Anda di halaman 1dari 10

Bab I: Pendahuluan

Autis merupakan gangguan yang terjadi pada otak, yang menyebabkan beberapa
area berbeda di otak tidak mampu bekerjasama. Sehingga penderita autismen sulit
berkomunikasi dan berhubungan sosial dengan orang lain. penyebab autisme atau autism
spectrum disorder (ASD) terdiri banyak faktor, namun umumnya karena faktor genetik dan
lingkungan. Belum ada bukti yang menyatakan autisme dapat disebabkan vaksin yang
diberikan ketika bayi. Autisme umumnya dimulai pada masa anak-anak dan bertahan hingga
usia beranjak remaja dan dewasa.

Ciri-ciri anak autis sejak dini

Ciri-ciri anak autis pada umunya dapat terlihat pada pola perilaku, aktivitas,dan
interaksi yang cenderung terbatas dan berulang-ulang. Selain itu, ciri-ciri anak autis juga
tampak pada perilakunya suka membolak-balik, menyentuh, dan mencium objek atau benda
tertentu dengan berlebihan.
Bab II: Permasalahan

Secara garis besar, ciri-ciri anak autis yang dapat terlihat termasuk:

1. Kesulitan komunikasi

Anak dengan autisme cenderung kesulitan berkomunikasi dengan orang lain,


termasuk berbicara, memahami pembicaraan, hingga membaca dan menulis. Selain itu
beberapa masalah komunikasi lainnya, antara lain kesulitan memulai percakapan,
memahami perkataan dan mengikuti petunjuk. Anak dengan autisme umumnya juga
bermasalah dalam memahami penggunaan bahasa tubuh seperti menunjuk, melambai,atau
memperlihatkan suatu objek kepada orang lain. ciri-ciri anak autis lain seperti mengulang-
ulang satu kata yang baru didengar beberapa waktu lalu, mengatakan sesuatu seakan dalam
nada lagu,atau melakukan tantrum untuk mengungkapkan keinginannya.

2. Gangguan dalam berhubungan sosial

Ciri-ciri anak-anak autis yaitu anak seperti asyik dengan dunianya sendiri, sehingga
sulit terhubung dengan orang-orang disekitarnya. Anak dengan autisme sulit emahami rasa
sakit, sedih dan perasaan orang lain. oleh karena itu, anak autis umumnya tidak mudah
berteman, bermain dan berbagi mainan dngan teman., atau fokus terhadap objek yang
sama dengan orang lain.

3. Perilaku-perilaku khas lain

Beberapa perilaku khas dari anak dengan autisme, antara lain cepat marah dengan
suara tertentu, kesulitan mengubah satu aktivitaske aktivitas lainnya dan memiliki
keterbatasan atau minat yang unik. Misalnya, hanya membeicarakan satu topik atau
menatap mainan tertentu. Selain itu, ciri-ciri anak autis juga tampak suka mengibaskan
tangan, menyimpan batu, memutar badan, dan menatap dengan pandangan kosong.
Mereka juga biasanya hanya menyukai sedikit jenis makanan.

Diagnosis dan penanganan

Dokter memiliki pedoman khusus dalam mendiagnosis autisme. Diagnosis pertama,


memperhatikan komunikasi verbal dan nonverbal. Kedua, kemampuan interaksi dan
hubungan sosial, ketiga, keterbatasan minat saat aktifitas atau bermain. Hingga saat ini
belum ada obat untuk menyembuhkan autisme. Namun, intervensi khusus dalam
membantu anak autisme bertujuan meningkatkan kemampuan komunikasi, interaksi
sosial,dan pendidikan anak. Tidak hanya dokter, untuk menangani anaka dengan autisme
juga dibutuhkan tim medis termasuk psikolog, psikiater, ahli terapi wicara, ahli terapi
okupasi dan lain-lain.

Tips berkomunikasi dengan anak autisme

Tidak mudah untuk berkomunikasi dengan anak autisme. Berikut beberapa saran yang
dapat kita lakukan:

1. Membiasakan berbicara dengan kalimat singkat dan jelas. Kita juga bisa berbicara
perlahan dengan jeda di antara kata.

2. Berikan waktu pada anak untuk memahaminya. Jika perlu,iringi kata yang anda
ucapkan dengan gerakan tubuh yang sederhana.

3. Selalu memanggil anak dengan namanya.

4. Membatasi suara-suara yang timbul di dekatnya.

Penting untuk mengenali ciri-ciri anak autis agar dapat segera memperoleh diagnonis dan
penanganan yang tepat. Untuk itu orangtua perlu berkonsultasi secara intensif dengan
dokter spesialis anak dan tim medis lainnya.

Tanda-tanda awal autisme pada anak

Berikut ini adalah daftar tanda-tanda aewal autisme pda anak-anak, yang sering terlihat
pada bayi enam sampai 18 bulan:
1. terlalu asyik dengan objek

2. tidak merespon panggilan

3. tidak bereaksi ketika nama mereka dipanggil

4. kurang kontak mata

5. kesal jika rutinitas yang bisa mereka lakukan terganggu

6. tidak mengonceh

7. tidak dapat memperhatikan sesuatu ketika diminta oleh orang lain (seperti dengan
melihat atau menunjuk pada objek yang menarik)

8. melakukan hal-hal yang berulang-ulang, seperti goyang atau lengan mengepak

9. tidak memiliki ekspresi positif pada usia enam bulan atau sesudahnya

10. kurangnya, atau tidak adanya sama sekali pembagian suara atau ekspresi wajah
orang lain pada usia sembilan bulan

11. tidak memiliki tindakan seperti menunjuk, menunjukkan. Mencapai atau


melambaikan tangan selama 12 bulan

12. tidak belajar kata apapun di usia 16 bulan

13. tidak mampu menirukan atau menyatakan ulang apa yang dikatakan orang lain

14. tidak bermain dengan mainan secara normal, hanya kosentrasi pada bagian-
bagiannya dari pada memainkannya secar keseluruhan.

Apa yang bisa dilakukan saat mendeteksi anak mengalami autisme?

jika kita berpikir bahwa anak-anak tidak berkembang secara normal sebagaimana mestinya,
atau telah kehilangan atau melewati banyak fase perkembangan, segeralah hubungi dokter
anak untuk memeriksanya. Mengatahui ciri anak autis sejak dini penting didapatkan agar
anak kita bisa mendapatkan bentuk dukungan terbaik untuk membantu tumbuh
kembangnya secara maksimal.
Bab III: Pembahasan

Salah satu kesulitan utama yang dialami oleh anak yang mengalami gangguan
spektrum autisme adalah mengembangkan empati sosial seperti halnya teman-teman
sebayanya. Pada dasarnya, semakin dini penanganan masalah ini, semakin efektif
peningkatan kemampuan-kemampuan tersebut. Buku ini memamparkan intervensi awal
bagi anak-anak balita, namun banyak gagasan dan strategi praktis didalamnya juga bisa
digunakan untuk anak-anak usia sekolah yang berada pada tahap awal komunikasi. Langkah
awal berinteraksi dengan anak autis amat bermanfaat bagi para orang tua yang ingin
memahami anak mereka dengan lebih baik dan, dengan demikian, membantu
meningkatkan perkembangan dan komunikasi anak mereka . buku ini juga merupakan
referensi yang berguna bagi para profesioanal, seperti terapis,psikolog,dokter,maupun guru
di sekolah dalam mendukung keluarga-keluarga dengan anak yang mengalami spektrum
autisme. Cara kita beriteraksi dengan anak autis: kita memberi kepuasan membuat sesuatu
yang dapat menambahkan pengalaman bermain anak itu sendiri. Jika anak memiliki kaka
atau adik, mereka bisa berbagi saat memasak bersama sehingga kemampuan anak anda
juga akan meningkat. Misalnya, anak-anak biasanya mampu mengaduk adonan instan dan
menaburkan cokelat diatasnya, dengan sedikit bantuan jika perlu.

Beberapa penjelasan akhir tentang permainan

Dari permainan yang telah kita bahas dari atas kita bisa menekankan pentingnya orang tua
untuk bermain bersama anak. Ia tidak membutuhkan anda untuk terlibat setiap menit, atau
menginginkan anda sepanjang waktu; dan anda juga tidak mungkin memberi semua
perhatian pada satu anak ini saja. Tetapi, anak memerlukan bantuan untu memulai, dan
untuk beralih ketahap selanjutnya, lebih dari anak-anak normal lain.

Tujuan kita, yang berlaku bagi semua anak autis, adalah untuk merencanakan
permainan supaya:

1.ia dapat menikmati aktivitas tersebut


2.ia belajar untuk memperhatikan dan bekerja sama dan waktu yang cukup lama, sehingga
ia dapat memperoleh hasil, dan memperoleh pengalaman hasil melakukan sesuatu

3. permainannya dapat membantu si anak untuk berkomunikasi dengan orang tuanya, dan
orang lain

4. ia mengembangkan kemampuan pancaindra untuk lebih memahami dunia sekitarnya.

Data untuk autis sampai sekarang belum ada data untuk bisa dipertanggungjawabkan untuk
membuktikan kebenaran dari teori penyebab autisme adalah karena perilaku oran tua.
Dengan demikian, para profesional hendaknya jangan terlalu mudah menyalahkan perilaku
orang tua sebagai penyebab autisme anaknya, dan mengajurkan satu jenis obat tertentu
mengatasi anak autisme. Kedua pendapat dan cara belakangan ini sangat menghambat
usaha dalam meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap autisme. Pendapat yang sudah
menjadi konsensus bersama para ahli belakangan ini mengakui bahwa autisme diakibatkan
terjadi kelainan fungsi luhur di daerah otak. Kelainan fungsi ini bisa disebabkan berbagai
macam trauma seperti:

1. sewaktu bayi dalam kandungan, misalnya karena keadaan keracunan kehamilan

2.kejadian segera setelah lahir seperti kekurangan oksigen

3.keadaan selama kehamilan seperti pembentukkan otak kecil yang lebih kecil atau terjadi
pengerutan jaringan otak

4.mungkin karena kelainan metabolisme seperti pada penyakit Addison,

Dalam beriteraksi sosial, anak autisme dikelompokkan atas 3 kelompok:

a. Menyendiri

1. terlihat menghindari kontak fisik dengan lingkungannya. Meskipun bisa saja pada awalnya
kelihatan biasa dan nyaman bermain dengan teman sebayanya, tapi hal ini hanya terjadi
dalam waktu yang singkat. Setelah beberapa saat mengalami kontak fisik, beralih
kepermainan lain karena sangat tidak mampu menciptakan pergaulan yang akrab. Perangai
anak yang kelihatannya tidak mempunyai cacat ini membuat orang tuanya sangat tidak
memahami,dan sangat menyakitkan hati.
2. bertendensi kurang menggunakan kata-kata, dan kadang-kadang sulit berubah meskipun
usianya bertambah lanjut. Dan, meskipun ada perubahan, mungkin hanya bisa
mengucapkan beberapa patah kata yang sederhana saja.

3. menghabiskan harinya berjam-jam untuk kesibukkannya sendiri.


Bab IV: Kesimpulan

Jadi sebagai kesimpulan dari pembahasan kami yaitu:

1. penderitaan autis pada umumnya mengalami gangguan dalam bidang komunikasi,


interaksosial dan prilaku yang membutuhkan penanganan khusus yang berbeda dengan
anak normal maupun anak keterbelakangan mental. Hal ini di maksudkan untuk
memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan agar proses sosialisasi anak dengan
lingkungan berjalan baik dan anak bisa tumbuh mandiri.

2. dari berbagai bentuk sosialisasi yang diberikan kepada anak autis, hasil penelitian
menunjukkan bahwa terapi merupakan penunjang perkembangan baik di bidang akademik
maupun perilaku anak autis. Jika anak sudah mengalami berbagai kemajuan di bidang terapi
maka anak dapat melanjutkan kesekolah reguler dengan didampingi guru pendamping.

3. peran dan para guru dalam proses sosialisasi anak autis di sekolah maupun dilingkungan
masyarakat adalah mengajarkan anak tentang hidup mandiri tidak bergantung kepada orang
lain. dalam mengajarkan anak autis dalam bidang keterampilan dan pengetahuan dengan
cara memberikan pembelajaran secara visual sebanyak mungkin. Tingkat keberhasilan guru
dan terapis dapat di lihat dari prosese sosialisasi dapat di ukur jika sudah paham pada
akademik dasar dan anak autis sudah dapat memahami intruksi baik verbal maupun non
verbal serta anak sudah dapat mengontrol keadaan emosi mereka.
Daftar pustaka

MPH,Handojo.Y.dr.Dr./Autisme pada anak.2009.Jakarta 11140

Wijayakusuma.Hembing,M.H.Prof./psikoterapi untuk anak autisma.2004.Jakarta 10230

Danuatmaja bonny./terapi anak autis di rumah.2003.puspa swara 2003

MPH.H,DTM Yatim faisal./autismesuatu gangguan jiwa pada anak-anak.2007.jakarta 10230

Christie.paul./langkah awal berinteraksi dengan anak.PT Gramedia pustaka utama. Jakarta


10270.
METODE PAK KEPADA AUTIS

OLEH KELOMPOK 1

1.DENI NATAL IMAN ZENDRATO

2. DAVID VIKTOR

3.MARTA GRESICA TURNIB

DI SERAHKAN KEPADA DOSE:

BPK. GOKTONDI PASARIBU

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INIJI INDONESIA-SURABAYA

JL.PANJANG JIWO PERMAI 1 C SURABAYA

Anda mungkin juga menyukai