Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa atas segala rahmat menyelesaikan tugas
berjudul “Asuhan Keperawatan pada Hipertensi“dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penyusunan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok keperawatan
medikal bedah 1.
Dengan segala kerendahan hati Penulis selaku penyusun tugas ini menyadari bahwa
tugas ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan tugas yang serupa
dimasa yang akan datang.
Demikian, Semoga segala yang tertulis di dalam tugas ini bermanfaat, selebihnya mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I_PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Makalah
BAB II_PEMBAHASAN
A. Pengertian
B. Epidemiologi
C. Etiologi
D. Faktor Predisposisi
E. Patofisiologi
F. Manifestasi Klinis
G. Klasifikasi
H. Komplikasi
I. Pemeriksaan Penunjang
J. Penatalaksanaan
BAB III_ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
B. Klafikasi data
C. Analisa data
D. Diagnosis nanda nic noc
E. Rencana intervensi

BAB IV _PENUTUP

A. Kesimpulan

Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan penyakit yang
mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang
ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga membutuhkan
penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi
menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka kejadian)


hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang
dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8 – 28,6 % penduduk yang berusia diatas 20 tahun
adalah penderita hipertensi. Saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat
perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini
antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan
dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga,
merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.

Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya


kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada
heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi
primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama
lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50
tahun akan timbul tanda dan gejala hipertensi dengan kemungkinan komplikasinya. Obesitas
merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah
penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas.
Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis
meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.

Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala
atau tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang
merasa sehat dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.
Hipertensi biasanya dimulai “diam-diam” umumnya setelah usia 30 tahun atau 40
tahun. Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa dimulai lebih awal. Pada tahap awal,
tekanannya mungkin naik secara berkala, misalnya pada situasi stress biasanya, ketika
mengendarai mobil jarak jauh, dan kembali ke normal lebih lama dari biasanya. Atau
tekanannya mungkin hanya naik saat bekerja, tidak pada istirahat atau berlibur. Pada kasus-
kasus seperti ini kita membicarakan “hipertensi labil”. Atau jika angkanya terletak diatas
kesasaran normal, kita menyebutnya “hipertensi perbatasan” namun, jika angkanya diatas
normal secara konsisten, penyakitnya telah berkembang ketahap “stabil” hipertensi kronis
bisa memiliki berbagai bentuk. Contohnya sangat banyak, bahkan setiap rumah sakit
mengetahui orang-orang muda dengan tekanan darah yang sangat tinggi, dari 200/120 samapi
250-140.(Hans p. wolf. 2006 : h 63)

B. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah hipertensi ini antara lain :
1. Memahami dan menjelaskan definisi hipertensi.
2. Memahami dan menjelaskan gejala hipertensi.
3. Memahami dan menjelaskan penyebab hipertensi.
4. Memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk hipertensi.
5. Memahami dan menjelaskan Pengobatan hipertensi.
BAB II
PEMBAHASAN
A Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90
mmHg. (Suzanne C. Smeltzer, 2001)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat
istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi jika tekanan
Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih besar dari 90 mmHg.
Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk Diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada
saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan
sebagai “normal”. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur
di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.

B Etiologi
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka
menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab
medisnya.Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi
sekunder).
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya
penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada
jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya
tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10%
penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya
adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada
kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin
(noradrenalin).
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
- Stenosis arteri renalis
- Pielonefritis
- Glomerulonefritis
- Tumor-tumor ginjal
- Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
- Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
- Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
- Hiperaldosteronism
- Sindroma Cushing
- Feokromositoma
3. Obat-obatan
- Pil KB
- Kortikosteroid
- Siklosporin
- Eritropoietin
- Kokain
- Penyalahgunaan alkohol
- Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
- Koartasio aorta
- Preeklamsi pada kehamilan
- Porfiria intermiten akut
- Keracunan timbal akut
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
- Peningkatan kecepatan denyut jantung
- Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
- Peningkatan TPR yang berlangsung lama

C Faktor Predisposisi
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti
umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar
monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong
bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga,
merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh
terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga
melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan
darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di
masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di
kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi
dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi
dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi
esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang
mempunyai berat badan normal.

D Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke
ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu
dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bias terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
ke ginjal, mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

E Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik
pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Mual
- Muntah
- Sesak nafas
- Gelisah
- Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera.

F Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (2003) dapat dilihat pada tabel berikut:
Klasifikasi Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi 140-150 90-99
stage I
Hipertensi >150 >100
stage II
(Arif Muttaqin, 2009).
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO:
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tingkat I (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub group: Perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) >180 >110
Hipertensi Sistol terisolasi >140 <90
Sub group: Perbatasan 140-149 <90
(Andy Sofyan, 2012)
Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia
Kategori Sistol (mmHg) Dan/Atau Diastol (mmHg)
Normal <120 Dan <180
Pre Hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi Tahap I 140-159 Atau 90-99
Hipertensi Tahap II ≥160 Atau ≥100
Hipertensi Sistol ≥140 Dan <90
Terisolasi
(Andy Sofyan, 2012)
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *


Kategori Sistolik Diastolik
(mmhg) (mmhg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi †
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110

Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan sistolik dan
diastolic turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih adalah kategori yang lebih
tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali pembacaan atau lebih yang dilakukan pada
setiap dua kali kunjungan atau lebih setelah skrining awal.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada
saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan
sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur
di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih,
tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia,
hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat
sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan ( pregnancy-induced
hypertension, PIH ) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena hipertensinya reversible
setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari kombinasi peningkatan curah jantung
dan TPR. Selama kehamilan normal volume darah meningkat secara drastis. Pada wanita
sehat, peningkatan volume darah diakomodasikan oleh penurunan responsifitas vascular
terhadap hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini menyebabkan TPR
berkurang pada kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada wanita dengan PIH, tidak
terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-vasopeptida tersebut, sehingga
peningkatan besar volume darah secara langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan
darah. PIH dapat timbul sebagai akibat dari gangguan imunologik yang mengganggu
perkembangan plasenta. PIH sangat berbahaya bagi wanita dan dapat menyebabkan
kejang,koma, dan kematian.

G Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut TIM POKJA RS
Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) adalah diantaranya:
- Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic
attack (TIA).
- Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).
- Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
- Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.

H Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas kedokteran USU,
Abdul Madjid (2004), meliputi:
- Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan
menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari penyebab
hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah
(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL.
- Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat
mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan pemerisaan lain,
seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan ekordiografi.
- Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM)
kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium serum
(peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit (indikasi
pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa
protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi)
- Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan

I Penatalaksanaan
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga
isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah
sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk
mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang
berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatanhipertensi secara garis besar dibagimenjadi 2 jenisyaitu:
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Pengobatan non obat (non farmakologis)


Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah
sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya
ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non
farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang
lebih baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita.
Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan
ini hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan
sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.
3. Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem
saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali seminggu.
5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)


Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat
ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
1. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa
jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
2. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang
bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan
Reserpin.
3. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa
jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah :
Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati,
karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah
turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada
orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga
pemberian obat harus hati-hati.
4. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
(otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin,
Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini
adalah : sakit kepala dan pusing.
5. Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat
yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk
golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk
kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6. Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin,
Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit,
pusing, sakit kepala dan muntah.
7. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang
termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin
timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya
hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
2. Identitas Pasien
a. Identitas Pengkajian
Nama : Tn.M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 60 Tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiun
Alamat : Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan
Tanggal Masuk : 16 April 2012
No.Register : 06-46-47
Ruangan/Kamar : Mengkudu (K2B2)
Golongan Darah : O
Tanggal Pengkajian : 17 April 2012
Tanggal Operasi : -
Diagnosa Keperawatan : Hipertensi

b. Penanggung Jawab
Nama : Tn.D
Hubungan dengan Pasien : anak
Pekerjaan : PNS
Umur : 25 Tahun
Alamat : Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan

1. Keluhan Utama
Pasien datang kerumah sakit, mengatakan kapala pusing, nyeri pada tungkai, sakit kepala
disertai leher terasa tegang dan kaku.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien dirawat dirumah sakit umum Dr.Rm Djoelham di ruangn mengkudu dengan keluhan
kepala pusing, nyeri pada ulu hati, leher dan tengkuk terasa tegang, pasien mengatakan sulit
beraktivitas.
3. Riwayat Masa Lalu
Pasien pernah dirawat dirumah sakit selama 4 hari pada tahun 1987 dengan kasus yang sama,
pasien dirawat dan diberi obat untuk proses penyembuhan
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan dari keluarga bahwa penyakit hipertensi yang diderita pasien adalah faktor
keturunan dari ibu karena sebelum pasien menderita hipertensi ibu pasien juga pernah
menderita hipertensi, ibu pasien meninggal dengan riwayat penyakit hipertensi.
5. Riwayat Keadaan Psikososial
Pasien mempergunakan bahasa Indonesia, presepsi terhadap penyakitnya, pasien sangat
optimis untuk cepat sembuh dan pasien selalu berharap dan berdoa kepada Allah SWT,
pasien memilki hubungan yang sangat baik dengan keluarga dan saudara.
Genogram

Dari keterangan genogram diatas orangtua pasien keduanya sudah meninggal, orang tua
laki-laki pasien meninggal karena terserang penyakit kanker hati, sedangkan ibu pasien
meninggal karena penyakit hipertensi, dari hasil perkawinan ke-2 orangtua pasien terdapat 10
jumlah saudara pasien, dari kesepuluh jumlah saudara kandung pasien tersebut dirinci sebagai
beriku : anak pertama perempuan, dan anak kedua perempuan, kedua anak perempuan
tersebut meninggal karena menderita penyakit kanker rahim. Kemudian anak ketiga laki-laki
adalah pasien yang menderita penyakit hipertensi yang dirawat dirumah sakit umum
Dr.RM.Djoelham. Anak keempat perempuan, anak kelima adalah laki-laki dan meninggal
karena penyakit stroke, anak keenam laki-laki, anak ketujuh laki-laki, anak kedelapan laki-
laki, anak kesembilan laki-laki dan anak kesepuluh perempuan. Anak kesepuluh ini
meninggal karena menderita penyakit stroke.
Pasien menikah dan mempunyai tiga orang anak, yang pertama laki-laki yang sudah
menikah, anak kedua perempuan dan anak ketiga perempuan, mereka tinggal dalam satu
rumah terkecuali anak pertama yang sudah berumah tangga. Sementara riwayat sang istri
pasien, kedua orang tuanya itu sudah meninggal dan orang tua laki-laki dari istri meninggal
dikarenakan menderita penyakit kanker hati. Jumlah saudara istri pasien ada delapan, belum
ada yang meninggal dari delapan saudara pasien tersebut.
6. Pemeriksaan Fisik
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 350c
Keadaan umum : Lemah
Penampilan : Pasien kurang rapi dan bersih
Kesadaran : Compos mentis (conscious) yaitu kesadaran normal (dengan
prevalensi 15) sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaannya
TB : 178 cm
BB : 94 Kg
Ciri Tubuh : Gemuk

7. Pengkajian Pola Fungsional


a. Kepala
Bentuk kepala bulat, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat ketombe
b. Penglihatan
Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan slekta baik tidak
dijumpai
c. Penciuman
Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan bau-bauan
d. Pendengaran
Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai adanya
peradangan dan pendarahan
e. Mulut
Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan maupun
peradangan
f. Pernafasan
Tidak ada masalah pada frekuensi dan irama pernafasan
g. Jantung
Frekwensi denyut jantung dibawah normal 100x/i, bunyi jantung berirama, tidak
adanya dijumpai nyeri pada dada
h. Abdomen
Pada abdomen tidak dijumpai kelainan begitu juga pada palpasi hepar
i. Ekstremilasi
pasien mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan pasien sulit beraktivitas,
semua aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
j. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi
 Sebelum masuk Rumah Sakit pola makan biasa 3 x 1 hari, makanan
kesukaan yang berlemak, sedangkan makanan pantangan tidak ada.
 Sesudah masuk Rumah Sakit pola makan 3 x 1 hari. Porsi yang disajikan habis
1/3 porsi dengan diet M2, pasien dilarang makan makanan yang banyak
mengandung minyak dan lemak.
2) Eliminasi
BAB :
 Sebelum masuk Rumah Sakit BAB 2 x 1 hari dengan konsistensi lembek
 Sesudah masuk Rumah Sakit BAB 1 x 1 hari dengan konsistensi lembek
BAK :
 Sebelum masuk Rumah Sakit BAK 5-6 x sehari
 Sesudah masuk Rumah Sakit BAK 4-5 x sehari
3) Pola Istirahat
 Sebelum masuk Rumah Sakit pasien tidur malam + 8 jam dan tidur siang + 1-2
jam,
 Sesudah masuk Rumah Sakit tidur malam hanya + 2 jam pada siang hari
pasientidak bisa tidur karena suasana yang tidak tenang, kurang nyaman,
sehingga klien tampak kusam dan pucat.
4) Pola Aktivitas
Pada aktivitas sebagai kepala rumah tangga yang tiap waktu sedikit dirumah dan
jumlah jam kerja yang tiada henti, istirahat yang hanya sebentar adanya hospitalisasi
suasana dirumah sakit tidak terlaksana optimal karena badrest
5) Personal Hygine
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari sekali kulit
kepala bersih, sikat gigi 2 x sehari.
6) Therapy
Infus RL : 20 gtt/i
Furosemide : 1 amp/12 jam
Amlodepine : 2 x 10 mg
Dulculax syrp :3x1
Cotrimoxazole : 3x4 80 mg
B.Laxadine : 3x1
Ludios : 2x1
Sohobion : 2x1

8. Data Penunjang
Adapun data penunjang dapat dilihat dari hasil laboratoriun sebagai berikut :
No Kimia Darah Hasil Normal Unit

1 Bil.total 1,35 <1 Mg/dL

2 Bil.Direk 0,59 <0,25 Mg/Dl

3 SGOT 30,5 <37 U/I

4 SGPT 38,4 <40 U/I

5 Ureum 27,2 10-15 Mg/dL

6 Kreatinim 1,08 0,6-11 Mg/dL

7 Uric acid 7,8 3,4-70 Mg/dL


129
8 Cholesterol total <200 Mg/dL
93
9 Mglyceride <150 Mg/dL
38
10 HDL >55 Mg/dL
72
11 LDL <150 Mg/dL

No Gula Darah Hasil Normal

1 Puasa 75-115

2 2 Jam pp <120

3 dd random 92

4 serologi
A. Klafikasi Data

Data subjektif Data objektif

 Pasien mengatakan kepala pusing,  Px tampak meringis kesakitan,


dan leher terasa tegang kondisi badan lemah.
 Pasien mengatakan tidak selera  pasien tampak lemah, Makanan
makan yang di sajikan habis 1/3 porsi
 Pasien mengatakan susah tidur  pasien tampak pucat, mata cekung,
 pasien mengatakan kedua kakinya tidur malam + 2 jam pasien susah
susah digerakkan tidur siang
 aktivitas pasiens di bantu oleh
keluarga dan perawat
 TD : 170/100 mmHg
 Pols : 90 x/i
 RR : 22 x/i
 Temp : 370C

B. Analisa Data
NO DATA PENYEBAB MASALAH
DS:
1 Pasien mengatakan kepala pusing, Peningkatan Gangguan rasa nyaman
dan leher terasa tegang. tekanan darah nyeri
DO: : Px tampak meringis kesakitan,
kondisi badan lemah.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C
2DS: Pasien mengatakan tidak selera Perubahan jenis Gangguan pola nutrisi
makan diet
DO: pasien tampak lemah, Makanan yang
di sajikan habis 1/3 porsi
3 DS: Pasien mengatakan susah tidur Efek Hospitalisasi Gangguan istirahat
DO: pasien tampak pucat, mata cekung, tidur
tidur malam + 2 jam pasien susah
tidur siang
4Ds : pasien mengatakan kedua kakinya kelemahan fisik Gangguan pola
susah digerakkan aktivitas
Do : aktivitas pasiens di bantu oleh
keluarga dan perawat

D. DIAGNOSIS NANDA NIC NOC

SASARAN DOMAIN KELAS KODE RUMUSAN


DIAGNOSA

Komunitas Domain 1 : Kelas 2 : 00188 Perilaku kesehatan


cenderung beresiko
Promosi Manajemen
keshatan kesehatan

Ketidakefektifan
00099
pemeliharaan kesehatan

E. RENCANA INTERVENSI KOMUNITAS


Data DIAGNOSA Tujuan NOC NIC
NANDA

Masalah Kelas 2; Berkurangnya Prevensi Primer Prevensi


Kesehatan Manajemen perilaku Primer:
Risiko Kesehatan berisiko Domain IV
Hipertensi  Perilaku munculnya Pengetahuan Domain 3:
Lansia : kesehatan Hipertensi kesehatan dan Perilaku
 Lansia cenderung dan perilaku. Kelas S;
memiliki berisiko meningkatnya Edukasi
penuruna (00188). efektifitas Kelas S; klien
n kondisi  Ketidakefektifa pemeliharaan Pengetahuan  5510:Pen
fisik. n pemeliharaan kesehatan kesehatan didikan
 Lansia kesehatan pada Lansia. Level 3: Intervensi kesehatan
umumnya (00099).  1837: pengetahuan  5520:Me
memiliki manjemen mfasilitasi
penuruna hipertensi pembelaja
n fungsi  1847: ran
kognitif Pengetahuan;  5604
dan manajemen sakit Pengajara
psikomot kronik . n
or  1803:Pengetahuan; kelompok
 Dari proses penyakit .  5618:Pen
berbagai  1805:Pengetahuan; gajaran
penelitian perilaku sehat . prosedur/t
epidemiol  1823:Pengetahuan; indakan
ogis yang promosi kesehatan
dilakukan . Domain 7;
di  1854:Pengetahuan; Komunitas
Indonesia diet sehat Kelas C;
menunjuk  1855:Pengetahuan; Promosi
an 1,8 – gaya hidup sehat. kesehatan
28,6 %  1843: komunitas
penduduk Pengetahuan:  8750:
yang manajemen nyeri Pemasaran
berusia  1840: pengetahun : sosial di
diatas 20 diet yang masyaraka
tahun disarankan t (351).
adalah
penderita
hipertensi Prevensi sekunder

Domain IV;
Pengetahuan
kesehatan dan
perilaku.

Kelas Q; Perilaku Prevensi


sehat Sekunder
Level 3: Intervensi
 1600:Kepatuhan Domain 3;
perilaku . Perilaku
 1621:Kepatuhan Kelas O;
perilaku; diet Terapi
sehat. perilaku
 1602:Perilaku Level 3;
promosi kesehatan Intervensi
.  4310:

 1603:Pencarian Terapi

perilaku sehat aktifitas

 1605: kontrol  4350:Man

nyeri ajemen

 1606:Partisipasi perilaku

dalam  4360:Mod
pengambilan ifikasi
keputusan perilaku
perawatan
kesehatan . Domain 4;
 1608:Kontrol Keamanan
gejala . Kelas V;
Manajemen
Kelas R; Health resiko
Beliefs  Manajeme
 1704:Health n
beliefs; perceived lingkunga
threat n (6480).
 1705:Orientasi  Manajeme
kesehatan n
lingkunga
Kelas FF; n;
Manajemen keamanan
kesehatan (6486).
 3107: manajemen  Surveilanc
diri : Hipertensi. e (6650).
 Monitor
Kelas T; Kontrol TTV
resiko dan (6680)
keamanan
 1902:Kontrol Domain 6;
resiko . Sistem
 1908:Deteksi kesehatan
faktor resiko. Kelas Y;
 1934:Keamanan Mediasi
dan kesehatan terhadap
serta perawatan sistem
lingkungan. kesehatan
 1910:Keamanan  7320:Man
lingkungan rumah. ajemen
kasus
Domain V;  7400:Pand
Kesehatan yang uan sistem
dirasakan. kesehatan
Kelas U; Kesehatan
dan Kualitas Hidup Kelas A;
 2008:Status Manajemen
kenyamanan. sistem
 2009:Status kesehatan
kenyamanan;  7620:Peng
lingkungan . ontrolan
 2006:Status berkala
kesehatan individu  7726:Prec
. eptor;
 2000:Kualitas peserta
hidup didik

Kelas V; Status Domain 7:


gejala Komunitas,
 2109:Tingkatan Kelas D;
ketidaknyamanan . Manajemen
 1306:Nyeri; resiko
Tingkat Respon komunitas.
fisik Level 3:
 2102:Level nyeri. Intervensi

 2103:Tingkatan  6489:

gejala . Manajeme
n

Kelas EE; Kepuasan lingkunga

terhadap perawatan n;
 3014:Kepuasan komunitas
klien . .
 3015:Kepuasan  8880:
manajemen kasus . perlindung
 3007:Kepuasan an
terhadap lingkunga
lingkungan fisik n yang
 3010:Kepuasan berisiko
terhadap
keamanan
 3015:Kepuasan
manajemen kasus
 3003:Kepuasan
keberlanjutan
perawatan
 3016: Kepuasan
manajemen nyeri
 3007:Kepuasan ;
lingkungan fisik
 3011:Kepuasan
klien ; kontrol
gejala

Domain VI;
Kesehatan keluarga
Kelas Z; Kualitas
hidup keluarga
 2606:Status
kesehatan keluarga

Kelas X; Family well


being.
 2600: Koping
keluarga .
 2602:Fungsional
keluarga .
 2606:Status
kesehatan keluarga
.
 2605:artisipasi
keluarga dalam
perawatan .

Domain VII;
Kesehatan
komunitas
Kelas BB; Well
Being komunitas
 2700:Kompetensi
komunitas
 2701:Status
kesehatan
komunitas

Kelas CC; Proteksi


kesehatankomunitas.

 2806: Respon
komunitas
terhadap
disaster/KLB
 2807:Efektifitas
skrining
kesehatan
komunitas
 2808:Efektifitas
program
komunitas
 2802:Kontrol
resiko
komunitas;
penyakit
menular Prevensi
Tersier
Prevensi Tersier;
Domain 5;
Domain VI; Keluarga
Kesehatan Kelas X;
keluarga Perawatan
Kelas Z; Kualitas siklus
hidup keluarga kehidupan.
 2605:Partisipasi  7040:
tim kesehatan Dukungan
dalam keluarga . terhadap
caregiver
 7140:
Dukungan
keluarga
 Identi8fika
si resiko
:Genetik
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Commitee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan yang
lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya,
mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi
maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90 % dari
semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang
dapat dikenali, sering kali dapat diperbaiki (Marilynn E. Doenges, dkk, 1999).
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan
perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya
tekanan darah (Arif Muttaqin, 2009).
Menurut Bruner dan Suddarth (2001) hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan tekanan diastolik di
atas 90 mmHg.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah meningkatnya tekanan
sistolik sedikitnya 140 mmHg dan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Daftar Pustaka

Bruner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 vol.2.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta
:EGC
http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tingg
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17124/4/Chapter%20II.pdf
diakses tgl 14-10-17 jam 09.20
www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/206312017/bab2.pdf diakses tgl 14-
10-17 jam 15.00

Anda mungkin juga menyukai