PENDAHULUAN
b. Misi
Misi dari program gizi untuk mencapi visi tersebut di atas yaitu:
Keadaan gizi yang tidak seimbang dapat mempengaruhi status gizi dan pada
akhirnya menimbulkan masalah gizi. Sampai saat ini ada 4 masalah gizi utama
yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yaitu kurang energi protein ( KEP ),
anemia gizi besi, kurang vitamin A (KVA), dan gangguan akibat kekurangan
yodium (GAKY).
Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro. Masalah gizi
makro adalah masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau
ketidakseimbangan asupan dengan kebutuhan.
A. Keadaan Umum
2. DEMOGRAFI
Luas Jumlah
Jumlah
No Desa Wilayah Kepala
Penduduk
(Km2) Keluarga
1 Rejo Katon
88,6 3434 1115
2 Rama Puja
122,5 4123 1231
3 Restu Rahayu
102,2 1606 468
4 Rantau Fajar 3486 1041
87,0
5 Raman Fajar
100,3 3205 1000
12368 4855
500,6
Sumber: data Kecamatan Raman Utara Agustus 2016
Sumber: data Sekretaris Desa Wilayah Kerja Puskesmas Rejo Katon Tahun 2016
2 Persentase pendidikan
tertinggi yang ditamatkan:
E. Sekolah menengah 17 15 32
kejuruan
F. Diploma I/diploma II 7 4 11
G. Akademi/diploma III 22 19 41
H. Universitas/diploma IV 14 13 12
I. S2/S3 (master/doktor) 0 0 0
Sumber: data Sekretaris Desa Wilayah Kerja Puskesmas Rejo Katon Tahun 2016
petani
buruh
belum bekerja
pelajar
swasta
pns/tni/polri/bumn
Sumber: data Sekretaris Desa Wilayah Kerja Puskesmas Rejo Katon Tahun
2016
Tabel 2.7. Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Lampung Timur
Tahun 2005-2015
Indikator Kemiskinan
1) Persentase ibu hamil KEK yang mendapatkan makanan tambahan sebesar 95%
2) Persentase ibu hamil yang mendapatkan 90 TTD selama masa kehamilan
sebesar 98%
3) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif sebesar 50%
4) Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebesar 50%
5) Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan sebesar 90%
6) Persentase remaja putri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) sebesar 30%
2. SasaranKelompok
Sasaran Kelompok prioritas adalah kelompok rentan dan usia produktif
yaitu: bayi, balita, Ibu hamil,Ibu menyusui dan Remaja Putri
Tabel.3.1 Sasaran Program Gizi Tahun 2016
No Sasaran 2016 Jumlah
4 Bumil 955
6 Bufas 912
Pencapaian
No Indikator Target
Tahun 2016
1 Presentase Kasus Balita Gizi Buruk yang mendapat
100% 100 %
Perawatan
2 Presentase Balita yang ditimbang berat badannya D/S 76,18% 74,0 %
3 Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang 70% 52,2 %
mendapat ASI eksklusif 35% 33,6 %
4 Persentase rumah tangga mengkonsumsi garam
98,42% 99,23%
beriodium
5
Presentase Balita 6-59 bln mendapat Kapsul Vit.A 85,56% 96,88 %
Anak balita (bawah lima Tahun) sehat atau kurang gizi dapat
diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia
minimal 2 Tahun (baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai
4.1 Etiologi
Banyakfaktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut
UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi
buruk pada balita, yaitu
a) Keluarga miskin;
b) Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak;
c) Faktorpenyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC,
HIV/AIDS, saluranpernapasan dan diare.
Sel batang atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu
protein. Jika cahaya terang mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut
akan terurai. Sel tersebut akan mengumpul lagi pada cahaya yang gelap.
Inilah yang disebut adaptasi rodopsin. Adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun
senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran adaptasi rodopsin.
Dari jumlah kasus gizi buruk yang ada yang terjadi sepanjang Tahun
2016,sudah mendapatkan penanganan dan perawatan, baik dari Rumah Sakit,
Puskesmas maupun dari Dinas Kesehatan yaitu dengan merujuk ke Rumah
Sakit, memberikan konseling, pemberian PMT atau MP-ASI maupun rawat
jalan dipuskesmas serta pemantauan yang dilakukan oleh petugas gizi
dipuskesmas yang terdapat kasus gizi buruk. Hal ini berarti indikator
persentase balita gizi buruk mendapat perawatan telah tercapai.
Kasus gizi buruk di lihat dari jenjang pendidikan Kepala Keluarga dapat
dilihat pada grafik 4.2 dibawah ini :
12.50% 12.50%
TIDAK SEKOLAH
25% SD
SMP
50%
SMA
Dari 4 kasus gizi buruk dengan jenjang pendidikan orang tua setingkat SMA yaitu
sebanyak 12,5%, jenjang pedidikan orang tua setingkat SMP sebanyak 50%, kasus
dengan jenjang pendidikan orang tua setingkat SD sebanyak 12,5% dan yang tidak
bersekolah sebanyak 12,5%. Dari data tersebut kasus gizi buruk yang terbanyak
adalah dari kelompok dengan jenjang pendidikan orang tua setingkat SMP yaitu
sebanyak 50%. Ada 3 hal yang saling berkaitan terutama dalam hal gizi buruk
diantaranya mengenai kemiskinan, kesempatan kerja rendah dan pendidikan yang
rendah. Maka hal tersebut mengakibatkan kurangnya ketersediaan pangan di rumah
tangga dan beberapa pola asuh anak yang sering keliru sehingga berakibat pada
kurangnya asupan gizi pada balita dan balita tersebut akan mudah sekali terkena
berbagai macam penyakit.
Oleh karena itu penanganan gizi buruk harus ditangani secara kolektif dan
partisipatif dari berbagai pihak melalui penanganan preventif, kuratif, promotif,
maupun rehabilitatif salah satunya dengan penanganan kasus gizi buruk dan
pemberdayaan ekonomi keluarga.
Kasus gizi buruk yang disertai penyakit penyerta sebanyak 100 % dari 4
kasus yang ada dapat dilihat pada grafik 4.3 dibawah ini. Sedangkan jenis
penyakit penyertanya dapat dilihat pada grafik 4.4
Penyakit Penyerta
Jantung
Hidrocephalus
Brain Cancer
Microcephalus
7. Data Kasus Gizi Buruk Berdasarkan Faktor Ekonomi Orang Tua Tahun 2016
Jika dilihat dari tingkat ekonominya dari 4 kasus gizi buruk yang ada
sebanyak 75 % dari keluarga miskin dan 25 % dari keluarga non gakin.
Gakin
Non Gakin
Data dari BPS Tahun 2014 menunjukan bahwa masyarakat miskin di Kabupaten
Lampung Timur masih 42,5 %. Dengan tingkat ekonomi yang rendah, masyarakat
tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara layak. Mereka tidak sanggup
Dari 13 Desa yang ada diwilayah Puskesmas yang , kasus gizi buruk tersebar di
4 desa, dimana kasus terbanyak ada di desa Sukadana Ilir, yaitu 2 kasus gizi buruk,
faktor penyebab terjadinya kasus gizi buruk di wilayah tersebut yaitu karena tingkat
pendidikan orang tua yang rendah, tingkat ekonomi menengah ke bawah serta
penyakit penyerta. Sebaran kasus gizi buruk berdasarkan lokasi puskesmas dapat
dilihat pada grafik 4.6 di bawah ini
Grafik.4.6 Persentase Kasus Gizi Buruk Puskesmas Sukadana 2016
Berdasarkan Lokasi Puskesmas
0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1 Series2
0.05
0
90.0
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0 D/S
20.0 BGM
10.0
0.0
C. ASI Eksklusif
1. Definisi Operasional
a. Bayi umur 0-6 bulan adalah seluruh bayi umur 0 bulan 1 hari sampai
5 bulan 29 hari;
b. Bayi umur 6 bulan adalah seluruh bayi yang mencapai umur 5 bulan
29 hari;
c. Bayi mendapat ASI Eksklusif 0-6 bulan adalah bayi 0-6 bulan yang
diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin,
dan mineral berdasarkan recall 24 jam;
d. Bayi umur 0-6 bulan yang ada di suatu wilayah adalah jumlah
seluruh bayi umur 0 bulan 1 hari sampai 5 bulan 29 hari yang tercatat
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0 Series1
0.0
2. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik, jika persentase rumah tangga mengkonsumsi garam
beriodium sesuai target.
Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan yodium, yang
dibutuhkan tubuh untuk membuat hormon yang mengatur pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan.
100
90
80
70
60
50
40
30
20 Series2
10
0
Grafik.4.10
Persentase Balitausia 6-59 bulan yang Mendapat kapsul vitamin A
Puskesmas Sukadana 2016
98.00
96.00
94.00
92.00
90.00
88.00
86.00
6-11 bulan
12-59 bulan
6-59 bulan
Grafik. 4.11
Persentase Ibu Hamil mendapat 90 Tablet Tambah Darah
Puskesmas Sukadana Tahun 2016
100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00 FE 1
10.00
0.00 FE 3
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10 Series2
0
Grafik4.13
Persentase Balita Kurus yang Mendapat Makanan Tambahan
Kabupaten Lampung Timur
Tahun 2016
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2 Series2
0.1
0
2. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika presentase Remaja puteri mendapat dan mengkonsumsi
TTD sesuai target.
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0 Series1
0.0
Dari grafik.4.14 di atas, persentase remaja putri yang mendapat tablet tambah
darah di wilayah kerja Puskesmas Sukadana pada Tahun 2016 yaitu mencapai
12,9% belum mencapai target Indikator Program Perbaikan Gizi sebesar 15%,
kesenjangan 2,1%. Tablet Tambah Darah yang diberikan kurang dari 48 butir,
sehingga belum sesuai dengan DO, hal ini disebabkan karena keterbatasan
persediaan tablet tambah darah yang ada di Kabupaten Lampung Timur.
100.0
98.0
96.0
94.0
92.0
90.0
88.0 Series1
86.0
84.0
2. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD
sesuai dengan target.IMD adalah bayi diberi kesempatan mulai (inisiasi)
menyusu sendiri segera setelah lahir dengan meletakkan bayi menempel di
dada ibu. Bayi dibiarkan merayap aktif mencari puting payudara ibu dan
berusaha untuk merangsang produksi ASI. Proses ini berlangsung selama 30
menit sampai 60 menit, bahkan lebih.
Berbagai faktor yang berkaitan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI juga
termasuk dalam faktor yang berkaitan dengan inisiasi menyusu dini. Faktor-faktor
tersebut antara lain :
1. Faktor Sosial
2. Faktor ekonomi
3. Lingkungan
4. Biologis
5. Petugas kesehatan.
Faktor Sosial yang berkaitan dengan laktasi adalah pendidikan ibu,
kepercayaan ibu dan daerah tempat tinggal ibu. Faktor ekonomi meliputi
pendapatan dan pekerjaan ibu. Faktor lingkungan adalah budaya setempat,
pengaruh keluarga, kerabat, petugas kesehatan. Faktor biologis adalah keadaan
kesehatan ibu. Selain Faktor internal, seperti pengetahuan, sikap dan pengalaman
dan persepsi ibu, kesadaran akan pentingnya ASI, Faktor eksternal seperti fasilitas
kesehatan, petugas penolong persalinan, serta keluarga, juga merupakan Faktor
yang sangat berperan dalam praktek IMD. Ini menandakan petugas kesehatan
sendiri masih memiliki pengetahuan yang kurang mengenai hal ini. Tampak dalam
prakteknya setelah bayi lahir, langsung dibersihkan, ditimbang, diberi suntikan,
baru setelah ibu diberikan kepada ibu untuk disusui. Padahal, penimbangan dan
pemberian suntikan pada bayi dapat ditunda setelah IMD selesai.
Namun ada alasan lain tidak dilakukan IMD karena ibu mengalami
pendarahan pascapersalinan. Ibu harus diberi tindakan, sementara jumlah tenaga
kesehatan tidak memadai.
Terdapat 7 kontak plus antara petugas kesehatan dengan ibu dan bayi dalam
pelayanan kesehatan untuk mempertahankan kegiatan menyusui. Kontak pertama
dan kedua adalah pada saat ibu datang untuk memeriksakan kehamilannya pada
saat Antenatal Care (K1 dan K4). Pada kesempatan ini ibu diberi informasi tentang
manfaat ASI dan pentingnya melakukan IMD. Selanjutnya dilakukan kontak saat
persalinan dan pasca salin (postnatal) sampai bayi usia 2 bulan atau lebih.
62.0
61.0
60.0
59.0
58.0
57.0
Series1
56.0
55.0
Dari grafik.4.16 di atas, persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD di
Kabupaten Lampung Timur pada Tahun 2016 yaitu mencapai 59,7% sudah mencapai
target Indikator Program Perbaikan Gizi sebesar 36%.
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499). Bayi lahir rendah mungkin
prematur (kurang bulan), mungkin juga cukup bulan (dismatur). Pada Tahun 1961,
WHO mengganti istilah bayi prematur dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir adalah bayi prematur, bayi lahir dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor yang mempunyai kontribusi terhadap
kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah
dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembanga
selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. BBLR dibedakan
menjadi dua bagian: pertama BBLR sangat rendah bila berat lahir kurang dari 1500
gram, dan kedua BBLR bila berat lahir antara 1501- 2499 gram.
A. Etiologi
Menurut Winkjosastro (2006), faktor-faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya BBLR, yaitu antara lain:
a. Faktor Ibu
1. Hipertensi;
2. Perokok;
3. Gizi buruk;
4. Riwayat kelahiran Prematur sebelumnya;
5. Pendarahan antepartum;
6. Malnutrisi;
7. Hidraminon;
8. Umur ibu kurang dari 20 Tahun atau lebih dari 35 Tahun;
9. Jarak dua kehamilan yang terlalu dekat;
10. Infeksi dan trauma.
1. Kehamilan ganda;
2. Kelainan kromosom;
3. Cacat bawaan;
4. Infeksi dalam kandungan;
5. Hidramnion;
6. Ketuban pecah dini.
C. Gambaran klinik
Tampak luar dan tingkah laku bayi prematur tergantung dari tuanya umur
kehamilan. Makin muda umur kehamilan mangkin jelas tanda-tanda
immaturitas. Karakteristik untuk bayi prematur adalah berat badan lahir sama
dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45
cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, umur
kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit
tipis, lanugonya banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus,
tangisnya lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan sering timbul apnea.
Refleks tonik-leher lemah dan refleks moro positif, daya isap lemah, kulit
mengkilatdan licin (Winkjosastro, 2006).
D. Diagnosis
Menurut Mochtar (1998), diagnosis BBLR yaitu:
a. Sebelum Bayi Lahir
E. Komplikasi
Alat tubuh bayi lebih banyak kesulitan untuk hidup diluar uterus. Dalam
hubungan ini sebagian besar kehamilan perinatal terdapat bayi-bayi BBLR
(Prawirohardjo,2006).
Komplikasi yang mungkin terjadi bila bayi lahir dengan BBLR tidak segera
ditangani maka sering menjadi masalah yang berat, misalnya kesukaran
bernapas, kesukaran pemberian minum, ikterus berat, hipotermi dan infeksi
(Saifuddin,2006).
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain:
1. Hipotermia;
2. Hipoglikemia;
3. Gangguan cairan dan elektrolit;
4. Hiperbilirubinemia;
5. Sindraoma gawat nafas;
Dan masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) antara lain:
1. Gangguan perkembangan;
2. Gangguan pertumbuhan;
3. Gangguan penglihatan (Retinopati);
4. Gangguan pendengaran;
5. Penyakit paru kronis;
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit;
7. Kenaikan frekuensi bawaan.
F. Prognosis
Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya masalah
perinatal, misalnya masa gestasi makin (makin muda masa gestasi bayi tinggi
angka kematian), afiksia/iskemia otok, sindroma gangguan pernapasan,
perdarahan interaventrikuler, displasia bronkopulmonia, retrolental fibroplasias,
infeksi, gangguan metabolik (asidosis hipoglikemia, hiperbilubinemia) kadaan
sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan,
persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan,
mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia,
hipoglikemia, dll) (Winkjosaatro, 2006).
G. Pencegahan
Menurut Manuaba (2006), dengan mengetahui berbagai faktor penyebab berat
badan lahir rendah dapat dipertimbangkan langkah pencegahan dengan cara:
Menurut Erlina (2008), pada kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Mencegah/preventif adalah langkah yang penting. Dan hal-hal yang dapat
dilakukan diantaranya:
H. Penatalaksanaan
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup
diluar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian
makanan, dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah
kekurangan vitamin dan zat besi (Winkjosastro, 2006).
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di
lingkungan dingin. Bila bayi dirawat di dalam inkubator, maka suhunya untuk
bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35°C dan untuk bayi berat
badan 2-2,5 kg 34°C agar ia dapat mempertahankan suhu tubu sekitar 37°C suhu
inkubator dapat diturukan 1°C perminggu untuk bayi dengan berat badan
kurang dari 2 kg secara berangsur-angsur ia dapat diletakan didalam tempat tidur
bayi dengan suhu lingkungan 27°C-29°C.
Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi
dan meletakkan botol-botol hangat di sekitar atau dengan memasang lampu
petromaks didekatkan pada tempat tidur bayi. Bayi dalam inkubator hanya
dipakaikan popok. Hal ini penting untuk memudahkan pengawasan mengenai
keadaan umum, tingkah laku, pernapasan dan kejang (Winkjosastro, 2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mengalami hipotermi, sebab itu suhu
tubuhnya harus di pertahankan dengan ketat (Sarwono, 2006)
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas dan menjadi hipotermi,
karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik, metabolismenya
c. Makanan bayi
Pada bayi prematur refleks isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang di
samping itu kebutuhan protein 3-5 gr perhari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari),
agar berat badan bertambah sebaik-baiknya. Pemberian minum dimulai pada
waktu bayi berumur tiga jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan
hiperbilirubinemia pada umumnya bayi dengan berat badan lahir 2000 gram agar
lebih dapat mengisap air susu ibu dan bayi dengan berat kurang 1500 gram
diberi minum melalui sonde. Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya,
bila daya isap cukup baik maka pemberian air susu diteruskan (Winkjosastro,
2006).
ASI merupakan makanan yang paling penting sehinga ASI yang paling
penting diberikan lebih dahulu, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI
dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan
memasang sonde lambung menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar
50 sampai 60 cc/kg/BB/hari, dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200
cc/kg/BB/hari (Ahyani, 2006).
Bayi berat lahir rendah mudah sekali terkena daya tahan tubuh yang masih
lemah, kemampuaan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum
sempurna, oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR), dengan
demikan perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik (Manuaba, 2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sangat rentan akan infeksi,
perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum
memegang bayi (Sarwono, 2006). Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
sangat rentan akan infeksi, ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap
infeksi berkurang, relativ belum sanggup membantu antibodi dan daya
fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum oleh karena itu, perhatikan
prinsip-prinsip pencegahan infeksi, termasuk mencuci tanggan sebelum
memegang bayi ( Koswara 2009)
Grafik.4.17
Persentase Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Puskesmas Sukadana Tahun 2016
7.0
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
Series1
1.0
0.0
97.00
96.80
96.60
96.40
96.20
96.00
95.80
95.60
95.40
95.20 Series1
95.00
94.80
Grafik.4.19
Persentase Balita Ditimbang Yang Naik Berat Badannya (N)
Puskesmas SukadanaTahun 2016
83.0
82.0
81.0
80.0
79.0
78.0
77.0
76.0 Series1
75.0
74.0
4. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya
sesuai dengan target.
Grafik.4.19
Persentase Balita Ditimbang Yang Tidak Naik Berat Badannya (T)
Puskesmas Sukadana Tahun 2016
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5 Series1
0.0
6. Ukuran Indikator
Kinerja dinilai baik jika persentase balita ditimbang yang tidak naik berat badannya
dua kali berturut-turut sesuai denagn target.
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
Series1
0.2
0.0
0.012
0.010
0.008
0.006
0.004
0.002 Series1
0.000
Dari grafik.4.21 diatas jumlah balita yang berada di bawah garis merah pada
KMS pada Tahun 2016 berdasarkan laporan yaitu sebesar 0,004% jauh dibawah
target 0,70% sehingga harus dilakukan pemantauan secara seksama, karena balita
yang dalam kondisi seperti ini berpotensi untuk statusnya menjadi gizi buruk. Hal
inilah yang mendasari program gizi tetap mengadakan kegiatan pemberian
makanan tambahan untuk balita BGM. Sedangkan Jumlah Balita BGM (gizi kurang
menurut BB/U) pada Tahun 2016 dapat kita lihat pada grafik 4.22 di bawah ini
Grafik.4.22
Jumlah Balita BGM Kabupaten Lampung Timur
2
2
2
1
1
1
1
1
0 Series1
0
0
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki sel darah merah
(eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung
hemoglobin (Hb) yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan
tubuh.Kriteria Menurut WHO, Anemia pada ibu hamil yaitu jika kadar Hb < 11
gr/dl gejala anemia umumnya ditandai kelelahan walaupun baru bangun tidur
seperti lemah, letih, dan lesu, pusing, nafas sesak, serta susah berkonsentrasi.
Grafik.4.23
PersentaseIbu Hamil Anemia Puskesmas Sukadana Tahun 2016
7.0
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
Series1
1.0
0.0
Berdasarkan grafik di atas, persentase Ibu Hamil Anemia tertinggi terdapat di Desa
Rantau Jaya Udik II sebesar 6,8%, sedangkan Desa yang belum mencapai target
kurang dari 33,5% yaitu desa Sukadana Tengah dan Mataram Marga. Jika
dibandingkan dengan persentase ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah
90 tablet yang sudah memenuhi target, tingginya anemia di Rantau Jaya bisa
disebabkan karena ketidakpatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah, sehingga
diperlukan pengawasan terhadap ibu hamil, supaya tablet tambah darah yang
diterima, di konsumsi seluruhnya