Anda di halaman 1dari 20

RENCANA PROGRAM PENANGGULANGAN ANEMIA GIZI BESI

PADA IBU HAMIL DI KOTA KEDIRI PROVINSI JAWA TIMUR


Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Perencanaan Pangan dan Gizi

Oleh:
1. Danu Prasetyo Trijaya Putra
2. Andayati
3. Ummi Masrifah
4. Yunika Mila Sari
5. Yesy Agustiana Salamiyah
6. Intan Dwi Novitasari

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURABAYA


S1 ILMU GIZI
ALIH JENJANG
OKTOBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
selesainya penyusunan Rencana Program Penanggulangan Anemia Gizi Besi pada
Ibu Hamil di Kota Kediri Provinsi Jawa Timur. Terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam penyusunan paper ini.

Paper ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Perencanaan dan Program
Gizi yang dibimbing oleh Fitri Amalia S.KM,M.Kes yang berisi Rencana Program
Penanggulangan Anemia Gizi Besi pada kelompok Ibu Hamil khususnya di wilayah
Kota Kediri Provinsi Jawa Timur. Paper ini disusun berdasarkan ketersediaan data,
informasi, dan indikator kesehatan yang bersumber dari Profil Kesehatan Dinas
Kesehatan Kota Kediri Tahun 2017 yang dipublikasikan secara online dan terbuka
untuk umum.

Semoga publikasi paper ini dapat berguna bagi pembaca serta berkontribusi
secara positif bagi pembangunan kesehatan di Kota Kediri. Kritik dan saran kami
harapkan sebagai penyempurnaan paper ini.

Surabaya, Oktober 2019

ttd.

Kelompok 1 Perencanaan Program Gizi


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 3

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 4

DAFTAR TABEL ................................................................................................... 6

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. 7

BAB I ...................................................................................................................... 8

PENDAHULUAN .................................................................................................. 8

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 8

1.2. Tujuan ....................................................................................................... 9

1.3. Rumusan Masalah .................................................................................... 9

BAB II ................................................................................................................... 10

PEMBAHASAN ................................................................................................... 10

2.1. Keadaan Geografis ................................................................................. 10

2.1.1. Batas Wilayah dan Topografi.......................................................... 10

2.1.2. Pembagian Wilayah dan Adimistrasi Pemerintahan ....................... 11

2.1.3. Kependudukan................................................................................. 12

2.1.4. Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Pendidikan ..................................... 12

2.1.5. Situasi Derajat Kesehatan ............................................................... 13

2.2. Anemia Gizi Besi ................................................................................... 13

2.3. Penanggulangan Anemia Gizi Besi ........................................................ 14

2.4. Sfs ............................................................ Error! Bookmark not defined.

2.5. Sfsf........................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB III ................................................................................................................. 19

PENUTUP ............................................................................................................. 19
2.1. Kesimpulan ............................................................................................. 19

2.2. Saran ....................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Puskesmas di Kota Kediri .......................................................... 12

Tabel 2. Data Derajat Kesehatan Masyarakat di Kota Kediri .............................. 13


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Wilayah Kota Kediri .................................................................. 10


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Anemia Gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah
yang disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
pembentukan Hb tersebut. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan
karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut Anemia Kekurangan Zat Besi
atau Anemia Gizi Besi.
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting dan serius. Lebih
dari 90% kematian ibu tersebut disebabkan oleh komplikasi obstetrik yang
sering tidak dapat diramalkan pada masa kehamilan dan awal masa
persalinan. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan
(40-60%), infeksi (20-30%) dan eklamsi (20-30%). Menurut Depkes RI
(2001) penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain akibat anemia,
kurang energi kronis dan keadaan “4 Terlalu” (terlalu muda/tua, terlalu
sering, terlalu banyak), selain itu non teknis yang masuk kategori penyebab
mendasar yaitu rendahnya stasus wanita, ketidak berdayaan dalam
mengambil keputusan dan pendidikan yang rendah. Dalam memberikan
pelayanan khususnya oleh bidan di desa dan Puskesmas, beberapa ibu hamil
diantaranya tergolong dalam kasus resiko tinggi (risti) dan memerlukan
pelayanan kesehatan rujukan.
Di Indonesia, prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu
sekitar 24,5% (Riskesdas, 2007).Berbagai upaya telah dilakukan oleh
Departemen Kesehatan untuk mengatasi anemia ibu hamil antara lain
pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin. Tablet besi untuk ibu hamil
sudah tersedia dan telah didistribusikan ke seluruh provinsi dan pemberiannya
dapat melalui Puskesmas, Puskesmas pembantu, Posyandu dan Bidan di Desa.
Kabupaten Sumenep,cakupan distribusi tablet tablet besi ibu hamil pada tahun
2012 Fe 1 : 85,6% dan Fe3
:89,8%Data Dinas Kesehatan Kota Kediri menunjukkan jumlah ibu hamil
di Kota Kediri tahun 2017 sebanyak 4.756 orang, jumlah Bumil
Risti/Komplikasi sebanyak 951 orang dengan Bumil risti/komplikasi
ditangani sebanyak 976 orang (102,61%).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa anemia telah
menjadi salah satu masalah gizi. Oleh karena itu, paper ini dibuat untuk
mengetahui mengenai anemia gizi dan cara penanggulangannya melalui
perencanaan program gizi.

1.2. Tujuan
Untuk merencanakan program penanggulangan anemia gizi besi sesuai
sasaran.

1.3. Rumusan Masalah


1.3.1. Bagaimana perencanaan program penanggulangan anemia gizi besi
agar sesuai sasaran?
1.3.2. Bagaimana hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan penyusunan
rencana program penanggulangan anemia gizi besi?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Keadaan Geografis


2.3.1. Batas Wilayah dan Topografi
Wilayah Kota Kediri terletak diantara 111o 05 - 112o 03
Bujur Timur dan 7o 45 - 7o 55 Lintang Selatan dengan luas daratan
63,40 km2, Wilayah Kota Kediri terbagi menjadi 2 (dua) bagian oleh
aliran Sungai Brantas yang membujur dari arah Selatan ke Utara
sepanjang 7 Km. Wilayah sebelah Barat termasuk Kecamatan

Mojoroto, dan sebelah Timur meliputi Kecamatan Kota dan


Kecamatan Pesantren.
Gambar 1. Peta Wilayah Kota Kediri

Keadaan topografi Kota Kediri berada pada ketinggian 67


meter diatas permukaan laut dengan tingkat kemiringan rata-rata
antara 0 sampai dengan 40% dimana untuk seluruh Wilayah
Kecamatan Pesantren dan Kecamatan Kota lerengnya antara 0-2%,
sedang untuk Kecamatan Mojoroto kemiringan tanahnya mulai dari
datar sampai lebih dari 40%. Lereng yang lebih dari 40% tersebut
merupakan lokasi Gunung Klotok dan Gunung Maskumambang
dimana areal ini merupakan tanah kawasan kehutanan yang telah
direboisasi untuk tujuan penutup tanah dan fungsi hidrologis.

2.3.2. Pembagian Wilayah dan Adimistrasi Pemerintahan


Sesuai dengan Perda (Peraturan Daerah) No. 11 Tahun 2002
Tentang Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan, maka di Kota
Kediri tidak lagi dijumpai status desa, akan tetapi telah berubah
menjadi kelurahan sebanyak 46 Kelurahan yang terbagi atas 3 (tiga)
Kecamatan adalah sebagai berikut:
1. Kecamatan Kota terdiri dari 17 Kelurahan;
2. Kecamatan Pesantren tediri dari 15 Kelurahan; dan
3. Kecamatan Mojoroto tediri dari 14 Kelurahan.
Secara administratif Kota Kediri memiliki 9 Puskesmas
dengan pembagian sebagai berikut:
No. Puskesmas Induk Puskesmas Pembantu
1 Puskesmas Kota 1. Puskesmas Pembantu Kaliombo
Wilayah Selatan 2. Puskesmas Pembantu Manisrenggo
3. Puskesmas Pembantu Rejomulyo
2 Puskesmas Kota 1. Puskesmas Pembantu banjaran
Wilayah Utara
3 Puskesmas 1. Puskesmas Pembantu Dandangan
Balowerti 2. Puskesmas Pembantu Ngadirejo
3. Puskesmas Pembantu Semampir
4 Puskesmas 1. Puskesmas Pembantu Blabak
Pesantren I 2. Puskesmas Pembantu Betet
3. Puskesmas Pembantu Banaran
5 Puskesmas 1. Puskesmas Pembantu Dadapan
Pesantren II 2. Puskesmas Pembantu Burengan
3. Puskesmas Pembantu Grogol
4. Puskesmas Pembantu Kleco
6 Puskesmas 1. Puskesmas Pembantu Gayam
Mrican 2. Puskesmas Pembantu Ngampel
7 Puskesmas 1. Puskesmas Pembantu Bujel
Sukorame 2. Puskesmas Pembantu Pojok
3. Puskesmas Pembantu Lebak
Tumpang
8 Puskesmas 1. Puskesmas Pembantu Bandar Kidul
Campurejo 2. Puskesmas Pembantu Lirboyo
3. Puskesmas Pembantu Tamanan
4. Puskesmas Pembantu Banjarmlati
9 Puskesmas 1. Puskesmas Pembantu Ketami
Perawatan 2. Puskesmas Pembantu Bawang
Ngletih 3. Puskesmas Pembantu Tempurejo
Tabel 1. Jumlah Puskesmas di Kota Kediri

2.3.3. Kependudukan
Jumlah penduduk Kota Kediri pada tahun 2017 ini tercatat
sebanyak 284.003 jiwa, yang terbagi atas laki-laki sebanyak
141.609 jiwa dan perempuan sebanyak 142.394 jiwa.

2.3.4. Sosial, Budaya, Ekonomi, dan Pendidikan


Kehidupan yang agamis dapat kita rasakan bila berada di
lingkungan masyarakat Kota Kediri, dengan mayoritas penduduk
Kota Kediri beragama Islam hal ini terindentifikasi dari terdapatnya
pusat-pusat kajian pendidikan agama.
Kondisi perekonomian penduduk Kota Kediri sebagian besar
adalah industri pengolahan, perdagangan, rumah makan dan hotel,
jasa kemasyarakatan serta pertanian/perkebunan. Seiring dengan
perkembangan Kota Kediri, maka kegiatan perdagangan di Kota
Kediri juga meningkat, seperti berdirinya pusat-pusat perdagangan
(mall) dan munculnya toko-toko serba ada.
Krisis ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia berdampak
pada beberapa aspek pembangunan termasuk pada aspek
pendidikan. Timbulnya kemiskinan sejak 1997 telah menjadi isu
utama dalam kebijakan pemerintah dan menjadi tantangan dalam
pemenuhan tujuan Suistanable’s Development Goals (SDGs) untuk
menggantikan program sebelumnya MDG’s (Millenium
Development Goal’s), khususnya yang berhubungan dengan aspek
pendidikan. Berdasarkan tujuan SDGs, disebutkan bahwa Tujuan
ke-4 adalah pada tahun 2017 menjamin pendidikan inklusif dan
berkeadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi
semua orang.

2.3.5. Situasi Derajat Kesehatan


Untuk mengetahui gambaran derajat kesehatan masyarakat
dapat diukur dari indikator-indikator yang digunakan antara lain
angka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas) serta
status gizi. Indikator tersebut dapat diperoleh melalui laporan dari
fasilitas kesehatan (fasility based) dan dari masyarakat (community
based).
Data derajat kesehatan masyarakat di Kota Kediri adalah
sebagai berikut:
Angka Angka Kematian Bayi 4,3 per 1.000 (Bayi lahir
Kematian (AKB) per 1.000 mati sebanyak 18 bayi
Kelahiran Hidup dengan jumlah kelahiran
sebanyak 4.232)
Angka Kematian Ibu Tidak ada kematian ibu
Maternal (AKI) hamil dan ibu bersalin, dari
4.214 kelahiran hidup
sebanyak 4 orang kematian
ibu nifas
Angka Tidak ada
Kesakitan
Status Bayi dengan Berat Sebanyak 140 BBLR dari
Gizi Badan Lahir Rendah 4.214 kelahiran (3,3 %)
(BBLR)
Tabel 2. Data Derajat Kesehatan Masyarakat di Kota Kediri

2.2. Anemia Gizi Besi


Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit atau masa
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan
oksigen. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar
hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit di bawah normal. Anemia
adalah keadaan di mana jumlah sel darah merah atau kadar hemoglobin
dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah
mengandung hemoglobin yang mengangkut oksigen dari paru-paru dan
mengantar ke seluruh tubuh. Anemia secara mudah dapat dikatakan
seseorang dengan keadaan kadar hemoglobin dalam darah kurang dari
yang seharusnya. Anemia dapat dikatakan juga bilamana ukuran dan
jumlah eritrosit dalam hemoglobin kurang dari normal.
Anemia defisiensi besi merupakan defisiensi yang paling banyak
ditemukan di seluruh dunia. Anemia gizi terutama yang disebabkan oleh
defisiensi zat besi merupakan kelainan gizi yang paling sering ditemui di
negara berkembang dan bersifat epidemik. Anemia defisiensi besi adalah
suatu keadaan yang ditandai dengan menurunnya kadar zat warna merah
dalam sel darah merah atau eritrosit yang disebut sebagai hemoglobin.
Anemia gizi umumnya terjadi pada perempuan dalam usia reproduktif dan
anak-anak. Keadaan ini membawa efek keseluruhan terbesar dalam hal
gangguan kesehatan.Anemia defisiensi besi rentan terjadi pada remaja
puteri karena meningkatnya kebutuhan zat besi selama masa pertumbuhan.
Ditambah lagi, kehilangan darah pada masa menstruasi juga meningkatkan
risiko anemia. Pada perempuan usia subur, anemia gizi berkaitan dengan
fungsi reproduktif yang buruk, proporsi kematian maternal yang tinggi
(10-20% dari total kematian), meningkatnya insiden BBLR (berat bayi
<2,5 kg pada saat lahir), dan malnutrisi intrauteri.

2.3. Penanggulangan Anemia Gizi Besi


2.3.1. Tujuan dan Sasaran Program:
A. Tujuan
a. Umum: Meningkatkan status kesehatan dan gizi pada Remaja
Putrid an Wanita Usia Subur (WUS) melalui
penanggulangan anemia gizi.
b. Khusus:
1. Meningkatkan kinerja petugas kesehatan dalam upaya
penanggulangan anemia gizi.
2. Meningkatkan partisipasi dan kerjasama antara sektor
kesehatan dengan sektor pendidikan, keagamaan,
organisasi dan LSM untuk penanggulangan masalah
anemia gizi.
3. Meningkatkan kesadaran Ibu Hamil serta keluarganya akan
pentingnya meningkatkan status kesehatan dan gizi
dengan mencegah masalah anemia sedini mungkin.
4. Melaksanakan suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD)
untuk remaja putri dan WUS secara mandiri.
5. Menurunkan prevalensi Anemia Gizi pada WUS
khususnya Ibu Hamil.
B. Sasaran
a. Langsung: Ibu Hamil
b. Tidak Langsung:
1. Remaja Putra dan Putri / peserta didik
2. Guru/Pendidik/Kepala Sekolah dan masyarakat lingkungan
sekolah
3. Pemuka/Tokoh Agama dan masyarakat
4. Ketua Organisasi Kepemudaan
5. Ketua Organisasidan LSM bidang kepemudaan, kesehatan,
keagamaan dan wanita
6. Ketua federasi pekerja sektor non formal
7. Petugas kesehatan (puskesmas)
8. Tempat kerja (manajer/pemilik)
9. Distributor
10. Masyarakat umum

2.3.2. Kegiatan Operasional


Kegiatan Penanggulangan Anemia Gizi yang dilakukan,
utamanya merupakan kegiatan KIE (Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi) yaitu berupa promosi atau kampanye tentang anemia
kepada masyarakat luas, ditunjang dengan kegiatan penyuluhan
kelompok serta konseling yang ditujukan secara langsung pada Ibu
Hamil melalui wadah yang sudah ada di masyarakat seperti
puskesmas, tempat kerja (formal/informal), organisasi kelompok,
kegiatan rutin masyaratak di tiap kelurahan / RW / RT serta LSM
bidang kepemudaan, kesehatan, keagamaan dan wanita. Dengan
penyebarluasan informasi melalui tayangan TV local / siaran radio
lokal / tulisan melalui media elektronik industri 4.0 seperti sosial
media dan media cetak (koran, majalah lokal, brosur) serta melalui
lokakarya, pameran, sarasehan, pencanangan di tiap daerah yang
dilakukan secara berkala.
Kegiatan suplementasi TTD dilakukan secara mandiri dengan
dosis 1 tablet seminggu sekali minimal selama 16 minggu, dan
dianjurkan minum 1 tablet setiap hari selama masa haid/menstruasi.
Tablet Tambah Daerah yang dapat digunakan adalah obat generik
yang harganya terjangkau oleh masyarakat. Tablet Tambah Daerah
Generik dikemas dalam bungkus warna putih, berisi 30 tablet per
bungkus. Harga Tablet Tambah Darah generik tidak boleh melebihi
Harga Eceran Tertinggi (HET) obat generik. Disamping itu dapat
juga digunakan Tablet Tambah Darah dengan merek dagang yang
memenuhi spesifikasi (mengandung 60 mg besi elemental dan 0,25
mg asam folat). Tablet Tambah Darah generik merupakan obat
bebas terbatas yang dapat dibeli di Apotik, Toko Obat,
Warung/Toko, koperasi/kantin sekolah dan pesantren, POD,
dokter/bidan praktek swasta dan pondok bersalin.
Anjuran konsumsi makanan kaya besi dilaksanakan dengan
mengacu pada “gizi seimbang”, diikuti dengan pembinaan kantin di
sekolah atau penjaja makanan di sekitar remaja/wanita berkumpul.
Deteksi dini juga dilakukan untuk mengetahui apakah Remaja
Putri/Wanita menderita Risiko KEK (LILA <23,5 cm), sehingga
dapat dilakukan upaya untuk meningkatkan status gizinya.
Pelaksanaan pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil
dilakukan pada saat pelaksanaan Posyandu setiap bulan,
berlangsungnya ANC Terpadu dan Kelas Ibu Hamil yang dilakukan
dalam sebulan sekali. Pemberian TTD untuk ibu hamil dilakukan
selama 90 hari selama masa kehamilan. Dengan monitoring dan
evaluasi program dilakukan dalam 2x setiap tahunya. Hal ini
beralasan mudahkan paramedic (bidan desa, ahli gizi, dan dokter)
yang bersangkutan dengan program mengetahui kendala yang
mengakibatkan tidak tercapainya capaian pmberian TTD yang
mengimplikasikan kemungkinan besar prevalensi ibu hamil anemia
besar.

2.3.3. Pencatatan dan Pelaporan


1. Pencatatan dan pelaporan kegiatan KIE, penyuluhan, deteksi
dini dan konseling dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang
sudah ada. Seperti pelaporan LB-3 perbulan, laporan
pencapaian target dan laporan SKH.
2. Depdikbud, Depkes, Depag dan instansi terkait lain melaporkan
kepada instansinya masing-masing sampat ke Tingkat Pusat.
3. Pencatatan dan pelaporan cakupan suplementasi Tablet Tambah
Darah mandiri, dilaksanakan secara tindak langsung melalui
data penjualan dan survei.
2.3.4. Evaluasi
Untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan program
Penanggulangan Anemia Gizi pada Ibu Hamil, perlu dilakukan
evaluasi pelaksanaan kegiatan. Kegiatan evaluasi meliputi :
A. Kelancaran logistik (obat) dan dana (sesuai dengan pagu
anggaran).
B. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan, pembinaan deteksi dini dan
konseling serta pemberian tablet Fe dengan target minimal 90%.
Tabel 3. Jumlah Ibu Hamil yang mendapatkan Tablet Fe1 dan Fe3 menurut Kecamatan
dan Puskesmas di Kota Kediri Tahun 2017

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat


keberhasilan pemberian Fe1 (30 Tablet) dan Fe3 (90 Tablet)
sudah memenuhi target sasaran yaitu masing-masing sudah
diatas 90%.

C. Survei Cepat Kelainan Gizi.


D. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT).
E. Penelitian atau studi. Indikator keberhasilan antara lain :
a. Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP)
Remaja Putri/Wanita tentang anemia gizi.
b. Cakupan distribusi dan konsumsi Tablet Tambah Darah
pada Remaja Putri/Wanita.
c. Kepatuhan minum Tablet Tambah Darah.
d. Menurunnya prevalensi anemia pada Wanita Usia Subur
khususnya Remaja Putri. Hasil evaluasi sangat bermanfaat
sebagai bahan perencanaan lebih lanjut.
e. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan
minum Tablet Tambah Darah (TTD).
f. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat
anemia seperti: kecacingan, malaria dan penyakit TBC.
BAB III
PENUTUP

2.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada kurangnya pencapaian program pemberian tablet tambah darah
pada ibu hamil menimbulkan prevalensi anemia meningkat. Dikarenakan ada
beberapa hal yang dianggap mempengaruhi hasil pencapaian meliputi:
1. Kepatuhan bumil untuk mengkonsumsi TTD secara rutin
2. Ketidaksukaan Ibu hamil saat mengonsumsi TTD karena mempunyai aroma
amis
3. Kurangnya pemahaman tentang makanan dan minuman anti gizi yang dapat
menghambat peyerapan TTD dalam tubuh

2.2. Saran
Saran yang dapat diberikan dalam masalah ini adalah
1. Memberikan edukasi ttg TTD baik kpd bumil, suami, orang tua, mertua,
dan semua keluarga dekat
2. Edukasi dan advokasi kepada tokoh agama setempat dan tokoh masyarakat
3. Menyarankan ibu hamil mengonsumsi makanan tinggi serat, bervitamin C
dan cukup makanan yang mempunyai kandungan zat besi tinggi heme dan
non heme.
4. Pertisipasi ibu dalam Kelas Ibu Hamil dan ANC Terpadu
5. Pengawas minum obat / TTD
DAFTAR PUSTAKA

2017. Profil Kesehatan Kota Kediri Tahun 2017. Dinas Kesehatan Kota Kediri.
WHO ttg mortalitas dan morbiditas anemia
Mubarak, dkk. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi, Jakarta.
Muninjaya AA Gde.(2004). Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC. Nakita
Panduan Tumbuh Kembang Anak(2010). Sehat dan Bugar berkat Gizi Seimbang.
Kompas Gramedia, Group of Magazine.
Notoatmodjo Soekidjo. ( 2016). Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka
Cipta.
Soekirman. (2015). Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional.Riset Kesehatan Dasar .( 2018).

Anda mungkin juga menyukai