Koefisien Dasar Bangunan Dimensi luas satuan rumah susun
(KDB) adalah perbandingan (Sarusun) adalah minimum 21m2,
antara luas dasar bangunan dimana fungsi utama sebagai ruang
dengan luas lahan/persil, dimana tidur atau ruang serba guna yang
nilainya tidak melebihi dari dilengkapi kamar mandi dan dapur.
angka 0,4; 7. Kelengkapan Rumah Susun
- Koefisien Lantai Bangunan Fasilitas berupa prasarana, sarana,
(KLB) adalah perbandingan dan utilitas yang menunjang
antara luas lantai bangunan kesejahteraan, kelancaran, dan
dengan luas tanah, dimana kemudahan penghuni dalam
nilainya tidak kurang dari angka menunjang kegiatan harian.
1,5; 8. Transportasi Vertikal
- Koefisien Bagian Bersama (KB) - Rumah susun bertingkat rendah
adalah perbandingan Bagian dengan kriteria jumlah lantai
Bersama dengan luas bangunan, maksimum 6 lantai,
dimana nilainya tidak kurang dari menggunakan tangga sebagai
angka 0,2. transportasi vertikal;
2. Lokasi

102
Enrico Nirwan Histanto, Yohanes Karyadi Kusliansjah,
Evaluasi Penataan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Untuk Interaksi Sosial Di Rusunawa Kota Cimahi

- Rumah susun bertingkat tinggi pengertian sebagai ruang-ruang dalam


dengan kriteria jumlah lebih dari kota atau wilayah yang lebih luas, baik
6 lantai, menggunakan lift dalam bentuk area atau kawasan maupun
sebagai transportasi vertikal. dalam bentuk area memanjang, dimana
dalam pemanfaatannya lebih bersifat
Ruang Terbuka Hijau terbuka tanpa elemen penutup bangunan.
Ruang Terbuka Hijau atau disingkat Sesuai Perda No. 6 Tahun 1999, RTH
RTH adalah bagian dari ruang terbuka merupakan lahan atau areal permukaan
yang pemanfaatanya sebagai tempat tanah yang didominasi oleh tumbuhan
tumbuh tanaman, baik secara alami yang dibina untuk fungsi perlindungan
maupun yang sengaja ditanam, sebagai habitat tertentu, daratan kota/lingkungan,
lahan pertanian, pertamanan, perkebunan pengaman jaringan prasarana, dan
dan sebagainya (UU RI No. 26 Tahun budidaya pertanian.
2007). Berdasarkan Pemendagri No. 1 Standar luas ruang terbuka untuk umum
Tahun 2007, ruang terbuka mempunyai menurut Simonds (2003) yaitu:

Tabel 1. Standar luas minimum ruang terbuka, Simonds (2003)

Ruang Terbuka Hijau Permukiman mengurangi bahaya banjir, khususnya


Dalam upaya peningkatan kualitas pada musim penghujan, menjadikan
lingkungan permukiman, salah satunya udara sekitar sehat dan bersih. Tanaman
adalah penyediaan RTH bagi sangat berfungsi dalam menentukan
masyarakat, yang dapat juga berfungsi kualitas ruang terbuka yang bervegetasi,
sebagai tempat interaksi sosial warga, karena mampu meredam kebisingan
sarana dan prasarana bermain bagi anak- yang ditimbulkan kendaraan bermotor
anak serta menampung berbagai dan sebagai pereduksi suhu melalui
aktivitas sosial kemasyarakatan lainnya. peningkatan kelembaban udara
Manfaat lain dari RTH antara lain (Captenter et.al. 1975). Sesuai Dirjen
sebagai daerah resapan air yang dapat Penataan Ruang Departemen PU, 2006

103
Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, Volume. 2, Nomor 2, Juni 2018
ISSN 2541-0598

tentang jenis tanaman di RTH, antara penyiraman, pembersihan,


lain: tahan terhadap hama dan penyakit, pemangkasan, maupun penggantian
cepat tumbuh, berumur relatif panjang, tanaman yang sakit atau mati, dan
mempunyai bentuk yang indah, serbuk penanaman kembali. Penempatan pot
sarinya tidak mengakibatkan alergi, serta tanaman dan ukurannya perlu
daun dan akarnya tidak mempunyai sifat disesuaikan dengan ketersediaan ruang,
mematikan tanaman lain disekitarnya. sehingga tetap proporsional antara
Peran utama pengelola rusunawa dalam tanaman pelindung, tanaman perdu,
pemeliharaan RTH, antara lain: kegiatan semak-semak dan sekitarnya.

Tabel 2. Standar kebutuhan ruang terbuka hijau-Dirjen Penataan Ruang Departemen PU, 2006

Psikologi Perkembangan pengasuhan, organisasi-industri,


Merupakan cabang dari ilmu psikologi pengoptimalan kualitas hidup dewasa
yang mempelajari perkembangan dan tua, dan penanganan remaja.
perubahan aspek kejiwaan manusia sejak Pembagian usia terhadap kesadaran dan
dilahirkan sampai dengan meninggal. pola sosial menurut Elizabeth B.
Terapan dari ilmu psikologi Hurlock (Hurlock, 2005) adalah sebagai
perkembangan digunakan di berbagai berikut:
bidang seperti pendidikan dan

104
Enrico Nirwan Histanto, Yohanes Karyadi Kusliansjah,
Evaluasi Penataan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Untuk Interaksi Sosial Di Rusunawa Kota Cimahi

Tabel 3. Rangkuman pembagian usia, Elizabeth B. Hurlock (Hurlock, 2005)

Tabel 4. Pembagian usia, Wikipedia pk.06.00-10.00 (pagi), pk.10.00-14.00


Indonesia (siang), pk.14.00-18.00 (sore) dan
pk.18.00-22.00 (malam). Alat-alat yang
digunakan selama penelitian adalah
kamera, perekam video, tripot, dan
kuesioner.

Analisis Kepadatan Bangunan


Analisis dilakukan dengan
membandingkan perhitungan KDB,
KLB, dan Bagian Bersama di kedua
rusunawa dengan standar yang berlaku.
Tapak kedua rusunawa terdiri dari 3
Hasil dan Pembahasan massa bangunan utama (Gedung A,B,
dan C) yang berfungsi sebagai hunian (5
Penelitian ini dilakukan dari tanggal 23- lantai, 96 unit hunian), dengan tipe
29 Juli 2017, selama 1 minggu dimulai hunian 24 m2 (6x4 m2) dengan fasilitas
dari hari Minggu dan berakhir pada hari di lantai 1, yaitu: parkir motor, lobby
Sabtu. Setiap harinya dimulai dari utama, unit hunian bagi penyandang

105
Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, Volume. 2, Nomor 2, Juni 2018
ISSN 2541-0598

disabilitas, meter listrik, mushola, ruang 2009 (tahun pengoperasian 2010)


serba guna dan WC umum. sedangkan Rusunawa Leuwigajah
Hal ini dimungkinkan karena keduanya dibangun pada tahun 2010-2013 (tahun
dibangun dan dikelola oleh Pemerintah pengoperasian 2014).
Kota Cimahi. Dimana Rusunawa
Cibeureum dibangun pada tahun 2007-

Gambar 3. Hasil pengamatan di lokasi

Rusunawa Cibeureum : Seluruh Lantai Bangunan : 6400 m2 ;


Luas Lahan : 6000 m2 ; Luas Dasar RTH : 1000 m2 ; Bagian Bersama : 1500
Seluruh Bangunan : 1.800 m2 ; Luas m2 (Taman + Area Bersama)
Seluruh Lantai Bangunan : 9000 m2 ; KDB = 1600/4000 = 0.4 (Standar < =
RTH : 2000 m2 ; Bagian Bersama : 0,4)
2500m2 (Taman + Area Bersama) KLB = 6400/4000 = 1.6 (Standar > 1,5)
KDB = 1800/6000 = 0.3 (Standar < = Bagian bersama = 1500/6400 = 0.12
0,4) (Standar > = 0,2)
KLB = 9000/6000 = 1.5 (Standar > 1,5) Berdasarkan perhitungan mengenai
Bagian bersama = 2500/9000 = 0.28 kepadatan bangunan Rusunawa
(Standar > = 0,2) Cibeureum yang paling memenuhi
standar karena terpenuhinya ketiga
Rusunawa Leuwigajah : standar untuk KDB, KLB dan Bagian
Luas Lahan : 4000 m2 ; Luas Dasar Bersama dibandingkan dengan
Seluruh Bangunan : 1.600 m2 ; Luas Rusunawa Leuwigajah pada area Bagian

106
Enrico Nirwan Histanto, Yohanes Karyadi Kusliansjah,
Evaluasi Penataan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Untuk Interaksi Sosial Di Rusunawa Kota Cimahi

Bersama memiliki angka 0.12 dibawah


angka standar 0,2, yang berarti masih
perlu ditambah.

Gambar 4. Hasil pengamatan di lokasi

Analisis Ruang Terbuka Hijau standar kecukupan RTH di


A. Perbandingan RTH dengan permukiman berdasarkan luas
Jumlah Penghuni RTH/jiwa yaitu minimal 1 m2/jiwa.
Berdasarkan Dirjen Panataan Ruang
Departemen PU, 2006 tentang

Tabel 5. Perbandingan RTH dengan jumlah penghuni

Berdasarkan Tabel 5. didapatkan hasil B. Perbandingan Lahan terhadap


kedua rusunawa tersebut mencukupi RTH pada Rusunawa
standar, Rusunawa Cibeureum (2.25) Berdasarkan Undang-undang RI No.
sedangkan Rusunawa Leuwigajah (1.13) 26 Tahun 2007 tentang Penataan
dari angka yang yang telah ditetapkan Ruang, bahwa luas RTH 30% dari
(1m2/jiwa). luas lahan yang ada.

107
Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, Volume. 2, Nomor 2, Juni 2018
ISSN 2541-0598

Tabel 6. Perbandingan RTH dengan jumlah penghuni

Berdasarkan Tabel 6. terlihat bahwa


kompoisisi RTH Rusunawa Cibeureum
(33.33%) telah mencukupi standar
dibandingakan dengan Rusunawa
Leuwigajah (25%), dibandingkan
dengan angka standar 30%.

C. Perbandingan Kondisi RTH pada


Rusunawa
Gambaran fasilitas/perabot yang ada
di RTH kedua rusunawa terdiri dari
bangku taman, tempat sampah,
pepohonan tinggi dan rendah serta
rumput.

Gambar 5. Taman besar tengah rusunawa


Cibeureum (atas) dan Leuwigajah (bawah)

Tabel 7. Ruang terbuka hijau rusunawa Cibeureum dan Leuwigajah

108
Enrico Nirwan Histanto, Yohanes Karyadi Kusliansjah,
Evaluasi Penataan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Untuk Interaksi Sosial Di Rusunawa Kota Cimahi

Analisis Pemanfaatan Ruang Terbuka


Hijau
Tabel 8. Jumlah pengguna fasilitas bersama berdasarkan pengamatan (kolom abu-abu:
rusunawa Cibeureum; kolom putih: rusunawa Leuwigajah)

Berdasarkan tabel 8. data pengguna yang dengan total pengguna di Rusunawa


digunakan untuk analisa adalah hari Cibeureum 88 orang dan Leuwigajah 81
Sabtu, 29 Juli 2017 dengan orang.
pertimbangan adalah pengguna fasilitas
bersama terbanyak di kedua rusunawa,
Tabel 9. Profil pengguna RTH (kolom abu-abu: rusunawa Cibeureum; kolom putih: rusunawa
Leuwigajah)

target utamanya adalah dari golongan Dilakukan pengamatan terhadap jenis


MBR dengan usia pernikahan muda fasilitas bersama baik di dalam maupun
(berdasarkan teori Psikologi di luar ruangan dibandingkan dengan
Perkembangan rata-rata usia 20-35 tahun kelompok usia pengguna sesuai dengan
yang termasuk usia produktif). teori psikologi perkembangan.

109
Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, Volume. 2, Nomor 2, Juni 2018
ISSN 2541-0598

Tabel 10. Jenis kegiatan di RTH dibandingkan dengan usia berdasarkan pengamatan, (kolom
abu-abu: rusunawa Cibeureum; kolom putih: rusunawa Leuwigajah)

Berdasarkan tabel 10. didapatkan tempat berkumpul penghuni untuk


karakteristik pengguna RTH di bersosialisasi dan berekreasi, juga
Rusunawa Cibeureum didominasi usia memberikan kontribusi positif terhadap
anak, remaja, dewasa awal dan tengah peningkatan kualitas lingkungan dan
sedangkan Leuwigajah didominiasi usia nilai estetika atau keindahan.
anak, remaja dan dewasa awal saja. Penghuni kedua rusunawa tersebut
Pemanfaaan di Rusunawa Cibeureum secara umum sudah merasa puas dengan
lebih banyak usia karena, pertama, kehadiran RTH yang ada. Mengingat
secara kualitas suasana dan kenyamanan dengan besarnya uang sewa perbulannya
lebih nyaman dan teduh, kedua, yang relatif terjangkau
dimungkinkan penggunaannya secara (Rp.300.000/bulan). Harapan penghuni
bebas bagi warga sekitar sedangkan di yaitu RTH semakin dilengkapi dengan
Rusunawa Leuwigajah terbatas hanya berbagai variasi fasilitas rekreasi
bagi penghuni dan tamu berizin saja, terutama sarana bermain anak
lebih karena alasan keamanan. (Rusunawa Cibeureum belum tersedia)
dan untuk orang dewasa menginginkan
adanya tempat mengisi daya untuk
Kesimpulan telepon genggam, lapangan olahraga
(futsal), dan ditanami pohon peneduh
Keterbatasan lahan di kota, tidak boleh yang lebih banyak (khususnya di
dijadikan alasan untuk mengintervensi Rusunawa Leuwigajah).
RTH dalam skala kawasan, kota maupun Pola pemanfaatan RTH di kedua
rusun. Kehadiran RTH di area rusunawa rusunawa terangkum pada tabel di
berdampak kepada lingkungan bawah ini, yaitu:
perumahan sekitarnya, selain sebagai
Tabel 11. Kesimpulan pemanfaatan RTH

110
Enrico Nirwan Histanto, Yohanes Karyadi Kusliansjah,
Evaluasi Penataan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Untuk Interaksi Sosial Di Rusunawa Kota Cimahi

Berdasarkan tabel 11. usia remaja


terlihat mendominasi penggunaan dari
jenis kegiatan olah raga, mengobrol,
berjalan di komplek dan duduk di taman.
Hal ini dapat dipahami karena usia
remaja merupakan usia dimulai
pencarian jati diri melalui keterlibatan
dalam masyarakat dan inginnya
menerima pengakuan dari teman-teman
sebayanya.

Daftar Pustaka
Carpenter, P.L.T.D. Walker dan F.O.
Lanphear. 1975. Plants in The
Landscape. W.H. Freemen and
Company. San Fransisco.
Hurlock, Elizabeth B. 2005. Psikologi
Perkembangan.
Simonds, J.O. 2003. Landscape
Architecture. McGraw-Hill Book
Co.New York.
UU Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 1985 Tentang Rumah Susun
PP Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
1988 Tentang Rumah Susun.
UU Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
1992 Tentang Perumahan dan
Pemukiman.
UU Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2002 Tentang Bangunan
Gedung.
UU Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2011 Tentang Perumahan dan
Kawasan Pemukiman.
Permen Pekerjaan Umum Nomor
06/Prt/M/2007 Tanggal 16 Maret
2007 Tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan.

111
Jurnal Teknik Arsitektur ARTEKS, Volume. 2, Nomor 2, Juni 2018
ISSN 2541-0598

112

Anda mungkin juga menyukai