Anda di halaman 1dari 26

KOMISARIS INDEPENDEN

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Corporate Governance
Dosen Pengampu: Nur Wachidah Yulianti, M.S.Ak

Disusun oleh:
Kelompok 5
Irna Dewi Ariska 11160820000049
Rizki Dianti 11160820000050
Ersha Siti Dzulisa 11160820000054
Bella Yustika A 11160820000064

PROGRAM STUDI AKUNTANSI 7B


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang karena taufik dan pertolongan-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang ditujukan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Corporate Governance. Shalawat serta salam tak lupa untuk selalu
diucapkan dan disampaikan kepada junjungan baginda Nabi Muhammad Saw.
beserta para keluarganya, sahabatnya, dan seluruh pengikut setianya hingga akhir
zaman nanti.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada dosen pengampu
mata kuliah Corporate Governance yakni Ibu Nur Wachidah Yulianti, M.S.Ak.
yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada mahasiswa/i yang
dididiknya. Adapun makalah ini berjudul “Komisaris Indpenden”. Tujuan
penulisan makalah ini untuk untuk menguraikan konsep mengenai komisaris
independen serta pembahasan kasus mengenai Lippo Group dan kaitannya dengan
Good Corporate Governance.
Penyusunan makalah ini merupakan hasil dari studi pustaka dalam
beberapa referensi buku di mana penulis mengutip dari referensi buku tersebut
sehingga tersusunlah makalah ini sebagai salah satu bentuk karya ilmiah
mahasiswa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dalam kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan
makalah ini terdapat kesalahan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Tangerang Selatan, 23 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

A. Perbedaan Tugas Dan Wewenang Antara Komisaris Independen Dengan


Komisaris Pada Umumnya ........................................................................................... 3

B. Tanggung Jawab Komisaris Independen .............................................................. 7

C. Peraturan Komisaris Independen ........................................................................ 10

D. Kriteria Komisaris Independen ........................................................................... 10

E. Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Kinerja Perusahaan Keluarga di


Indonesia ...................................................................................................................... 12

F. Profil Perusahaan PT Lippo Group..................................................................... 13

G. Meikarta ................................................................................................................ 15

H. Kronologi Kasus PT Lippo Cikarang ................................................................. 17

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 21

A. Kesimpulan........................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini pemerintah Indonesia mengharuskan penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada perusahaan-perusahaan,
terutama perusahaan yang telah go public yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) dalam rangka perbaikan dan peningkatan ekonomi. Dengan Good Corporate
Governance (GCG) diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan
peraturan perundangan dan nilai-nilai etika yang berlaku. Menurut Susiana dan Arleen
Herawaty (2007), elemen-elemen yang terkandung dalam pengukuran mekanisme
corporate governance adalah:

1. Persentase saham yang dimiliki oleh institusi


2. Persentase saham yang dimiliki oleh manajemen
3. Keberadaan komite audit dalam perusahaan
4. Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan

Hal ini didukung dengan adanya Peraturan Bapepam No. I-A tentang Ketentuan
Umum Pencatatan Efek bersifat ekuitas di bursa huruf C-1, dimana dalam rangka
penyelenggaraan pengelolaan yang baik (good corporate governance). Perusahaan
tercatat wajib memiliki:

1. Komisaris independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding


dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan Pemegang Saham
Pengendali dengan ketentuan jumlah Komisaris Independen sekurang-
kurangnya 30% (tiga puluh persen) dari jumlah seluruh komisaris.

1
2. Komite Audit.
3. Sekretaris perusahaan.

Oleh karena itu, dalam mengelola perusahaan menurut kaedah-kaedah umum


GCG, peran Komisaris Independen sangat diperlukan. Komisaris Independen dapat
berfungsi untuk mengawasi jalannya perusahaan dengan memastikan bahwa
perusahaan tersebut telah melakukan praktek-praktek transparansi, disclosure,
kemandirian, akuntabilitas dan praktek keadilan menurut ketentuan yang berlaku di
suatu sitem perekonomian (negara) (Adityawan Chandra, 2006).

Komisaris Independen yang capable dan efektif di perusahaan publik


merupakan salah satu pendorong implementasi Good Corporate Governance (GCG)
(Effendi, 2008). Sebelum diberlakukan ketentuan tentang komisaris independen, tidak
ada pihak yang bertanggungjawab yang mewakili pemegang saham minoritas dalam
forum Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) maupun rapat Direksi (Board of
Directors) & komisaris (Board of Commissioner) perusahaan publik (Effendi, 2008).
Oleh karena itu, makalah ini membahas tentang peranan komisaris independen dalam
pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG).

B. Rumusan Masalah
Mengacu pada uraian latar belakang di atas, maka hal yang menjadi pokok
persoalan untuk dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Perbedaan Tugas Dan Wewenang Antara Komisaris Independen Dengan


Komisaris Pada Umumnya
2. Tanggung Jawab Komisaris Independen
3. Peraturan Komisaris Independen
4. Kriteria Komisaris Independen
5. Kasus PT. Lippo Cikarang Tbk

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perbedaan Tugas Dan Wewenang Antara Komisaris Independen Dengan


Komisaris Pada Umumnya
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi
dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali,
serta bebas hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengarui
kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi
kepentingan perusahaan.

Undang-Undang Perseroan Terbatas Tugas komisaris independen tidak diatur


secara rinci, akan tetapi secara umum tugas dari pada komisaris termasuk juga
komisaris independen adalah melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusuan
jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha
perseroan dan memberi nasihat kepada direksi.

Tugas komisaris yang utama adalah mengawasi pekerjaan direksi, dimana tugas
pengawasan ini meliputi:

1. Pengawasan preventif, tujuan untuk menjaga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan sebelumnya, yang dapat merugikan perseroan yang dilakukan oleh
direksi.
2. Pengawasan represif, untuk mengontrol tindakan direksi, apakah semua tindakan
yang telah dilakukannya tidak merugikan perseroan ataukah tidak bertentangan
dengan akta pendirian/atau aggaran dasar dan undang-undang, dan apakah segala
sesuatu yang telah ditentukan di dalam RUPS telah dijalankan. Apabila Direksi
dalam tindakannya bertentangan dengan anggaran dasar atau undang-undang
ataupun keputusan RUPS maka dapat diberhentikan untuk sementara (geschort),

3
namun apabila dapat membuktikan bahwa mereka tidak bersalah, dapat diangkat
kembali.

Tugas-tugas yang harus dilakukan oleh Dewan Komisaris dijabarkan dalam pasal 108
Undang-Undang Perseroan Terbatas, sebagai berikut:

1. Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurus jalannya


pengurusan pada umumnya baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan dan
memberi nasihat kepada direksi.
2. Pengawasan dan pemberian nasihat sebagimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.

Ketentuan pasal di atas, tampak bahwa dewan komisaris sebagai lembaga


pengawas dalam menjalankan tugasnya, harus mengacu kepada maksud dan tujuan
perseroan. Jadi penekanannya kepada maksud dan tujuan perseroan. Penekanan seperti
ini tentu punya alasan, sebab salah satu karakteristik Perseroan Terbatas sebagai Badan
Hukum adalah mempunyai kepentingan sendiri. Dalam penjelasan Pasal 108 ayat (2)
dikemukakan yang dimaksud dengan untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud
dan tujuan perseroan adalah bahwa pengawasan dan pemberian nasihat yang dilakukan
oleh Dewan Komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu, tetapi
untuk kepentingan perseroan secara menyeluruh dan sesuai dengan maksud dan tujuan.

Menurut Fred B.G. Tumbuan, Dewan Komisaris bukan mewakili pemegang


saham. Hal ini termaktub dalam Pasal 85 ayat (4) Undang- Undang Perseroan yang
melarang anggota dewan komisaris untuk bertindak selaku kuasa pemegang saham
dalam pemungutan suara sewaktu RUPS, meskipun dewan komisaris bisa
memberhentikan sementara anggota direksi, namun tidak berarti bahwa dewan
komisaris membawahi direksi. Kedua organ yang dimaksud yaitu direksi dan komisaris
setara kedudukannya, tidak ada urutan hirarkhi.

Tugas yang wajib dilakukan oleh Dewan Komisaris diatur dalam pasal 116 Undang-
Undang Perseroan Terbatas sebagai berikut, Dewan Komisaris wajib:

4
1. Membuat risalah rapat Dewan Komisaris dan menyimpan salinannya.
2. Melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya dan/atau
keluarganya pada perseroan tersebut dan perserian lain; dan
3. Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun
buku yang baru lampau kepada RUPS.

Terhadap tugas dari komisaris independen secara umum diatur didalam pasal
108 dan pasal 116 Undang-Undang Perseroan Terbatas, akan tetapi tugas dari
komisaris independen ada tugas lainnya yang diberikan kepadanya sebagai
pelaksanaan dari prinsip Good Corporate Governance. Itulah yang membedakan
antara tugas komisaris umumnya dengan komisaris independen.

Prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Good Corporate Governance di


perusahaan, seluruh anggota Komisaris atau komisaris independen perlu mengerti dan
menjalankan tugasnya dengan mengacu pada prinsip- prinsip GCG yaitu transparansi,
disclosure, akuntabilitas, kemandirian, dan keadilan.

Task Force Nasional Kebijakan Corporate Governence membuat pedoman tentang


Komisaris Independen. Dalam Bab III dijelaskan misi komisaris independen, antara
lain sebagai berikut:

1. Misi komisaris independen adalah mendorong terciptanya iklim yang lebih objektif
dan menempatakan kesetaraan (fairness) di antara berbagai kepentingan termasuk
kepentingan perusahaan dan kepentingan stakeholders sebagai prinsp utama dalam
pengambilan keputusan oleh dewab komisaris.
2. Komisaris independen harus mendorong diterapkannya prinsip dan praktik tata
kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada perusahaan di
Indonesia.

Selanjutnya dalam Bab IV dijelaskan tugas komisaris independen antara lain:

1. Menjamin transparansi dan keterbukaan laporan keuangan perusahaan

5
2. Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan stakeholder lainnya.
3. Diuangkapnnya transaksi yang mengandung benturan kepentingan secara wajar
dan adil.
4. Kepatuhan perusaaan pada perundangan dan peraturan yang berlaku.
5. Menjamin akuntabilitas organ perseroan.

Salah satu prinsip yang termuat dalam prinsip-prinsip Good Corporate


Governance adalah prinsip yang ke 5 (lima) yaitu akuntabilitas Dewan Komisaris.
Kerangka corporate governance harus memastikan pedoman strategik perusahaan,
pemonitoran manjemen yang efektif oleh dewan komisaris, dan akuntablitas dewan
komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham.

Untuk menciptakan kegiatasan usaha fair dalam penerapan Good Corporate


Governance. Dalam menjalankan tugasnya Dewan Komisaris dapat membentuk
berbagai komite yang membantu fungsi Dewan Komisaris agar berjalan secara efektif.

Dari uraian tersebut, maka tugas komisaris independen lebih berat daripada
komisaris pada umumnya karena disamping bertugas mengawasi direksi dan
perusahaan, komisaris independen juga sebagai ketua Komite Audit yang mengaudit
keuangan perusahaan secara independen. Dan harus menerapkan prisip-prinsip Good
Corporate Governance.

Chatamarrasjid Ais (Sentosa Sembiring: 2012: 115) mengemukakan, tugas


yang harus dilakukan komisaris independen cukup berat, disebut demikian, karena
komisaris independen berkewajiban bersikap independen dan objektif walaupun ia
dipilih oleh pemegang saham mayoritas. Pengertian independen tidaklah berarti bahwa
ia tidak terikat pada kaidah, etika dan profesionalitas, tetapi ia independen dalam
memecahkan dan menganalisis permasalahan yang dihadapi. Komisaris independen
diharapkan dapat menghilagkan praktik-praktik yang kurang atau tidak fair, baik
teradap pemegang saham publik maupun terhadap pemegang saham minoritas. Dengan
kata lain seorang komisaris independen harus mengungkap kebenaran yang fair.

6
B. Tanggung Jawab Komisaris Independen
Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan
secara umum dan atau khusus serta memberikan nasihat kepada direksi dalam
menjalankan perseroan Pada umumnya dalam praktek kegiatan perseroan, komisaris
diberikan kewenangan untuk menyetujui atau tidak menyetujui tindakan-tindakan
tertentu yang akan dilakukan oleh Direksi Perseoan, termasuk untuk menyetujui
laporan tahunan yang akan disampaikan kepada pemegang saham untuk dibahas dalam
Rapat Umum Pemegang Saham tahunan perseroan.

Secara umum tanggung jawab Dewan Komisaris diatur didalam Pasal 114
Undang-Undang Perseroan:

1. Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan perseroan sebagaimana


dimaksud dalam pasal 108 ayat (1).
2. Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian dan
bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat
kepada Direksi sebagimana dimaksud dalam pasal 108 ayat (1) untuk kepentingan
perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
3. Setiap anggota Dewan Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas
kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan
tugasnya sebagaimana dimaksud ayat (2).
4. Dalam hal Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua) anggota Dewan Komisaris atau
lebih, tanggung jawab sebagimana dimaksud pada ayat (3) berlaku secara tanggung
renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris.
5. Anggota Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila dapat membuktikan:
a. Telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati- hatian untuk
kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
b. Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak langsung
atas tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian, dan

7
c. Telah memberikan nasihat kepada direksi untuk mencegah timbul atau
berlanjutnya kerugian tersebut.
6. Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu
persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saam dengan ak suara dapat menggugat
anggota Dewan Komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan
kerugian pada perseroan ke pengadilan negeri.

Selanjutnya Pasal 115 Undang-Undang Perseroan menyebutkan:

1. Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Dewan Komisaris
dalam melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilaksanakan oleh
Direksi dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban
perseroan akibat kepailitan tersebut, setiap anggota Dewan Komisaris secara
tanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan anggota Direksi atas kewajiban
yang belum dilunasi.
2. Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga bagi anggota
Dewan Komisaris yang sudah tidak menjabat 5 (lima) tahun sebelum putusan
pernyataian pailit diucapkan.
3. Anggota Dewan Komisaris sebagimana dimaksud pada ayat (1) apabila dapat
membuktikan:
a. Kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya
b. Telah melakukan tugas pengawasan dengan itikad baik dan keati-hatian untuk
kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
c. Tidak mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung atau tidak langsung atas
tindakan pengurusan oleh Direksi yang mengakibatkan kepailitan
d. Telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah terjadinya
kepailitan.

Terkait dengan tanggung jawab komisaris independen secara umum diatur


didalam Pasal 114 dan Pasal 115 Undang-Undang Perseroan. Tetapi kalau ditinjau

8
secara substansi dari pengertian komisaris independen, maka komisaris independen
tanggung jawabnya lebih besar. Karena komisaris independen memiliki tanggung
jawab utama untuk mendorong diterapkannya prinsip tatakelola perusahaan yang baik
(Good Corporate Governance) di dalam perusahaan melalui pemberdayaan Dewan
Komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada
direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah perusahaan.

Dalam upaya untuk melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik maka


Komisaris Independen harus secara proaktif mengupayakan agar Dewan Komisaris
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi yang terkait dengan
hal-hal sebagai berikut:

1. Memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif, termasuk di


dalamnya memantau jadwal dan efektivitas strategi tersebut.
2. Memastikan bahwa perusahaan mengangkat eksekutif dan manajer- manajer
profesional
3. Memastikan bahwa perusahaan memiliki informasi, sistem pengendalian dan
sistem audit yang bekerja dengan baik.
4. Memastikan bahwa perusahanya mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku
maupun nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya.
5. Memastikan risiko dan potensi krisis selalu diidentifikasikan dan dikelola dengan
baik.
6. Memastikan prinsip-prinsip dan praktik Good Corporate Governance dipatuhi dan
diterapkan dengan baik.

Komisaris independen menjadi organ utama bagi penerapan praktik Good


Corporate Governance, dengan melihat fungsi yang dimiliki. Oleh karena itu, sesuai
dengan nama yang diemban sebagai komisaris independen, maka harus memiliki
independensi, menjalankan fungsinya yaitu sebagai fungsi pengawasan, memiliki

9
profesinalisme dan kepemimpinan yang merupakan hal dasar yang dibutuhkan dari
perannya tersebut.

C. Peraturan Komisaris Independen

Komisaris Independen merupakan anggota Dewan Komisaris yang tidak


memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan
keluarga dengan anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan/atau pemegang
saham pengendali atau dengan perusahaan yang mungkin menghalangi atau
menghambat posisinya untuk bertindak independen sesuai dengan prinsip-prinsip
GCG. Komisaris Independen bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan dan
juga mewakili kepentingan Pemegang Saham minoritas.

Pengangkatan Komisaris Independen diatur dalam Peraturan OJK Nomor


33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan
Publik atau Regulasi Bursa Efek Indonesia dalam Peraturan Bapepam- LK Nomor
IX.I.5 dan Bursa Efek Indonesia Nomor IA Kep- 305/ BEJ/07-2004.

D. Kriteria Komisaris Independen

Keberadaan Komisaris Independen yang ada di Perseroan senantiasa menjamin


mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan
perundangundangan. Adapun kriteria penentuan Komisaris Independen Perseroan
sesuai dengan POJK Nomor 33/ POJK.04.2014 yaitu:

1. Bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan tanggung
jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan
Perseroan dalam waktu enam bulan terakhir, kecuali untuk pengangkatan kembali
sebagai Komisaris Independen Perseroan pada periode berikutnya;
2. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada Perseroan;

10
3. Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan Perseroan, anggota Dewan Komisaris,
anggota Direksi atau Pemegang Saham utama Perseroan;
4. Tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang
berkaitan dengan kegiatan usaha Perseroan..

Komisaris Independen Perseroan telah menandatangani pernyataan independensi yang


dibuat dan diperbaharui secara berkala. Pernyataan tersebut memuat hal-hal sebagai
berikut:

1. Mempunyai akhlak, moral, dan integritas yang baik;


2. Cakap melakukan perbuatan hukum;
3. Dalam lima tahun sebelum pengangkatan dan selama menjabat:

a. Tidak pernah dinyatakan pailit;


b. Tidak pernah menjadi anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris
yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perusahaan dinyatakan pailit;
c. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
keuangan negara dan/ atau yang berkaitan dengan sektor keuangan; dan
d. Tidak pernah menjadi anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris
yang selama menjabat:

1) Pernah tidak menyelenggarakan RUPS Tahunan;


2) Pertanggungjawabannya sebagai anggota Direksi dan/atau anggota Dewan
Komisaris pernah tidak diterima oleh RUPS atau pernah tidak memberikan
pertanggungjawaban sebagai anggota Direksi dan/atau anggota Dewan
Komisaris kepada RUPS; dan
3) Pernah menyebabkan perusahaan yang memperoleh izin, persetujuan, atau
pendaftaran dari OJK tidak memenuhi kewajiban menyampaikan laporan
tahunan dan/atau laporan keuangan kepada OJK.

11
4. Memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan;
5. Memiliki pengetahuan dan/atau keahlian di bidang yang dibutuhkan Perseroan;
6. Bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dan tanggung
jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan
Perseroan dalam waktu enam bulan terakhir, kecuali untuk pengangkatan kembali
sebagai Komisaris Independen Perseroan pada periode berikutnya;
7. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada Perseroan;
8. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Perseroan, anggota Dewan Komisaris,
anggota Direksi, atau Pemegang Saham utama Perseroan;
9. Tidak mempunyai hubungan bisnis baik langsung maupun tidak langsung yang
berkaitan dengan kegiatan usaha Perseroan;
10. Tidak merangkap sebagai anggota Direksi pada lebih dari dua emiten atau
perusahaan publik lain;
11. Tidak merangkap sebagai anggota Dewan Komisaris pada lebih dari dua emiten
atau perusahaan publik lain;
12. Masih tetap bersifat independen dan memenuhi ketentuan sebagai Komisaris
Independen dalam Perseroan.

E. Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Kinerja Perusahaan Keluarga di


Indonesia
Menurut jurnal penelitian yang dilakukan oleh Robin dan Noor Afza Amran
pada tahun 2016 terkait pengaruh dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan
keluarga di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh mekanisme tata
kelola perusahaan internal yaitu dewan komisaris dan komisaris independen terhadap
kinerja perusahaan keluarga. Penelitian ini menggunakan return on equity (ROE)
sebagai pengukuran untuk kinerja perusahaan. Sampel penelitian ini adalah 122
perusahaan yang dikendalikan keluarga yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari
2010 hingga 2014. Temuan ini mengungkapkan bahwa komisaris independen memiliki
hubungan positif dengan kinerja perusahaan. Jumlah komisaris independen yang lebih

12
besar dapat memberikan pandangan dan strategi yang tidak bias yang tidak ditemukan
pada direksi keluarga. Namun, ukuran dewan komisaris tidak memiliki hubungan yang
signifikan dengan kinerja perusahaan. Dewan komisaris yang tinggal lama di
perusahaan dapat membangun hubungan yang baik dengan direktur yang dapat
berdampak pada pengambilan keputusan dan penilaian independen dari dewan
komisaris dalam hal meningkatkan kinerja perusahaan. Selanjutnya, temuan ini juga
memperkaya literatur dan pengetahuan tentang kinerja perusahaan di Indonesia.

Studi ini membuktikan bahwa komisaris independen memiliki hubungan positif


dengan kinerja perusahaan. Semakin banyak komisaris independen memberikan
pandangan yang tidak memihak, membawa pengalaman baru dan yang tidak dapat
ditemukan di antara direktur keluarga. Selanjutnya, semakin banyak komisaris
independen memberikan penyelesaian masalah, lebih banyak strategi, dan penilaian
kritis. Namun, ukuran dewan komisaris tidak berkontribusi pada ROE. Diharapkan
bahwa dewan komisaris yang tinggal lama di suatu perusahaan dapat membangun
seorang pensiunan hubungan yang baik; oleh karena itu, ini akan berdampak pada
pengambilan keputusan dalam hal meningkatkan kinerja perusahaan. Studi ini hanya
berfokus pada perusahaan yang dikendalikan keluarga di Bursa Efek Indonesia, oleh
karena itu, penelitian di masa depan dapat mempertimbangkan untuk membandingkan
keluarga dan perusahaan yang tidak dikendalikan keluarga. Juga, penelitian masa
depan dapat mencakup pendidikan dewan komisaris dan rapat dewan komisaris untuk
diperiksa.

F. Profil Perusahaan PT Lippo Group


PT Lippo Group adalah sebuah perusahaan besar di Indonesia yang didirikan
oleh Mochtar Riady. Grup ini memulai usaha dengan Bank Lippo yang telah berganti
nama dan berubah posisi sahamnya menjadi Bank CIMB Niaga. Perusahaan ini
kemudian mengembangkan diri di usaha properti yang kemudian berkembang di
Indonesia, Cina dan beberapa negara lainnya. Selain di usaha properti juga melakukan
pengembangan bisnis eceran, telekomunikasi, dan berbagai jenis usaha lainnya.

13
Awal mula Lippo Group terbentuk pada tahun 1989 saat Mochtar Rialdy salah
seorang yang memiliki pengaruh besar di dunia ekonomi Indonesia dengan Hasyim
Ning seorang pengusaha sukses di Indonesia bergabung. Saat itu kedua orang ternama
melakukan merger pada bank yang mereka jalankan dengan Bank Umum Asia
sehingga lahirlah Lippo Bank yang menjadi cikal bakal dari Lippo Group. Pada tahun
2008 Lippo Bank melakukan merger dengan CIMB Niaga. Banyaknya merger yang
dilakukan oleh Lippo Group memunculkan anak perusahaan Lippo Group yang
menyebar di berbagai bidang. Selain di bidang jasa keuangan dan pendidikan, Lippo
Group memiliki anak perusahaan di bidang properti regional.
Anak perusahaan Lippo Group antara lain Lippo Karawaci Indonesia, Lippo
Cikarang, Matahari, OUE Singapore, Auric Pacific, Hypermart, First REIT, LMIR
REIT, Siloam Hospitals Indonesia serta Lippo Incheon Development. Untuk
menunjang proyeknya dalam pengembangan perkotaan, Lippo melebarkan jaringan
dengan menjamah berbagai bidang yaitu bidang teknologi telekomunikasi, multimedia,
jasa keuangan dan masih banyak lagi. Lippo juga berkecimpung dalam bisnis ritel
dimana menjalankan foodmart, hypermarket serta supermarket dibawah naungan
Matahari Department Store serta Matahari Putra Prima.
Lippo Karawaci adalah anak perusahaan Lippo yang berfokus pada bidang
properti serta pembangunan infrastruktur untuk kelas atas. Lippo Karawaci sendiri
memiliki banyak anak perusahaan, ada yang dimasukkan dalam kategori Urban
Development yaitu Lippo Cikarang, Lippo Village, San Diego Hills serta Tanjung
Bunga. Lippo Karawaci memiliki beberapa anak perusahaan lain yang mendukung
bisnis dibidang pembangunan kota diantaranya Hotel aryaduta, Lippo Malls serta
Rumah Sakit Siloam Hospital.

14
.

G. Meikarta
Lippo Group sudah terbiasa mengerjakan proyek di bidang properti di dalam
dan luar negeri dengan skala besar. Setelah anak perusahaan Lippo Group menggarap
Lippo Village Karawaci, Meikarta menjadi proyek terbesar yang diusung Lippo Group
selama 67 tahun sejak berdirinya Lippo Group. Dengan berbagai anak perusahaan yang
dimiliki Lippo tidak menjadi tantangan yang sulit untuk membangun kawasan dengan
konsep All in one city ini

Meikarta merupakan salah satu kota modern dengan budget anggaran sebesar
278 Triliun rupiah. Kota ini dibangun di area seluas 22 juta m2 di wilayah Cikarang
Bekasi. Proses pembangunan sarana dan prasarana apartemen sudah dimulai sejak awal
tahun 2016.

Pihak Lippo Group merencanakan akan segera menyelesaikan pembangunan


50 Tower apartemen pencakar langit berlantai 35 hingga 46 lantai dan siap dihuni
hingga akhir Desember Tahun 2018.Hadirnya akses tol Cibatu di km 43 tol Jakarta-
Cikampek, yang diluncurkan September 2014 membuat Meikarta menjadi lebih dekat

15
dan mudah dijangkau dari Jakarta dan Bandung. Tak hanya itu, aksesibiltas lengkap
yang akan hadir tersebut juga mampu menyediakan manfaat baik dari aspek sosial
maupun ekonomi bagi kawasan kota dan sekitarnya.
Sebagai kota baru yang memiliki komitmen tinggi terhadap lingkungan, seluruh
proses perencanaan maupun pelaksanaan pengembangan kawasan merupakan
implementasi dari ecological planning method, yaitu dalam setiap pengembangannya,
Meikarta selalu mengutamakan kondisi alam sekitar, meliputi segi topografi,
hidrologi, akses, hingga demografi. Dengan seluruh proses ini, diharapkan berhasil
dalam menciptakan lingkungan yang berkesinambungan dan berkontribusi bagi
seluruh warganya. Meikarta memiliki Konsep Kota yang berambisi menyaingi
Jakarta, Adapun Konsep tersebut :
1. 4 layer (tingkat) of well planned networks.
2. Central Park dengan luas 100 HA
3. Indonesian Sillicon Valley yang akan ditempati perusahaan IT besar dunia
seperti google, Twitter, Facebook, Oracle, Intel Ebay, Yahoo Dll.
4. International Exhibition and Convention Centre dengan perbandingan jika
JHCC menampung 15.000 orang dan ICE BSD 10.000 orang maka Meikarta
memiliki kapasitas ruang yang menampung 200.000 orang.
5. Pusat Penelitian Industri. Mengingat lokasi nya terletak dipusat Industri
Indonesia yang 60 persen lokasi industri di Indonesia berada di sekitar wilayah
Meikarta. Yaitu di wilayah antara Bekasi dan Cikarang.
6. Pusat Keuangan internasional.
7. Meikarta akan membangun 10 Mall dan pusat perdagangan dengan luas 1, 500,
000 M2
8. Shopping Street
9. 10 Hotel Berbintang Lima Terkenal
10. Tiga Universitas terkemuka Indonesia
11. Sekolah-sekolah terkemuka dan ternama bertaraf Internasional.
12. Perpustakaan Nasional.

16
13. Healthcare Centre dan International Hospital yang akan menjadikan pusat
rumah sakit terbesar di Asia.
14. Pusat Kegiatan Seni dan Budaya.
15. Opera Theater
16. dan Pusat Olah Raga bertaraf International
Dengan melihat konsep tersebut, terhitung penjualan pada saat hari pertama
acara Grand Launching cukup besar mencapai 16.800 unit sampai dengan pukul
14.00 wib. Terdapat Progress ( Dua Puluh Type Kamar dan luas) Apartement di
Meikarta. Jumlah peminat pun tercatat dan akan terus bertambah sesuai dengan
perkembangan kawasan yang pesat tersebut.

H. Kronologi Kasus PT Lippo Cikarang


Meikarta merupakan proyek kota terencana yang dibangun oleh PT Lippo
Karawaci Tbk di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Meikarta resmi diluncurkan pada 17
Agustus 2017. Proyek kota terencana tersebut berada di dekat Jalan Tol Jakarta-
Cikampek. Proyek tersebut rencananya menyasar kalangan menengah ke bawah.
Pembangunan proyek tersebut menuai protes dari beberapa pihak, termasuk Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI) dan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar karena tidak
memiliki izin untuk membangunnya.
Berdasarkan identifikasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), praktik suap
ini dilakukan untuk keuntungan korporasi, yakni PT Lippo Cikarang, dari izin proyek
tersebut. PT Lippo Cikarang didentifikasi enam proses perizinan berbau praktik suap.
Perizinan tersebut di antaranya lzin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT), lzin
Prinsip Penanaman modal dalam negeri, Izin Lingkungan dan Izin Mendirikan
Bangunan (IMB), hingga Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten Bekasi.
KPK menetapkan sembilan orang tersangka dalam kasus suap perizinan proyek
Meikarta. Lima orang dari jajaran Pemerintah Kabupaten Bekasi sebagai penerima

17
suap, yakni Bupati Bekasi Neneng Hassanah Yasin, Kepala Dinas PUPR Kabupaten
Bekasi Jamaludin, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Pemkab Bekasi Sahat MBJ
Nahor, Kepala Dinas DPMPTSP Kabupaten Bekasi Dewi Tisnawati, dan Kepala
Bidang Tata Ruang Dinas PUPR Kabupaten Bekasi Neneng Rahmi.Kemudian empat
orang swasta sebagai pemberi suap, yakni Direktur Operasional Lippo Group Billy
Sindoro, konsultan Lippo Group Taryadi dan Fitra Djaja Purnama, serta Pegawai Lippo
Group Henry Jasmen. Para tersangka dari jajaran pemkab Bekasi diduga menerima Rp
7 miliar sebagai bagian dari fee fase pertama dengan total Rp 13 miliar.

Wakil Ketua KPK Laode M Syarif menjelaskan pengungkapan kasus Meikarta


bermula dari informasi masyarakat hingga penyelidikan sejak November 2017.
Setahun kemudian, pada pertengahan Oktober 2018, KPK melakukan Operasi Tangkap
Tangan di Kabupaten Bekasi dan Surabaya. Pada 14 Oktober 2018, KPK
mengidentifikasi adanya penyerahan uang dari konsultan Lippo Group bernama
Taryudi kepada Kepala Bidang Tata Ruang Dinas PUPR Kabupaten Bekasi Neneng
Rahmi. Setelah penyerahan uang, keduanya, yang menggunakan mobil masing-
masing, berpisah.

Sejam kemudian, Tim KPK mengamankan Taryudi di jalan area Perumahan


Cluster Bahama, Cikarang, Jawa Barat. KPK menemukan uang senilai 90 ribu dolar
Singapura dan Rp 23 juta di mobil Taryudi. Di saat yang bersamaan Tim KPK lainnya
mengamankan konsultan Lippo Group bernama Fitra Djaja Purnama di kediamannya
di Surabaya.

Fakta di balik kasus suap proyek Meikarta


1. Pengelola Menginginkan jalan pintas
Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR )mengenai kasus suap proyek Meikarta.
Menurutnya, izin lahan proyek Meikarta sebetulnya sudah tidak ada masalah. Meikarta
sudah mengantongi izin resmi luas lahan seluas 84,6 hektar dan sisanya masih dalam

18
proses. Proyek Meikarta suudah diberi izin tata ruang sebesar 84 hektar. Tersisa lahan
sekitar 300 hektare lebih belum mendapat izin resmi sebab masih dalam proses. Sofyan
menilai pihak Meikarta tidak mau melalui proses yang lama dan panjang sehingga
memilih melakukan suap untuk mempercepat proses tersebut.
2. Suap demi percepat izin biasa terjadi
Wakil Presiden Jusuf Kalla menanggapi terkait Bupati Bekasi Neneng Nurhayati Yasin
yang ditetapkan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus
dugaan suap proyek Meikarta di Cikarang. JK menjelaskan fenomena tersebut sudah
sering terjadi, dan salah satu faktor para kepala daerah terjerat kasus suap karena
pengusaha yang ingin cepat dalam mengurus perizinan.
Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh
Indonesia (APERSI), Eddy Ganefo, mengatakan bisnis properti memang rentan
terhadap kasus suap. Hal ini disebabkan karena adanya peluang yang terjadi di
lapangan.
Baik dari pemerintah dan pengembang sama-sama saling memanfaatkan. Bagi pemberi
izin memanfaatkan posisi dengan mempersulit pembuatan perizinan sementara dari
pihak pengembang menginginkan agar masalah perizinan cepat selesai agar proses
pembangunan cepat berlangsung.
3. Baru 24 tower yang diberi izin
Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Bekasi
mencatat, baru 24 tower dari 53 tower di kawasan Meikarta yang mengantongi izin
mendirikan bangunan (IMB).
4. Pengelola pastikan proyek tetap berlanjut
PT Mahkota Sentosa Utama (PT MSU), selaku pengelola proyek Meikarta,
memastikan keberlanjutan proyek meski tengah terbelit kasus suap di Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). PT MSU dapat meneruskan pembangunan yang telah
dan masih berjalan, sesuai dengan komitmen kepada pembeli, serta upaya dan
kontribusi kami untuk membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia selaku pihak yang
mengerjakan proyek Meikarta. PT MSU akan bertanggung jawab untuk memenuhi

19
kewajiban-kewajiban perusahaan yang berkaitan dengan pembangunan di Meikarta
agar semua prosesnya berjalan baik dan lancar sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku.Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mendesak manajemen
Meikarta memberi kejelasan keberlanjutan proyek. Berdasar data Bidang Pengaduan
YLKI pada 2018, pengaduan masalah properti menduduki paling tinggi, dan 43 persen
dari pengaduan properti tersebut melibatkan konsumen Meikarta .

20
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi
dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali,
serta bebas hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengarui
kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi
kepentingan perusahaan. Dewan komisaris merupakan lembaga pengawas dalam
menjalankan tugasnya, harus mengacu kepada maksud dan tujuan perseroan. Jadi
penekanannya kepada maksud dan tujuan perseroan. Penekanan seperti ini tentu punya
alasan, sebab salah satu karakteristik Perseroan Terbatas sebagai Badan Hukum adalah
mempunyai kepentingan sendiri. Dalam penjelasan Pasal 108 ayat (2) dikemukakan
yang dimaksud dengan untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan adalah bahwa pengawasan dan pemberian nasihat yang dilakukan oleh
Dewan Komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu, tetapi untuk
kepentingan perseroan secara menyeluruh dan sesuai dengan maksud dan tujuan.

Salah satu prinsip yang termuat dalam prinsip-prinsip Good Corporate


Governance adalah prinsip yang ke 5 (lima) yaitu akuntabilitas Dewan Komisaris.
Kerangka corporate governance harus memastikan pedoman strategik perusahaan,
pemonitoran manjemen yang efektif oleh dewan komisaris, dan akuntablitas dewan
komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham.

Untuk menciptakan kegiatasan usaha fair dalam penerapan Good Corporate


Governance. Dalam menjalankan tugasnya Dewan Komisaris dapat membentuk
berbagai komite yang membantu fungsi Dewan Komisaris agar berjalan secara efektif.

Dari uraian tersebut, maka tugas komisaris independen lebih berat daripada
komisaris pada umumnya karena disamping bertugas mengawasi direksi dan

21
perusahaan, komisaris independen juga sebagai ketua Komite Audit yang mengaudit
keuangan perusahaan secara independen. Dan harus menerapkan prisip-prinsip Good
Corporate Governance.

22
DAFTAR PUSTAKA

Alijoyo, A. & S. Zaini. 2004. “Komisaris Independen Penggerak Praktik GCG di


Perusahaan” Indeks. Jakarta.

http://mynoteart.blogspot.com/2014/09/company-profile-lippo-group.html

https://mei-karta.com/blog/anak-perusahaan-lippo-group/

https://www.merdeka.com/uang/5-fakta-di-balik-kasus-suap-mega-proyek-
meikarta.html

https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5987c5659eef4/komisaris-
independen-dan-utusan/

http://www.indocement.co.id/v5/id/compliance/dewan-komisaris/komisaris-
independen

Neliti. “Peran Komisaris Independen dalam Mewujudkan Good Corporate”


https://media.neliti.com › mediaPDF

Robin. 2016. “The Effect of Board of Commissioners on Family Firms Performance in


Indonesia”. Volume. 22 No. 12

Safrezi Fitra. 2019. “Kasus Meikarta Mengarah ke Kejahatan Korporasi”


https://katadata.co.id/telaah/2019/08/02/kasus-meikarta-yang-mengarah-ke-
kejahatan-korporasi (Diakses pada tanggal 18 oktober jam 20.32)

23

Anda mungkin juga menyukai