Anda di halaman 1dari 9

102

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari

pengumpulan, verifikasi dan komunikasi tentang data klien. Fase proses

keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu data dari sumber primer

(klien), dan sumber sekunder (keluarga dan tenaga kesehatan) dan

analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan. Pengkajian

merupakan komponen dasar dalam proses keperawatan, sehingga dengan

pengkajian yang tepat akan menentukan langkah berikutnya (Potter &

Perry, 2005).

Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan sistem pernapasan “TB PARU” diruangan GIV Tropik RSUD.

Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Dalam bab ini penulis akan

menguraikan pembahasan tentang kesenjangan yang ditemukan selama

penulis melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,

pengambilan diagnosa, merencanakan tindakan keperawatan,

implementasi hingga evaluasi yang meliputi faktor penghambat,

implikasi, dan didukung oleh teori yang relevan.

Penulis melakukan pengkajian tanggal 12 Juni 2019 dengan cara

wawancara dan melakukan pemeriksaan fisik. Data pengkajian yang

penulis peroleh mengarahkan penulis untuk mengangkat 3 diagnosa

keperawatan yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan

dengan Hipersekresi jalan napas, Hipertermia berhubungan dengan


103

reaksi inflamasi, Ganggaun pola tidur berhubungan dengan gejala

penyakit.

Berdasarkan teori pengkajian menurut Wijaya dan Putri (2017)

ditemukan bahwa klien merasakan bahwa dirinya merasakan batuk,

sesak dan demam. S Wijaya dan Putri (2017) mengatakan bahwa

penderita TB Paru akan mengalami batuk >3 minggu, frekuensi

pernapasan meningkat, dan suhu badan meningkat.

Pada pemeriksaan diagnostik klien terdapat data hasil Hasil

pemeriksaan BTA tanggal 12 Juli 2018 didapat BTA (+) Positif 1. Pada

pemeriksaan BTA terdapat data BTA Positif 1, hal ini terjadi karena

sistem imun klien mengalami penurunan sehingga tidak mampu

melawan bakteri Mycobacterium Tuberculosis Wijaya dan Putri (2017).

4.2.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan

respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang

mempunyai lisensi dan kompeten untuk mengatasinya. Diagnosa

keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi untuk mencapai

hasil yang menjadi tanggung gugat perawat (Potter & Perry, 2005).

Menurut Nurarif dan Kusuma, 2016 dan Tim Pokja SDKI, 2016

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien TB paru:


104

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan Hipersekresi

jalan napas

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru

c. Hipertermia berhubungan dengan reaksi inflamasi

d. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakadekuatan intake nutrisi

e. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan

sekunder

f. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

g. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi,

keletihan, keletihan otot pernapasan

h. Ganggaun pola tidur berhubungan dengan gejala penyakit

i. Defisit pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan diet dan

proses penyakit

j. Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum

Berdasarkan pengkajian dan analisa data yang dilakukan pada

kasus pasien Tn. R.S.O ditemukan ada 3 diagnosa keperawatan yaitu :

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan Hipersekresi

jalan napas dibuktikan dengan adanya penumpukan sekret dijalan

napas, klien mengeluh batuk >3 minggu, klien mengatakan lemah,

KU cukup, adanya lendir saat klien batuk, warna lendir kehijauan,

konsistensi sputum kental, Vital sign TD : 110/70 mmHg, N : 80

x/menit, SB : 38,9⁰C, dan R : 26 x/menit.


105

b. Hipertermia berhubungan dengan reaksi inflamasi dibuktikan dengan

klien mengatakan badannya panas, klien mengatakan lemah, KU

cukup, akral hangat, nampak klien menggigil, Vital sign TD : 110/70

mmHg, N : 80 x/menit, SB : 38,9⁰C, dan R : 26 x/menit.

c. Ganggaun pola tidur berhubungan dengan gejala penyakit dibuktikan

dengan klien mengatakan sulit untuk tidur, KU cukup, kongjungtiva

anemis, nampak kantung mata menghitam, dan Vital sign TD :

110/70 mmHg, N : 80 x/menit, SB : 38,9⁰C, dan R : 26 x/menit.

Berdasarkan penjelasan di atas ditemukan ada kesenjangan

pada diagnosa keperawatan antara teoritis dan kasus. Dari 10 diagnosa

keperawatan yang ada pada tinjauan teoritis sebanyak 7 diagnosa

keperawatan tidak ditemukan dalam kasus, yaitu : Gangguan pertukaran

gas berhubungan dengan kongesti paru, Defisit nutrisi berhubungan

dengan ketidakadekuatan intake nutrisi, Risiko infeksi berhubungan

dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder, Nyeri akut berhubungan

dengan agen pencedera fisiologis Pola napas tidak efektif berhubungan

dengan hiperventilasi, keletihan, keletihan otot pernapasan, Defisit

pengetahuan berhubungan dengan penatalaksanaan diet dan proses

penyakit dan Intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.

Karena saat dikaji hari Rabu 12 Juni 2019 tidak ada keluhan atau tanda

gejala untuk mengangkat 7 diagnosa keperawatan tersebut.


106

4.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis

rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan

sehingga kebutuhan pasien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2011).

Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan

yang berpusat pada klien dan hasil yang dipekirakan dan di intervensi

kepeawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry,

2005).

Dari 3 diagnosa keperawatan selanjutnya dibuat rencana

keperawatan sebagai tindakan pemecahan masalah keperawatan dimana

penulis membuat rencana keperawatan berdasarkan diagnosa

keperawatan kemudian menetapkan tujuan dan kriteria hasil, selanjutnya

menetapkan tindakan yang tepat.

Pada intervensi keperawatan diagnosa bersihan jalan napas tidak

efektif tidak ada kesenjangan yang signifikan antara tinjauan teori dan

tinjauan kasus dimana intervensi keperawatan yang ada pada teori juga

ada dalam intervensi keperawatan yang ada pada kasus.

Pada intervensi keperawatan diagnosa hipertermi tidak ada

kesenjangan yang signifikan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus

dimana intervensi keperawatan yang ada pada teori juga ada dalam

intervensi keperawatan yang ada pada kasus.

Pada intervensi keperawatan diagnosa gangguan pola tidur tidak

ada kesenjangan yang signifikan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus
107

dimana intervensi keperawatan yang ada pada teori juga ada dalam

intervensi keperawatan yang ada pada kasus.

4.2.4 Implementasi Keperawatan

Setelah melakukan intervensi keperawatan, tahap selanjutnya

adalah mencatat intervensi yang telah dilakukan dan evaluasi respons

klien. Hal ini dilakukan karena pencatatan akan lebih akurat bila

dilakukan saat intervensi masih segar dalam ingatan. Tulislah apa yang

diobservasi dan apa yang dilakukan (Deswani, 2009). Implementasi yang

merupakan kategori dari proses keperawatan adalah kategori dari

perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai

tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan

dan diselesaikan. (Potter & Perry, 2005).

Implementasi keperawatan dilaksanakan selama dua hari dimulai

dari tanggal 12-13 Juni 2019 dimana semua tindakan yang dilaksanakan

selalu berorientasi pada rencana yang telah dibuat terdahulu dengan

mengantisipasi seluruh tanda-tanda yang timbul sehingga tindakan

keperawatan dapat tercapai pada asuhan keperawatan yang dilaksanakan

dengan menerapkan komunikasi therapeutik dengan prinsip etis. Pada

kasus ini tidak jauh beda dengan teori-teori yang ada di dalam rencana

keperawatan.
108

4.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun,

evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses perawatan.

Evaluasi mengacu pada penilaian, tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini,

perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat

berhasil atau gagal (Alfaro-Lefevre, 1994 dalam Deswani, 2009).

Dalam kasus ini evaluasi keperawatan dilakukan sampai pasien di

izinkan pulang, yaitu sebagai berikut :

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan Hipersekresi

jalan napas

Pada hari Rabu tanggal 12 Juni 2019 jam 07.30 klien mengeluh

batuk >3 minggu, klien mengatakan lemah, KU cukup, Adanya

lendir saat klien batuk,Warna lendir kehijauan, Konsistensi sputum

kental, Vital sign TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, SB : 37,5⁰C, R

: 24 x/menit.

Pada hari Rabu tanggal 12 Juni 2019 jam 14.30 klien mengeluh

batuk >3 minggu, klien mengatakan lemah, KU cukup, Adanya

lendir saat klien batuk,Warna lendir kehijauan, Konsistensi sputum

kental, Vital sign TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, SB : 37,1⁰C,

R : 22 x/menit.

Pada hari Kamis tanggal 13 Juni 2019 jam 07.30 klien mengeluh

batuk >3 minggu, klien mengatakan lemah, KU cukup, Adanya


109

lendir saat klien batuk,Warna lendir kehijauan, Konsistensi sputum

kental, Vital sign TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, SB : 37,5⁰C,

R : 24 x/menit.

Pada hari Kamis tanggal 13 Juni 2019 jam 14.30 klien mengatakan

tidak ada keluhan, KU baik, Vital sign TD : 120/80 mmHg, N : 80

x/menit, SB : 36,5⁰C, R : 20 x/menit

b. Hipertermia berhubungan dengan reaksi inflamasi

Pada hari Rabu tanggal 12 Juni 2019 jam 07.30 Klien mengeluh

badannya panas, Klien mengatakan lemah, KU cukup, akral hangat,

nampak klien menggigil, Vital sign TD : 110/70 mmHg, N : 80

x/menit, SB : 37,5⁰C, dan R : 24 x/menit.

Pada hari Rabu tanggal 12 Juni 2019 jam 14.30 Klien mengeluh

badannya panas, Klien mengatakan lemah, KU cukup, akral hangat,

Vital sign TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, SB : 37,1⁰C, R : 22

x/menit.

Pada hari Kamis tanggal 13 Juni 2019 jam 07.30 Klien mengeluh

badannya panas, Klien mengatakan lemah, KU cukup, akral hangat,

nampak klien menggigil, Vital sign TD : 110/70 mmHg, N : 80

x/menit, SB : 37,5⁰C, R : 24 x/menit.

Pada hari Kamis tanggal 13 Juni 2019 jam 14.30 klien mengatakan

tidak ada keluhan, KU baik, Vital sign TD : 120/80 mmHg, N : 80

x/menit, SB : 36,5⁰C, R : 20 x/menit


110

c. Ganggaun pola tidur berhubungan dengan gejala penyakit

Pada hari Rabu tanggal 12 Juni 2019 jam 07.30 Klien mengeluh sulit

untuk tidur, Klien mengatakan lemah, KU cukup, kongjungtiva

anemis, nampak kantung mata menghitam, Vital sign TD : 110/70

mmHg, N : 80 x/menit, SB : 37,5⁰C, dan R : 24 x/menit.

Pada hari Rabu tanggal 12 Juni 2019 jam 14.30 Klien mengeluh sulit

untuk tidur, Klien mengatakan lemah, KU cukup, kongjungtiva

anemis, nampak kantung mata menghitam, Vital sign TD : 110/70

mmHg, N : 80 x/menit, SB : 37,1⁰C, R : 22 x/menit.

Pada hari Kamis tanggal 13 Juni 2019 jam 07.30 klien mengatakan

tidak ada keluhan, KU baik, Vital sign TD : 120/80 mmHg, N : 80

x/menit, SB : 36,5⁰C, R : 20 x/menit

Anda mungkin juga menyukai