Anda di halaman 1dari 9

Pembentukan Karakter Anak Usia Dini Dalam Keluarga Dengan

Dilandasi Nilai-Nilai Islami

Shabila Rahmalia Rahayu


Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Jalan A.H. Nasution No. 105
Bandung 40614
Email: shabilarahmalia16@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pembentukan karakter anak
usia dini dalam keluarga yang tentunya dilandasi dengan nilai-nilai islami. Pembentukan
karakter ini supaya anak memiliki karakter moral yang berkualitas sehingga anak akan
terbiasa dengan berperilaku positif dan tidak akan menimbulkan masalah di masa
dewasanya kelak. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka yang ditujukan
untuk mengumpulkan data ilmiah dan infromasi berupa teori, metode, yang telah
dikembangkan dan itu sudah terdokumentasi dalam bentuk buku, jurnal, teks, catatan,
dokumen, dan lain-lain. Anak lahir dalam keadaan fitrah, orangtua mereka akan
mengarahkan dimana anak-anak akan melangkah, anak sangat tergantung pada
orangtua yang membangun karakter dari anak usia dini. Peran dari keluarga dan
pendidik dalam pembentukan karakter anak usia dini sangat penting, terutama di era
millennial sekarang ini banyak sekali pengaruh negatif dari media massa atau tontonan
yang kurang mendidik sehingga perlu adanya pembentukan karakter yang baik sejak
usia dini.

Kata kunci: Anak usia dini, Keluarga, Pembentukan karakter

Abstract

The purpose of this study is to figure out how the formation of character in early childhood
are of course based on Islamic values. The formation of the character of this so that
children have the qualities of moral character, so the child will get used to be positive
and will not cause problems in adulthood it later. This study using the method of study
library that is intended to collect scientific data and information in the form of theory,
method, which has been developed and have been documented in the form of books,
journals, the text, records, documents, and others. Children who was born in a state of
Shabila Rahmalia Rahayu Pembentukan Karakter Anak...

nature, their parents will lead where the kids would be moving forward, the child depends
on parents who built the character of an early age. The role of family and in the formation
of the character of an early age very important, especially in millennial that there are a
lot of the negative impact of the media or the show a lack of education so that the need
for a good character from an early age.

Keywords: Early childhood, Family, The formation of character

Pendahuluan

Membentuk karakter seseorang adalah sama dengan membentuk akhlaknya. Jadi,


karakter itu sangat penting berkenaan dengan hakikat manusia, manusia dapat
dibedakan dari makhluk lainnya dari segi karakternya, manusia yang berkarakterlah
sesungguhnya yang dapat dikatakan sebagai manusia dalam arti sesungguhnya.
Pendidikan karakter tidak bisa bersifat instan, harus melalui proses dan dimulai sedini
mungkin.

Pembentukan karakter anak sejak dini melalui penanaman agama-agama islam


harus segera dimulai. Supaya anak-anak bertindak dan berperilaku sesuai dengan nilai-
nilai dan norma-norma agama islam. Prosesnya dilakukan melalui Pendidikan yang
mesti berlangsung seumur hidup sesuai dengan prinsip-prinsip paedagodis islam yang
menekankan bahwa Pendidikan berlangsung seumur hidup (life long education) yang
bertumpu pada qalbu; hati nurani untuk membentuk karakter mahmudah.

Karenanya, mendidik anak merupakan kewajiban yang mutlak bagi orangtua,


sehingga mendidik tidak bisa digantikan orang lain. Membentuk karakter anak ke arah
yang positif melalui penanaman nilai-nilai agama dengan pola asuh yang tepat serta
memberikan perlindungan terhadap hak-hak yang dapat dilakukan oleh orangtua di
rumah, kemudian dilanjutkan di sekolah oleh guru para pendidik dan lingkungan
masyarakat yang lebih luas oleh tokoh-tokoh masyarakat.

Manusia lahir dalam keadaan netral dari berbagai nilai, norma, dan agama.
Sebagaimana Rasulullah Saw., bersabda: “anak dilahirkan dalam keadaan fitrah…”.
Menurut ahli Psikolgi John Lock, anak lahir bagaikan kertas putih yang belum ada
gambarnya. Kita sekarang: orangtua, pendidik, masyarakat, dan negara bermaksud
menggambar apa dikertas itu? Apakah orangtua akan menggambar anak itu menjadi
anak yang baik, beragama, bermoral, mempunyai etika dan akhlakulkarimah sekaligus

2 Volume 1, Nomor 1, Februari 2019 M/1440 H


Shabila Rahmalia Rahayu Pembentukan Karakter Anak...

menjadikan anak pintar, cerdas, kreatif, dan inovatif. Mungkin juga sebaliknya apakah
orangtua akan menjadikan anak itu jelek; tidak memiliki etika, tidak tahu sopan santun,
tidak beragama sekaligus menjadikan anak itu cuek, masa bodoh, tolol atau bego.
Semuanya terserah kita: orangtua, pendidik, masyarakat, dan negara.

Pendidikan dan pelatihan dilakukan sejak dini dan secara terus-menerus, hingga
akhir hayat. Seperti yang diperintahkan Rasulullah Saw., “Tuntutlah ilmu sejak buaian
hingga liang lahat”. Oleh karena itu, prinsip life long education sangat sejalan dengan
ajaran islam. Penanaman nilai-nilai, moral dan etika agama dalam upaya membentuk
karakter anak harus dimulia sejak dini.

Pendidikan bersifat normatif yang pertama dan paling utama adalah lingkungan
keluarga. Pendidikan di lingkungan keluarga di laksanakan bersama orangtua, saudara,
adik atau kakak. Selanjutnya Pendidikan yang bersifat eksploratif diberikan di lingkungan
sekolah. Dilingkungan sekolah anak bersama guru dan bertemu teman-teman
sebayanya. Kemudian Pendidikan yang bersifat aplikatif diberikan di lingkungan
masyarakat. Di lingkungan masyarakat, anak dapat bergaul dengan tetangga dan
sesame manusia dengan bersikap dan berperilaku positif sesuai dengan situasi dan
kondisi lingkungan.

Mendidik anak untuk penanaman nilai-nilai agama, moral dan etika, saat ini telah
terjadi pergeseran ranah. Dari bersifat kognitif, untuk mencerdaskan otak dan bersifat
psikomotoris; untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan otot saja, sekarang
harus mencapai ranah yang bersifat afektif, untuk menumbuhkan sikap dan perilaku
anak dengan pembentukan karakter yang positif.

Sentuhan Pendidikan selain otak anak, sekarang mulai di bidikan terhadap qalbu.
Hati nurani anak yang berbasis spiritual dan rohaniah. Dengan pengembangan
Pendidikan ke arah qalbu; hati nurani maka anak selain mempunyai daya tahan fisik,
juga mempunyai psikis dan rohani yang kuat, mental spiritual yang kokoh menghadapi
kehidupan. Dengan sentuhan qalbu dalam mendidik anak, selain menjadi cerdas dan
pintar juga mempunyai moral tinggi dan akhlakulkarimah. Sehingga dapat membentuk
karakter anak yang dapat berperilaku dan bertindak positif.

Pakar Pendidikan islam berpendapat bahwa mendidik anak harus menyentuh


dimensi moral yang bermuara di dalam qalbu; hati nurani. Karena pada dasarnya
kehendak manusia itu digerakkan oleh hati nuraninya. Apakah dalam perilaku dan
bertindak baik; positif atau bertindak dan berperilaku jelek negatif.

3 Volume 1, Nomor 1, Februari 2019 M/1440 H


Shabila Rahmalia Rahayu Pembentukan Karakter Anak...

Metodologi

Karya tulis ilmiah ini menggunakan metode studi pustaka yaitu mengumpulkan
data ilmiah dan informasi berupa teori, metode, yang telah dikembangkan dan itu telah
terdokumentasi dalam bentuk buku, jurnal, teks, catatan, dokumen, dan lain-lain.

Sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer yang artinya data
pembahasan dalam karya tulis ilmiah ini didapat dari buku-buku dan juga dari sumber
internet. Dalam menganalisis data yang telah terkumpul digunakan beberapa metode,
yaitu metode deduktif, metode induktif, dan metode komparatif.

Metode deduktif digunakan untuk menganalisis suatu permasalahan yang berasal


dari generalisasi yang bersifat umum kemudian ditarik pada fakta yang bersifat khusus
atau yang konkret terjadi. Konsep pembentukan karakter yang bersifat umum
direalisasikan dalam konsepnya bersifat khusus, yaitu berupa Pendidikan karakter,
metode, tujuan, prinsip-prinsip dan lain-lain.

Metode induktif digunakan untuk menganalisis tentang permasalahan yang akan


diteliti yaitu analisis yang bersifat khusus, kemudian diarahkan pada penarikan
kesimpulan yang bersifat umum. Konsep yang sudah ada diformulasikan ke dalam
konsep pembentukan karakter.

Metode komparatif yaitu memahami dalam suatu perbandingan dengan latar


belakang atau pemahaman umum yang memberikan kedudukan kepadanya dalam
seluruh skala visi tentang kenyataan. Dalam hal ini komparatif itu dapat diadakan
diantara tokoh, atau naskah dan perbandingan yang dapat dilakukan antara dua pribadi
atau orang banyak. Konsep pembentukan karakter secara umum akan dianalisis
perbandingannya dalam konsep islam.

Hasil dan Diskusi

Berbicara mengenai pembentukan karakter anak sejak usia dini melalui


pendekatan keluarga, ada beberapa hal penting yang perlu kita perhatikan bersama.
Mengapa harus dimulai sejak usia dini? Para ahli berpendapat bahwa usia di bawah lima
tahun merupakan usia peka terhadap berbagai pertumbuhan dan perkembangan.
Bahkan 50% dari potensi kecerdasan anak sudah terbentuk ketika anak usia 4 tahun,
kemudian mencapai 80% pada saat anak berusia 8 tahun.

4 Volume 1, Nomor 1, Februari 2019 M/1440 H


Shabila Rahmalia Rahayu Pembentukan Karakter Anak...

Pendidikan yang diberikan kepada anak harus seimbang antara Pendidikan


keahlian (education for mastery) untuk mencetak anak yang produktif, Pendidikan nilai-
nilai agama, moral dan etika (education for ethical standars) untuk membentuk etika dan
hubungan cinta kasih dan pembentukan hati nurani (cultivition for heart) untuk
membentuk kepribadian yang matang. Namun, dalam kenyataannya, banyak orangtua
yang hanya mementingkan Pendidikan yang bersifat mastery yang mengarahkan pada
kemampuan intelektual tanpa memerhatikan Pendidikan untuk membentuk hati nurani
atau cultivition of heart.

Tujuan pembentukan karakter anak adalah: pertama, untuk membentuk pribadi


yang matang sehingga anak mempunyai benteng kehidupan yang kokoh dan mampu
membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Kedua, membentuk hubungan
cinta kasih yang harmonis dalam keluarga sehingga ada hubungan cinta kasih sejati
yang seimbang antara anak dan orangtua, anak dengan anggota keluarga lainnya.
Ketiga, setelah mampu membentuk kepribadian yang matang dan membangun
hubungan keluarga yang harmonis, diharapkan dapat memberikan sumbangan atau
kontribusi kepada orang lain atau masyarakat.

Menurut Prof. Dr. H. Winarno Surakhmad, M.Ed. dalam makalahnya berjudul


“Mendidik Karakter Bangsa Melalui Keluarga”. Ia menyatakan bahwa: pemberdayaan
keluarga sebagai tujuan strategis dalam bidang Pendidikan, tidak bisa berjalan sendiri.
Keberhasilannya ditentukan oleh banyak faktor, termasuk yang bersifat non-pendidikan.
Karenanya konsep Pendidikan karakter bangsa melalui keluarga yang harus bernilai
normative memerlukan strategi yang lebih kompleks dari yang dapat dibayangkan
secara konvensional, dan akan berlangsung sebagai proses tanpa akhir.

Demikian juga, Izsamu Matsuya, pakar Pendidikan Jepang, melalui makalahnya:


“Konsep Pendidikan Karakter” menyebutkan bahwa perkembangan karakter melalui tiga
tujuan. Pertama, individu. Titik awal pembangunan karakter adalah individual sebagai
perpaduan dari hati nurani dan kesadaran. Kedua, keluarga. Perkembangan karakter
berikutnya diperoleh melalui hubungan keluarga dan hubungan sosial yang dialami sejak
kehidupan di masa anak-anak hingga dewasa. Ketiga, kontribusi sosial. Aspek-aspek
personal, keluarga dan sosial kehidupan sangatlah berkaitan satu sama lain.

Persoalan mendasar dari berbagai kajian itu, apakah pembentukan karakter anak
sejak dini dengan pola asuh yang tepat itu meski didahului oleh perkembangan fisik
kemudian emosional dan intelektual? Sebaiknya tiga aspek tersebut berjalan seiring
secara proporsional. Namun demikian, praktiknya setiap keluarga berbeda cara dalam

5 Volume 1, Nomor 1, Februari 2019 M/1440 H


Shabila Rahmalia Rahayu Pembentukan Karakter Anak...

memberikan Pendidikan pada anak-anaknya terhadap ketiga aspek tersebut disebabkan


ketidaktahuannya.

Sebagai indikator ketidakseimbangan dalam mengembangkan ketiga aspek


tersebut dilaporkan hasil penelitian. Sebagaimana diungkapkan oleh Fauzan Aswin
Hadis dari hasil penelitiannya bahwa orangtua dari kalangan ekonomi lemah
berpendapat yang paling utama dalam mengasuh anak (0-4) tahun adalah memberikan
makanan anak (66,67%), sedangkan memberikan Pendidikan kepada anak (30,00%)
dan mengatur perilaku anak untuk membentuk karakter (3,33%).

Hal ini berarti, para orang tua tidak memahami tentang Pendidikan dan
pengembangan anak sebagai sesuatu yang sangat penting dilakukan sejak dini. Dari
penelitian itu juga diketahui, bahwa keberhasilan orangtua dalam membentuk karakter
anak saleh (baik) atau anak salah (nakal) lebih banyak ditentukan oleh faktor pola asuh
anak (78,33%), sedangkan faktor sifat, bakat dan bawaan hanya mencapai (21,67%).

Pandangan lain mengemukakan bahwa sebaiknya anak telah memperoleh


Pendidikan sejak dini dengan mendapat stimulan yang tepat dan baik sebagai bentuk
karakter yang diinginkan. Pendidikan anak sejak dini tidak hanya mengembangkan yang
bersifat fisik, lebih utama justru pada pengembangan emosional, intelektual dan sosial
anak di lingkungan keluarga. Tentu saja yang terbaik dalam mendidik anak adalah
mengembangkan semua aspek itu secara seimbang.

Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang.


Penanaman karakter sejak dini merupakan kunci utama untuk membangun bangsa.
Pada usia 0-6 tahun otak berkembang sangat cepat hingga 80%. Pada usia tersebut
otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi secara cepat sehingga apa
yang diberikan pada anak akan ia serap dengan baik dan akan ia terapkan dalam
kehidupannya.

Pengalaman anak pada tahun pertama menentukan kualitas kehidupannya di


masa yang akan datang. Anak-anak adalah generasi yang akan menentukan nasib
bangsa di kemudian hari. Karakter anak-anak yang terbentuk sejak sekarang akan
sangat menentukan karakter bangsa di kemudian hari. Karakter anak akan terbentuk
dengan baik jika dalam proses tumbuh kembang mereka mendapatkan cukup ruang
untuk mengekspresikan diri secara leluasa.

Keberhasilan seseorang di masyarakat sebagian besar ditentukan oleh


kecerdasan emosi (80%), hanya (20%) kecerdasan kognitif (Daniel Goleman). Pada usia

6 Volume 1, Nomor 1, Februari 2019 M/1440 H


Shabila Rahmalia Rahayu Pembentukan Karakter Anak...

kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age)
terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sekitar 50% keberagaman kecerdasan orang
dewasa sudah terjadi ketika anak berusia empat tahun. Peningkatan 30% berikutnya
terjadi pada usia delapan tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir
dasawarsa kedua.

Hasil penelitian 13 faktor penunjang keberhasilan di dunia kerja tergantung dari


karakter seseorang. Sejatinya pembentukan karakter ini memang sangat penting dimulai
sejak usia dini. Sebab falsafah menanam sekarang menuai hari esok adalah sebuah
proses yang harus dilakukan dalam rangka membentuk karakter anak bangsa.

Penutup

Proses pembentukan karakter anak merupakan sebuah eksplorasi terhadap nilai-


nilai universal yang berlaku dimana, kapan, oleh siapa, dan terhadap siapa saja tanpa
mengenal etnis, sosial, budaya, warna kulit, paham politik dan agama yang mengacu
kepada tujuan dasar kehidupan. Bahwa anak pada prinsipnya mempunyai hasrat untuk
mencapai kedewasaan, menjalin cinta kasih dan memberikan sumbangan yang berarti
bagi masyarakat secara lebih luas. Pemenuhan ketiga hasrat tersebut merupakan
kepuasan hidup dan sangat tergantung pada kehidupan yang mengacu pada nilai-nilai
tertentu sebagai cerminan karakter yang baik.

Tujuan pembentukan karakter anak adalah: pertama, untuk membentuk pribadi


yang matang sehingga anak mempunyai benteng kehidupan yang kokoh dan mampu
membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Kedua, membentuk hubungan
cinta kasih yang harmonis dalam keluarga sehingga ada hubungan cinta kasih sejati
yang seimbang antara anak dan orangtua, anak dengan anggota keluarga lainnya.
Ketiga, setelah mampu membentuk kepribadian yang matang dan membangun
hubungan keluarga yang harmonis, diharapkan dapat memberikan sumbangan atau
kontribusi kepada orang lain atau masyarakat.

Sesungguhnya pembentukan karakter pada anak usia dini seperti mengukir di atas
batu, walaupun sulit hasilnya akan terpatri lama. Oleh karena itu, pembentukan karakter
menjadi tanggung jawab bersama, antara orang tua, pendidik, pengasuh, masyarakat,
dan pemerintah. Untuk itu kita perlu bekerja sama agar mencapai hasil yang di harapkan.

7 Volume 1, Nomor 1, Februari 2019 M/1440 H


Shabila Rahmalia Rahayu Pembentukan Karakter Anak...

Daftar Pustaka

Ahmad Fahmi Assidiq, 2017, Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam,


Wordpress.com, ahmadfahmi091097.wordpress.com/2018/05/03/karya-ilmiah-
pendidikan-karakter-dalam-perspektif-islam/ (diakses pada 8 Februari 2019)

Daulay, Haidar Putra dan Nurgaya Pasa. 2016, Pendidikan Karakter, CV. MANHAJI,
Medan.

Fidesrinur, D. W. Mustofa, R. Diastuti, S. Supriyatna, dan G. D. Lestari. 2015, Pedoman


Penanaman Sikap Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat Pembinaan Pendidikan
Anak Usia Dini, Jakarta.

Mardalis: 1999, Pengertian Studi Pustaka Menurut Para Ahli,


http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-studi-pustaka/ (diakses pada
8 Februari 2018)

Masfuk, 2016, Apakah Saat Bayi Dilahirkan Mereka Benar-Benar Seperti Kertas
Kosong?,Kompasiana.com,https://www.kompasiana.com/masfuk3d/5840d08650
977304051191fe/apakah-saat-bayi-dilahirkan-mereka-benarbenar-seperti-kertas-
kosong (diakses pada 9 Februari 2019)

Matsuya, Iszamu. Konsep Pendidikan Karakter. Makalah Seminar Sehari:


Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pemberdayaan Keluarga, BKKBN,
Jakarta.

Prasetyo, Nana. 2011, Membangun Karakter Anak Usia Dini, Direktorat Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal, Kementrian Pendidikan
Nasional.

Rosyadi, A. Rahmat. 2013, Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia
Dini (Konsep dan Praktik PAUD Islami), PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Silahuddin, 2017, ‘Urgensi Membangun Karakter Anak Sejak Usia Dini’. Jurnal Ilmiah
Sintesa. Vol. 3, No. 2, hh, 18.

Surakhmad, Winarno. Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Keluarga. Makalah Seminar


Sehari: Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pemberdayaan Keluarga,
BKKBN, Jakarta.

8 Volume 1, Nomor 1, Februari 2019 M/1440 H


Shabila Rahmalia Rahayu Pembentukan Karakter Anak...

Thomas Saputro, 2014, Pendidikan Seumur Hidup (Long Life Education In Islam),
https://www.ilmuternak.com/2014/11/pendidikan-seumur-hidup-long-
life.html?m=1

Biodata Penulis

Shabila Rahmalia Rahayu, penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 16 Oktober 2000.
Anak kedua dari empat bersaudara. Adapun Pendidikan formal penulis yaitu SD Negeri
Babakan Ciparay 10 yang bertempat di kota Bandung tahun lulus 2012, SMP Negeri 39
Bandung yang bertempat di kota Bandung tahun lulus 2015, SMA Negeri 18 Bandung
yang bertempat di kota Bandung tahun lulus 2018, dan sekarang sedang menempuh
pendidikan S1 di UIN Sunan Gunung Djati Bandung program studi Pendidikan Islam
Anak Usia Dini angkatan 2018.

9 Volume 1, Nomor 1, Februari 2019 M/1440 H

Anda mungkin juga menyukai