PT Manis Kayaku Sidoarjo
PT Manis Kayaku Sidoarjo
Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Sistem Manajemen
Lingkungan
Disusun Oleh:
Berliana Putri Muslimah (H75216055)
Bintang Nusantara Hasyim (H05216007)
Erlin Dwi Cahyani (H75216033)
Maryana (H75216039)
Nadiatus Safaro (H75216047)
Ridlo Barkah J.P (H75216067)
Dosen Pengampu:
Shinfi Wazna Auvaria, MT.
Yusrianti, MT.
1
KATA PENGANTAR
Pokok – pokok Sistem Manajemen Lingkungan yang dimuat dalam dokumen ini
disusun berdasarkan persyaratan standar Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan
SNI 19 – 14001 : 2004.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 1
3
5.4 Dokumentasi (Documentation ) .................................................................................. 50
5.5 Pengendalian Operasional (Operation Control) ........................................................... 51
5.6 Kesiagaan dan KetanggapanDarurat (Emergency Preparedness and Response) ........... 52
BAB VI PEMERIKSAAN DAN PERBAIKAN ........................................................... 56
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.3(a) Meja Tebu, (b) Kicker, (c) Cane Carrier ................................................... 14
Gambar 1.14(a) Tempat Pengep akan, (b) Gula yang Diangkut Lori-Lori ........................ 26
5
BAB I
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
1.1 Sejarah Perusahaan
PT Manis Kayaku Indonesia didirikan tahun 1998 di wilayah Sidoarjo. Awal
berdirinya pabrik ini berasal dari usaha keluarga yang bernama Ardi Firmansyah. Ardi
Firmansyah mengolah tebu menjadi gula dengan alat sederhana buatannya sendiri. Hal
ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gula keluarga dan masyarakat sekitar. Kabar
adanya pembuatan gula di rumah Ardi tersebar luas di kota Sidoarjo dan sekitarnya.
Hingga kabar adanya pembuatan gula di rumah Ardi Firmansyah didengar oleh investor
kaya asal Jakarta yaitu Lo Kheng Hong. Lo Kheng Hong menawarkan kerjasama
bersama Ardi Firmansyah untuk mendirikan subuah pabrik. Pada tahun 2003 pabrik
telah didirikan di kota Sidoarjo Jawa Timur yang di berinama PT Manis Kayaku
Indonesia.
Pada tahun 2005 PT Manis Kayaku Indonesia telah mendapatkan izin resmi
produksi dan pemasaran untuk pasar lokal maupun Internasional. Dari tahun 2005 juga
PT Manis Kayaku Indonesia melakukan prosedur pabrik sesuai dengan Sistem
Manajeman Lingkungan ISO 14001. Dengan tujuan agar mendapatkan nilai dan
kepercayaan konsumen terhadap produk yang akan dipasarkan.
Setelah pabrik beroperasi sesuai prosedur Sistem Manajeman Lingkungan. Pada
tahun 2010 PT Manis Kayaku Indonesia mendapatkan sertifikat Sistem Manajeman
Lingkungan ISO 14001:2004. Dari tahun inilah produksi PT Manis Kayaku Indonesia
mendapatkan banyak konsumen dari luar negeri. Pada tahun 2016 PT Manis Kayaku
Indonesia memperbarui sertifikat Sistem Manajeman Lingkungan ISO 14001:2004
menjadi yang terbaru yaitu Sistem Manajeman Lingkungan ISO 14001:2015. PT Manis
Kayaku Indonesia telah memproduksi sebanyak 10 macam merk dagang jenis gula yang
telah dipasarkan di Indonesian maupun Luar negeri. Untuk harga dagang PT Manis
Kayaku Indonesia tidak menjual gula yang mahal sekitar Rp. 10.000 – Rp. 50.000 saja.
Menjadi perusahaan terbaik dalam bidang agro industri yang siap menghadapi tantangan
dan unggul dalam kompetisi global, yang mempunyai struktur keuangan yang kokoh dan
berwawasan lingkungan.
6
1. Mendukung program pemerintah dalam usaha mencapai kebutuhan gula
nasional.
2. Membantu pengembangan daerah sekitar dan meningkatkan kesejahteraan
karyawan.
3. Meningkatkan bisnis berwawasan lingkungan.
4. Meningkatkan keuntungan pemegang saham.
1. Marketing Direction
2. Production Direction
3. Direktur SDM
6. Direktur Keuangan
7
Masing-masing direksi dibantu oleh staff dan karyawan dan bertanggung
jawab langsung kepada General Manager. Semua unit organisasi tersebut berfungsi
mengelola perusahaan secara keseluruhan sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh direksi dalam bidang masing- masing.
President Director
Representative
Manager (MR)
Marketing Direction Direktur Bisnis dan Strategis Direktur Pengembangan Direktur Keuangan
Production Direction Direktur SDM
Perusahaan Penelitian Operasional
Departemen Manajemen
Tim Kebijakan & Strategi Tim Pengembangan Departemen Kebijakan Keuangan
Departemen
Pemasaran Grup Sumber Daya Manusia Pengadaan Strategis
Tim Peningkatan Pengembangan
Kelompok
Produktivitas Perusahaan
Tim pengembangan
Pengembangan Tim Proyek teknologi dan komunikasi
Departemen Pemasaran Manajemen Risiko Pengemasan
Departemen Produksi Hukum Tim Pengembangan
Bahan Baku Energi
8
kebun-kebun percobaan untuk tebu giling dan perluasan penyediaan bibit sehingga
kebutuhan tercukupi.
Uraian proses dalam produksi gula PT Manis Kayaku Indonesia sebagai berikut:
Tujuan dari stasiun persiapan adalah menampung tebu sebelum masuk ke stasiun
gilingan. Pada stasiun ini dilakukan penimbangan sehingga stasiun persiapan ini sering
disebut sebagai stasiun penimbangan. Penimbangan berfungsi untuk mengetahui
banyaknya tebu yang akan diproses atau digiling di unit ekstraksi. Tebu dari kebun
diangkut menggunakan truk dan lori. Tebu yang masuk melalui proses seleksi mutu di
Emplacement untuk menunggu giliran penimbangan sebelum digiling. Sebelum
dimasukkan ke stasiun penimbangan dilakukan analisa untuk mengetahui brix dan pH
tebu. Nilai brix tebu yang diinginkan minimal 15 dengan pH 5. Alat timbang yang
digunakan di PT Manis Kayaku Indonesia ada 3 macam :
a. Jembatan Timbang
Berfungsi untuk menimbang tebu yang berada dalam lori / truk dengan cara
menimbang berat truk beserta tebunya (bruto), karena berat lori / truk diketahui maka
berat tebu (netto) dapat diketahui.
Sama dengan jembatan timbangan cepat hanya saja menggunakan system digital.
9
Digunakan untuk menimbang tebu yang ada dalam truk tanpa menimbang truknya.
Alat ini letaknya berdekatan dengan stasiun gilingan. Setelah tebu ditimbang, tebu siap
dikirim ke stasiun gilingan untuk diproses lebih lanjut.
Sistem penggilingan yang dilakukan di PT Manis Kayaku Indonesia adalah sistem FIFO
(First In First Out), artinya tebu yang masuk lebih dulu akan digiling lebih dulu pula.
Hal ini untuk menghindari penimbangan tebu yang terlalu lama, karena dapat
menyebabkan penurunan kadar selulosa dan kerusakan tebu akibat sinar matahari
maupun mikroorganisme atau bakteri. Pengangkutan tebu ke emplacementpabrik
dilakukan oleh :
1. Lori
Lori digunakan apabila daerah penghasil tebu mempunyai rel yangdapat dilalui
lori. Pada tiap-tiap lori terdapat nomor lori dan berat lori. Dari penimbangan
diperoleh berat bruto
2. Truk
Truk digunakan untuk daerah penghasil tebu yang tidak dilalui oleh lori. Truk
dan tebu ditimbang pada timbangan bruto kemudian dilakukan amper, yaitu
pemindahan tebu dari truk ke lori. Pada penimbangan ini (penimbangan 1) tiap sopir
menyerahkan surat perintah tebang angkut (SPTA). Setelah tebu dipindahkan, truk
menuju ke timbangan tara (timbangan2) untuk mengetahui berat truk
Secara sederhana, skema proses yang terjadi di stasiun persiapan diberikan pada Gambar
1.1
Tebu masuk melalui tiga pos, yaitu pos Gawang, pos timbangan bruto, pos timbangan
Tarra. Di Pos Gawang dilakukan registrasi truk untuk secara manual, dimana petugas
10
mencatat jenis tebu yang masuk. Di Pos kedua, registrasi dilakukan lagi dengan memasukan
data yang ada dalam struk ke komputer.Tebu juga ditimbang beserta dengan berat dari truk
pengangkut (bruto). Ini dilakukan secara otomatis, dimana timbangan terhubung langsung
dengan komputer yang dijalankan oleh petugas. Pos ketiga yaitu timbangan truk kosong
(tarra).Ada dua kemungkinan sebelum truk memasuki pos ketiga yaitu truk membawa tebu
ke lori-lori atau truk membawa tebu langsung ke meja tebuan.Hal ini dilakukan untuk
menjaga agar tebu tidak terlalu lama berhenti di antrian.
Tujuan dari stasiun gilingan adalah mengambil atau memisahkan cairan tebu (nira)
dari batang tebu dengan cara yang efektif, efisien dan ekonomis. Pada stasiun ini diharapkan
menghasilkan nira mentah yang maksimum dan ampas yang mengandung gula seminimal
mungkin. Adapun faktor-faktor yangmempengaruhi hasil pemerahan gula di stasiun
penggilingan, antara lain :
a. Kualitas tebu meliputi jenis tebu, kadar sabut, umur tebu, kandungan kotoran tebu,
kadar gula atau pol tebu.
b. Persiapan tebu sebelum masuk gilingan yaitu tipe atau jenis pencacahan awal
c. Air imbibisid.
d. Derajat kompresi terhadap ampase.
e. Jumlah roll gilingan, susunan gilingan, putaran rol, bentuk alur rol, setelangilingan,
stabilitas kapasitas giling, tekanan, sanitasi gilingan
Alat yang digunakan untuk memindahkan tebu dari truck atau lori ke meja tebu, yang
dikendalikan dari control room yang terletak didekat meja tebu. Gerak alat ini adalah
mengangkat dan menurunkan serta dapat berpindah posisi dari kanan ke kiri secara
horizontal.
2. Cane Table
Alat untuk meletakkan dan memposisikan tebu agar masuk ke cane carrier dengan
posisi yang tepat. Di meja tebu terdapat alat yang digunakan untuk mendorong dan
memposisikan tebu yaitu kicker.
3. Cane Carrier
Alat yang membawa dan mengumpulkan tebu dari meja tebu ke cane cutter.
4. Cane Cutter
11
Alat untuk memotong-motong tebu menjadi bagian-bagian yang ukurannya lebih
kecil sehingga memudahkan pengambilan nira dari tebu.
5. Hammer Unigrator
Alat untuk memukul-mukul potongan tebu dari cane cutter untuk memaksimalkan
nira yang dihasilkan karena akan mempermudah proses pemerasan nira di gilingan.
Mengambil nira sebanyak-banyaknya dengan cara memeras ampas tebu yang telah
dicacah.
Alat untuk membawa ampas tebu dari gilingan satu ke gilingan lain.
Alat yang terletak antara tiga roll gilingan ini digunakan untuk menahan ampas agar
tidak jatuh sehingga dapat digiling untuk diambil niranya. Tekanan hidrolik yang
diberikan berkisar antara 200-250 kg/cm2.
Alat untuk menyaring ampas halus yang terbawa oleh nira yang dihasilkan oleh
gilingan I dan gilingan II
Alat yang berfungsi untuk memompa nira mentah hasil gilingan I dan II ketimbangan
bolougne.
12. Boiler
Fungsi alat ini menyediakan uap yang digunakan untuk proses
13. Motor
Fungsi alat ini menggerakkan mesin – mesin pada unit gilinga
14. Turbin uap
Fungsi alat ini menggerakkan mesin – mesin pada unit gilingan
Secara sederhana, skema proses yang terjadi di stasiun gilingan diberikan pada Gambar
1.2.
12
Gambar 1.2 Blok Diagram Proses Stasiun Gilingan
Tebu setelah ditimbang kemudian diletakkan ke dalam meja tebu (Gambar 1.3 a)
dengan menggunakan crane yaitu alat untuk memindahkan tebu dari truck atau lori ke
meja tebu. Kemudian dilanjutkan proses pemindahan tebu dari meja tebu ke cane
cranier (Gambar 1.3 c), tetapi sebelumnya tebu diratakan dengan menggunakan kicker
(Gambar 1.3 b) yang terdapat di atas masing-masing meja tebu terlebih dahulu dengan
tujuan agar di dalam cane cranier tidak menumpuk sampai tinggi dimana cane cranier
adalah alat untuk mendistribusikan tebu untuk proses penggilingan selanjutnya. Tebu
yang telah masuk di cane cranier kemudian akan dilanjutkan ke cane cutter dimana tebu
akan dipotong kecil-kecil sebelum diambil niranya agar mudah mendapatkan nira yang
maksimal.
13
Gambar 1.3(a) Meja Tebu, (b) Kicker, (c) Cane Carrier
Tebu kemudian dimasukkan ke dalam unigrator yaitu setelah tebu dibentuk menjadi
serabut dihaluskan kembali dengan cara dipukul-pukul dalam unigrator dengan tujuan yaitu
memaksimalkan hasil nira yang akan didapatkan pada saat penggilingan. Setelah tebu
menjadi serabut halus, tebu dimasukkan ke dalam gilingan, dimana dalam alat gilingan
tersebut tebu yang sudah menjadi serabut tersebut digiling diperas hingga didapat tebu
sebagai bahan baku pembuat gula. Pada proses penggilingan dipengaruhi oleh kompresi roll
yaitu seberapa jauh cacahan tebu mengalami tekanan yang dipengaruhi oleh pemasukan
ampas tebu pada pemasukan.
3. Stasiun Pemurnian
Tujuan dari stasiun pemurnian adalah memisahkan kotoran dan bukan gula sebanyak
mungkin yang terkandung dalam nira, dengan demikian kemurnian nira lebih tinggi
sehingga akan memudahakan proses pengkristalan gula. Alat-alat yang digunakan pada
stasiun pemurnian antara lain adalah :
a. Bolougne
Fungsi : Untuk mengetahui berat nira mentah yang dihasilkan stasiun gilingan, yang
terdisplai secara otomatis pada alat control yang terdapat diatas bolougne. JumlaH : 2 unit,
yaitu untuk gilingan barat dan gilingan timur.
b. Juice Heater
c. Static Tank
d. Sulfit Tower
Merupakan tempat pencampuran antara saccharat dan SO2 secara counter flow,
dilengkapi dengan buffle perforasi sebanyak 10 buah, kontak nira dgn SO2 Conter Current.
Masukan SO2 kedalam tower dihisap oleh Fan yang diletakkan diatas SO2Tower.
Alat untuk menghasilkan SO2 dengan cara pembakaran pada suhu 80 C menggunakan
Burner
Jumlah : 2 buah
14
f. Kompresor
g. Boiler
Jumlah : 2 unit
Jumlah : 2 buah
i. Reaktion Tank
Merupakan tempat bereaksi antara saccharat dan SO2 sebelum masuk ke juice heater
II yang didalamnya terdapat pengaduk agar homogen. PT Manis Kayaku Indonesia
mempunyai satu unit reaction tank.
j. Flash tank
Alat untuk menghilangkan gas-gas tidak terembunkan pada nira karena dapat
mengganggu proses pengendapan kotoran pada clarifier.
Alat untuk memisahkan nira jernih dan impurities dengan cara mengendapkan
impurities menggunakan flokulan.
Alat untuk memisahkan antara blothong dengan nira yang terkandung pada blothong.
m. DSM Screen
15
Secara sederhana, skema proses yang terjadi di stasiun pemurnian diberikan pada Gambar
1.4.
▪ Untuk mempersiapkan proses selanjutnya yaitu defekasi, dimana susu kapur akan bereaksi
dengan bukan gula (dalam hal ini Phospat yang terkandung dalam tebu)
▪ Suhu tersebut merupakan suhu optimum dimana kehilangan gula karena inversi akibat
pemanasan nira mentah (pH = ± 5.5) dapat diminimalisir dengan waktu pemanasan sependek
mungkin.
PT Manis Kayaku Indonesia memiliki 10 buah juice heater, namun yang digunakan
untuk memanaskan nira hanya 6-7 buah saja. Setelah dari juice heater I, nira dipompa masuk
ke static tank dan ditambah dengan susu kapur (Ca(OH)2) dan nira kental, yang disebut
saccharat untuk meningkatkan pH karena jika pH rendah dapat terjadi inversi.
Reaksi :
Kemudian campuran saccharat dan nira mentah dialirkan dari atas ke sulfit tower (Gambar
1.5a), dimana dibawah sulfit tower disemprotkan gas SO2 yang telah dibuat dari
16
pembakaran belerang di rotary sulfur burner pada suhu kurang dari 2000C. Pada sulfit tower
ini dilakukan pengambilan sampel, guna untuk mengetahui pH dari nira. Jika pH kurang dari
7, maka akan dilakukan penambahan susu kapur dan SO2.
Reaksi :
CaSO3 yang terbentuk merupakan endapan incompressible yang dapat mengikat kotoran
(zat bukan gula) dalam nira dan mereduksi ion-ion ferri menjadi ferro sehingga warnanya
lebih pucat.
(a) (b)
Setelah itu dialirkan ke flash tank untuk menghilangkan gas-gas yang mengganggu
proses pengendapan. Terakhir, nira diendapkan di single try claryfier (Gambar 1.6 a) dengan
penambahan flokulan jenis flok 110 agar mempercepat pengendapan disertai dengan
pengadukan asebesar 6 rpm.Nira jernih hasil flokulasi kemudian disaring kembali pada
DSM Screen untuk memisahkan nira jernih dari impurities-impurities yang terkandung pada
nira jernih. Sedangkan hasil pengendapan ditransfer ke rotary vacuum filter (Gambar 1.6 b)
untuk memisahkan blothong dengan nira yang masih terdapat pada blothong, Cara kerja
Rotary vacuum filter adalah dalam keadaan vakum, tekanan vakum menarik liquid melalui
medium filter di permukaan drum yang menahan padatan. Tekanan vakum mendorong
gas/udara melalui cake dan gas tersebut akan mendorong liquid masuk ke dalam. Dimana
nira hasil proses dari rotary vacuum filter dipompa kembali ke bolougne untuk diproses lagi
dan nira jernih yang dihasilkan dipompa ke stasiun penguapan.
17
(a) (b)
Pada stasiun penguapan digunakan susu kapur (Ca(OH)2) untuk mengatur pH. Proses
pembuatan susu kapur (Gambar 1.7) adalah dengan melarutkan CaO (nama trivial: batu
gamping) dalam air panas pada tromol yang berputar dengan kecepatan 5 – 6 rpm agar cepat
larut, kemudian dilanjutkan dengan proses penyaringan untuk memisahkan susu kapur dari
batu kapur yang belum matang dan pasir.
Reaksi :
Dari penyaringan susu kapur mengalir ke unit pengendapan yang mempunyai sekat (baffle)
selang- seling, yang bertujuan agar kotoran yang masih terbawa susu kapur bisa mengendap
dan tidak terbawa ke bak penampungan. Di bak penampungan susu kapur terdapat
pengadukan yang bertujuan agar susu kapur yang telah terbentuk tidak mengendap,
selanjutnya susu kapur dipompa ke stasiun pemurnian untuk digunakan dalam proses
pembuatan gula.
Tujuan dari stasiun penguapan adalah untuk mengurangi kadar air pada nira jernih
yang merupakan hasil dari stasiun pemurnian hingga kandungan air mencapai 35 – 40 %
sehingga
18
diperoleh nira kental. Alat-alat yang digunakan pada stasiun penguapan antara lain adalah :
a. Boiler
Jumlah : 2 unit
b. Voor cokker
Jumlah : 2 buah
c. Evaporator (Barat)
Jumlah : 3 buah
d. Evaporator (Timur)
Jumlah : 7 buah
e. Pompa Condensate
Jumlah : 10 buah
f. Pompa vakum
Jumlah : 1 buah
g. Pompa injeksi
Jumlah : 2 buah.
8. Kondensor
Fungsi : untuk membuat kondisi vacum dan menarik uap gas hasil penguapan.
Jumlah : 1 unit.
19
9. Sulfit Tower II
Fungsi : untuk memucatkan warna nira sehingga gula yang dihasilakan lebih putih.
Jumlah : 1 unit.
Secara sederhana, skema proses yang terjadi di stasiun penguapan diberikan pada Gambar
1.8.
20
Tujuan dari stasiun masakan adalah pembentukan kristal gula dan penguapan air
lebih lanjut, dimana kristal yang dapat dibentuk dengan mudah dipisahkan dari larutan
(stroop) dan kotorannya dalam proses pemutaran.
a. Pan masakan
Fungsi : untuk menguapkan air dari nira kental yang dihasilkan dari stasiun
penguapan untuk mendapatkan kristal gula dari nira kental. Pan masakan ini bekerja pada
kondisi vacum.
b. Kondensor
c. Pompa vacuum
Alat untuk menarik gas – gas yang tidak terembunkan dan mengeluarkannya dari
dalam kondensor sehingga terjadi kondisi vacum.
Alat untuk menyalurkan uap bekas dari turbin – turbin uap di gilingan, power house
dan boiler.
e. Tangki Molases A
Jumlah : 14 buah
f. Tangki Molases C
Jumlah : 14 buah
g. Tangki Run D
Jumlah : 3 buah
Secara sederhana, skema proses yang terjadi di stasiun masakan diberikan pada Gambar
1.10.
21
Gambar 1.10 Blok Diagram Proses Stasiun Masakan
6. Stasiun Pemutaran
Tujuan dari stasiun putaran adalah memisahkan kristal gula dengan larutanny
(stroop). Prinsip kerja stasiun putaran adalah pemisahan berdasarkan gaya sentrifugal. Alat
puteran (Gambar 1.11 ) yang digunakan pada stasiun putaran terdiri dari dua tromol yaitu
bagian luar (tidak bergerak) dan bagian dalam (berputar). Pada bagian dalam tromol terdiri
dari tiga lapisan, yaitu badung screen, intermediate screen dan working screen. Masing –
masing bagian memiliki ukuran mesh yang berbeda. Sistem yang digunakan ada dua macam
yaitu secara batch (unit putaran SHS) dan secara kontinyu (unit putaran C dan D).Pada
stasiun putaran ini terdapat tiga unit putaran :
Unit putaran Super Head Sugar (SHS) merupakan putaran batch otomatis dan
merupakan jenis putaran dengan kecepatan tinggi. Bahannya berasal dari pan masakan A
yang disebut mascuite A. Hasilnya adalah gula A SHS dan stroop A yang digunakan sebagai
bahan untuk pan masakan C.
2. Unit putaran C
Untuk putaran C berjumlah tiga buah putaran otomatis dengan jenis HL (Hein
Lehmann).Kecepatan putarnya antara 1600 – 1700 rpm. Hasil pemutaran ini adalah gula
yang digunakan sebagai bahan pada pan masakan A, sedangkan stroop C digunakan sebagai
bahan untuk pan masakan D.
a. Motor listrik untuk menggerakkan mesin pemutar hingga kecepatan mesin mencapai
22
1600 – 1700 rpm.
c. Membuka aliran air yang berfungsi untuk mencegah tersumbatnya saringan dari
kristal gula.
d. Melarutkan gula C dengan air dan kemudian dapat digunakan sebagai bahan untuk
pan masakan A.
3. Unit putaran D
b. Unit putaran D2 untuk digunakan memisahkan gula D2 dan klare III. Klare III digunakan
sebagai bahan untuk pan masakan C, sedangkan sisanya dilebur bersama gula C. Leburan
ini disebut opsmelt.
Sistem kontinyu bekerja pada alat yang berbentuk konis. Saringan pada sistem
kontinyu terdiri dari dua lapis yaitu backing screen dan working screen. Hasil masakan
kemudian masik ke tempat putaran. Dengan adanya putaran tersebut, maka kristal gula akan
naik ke atas, sedangkan stroopnya akan masuk ke arah saringan dan mengalir ke luar.
Selanjutnya kristal gula yang sudah terpisahkan akan keluar melalui saluran gula.
Pada sistem batch terdapat saringan yang terdiri dari tiga lapis, yaitu backing screen,
intermediate screen dan working screen. Mascuite yang akan diputar masuk ke dalam tromol
secara otomatis, kemudian dilakukan pemutaran dan selama proses ini aliran untuk
ppengeluaran gula ditutup. Pada waktu pemutaran, stroop akan dipisahkan dari kristal gula
melalui saringan – saringan di sekeliling tromol dan akan mengalir keluar, kemudian
dilakukan pencucian (washing) dengan air untuk membersihkan kristal – kristal gula dari
larutan mollase yang masih melekat. Proses dilanjutkan dengan steaming yang fungsinya
untuk membersihkan kristal gula dengan menggunakan steam yang bertekanan 3 kg/cm2
sehingga lapisan mollase yang masih melekat bisa terlepas. Steam juga berfungsi untuk
mengeringkan gula. Steam yang digunakan dilewatkan pada pipa di dalam tromol.Setelah
pengeringan selesai, putaran diturunkan dan kemudian gula dialirkan melalui bagian bawah
23
tromol ke talang goyang (vibrating screen). Pada waktu steaming, steam yang digunakan
adalah superheated steam. Keuntungan penggunaan superheated steam adalah steam tidak
dapat melarutkan kristal gula, sehingga mencegah pengenceran stroop yang menutupi
kristal, jadi pencucian akan lebih efektif dan mengurangi viskositas stroop sehingga mudah
untuk dipisahkan.
Tujuan dari stasiun penyelesaian adalah untuk memisahkan kristal gula berdasarkan
ukuran dan pengepakan gula produk. Alat – alat yang digunakan pada stasiun penyelesaian
ini adalah :
a. Talang goyang
b. Silo
c. Bucket elevator
untuk transportasi gula produk dari talang goyang ke silo. PT Manis Kayaku
Indonesia memiliki 3 unit bucket elevator.
d. Dust collector
untuk menangkap debu – debu gula agar tidak beterbangan. PT Manis Kayaku
Indonesia mempunyai 2 unit dust collector.
24
sebagai pengering dan alat transportasi gula gula halus menuju dust collector. PT
Manis Kayaku Indonesia memiliki 2 unit Blower and drying.
f. Sugar Warehouse
Secara sederhana, skema proses yang terjadi di stasiun penyelesaian diberikan padaGambar
a. Saringan berukuran 6 mesh untuk memisahkan gula kasar dan gula produk. Gula kasar
akan dilebur kembali.
b. Saringan berukuran 12 mesh untuk memisahkan gula produk dan gula halus.
c. Saringan berukuran 20 mesh untuk menghasilkan gula halus digunakan untuk kristal
masakan A.
25
Gambar 1.13 Talang Goyang dan Dust Collector
Setelah masuk kedalam talang goyang I berukuran 6 mesh, gula akan masuk kedalam blower
and drying untuk dikeringkan kembali. Debu dan gula halus akan terbang menuju dust
collector untuk dilebur kembali dalam stasiun masakan. gula produk akan masuk kedalam
talang goyang selanjutnya. Setelah melalui talang goyang gula SHS I (gula produk) akan
dibawa oleh bucket elevator menuju silo untuk dikemas sesuai dengan ukuran di tempat
pengepakan (gambar 1.14 a ). Gula yang turun dari silo sudah memiliki ukuran tiap 50 kiloan
atau 1 kiloan. Inilah yang mempermudah proses pengemasan. Gula yang telah diangkut
disalurkan ke gudang penyimpanan dengan menggunakan lori-lori (gambar 1.14 b).
(a) (b)
Gambar 1.14(a) Tempat Pengep akan, (b) Gula yang Diangkut Lori-Lori
26
BAB II
KAJIAN LINGKUNGAN AWAL
2.1 Identifikasi Aspek Lingkungan
Identifikasi aspek lingkungan ialah suatu proses yang dilaksanakan Pabrik
Gula PT. Manis Kayaku Indonesia untuk mengetahui aspek lingkungan yang
signifikan terkait dengan aktifitas produksi, produk yang dihasilkan dan jasa dari
perusahaan. Aspek-aspek lingkungan tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi
dan menganalisa resiko dari timbulnya dampak lingkungan yang merugikan.
Dampak merugikan yang dimaksud disini meliputi semua kejadian yang
tidak diinginkan, misal: pencemaran terhadap lingkungan, perubahan ekosistem
yang membawa dampak buruk bagi perusahaan dan masyarakat sekitar, dan
rusaknya keseimbangan alam. Dalam mengidentifikasi aspek lingkungan perusahaan
mempertimbangkan emisi ke udara, buangan ke badan air, buangan ke tanah,
pengguanaan bahan baku dan sumber daya alam, penggunaan energi, emisi energi,
(seperti: panas, radiasi, dan getaran), limbah dan produk sampingan dan atribut fisik.
Proses identifikasi aspek-aspek lingkungan ini dilakukan untuk memperoleh
aspek lingkungan yang signifikan. Proses ini dilakukan terhadap pembangunan dan
pengembangan fasilitas baru dan perubahan terhadap fasilitas dan operasi yang telah
ada sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dimana setelah didapatkan
aspek lingkungan yang signifikan maka dapat dilakukan proses penetapan
pemecahan masalah untuk menangani dampak lingkungan yang merugikan yang
ada. Upaya yang semaksimal mungkin dilakukan untuk yang pertama kali adalah
langkah- langkah yang bersifat pencegahan, yaitu dengan cara menurunkan atau
menghilangkan potensi terjadinya dampak lingkungan tersebut. Sedangkan upaya
pengendalian yang bersifat mengurangi dampak lingkungan akan dipilih sebagai
langkah pengendalian yang terakhir.
Untuk menindaki penerapan upaya – upaya tersebut dalam rangka
melindungi lingkungan maka akan ditetapkan dalam kebijakan lingkungan
perusahaan. Dimana nantinya akan seluruh elemen perusahaan akan terfokus untuk
melaksanakannya. Identifikasi terhadap aspek-aspek lingkungan potensial yang
dapat menyebabkan dampak lingkungan merugikan yang disebabkan oleh: aktivitas
produk dan jasa perusahaan, kondisi operasi perusahaan baik normal ataupun
abnormal, kondisi start up dan shut down, dan situasi darurat yang mungkin terjadi.
Identifikasi aspek lingkungan dapat dilakukan dengan cara mengenali dan
mengevaluasi setiap kegiatan ataupun produk perusahaan maupun dengan cara yang
lainnya dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.1 Identifikasi Aspek Lingkungan
27
Unit Produksi PERUSAHAAN : PT. Manis Kayaku
Indonesia
NO LOKASI DAN NO ASPEK
KEGIATAN LINGKUNGAN
1.1 Operasisonal
Pabrik Gula (plant
1)
1.1.1 Stasiun Persiapan 1.1.1.1 Emisi debu
1.1.1.2 Pemakaian BBM
1.1.1.3 Emisi gas buang
kendaraan pengakut
1.1.2 Stasisun Gilingan 1.1.2.1 Suara mesin
1.1.2.2 penggiling
1.1.2.4 Pemakaian Bahan
1.1.2.5 bakar
Pemakaian air
Timbulan ampas
tebu hasil panen
1.1.3 Stasiun Pemurnian 1.1.3.1 Panas akibat
1.1.3.2 penggunaan juice
1.1.3.3 heater
1.1.3.4 Tumpahnya
1.1.3.5 Ca(OH)2 pada static
1.1.3.6 tank
1.1.3.7 Emisi gas yang
1.1.3.8 mengandung SO2
Penggunaan listrik
Tumpahnya limbah
blothong dalam
proses pemurnian
Pemanasan nirah
mentah
Tumpahnya asam
phospat (H3PO4)
pada bolougne
Pemanasan
campuran nirah
dengan
(H3PO4)
1.1.4 Pembuatan Susu 1.1.4.1 Tumpahnya CaO
Kapur 1.1.4.2 dalam proses
1.1.4.3 pencampuran
Penguapan susu
kapur
Timbulan limbah
padatan kapur
28
pembakaran
belerang
1.1.6 Stasiun Penguapan 1.1.6.1 Emisi gas buang
1.1.6.2 penguapan
1.1.6.3 Suara mesin
1.1.6.4 penguapan
Penggunaan listrik
Penggunaan bahan
bakar
1.1.7 Stasiun Masakan 1.1.7.1 Pemakaian bahan
1.1.7.2 bakar
Pemakaian air
1.1.8 Stasiun Puteran 1.1.8.1 Pemkaian listrik
1.1.8.2 Pemakaian air
29
Surat Keputusan Dirjen, Surat Keputusan Gubernur, Peraturan Daerah dan lain-lain
yang dikeluarkan oleh pejabat yang terkait atau ssetingkat.
Sedangkan persyaratan lainnya dapat meliputi: persetujuan dengan publik,
persetujuan dengan konsumen, peraturan perusahaan, perturan yang bukan
dikeluarkan untuk pemerintah, persyaratan yang bersifat sukarela dan lain- lain.
Proses identifikasi dan akses terhadap peraturan perundangan dan persyaratan
lainnya beserta langkah-langkah untuk mengevaluasi kesesuaiannya telah diatur
dalam prosedur di bawah ini :
A. Peraturan perundangan dan persyaratan lainnya dapat diperoleh dengan cara
menghubungi sumber-sumber resmi untuk mendapatkan informasi mengenai
peraturan perundangan resmi dan persyaratan lainnya, atau dengan cara
lainnya. Manajemen perusahaan seharusnya mengkaji ulang dan
memperbaharui peraturan perundangan dan persyaratan lainnya tersebut baik
secara berkala, maupun saat diperlukan.
B. Peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang akan ditempatkan
dalam PT. Manis Kayaku Indonesia juga perlu untuk dievaluasi dan dianalisa
terhadap operasi dan kinerja perusahaan. Manajemen tertinggi perusahaan
seharusnya mengerti dan mengidentifikasi isi dari peraturan perundagan dan
persyaratan lainnya kemudian mengutip pasal-pasal atau persyaratan yang
wajib dipenuhi oleh PT. Manis Kayaku Indonesia. Manajemen tertinggi dari
PT. Manis Kayaku Indonesia seharusnya menentukan unit kerja yang terkena
dampak dari peraturan perundangan dan persyaratan tersebut kemudian
dievaluasi dan dianalisa pengaruhnya kemudian dicatat dalam formulir yang
meliputi hal-hal di bawah ini:
a. Nomer urut
b. Nama peraturan perundangan dan persyaratan lainnya
c. Nomor peraturan perundangan dan persyaratan lainnya
d. Tanggal berlaku
e. Badan yang mengeluarkan
f. Persyaratan yang wajib dipenuhi
g. Unit operasi yang terkena dampaknya
h. Orang yang bertanggung jawab untuk penerapan persyaratan
i. Catatan atau tambahan penting
30
mendasari terjadinya dampak lingkungan. Beberapa kriteria aspek penting tersebut
diantaranya adalah :
1. Kemungkinan Terjadi (KT)
Skor 1 = Tidak akan terjadi (Dengan praktek dan prosedur yang ada kecil
kemungkinan terjadi)
Skor 3 = Jarang (Kemungkinan terjadi dalam 10 tahun ke depan) Skor 5 =
Kadang-kadang
(Kemungkinan terjadi dalam 3 tahun ke depan)
Skor 10 = Sering
(Kondisi kronis yang dapat terjadi dalam 1 tahun ke depan)
2. Konsekuensi Dampak(KD)
Skor 1 = Tidak ada kerusakan terhadap lingkungan sekitar (fasilitas,
tumbuhan, hewan) dantidak berdampak pada kesehatan manusia.
Skor 3 = Terdapat resiko kerusakan terhadap lingkungan sekitar (fasilitas,
tumbuhan, hewan) dan tidak berdampak pada kesehatan manusia
Skor 5 = Terdapat resiko kerusakan terhadap lingkungan sekitar (fasilitas,
tumbuhan, hewan) dan berdampak kronis pada kesehatan manusia.
Skor 10 = Terdapat resiko kerusakan permanen terhadap lingkungan sekitar
(fasilitas, tumbuhan, hewan) dan berdampak akut pada kesehatan manusia.
3. Sebaran Dampak(SD)
Skor 1 = pada wilayah produksi
Skor 3 = 25 meter di luar area produksi tetapi masih di dalam area perusahaan
Skor 5 = 100 meter di luar area perusahaan
Skor 10 = diatas 100 meter diluar area perusahaan
4. Dampak ke Kehumasan (DK)
Skor 1 = tidak pernah ada keluhan
Skor 3 = ada keluhan dari karyawan
Skor 5 = keluhan dari masyarakat sekitar dan Pemerintah setempat
Skor 10 = keluhan kepada media masa dan pengadilan
5. Derajat Kepulihan Dampak (DKD)
Skor 1 = cepat pulih (> 1 tahun)
Skor 3 = cepat untuk pulih (1 – 5 tahun) Skor 5 = lama pulih (> 5 tahun)
Skor 10 = tidak pulih
Aspek dan dampak lingkungan yang ada selanjutnya diberikan
penilaian secara kuantitatif berdasarkan kriteria aspek penting dan
perundangan yang ada untuk mendapatkan aspek dan dampak lingkungan
yang sangat penting. Dimana aspek dan dampak lingkungan yang sangat
31
penting adalah aspek dan dampak yang membutuhkan penanganan secara
cepat agar tidak menimbulkan dampak yang lebih membahayakan dan
merugikan baik bagi perusahaan maupun lingkungan sekitarnya. Aspek dan
dampak lingkungan yang sangat penting didapatkan dari kriteria penilaian
seperti pada Tabel 2.2 sebagai berikut :
Tabel 2.2 Nilai Aspek secara Kualitatif
Nilai Aspek Arti Tindakan
1 – 10 tidak penting Pengurangan resiko
dianjurkan untuk
dilakukan
11 – 15 cukup penting Pengurangan resiko
perlu untuk dilakukan
16 – 20 penting Pengurangan resiko atau
studi lebih lanjut perlu
dilakukan
>21 sangat penting Pengurangan resiko atau
studi lebih lanjut sangat
perlu dilakukan
32
BAB III
KEBIJAKAN LINGKUNGAN
33
Kebijakan yang telah dibuat akan menjaga kerangka dan pedoman dalam
menetapkan dan mengkaji ulang tujuan dan sasaran lingkungan agar tidak terjadi
pencemaran akibat kegiatan yang dilakukan oleh PT. Manis Kayaku Indonesia.
34
BAB IV
PERENCANAAN
Untuk tujuan dan sasaran yang ada pada perencanaan dokumen sistem manajemen
lingkungan di PT. Manis Kayaku Indonesia dibedakan dalam setiap aspek yang dihasilkan
oleh pabrik tersebut. Tujuan dan sasaran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 :
Mengkondisikan
efifiensi kemampuan
IPAL hingga 80%
2. Limbah Padat (sisa Meminimalisir jumlah Mengurangi jumlah
ampas tebu) timbulan ampas tebu produksi ampas tebu
hasil produksi sebanyak 10%
3. Bahan Bakar boiler Mensukseskan program Mengurangi
penghematan energi penggunaan bahan
yang sedang digalakkan bakar hingga mencapai
oleh pemerintah melalui 50%
pemakaian bahan bakar
dengan efisien
35
4. Polusi Udara (emisi Memenuhi baku mutu Mengontrol kualitas
akibat mesin udara ambien sesiuai emisi cerobong pabrik
maupun kendaraan peraturan yang berlaku setiap 3 bulan sekali
operasional yang
digunakan) Mengkondisikan
kendaraan pengangkut
hasil produksi supaya
emisi gas buang selalu
dibawah ambang batas
baku mutu kendaraan
bermotor
1. Pemberian wewenang dan tanggung jawab kepada kepala divisi. yang dimaksudkan
dalam hal ini yaitu untuk mencapai tujuan dan sasaran pada fungsi dan tingkatan
yang sesuai dengan kondisi perusahaan atau instansi tersebut.
2. Pemberian cara dan jangka waktu untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut
Untuk membuat program manajemen lingkungan yang ada pada perencanaan dokumen
sistem manajemen lingkungan di PT. Manis Kayaku Indonesia juga dibedakan dalam setiap
aspek yang dihasilkan oleh pabrik tersebut serta diberikan timeline kapan pelaksanaan
program manajemen lingkungan. Program tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 :
Bulan
No Aspek Lingkungan Program
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Melakukan tes
kualitas effluent
IPAL setiap bulan
1. Pencemaran Air sekali
Evaluasi kinerja
IPAL setiap 3 bulan
sekali
Pembersihan
bangunan IPAL 2
kali dalam setahun
Melakukan daur
ulang pada sisa
Limbah Padat (sisa ampas tebu yang
2. ampas tebu) dihasilkan
Menggunakan
ampas dari proses
penggilingan IV
36
Pemasangan filter
berupa scrubber
pada cerobong
3. Bahan Bakar boiler pabrik
Melakukan uji
emisi setahun dua
4. Polusi Udara kali
Melakukan servis
kendaraan secara
berkala
Menggunakan
lampu otomatis
untuk setiap
ruangan dan kamar
mandi yang sedang
5. Energi dipakai
Mengevaluasi
pemakaian lampu
yang berlebihan
pada setiap ruangan
Mendisiplinkan
pekerja untuk
mematikan lampu
ruangan ketika jam
kerja berakhir
37
BAB V
38
PT Manis Kayaku Indonesia telah menetapkan Manajer Representatif (MR)
yang akan melakukan pengelolaan terhadap lingkungan agar mempermudah
pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan. Pembentukan MR tidak dimaksudkan
untuk mengambil alih tanggung jawab dan wewenang dari setiap karyawan tersebut,
akan tetapi berfungsi untuk mempermudah koordinasi dalam pelaksanaan SML PT
Manis Kayaku Indonesia. Selain itu, manajemen PT Manis Kayaku Indonesia juga
akan menentukan dan menyediakan sumber daya yang memadai untuk menyusun,
melaksanakan, memelihara dan memperbaiki sistem manajemen lingkungan.
Sumber daya tersebut sebaiknya disediakan dalam cara yang tepat waktu dan efisien.
39
President Director
Representative
Manager (MR)
Marketing Direction Direktur Bisnis dan Strategis Direktur Pengembangan Direktur Keuangan
Production Direction Direktur SDM
Perusahaan Penelitian Operasional
Departemen Manajemen
Tim Kebijakan & Strategi Tim Pengembangan Departemen Kebijakan Keuangan
Departemen
Pemasaran Grup Sumber Daya Manusia Pengadaan Strategis
Tim Peningkatan Pengembangan
Kelompok
Produktivitas Perusahaan
Tim pengembangan
Pengembangan Tim Proyek teknologi dan komunikasi
Departemen Pemasaran Manajemen Risiko Pengemasan
Departemen Produksi Hukum Tim Pengembangan
Bahan Baku Energi
40
b) Menjadikan perusahaannya sebagai icon bagi perusahaan
laindalam menerapkan SML yang membuat
perusahaannya lebih terdepan dalam berbagaiaspek, baik
dari segi mutu produk, manajemen perusahaan,
manajemen lingkungansekitar, pemanfaatan sumber
energi, dll.
41
g) Mendukung penerapan SML sesuai dengan arahan Direktur Utaman dan
Manajer Representatif sesuai dengan kapasitas bagian masing-masing.
42
a) Menerapkan program-program untuk mencapai tujuan dan target lingkungan
perusahaan di setiap biro
43
e) Melakukan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan, kebakaran, peledakan
pencemaran/ kerusakan lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
mengendalikan kegiatan operasi perusahaan
b) Aspek lingkungan penting dan dampak yang nyata atau potensial terjadi
yang terkait dengan pekerjaannya dan manfaat peningkatan kinerja
perorangan terhadap lingkungan;
44
c) Peran dan tanggungjawab mereka dalam mencapai pemenuhan persyaratan
system manajemen lingkungan; dan
d) Akibat yang mungkin terjadi bila prosedur tidak dilaksanakan
45
mereka, manfaat perbaikan kinerja dan konsekuensinya apabila melanggar
ketentuan sistem manajemen lingkungan yang berlaku. Selain itu, Personal yang
menjalankan tugas yang dapat menyebabkan dampak penting terhadap
lingkungan haruslah orang yang kompeten atas dasar pendidikan, pelatihan dan
pengalaman yang memadai.
46
5.3.1 Komunikasi Internal
b. Pertemuan staf dalam satu departemen yang dilakukan selama sebulan sekali
c. Papan pengumuman dan poster bila ada pengumuman yang akan disampaikan.
47
d. Majalah mengenai kegiatan perusahaan untuk semua karyawan yang diberikan
selama sebulan sekali.
48
mencakup laporan tahunan, edaran berita, website dan pertemuan dengan
masyarakat.
1. Pertanyaan, kritik atau saran dan komunikasi dari pihak luar (yang diterima lewat
surat, fax, telepon atau personal) mengenai Sistem Manajemen Lingkungan
perusahaan atau kinerja lingkungannya dapat diterima oleh Manajemen
Representatif termasuk Kepala departemen, manajer SDM, manajer lingkungan,
dan lain-lain. Komunikasi tersebut dikaji ulang dan ditanggapi oleh manajer
departemen atau Manajer Representatif Lingkungan.
4. Rekaman dari tanggapan semua komunikasi eksternal dikelola oleh manajer SDM.
Hal ini dilakukan selama enam bulan sekali
49
1. Perusahaan juga perlu untuk mengkomunikasikan kinerja lingkungan dan aspek
lingkungan signifikannya kepada pihak luar. Pengkomunikasian tersebut dilaksanakan
bila terdapat perubahan signifikan pada fasilitas organisasi yang dapat menimbulkan
dampak lingkungan yang potensial dari aktivitas produk dan jasa perusahaan.
2. Kebutuhan untuk komunikasi kepada pihak luar ini dideskripsiksn dan dirancang oleh
Manajemen Representatif untuk menghasilkan proses komunikasi yang efektif.
Organisasi harus membuat dan memelihara informasi dalam media cetak atau
elektronik untuk menerangkan unsur-unsur inti sistem manajemen dan interaksinya
sertamemberikan petunjuk dokumentasi yang terkait.Tujuan dokumentasi adalah
untuk menyediakan informasi penting bagi para pegawai dan pihak-pihak
berkepentingan. Sesuai denganperencanaan awal untuk menjaga Sistem Manajemen
Lingkungan perusahaan dapat dilaksanakan dan dipelihara dengan baik, maka
diperlukan sebuah metode yang menyediakan informasi mengenai Sistem
Manajemen Lingkungan ini secara terperinci dan spesifik kapanpun dibutuhkan
perusahaan. Oleh sebab itu, proses pendokumentasian diperlukan dalam proses
pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan.
50
5.5 Pengendalian Operasional (Operation Control)
51
disampaikan dalam pelatihan kepada orang-orang yang telibat dalam fungsi
pengendalian untuk memastikan bahwa pengendalian operasional sesuai yang
direncanakan.
Kesiagaan dan tanggap darurat adalah tanggung jawab setiap organisasi untuk
menetapkannya yang sesuai untuk kebutuhan organisasi. Dalam penetapan
prosedurnya, organisasi tersebut sebaiknya memasukkan pertimbangan sebagai
berikut:
a) sifat dari bahaya di lapangan (seperti cairan yang mudah terbakar, tangki
penyimpanan, gas bertekanan tinggi dan tindakan yang dilakukan pada saat
terjadi tumpahan atau terjadi kecelakaan).
b) skala dan tipe yanng hampir sama dari suatu situasi darurat atau kecelakaan
yang paling mungkin terjadi;
c) potensi situasi darurat atau kecelakaan pada suatu fasiltas yang berdekatan
(seperti pabrik, jalan, jalan kereta);
d) metode yang paling tepat untuk menanggapi suatu kecelakaan atau situasi
darurat;
52
i) daftar personil kunci dan badan perbantuan termasuk data kontak yang rinci
(seperti, pemadam kebakaran, jasa pembersih tumpahan);
j) kemungkinan bantuan dari organisasi tetangga/sekitar;
l) mitigasi dan tindakan tanggap untuk tipe-tipe kecelakaan dan situasi darurat
yang berbeda;
53
alat secara prima, dan uji coba alat-alat secara periodik. Suatu kondisi darurat adalah
keadaan yang belum terjadi dan diharapkan tidak terjadi tetapi jika tidak ada
persiapan yang memadai dalam arti tata cara, peralatan, manusia maka dalam
banyak kasus keadaan darurat menyebabkan kerusakan dan pencemaran
lingkungan. Pengetahuan dan ketrampilan dalam menghadapi suatu jenis kondisi
darurat harus dikuasai walaupun hal tersebut tidak pernah terjadi.Dengan daftar
potensi darurat, perusahaan mengetahui jenis-jenis dampak dan sumbernya sehingga
dapat dibuat skenario penangananannya jika hal itu terjadi.
Latihan dan gladi resik secara berkala akan dilakukan untuk memastikan
bahwa prosedur kesiagaan dan ketanggapan darurat yang dibuat tersebut telah sesuai
dengan kebutuhan terhadap penaggulangan potensi keadaan darurat yang mungkin
terjadi. Prosedur tersebut memuat tindakan pencegahan pencemaran dan usaha
mengurangi dampak buruk bagi lingkungan. Prosedur kesiagaan dan ketanggapan
darurat ini akan ditinjau ulang dan diperbaiki secara berkala. Prosedur ini juga telah
diuji coba dengan cara dipratekkan. Perbaikan prosedur tersebut dilakukan setelah
kecelakaan atau kejadian darurat sesungguhnya. Untuk menghindari terjadinya
resiko atau keadaan yang tidak berkaitan terkait kondisi operasional perusahaan, PT
Gendhis Indonesia telah membuat beberapa petunjuk manual mengenai penggunaan
alat kerja maupun prosedur–prosedur kerja.
54
4. Apabila pemulihan telah disetujui untuk dilaksanakan, maka lakukan
pemulihan keadaan sebagaimanna
55
BAB VI
PEMERIKSAAN DAN PERBAIKAN
56
3. Penilaian kesesuaian dengan peraturan menentukan kesesuaian PT Manis Kayaku dengan
peraturan perundangan yang berlaku. Proses ini terdiri dari pengidentifikasian, perbaikan,
dan pencegahan pelanggaran.
4. Mengevaluasi kinerja lingkungan memperhatikan aspek – aspek lingkungan yang telah
teridentifikasi dan kesesuaian tujuan dan target dengan aspek lingkungan tersebut, dengan
cara mencari informasi yang dibutuhkan untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan dan
target PT Manis Kayaku.
60
prosedur – prosedur operasional, standar pelaksanaan, peraturan perundangan dan laporan
audit sebelumnya.
3. Rencana Audit Tertulis
Pemimpin audit bertanggung jawab untuk memastikan persiapan rencana audit secara
tertulis. Daftar pelayanan audit internal SML dapat digunakan sebagai panduan
pelaksanaan.
4. Batas Waktu Penginformasian
Unit atau fungsi waktu yang akan diaudit harus diinformasikan dalam batas waktu yang
memungkinkan sebelum dilaksanakannya audit.
5. Pelaksanaan Audit
a. Rapat sebelum audit dilaksanakan, rapat diselenggarakan oleh personil yang telah
ditetapkan untuk meninjau ulang ruang lingkup rencana dan jadwal audit.
b. Auditor diperbolehkan mengubah ruang lingkup dan rencana audit apabila kondisi
memungkinkan.
c. Tujuan pembuktian adalah untuk memeriksa dan mengkonfirmasi kesesuaian
perusahaan dengan persyaratan SML, termasuk prosedur pengoperasian. Semua hasil
audit harus didokumentasikan.
d. Perhatian khusus diberikan pada tindakan perbaikan dari hasil audit sebelumnya.
e. Rapat setelah audit dilakukan untuk memperlihatkan hasil – hasil audit,
mengklarifikasi kesalahpahaman, dan ringkasan hasil audit.
6. Laporan Hasil Audit
a. Pemimpin tim menyiapkan laporan audit, yang berisi ringkasan ruang lingkup audit,
identifikasi tim audit, menjelaskan sumber – sumber bukti yang digunakan dan
ringkasan hasil audit.
b. Hasil tindakan perbaikan yang telah dilakukan dimasukkan ke dalam database tindakan
perbaikan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pengulangan tindakan perbaikan yang
tidak efektif.
7. Distribusi Laporan Audit
a. Manajemen Representatif ISO bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan hasil
audit, duplikat dari laporan audit sisahkan oleh Manajemen Representatif ISO
b. Manajemen Representatif ISO bertanggung jawab untuk memastikan ketersediaan
laporan audit yang akan digunakan dalam pengkajian ulang manajemen setiap tahun.
8. Audit Tindak Lanjut (Follow-up Audit)
a. Manajemen pada area atau fungsi yang diaudit bertanggung jawab untuk melakukan
tindakan lanjutan yang dibutuhkan sesuai dengan hasil audit.
61
b. Manajemen Representatif ISO bertanggung jawab untuk memeriksa penyelesaian yang
dilakukan dan keefektifan tindakan perbaikan.
9. Penyimpanan Rekaman
Laporan audit disimpan dalam kurun waktu 2 tahun terhitung dari tanggal audit
dilaksanakan. Manajemen Representatif ISO bertanggung jawab untuk memelihara
rekaman ini.
62
BAB VII
TINJAUAN ULANG MANAJEMEN
Tinjauan manajemen merupakan hasil komponen terakhir dalam standart manajemen
lingkungan yang mempunyai peranan penting dalam memnjamin adanya suantu komitemen yang
dapat diterapkan sebagai bentuk usaha peningkatan berkelanjutan. Dalam standart Sistem
Manajemen Lingkungan, adanya kegiatan pemantauan/pengukuran, Tindakan Perbaikan dan
Pencegahan (TPP) dan dan audit internal memberikan sistem secara mendalam dan terperinci tetapi
masih secara persial sehingga masih butuh adanya suatu tinjauan manajemen untuk melihat kondisi
sistem secara keseluruhan dalam menentukan kesesuaian antara sistem menejemen lingkungan
dengan kebijakan lingkungan dan menilai tingkat efektifitas dari penerapan sistem tersebut dengan
berdasarkan pada dokumen hasil pemantauan dan pengukuran, tindakan perbaikan dan pencegahan
dan internal audit sebagai bahan pembahasan. Proses tinjauan manajemen harus dapat menjamin
bahwa informasi yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap sistem
manajemen tersebut.
Apabila penerapan sistem manajemen tersebut berdasarkan hasil audit ternyata masih belum
efektif, diperlukan adanya tindakan-tindakan perbaikan dan pencegahan terhadap hal-hal yang
tidak sesuai dengan tujuan dan sasaran, dan hal tersebut menjadi wewenang dari manajemen
puncak. Sebaliknya, apabila penerapan sistem manajemen tersebut dinilai telah sesuai dengan
kebijakan lingkungan dan berjalan secara efektif karena telah tercapainya rencana, prosedur dan
program, maka tinjauan manajemen selanjutnya dijadikan sebagai acuan dalam memutuskan dan
mencari area-area dalam perusahaan yang masih membutuhkan upaya peningkatan pada siklus
berikutnya. Hal ini dapat mengubah kebijakan, tujuan dan elemen-elemen SML lainnya
sebagaimana yang disebutkan dalam standar.
63
Pada bagian ini menunjukkan adanya suatu persyaratan mengenai pentingnya pembuatan agenda
yang baik, sehingga evaluasi yang dilakukan dengan adanya informasi berdasarkan hasil audit
menjadi lebih terjamin dalam pengambilan keputusan yang baik. Agenda tersebut dapat
mencangkup mengenai evaluasi ketaatan terhadap peraturan dan perundangan tentang lingkungan
yang berlaku, penerapan tindakan perbaikan dan pencegahan pencemaran, dan pelaksanaan
peningkatan berkelanjutan melalui pencapaian tujuan dan sasaran.
64
BAB VIII
PROSEDUR SERTIFIKASI
Suatu perusahaan, instansi atau organisasi agar dapat mendapatkan sertifikat ISO
(International Organization Of Stansardization) atau mendapatkan title perusahaan
bersertifikasi nasional atau internasional harus melalui beberapa prosedur sebagai berikut :
8.1 Permohonan
Persyaratan dan prosedur untuk dapat mengajukan permohonan sertifikasi ISO
14001:2015 yaitu :
8.2 Persyaratan
Berikut adalah dokumen Wajib dan tidak Wajib yang dibutuhkan jika organisasi atau
perusahaan ingin memenuhi persyaratan dalam klausul ISO 14001:2015 ;
65
Sasaran Lingkungan dan rencana pencapaian
Pengendalian operasional
Kesiapan dan tanggap darurat
b. Retain documented information
Resiko dan Peluang untuk ditangani beserta proses yang diperlukan
Rekaman data kepatuhan terhadap perundangan
Rekaman data pelatihan, keterampilan, pengalaman dan kualifikasi
Rekaman komunikasi internal / eksternal
Pemantauan dan pengukuran hasil
Rekaman kalibrasi alat yang digunakan
Program audit internal
Hasil audit internal
Tinjauan manajemen
Rekaman ketidaksesuaian dan tindakan korektif
2. Dokumen Tidak wajib ( Necessary )
a) Prosedur untuk menentukan konteks organisasi dan pihak yang berkepentingan
b) Daftar Kompetensi karyawan, pelatihan dan Prosedur Kesadaran terkait Sistem
Manajemen Lingkungan ISO 14001
c) Bukti komunikasi internal ataupun eksternal terkait Sistem Manajemen Lingkungan
d) Prosedur untuk pengendalian dokumen dan rekaman
e) Prosedur untuk pemantauan dan pengukuran
f) Prosedur untuk Evaluasi Kepatuhan terhadap Perundangan ataupun Persyaratan yang
lain
g) Prosedur untuk audit internal
h) Prosedur untuk pengelolaan ketidaksesuaian dan tindakan perbaikan
8.3 Audit Tahap I
2. Mengkaji status dan pemahaman dari perusahaan pemohon terkait mengenai persyaratan
standar.
66
Hasil dari kegiatan audit tahap 1 ini nantinya akan disampaikan ke perusahaan pemohon untuk
selanjutnya dapat ditindak lanjuti.
8.6 Evaluasi
Proses evaluasi dilakukan terhadap semua tahapan dari kegiatan sertifikasi. Selanjutnya
dapat diputuskan mengenai penerbitan sertifikat sistem manajemen lingkungan untuk
perusahaan pemohon. Kegiatan evaluasi dilakukan kantor LSSML oleh evaluator yang
ditetapkan oleh LSSML. Hasil dari kegiatan evaluasi tersebut selanjutnya disampaikan ke
perusahaan pemohon.
1. Pemegang sertifikat berhak untuk menggunakan sertifikat dan logo LSSML serta logo
KAN sesuai dengan peraturan yang berlaku.
67
3. Mendapatkan penjelasan yang diperlukan apabila ruang lingkup sertifikasi yang diminta
terkait dengan program yang spesifik dan tambahan informasi yang berkaitan dengan
permohonan sertifikasi
5. Mendapatkan informasi mengenai nama anggota tim audit yang akan melaksanakan audit
B. Kewajiban
1. Menandatangani dan mematuhi dokumen perjanjian sesuai yang diatur dalam kontrak
sertifikasi
d. Perubahan peralatan, fasilitas dansumber daya lainnya yang dapat mempengaruhi kinerja
sistem manajemen yang diterapkan
4. Mentaati penggunaan sertifikat dan logo LSSML serta penggunaan logo KAN
6. Tidak menggunakan sertifikasinya yang dapat merugikan LSSML dan tidak membuat
pernyataan yang berkaitan dengan sertifikasinya yang dapat menyesatkan pihak lain.
68
membuktikan konsistensi, kemajuan dan komitmen perusahaan dan penerapan sistem
manajemen lingkungannya.
8.10 Re-Sertifikasi
Kegiatan re-sertifikasi atau sertifikasi ulang akan dilakukan minimal dua bulan sebelum
masa berlaku sertifikat berakhir. Proses untuk re-sertifikasi tersebut sama halnya dengan proses
sertifikasi awal yaitu mulai dari pengajuan permohonan re-sertifikasi, penerbitan kontrak, audit
tahap 2 yang akan dilakukan apabila terjadi perubahan dalam sistem manajemen lingkungan
dari perusahaan pemohon, audit tahap 2, evaluasi dan penerbitan sertifikat.
69