Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya.
Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah dipengaruhi oleh besarnya kelahiran (Birth), kematian (Death),
migrasi masuk (In Migration), dan migrasi keluar (Out Migration). Penduduk akan bertambah jumlahnya
apabila terdapat bayi yang lahir dan penduduk yang datang, dan penduduk akan berkurang jumlahnya
apabila terdapat penduduk yang mati dan penduduk yang keluar wilayah tersebut.
1. Kelahiran (Natalitas)
Kelahiran bersifat menambah jumlah penduduk. Ada beberapa faktor yang mendukung kelahiran (pro
natalitas) antara lain:
a. Menikah pada usia muda, karena ada anggapan bila terlambat menikah keluarga akan malu.
b. Anak dianggap sebagai sumber tenaga keluarga untuk membantu orang tua.
e. Anggapan bahwa penerus keturunan adalah anak laki-laki, sehingga bila belum ada anak laki-laki,
orang akan ingin mempunyai anak lagi.
b. Adanya ketentuan batas usia menikah, untuk wanita minimal berusia 16 tahun dan bagi laki-laki
minimal berusia 19 tahun.
d. Adanya pembatasan tunjangan anak untuk pegawai negeri yaitu tunjangan anak diberikan hanya
sampai anak ke 2.
2. Kematian (Mortalitas)
Kematian bersifat mengurangi jumlah penduduk dan untuk menghitung besarnya angka kematian
caranya hampir sama dengan perhitungan angka kelahiran. Banyaknya kematian sangat dipengaruhi oleh
faktor pendukung kematian (pro mortalitas) dan faktor penghambat kematian (anti mortalitas).
d. Terjadinya peperangan
Faktor utama kelahiran dan kematian adalah adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
terutama kemajuan di bidang kesehatan. Dengan kemajuan teknologi kesehatan kelahiran dapat diatur
dan kematian dapat dicegah. Ini semua mengakibatkan menurunnya angka kematian secara drastis atau
mencolok.
Menurut statistik demografi dalam jangka waktu sekitar seperempat abad mendatang jumlah penduduk
kota di negara-negara yang sedang berkembang akan bertambah kira-kir 1,3 triliun jiwa, atau kurang
lebih dua kali tipat iumlah penduduk pada tahun 1975. Jumlah penduduk kota pada tahun 1975
merupakan 28 persen dari total penduduk. ]umlah ini akan meningkat menjadi lebih dari 42 persen pada
tahun 2000, yang berarti bahwa kurang lebih dua pertiga dari jumlah pertambahan penduduk berada di
wilayah-wilayah perkotaan. Hal ini menciptakan pertambahan yang dramatis pula dalam unit perumahan
fisik dan penyempurnaan permukiman (Rahardjo Adisasmita:2005).
Secara sederhana kualitas lingkungan hidup diartikan sebagai keadaan lingkungan yang dapat
memberikan daya dukung optimal bagi kelangsungan hidup manusia pada suatu wilayah. Kualitas
lingkungan dicirikan antara lain dari suasana yang membuat orang merasa betah atau kerasan tinggal di
tempatnya sendiri. Berbagai keperluan hidup terpenuhi dari kebutuhan dasar atau primer, meliputi
makan, minum, perumahan, sampai kebutuhan rohani atau spiritual meliputi pendidikan, rasa aman,
dan sarana ibadah. Kualitas lingkungan hidup dapat dibedakan berdasarkan karakteristik biofisik, sosial-
ekonomi, dan budaya.
a. Lingkungan Biofisik
Lingkungan biofisik adalah lingkungan yang terdiri atas komponen biotik dan abiotik yang berhubungan
dan saling memengaruhi satu dengan lainnya. Komponen biotik merupakan makhluk hidup, seperti
hewan, tumbuhan, dan manusia. Adapun komponen abiotik terdiri atas benda- benda mati, seperti
tanah, air, udara, dan cahaya matahari. Kualitas lingkungan biofisik disebut baik jika interaksi
antarkomponen berlangsung dengan seimbang.
b. Lingkungan Sosial-Ekonomi
Standar kualitas lingkungan sosial-ekonomi disebut baik jika kehidupan manusia akan kebutuhan
sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kebutuhan hidup lainnya dapat terpenuhi.
c. Lingkungan Budaya
Lingkungan budaya dapat berupa bangunan, peralatan, pakaian, senjata, dan juga termasuk nonmateri,
seperti tata nilai, norma, adat istiadat, kesenian, dan sistem politik. Standar kualitas lingkungan budaya
dikatakan baik jika di lingkungan tersebut dapat memberikan rasa aman dan sejahtera bagi semua
anggota masyarakatnya dalam menjalankan dan mengembangkan sistem budayanya.
Hal lain yang tidak kalah penting untuk diketahui di dalam memahami kualitas lingkungan adalah daya
dukung lingkungan (carrying capacity). Daya dukung lingkungan adalah ukuran kemampuan suatu
lingkungan mendukung sejumlah kumpulan atau populasi jenis makhluk hidup tertentu untuk dapat
hidup dalam suatu lingkungan tertentu. Misalnya, lahan pertanian sawah, perkebunan, hutan, rawa,
sungai, danau, pantai, desa, kota, permukiman, dan kawasan industri. Adapun sejumlah individu atau
kelompok tertentu dapat berupa tumbuh-tumbuhan, binatang, ataupun manusia.
Daya dukung lingkungan sangat berkaitan erat dengan kepadatan (densitas) suatu populasi atau
jumlah makhluk hidup yang terdapat dalam suatu lingkungan tertentu. Dengan mengetahui daya dukung
atau kemampuan lingkungan dalam mendukung populasi di atasnya, dapat dihitung kemampuan
tertinggi (maksimal) lingkungan tersebut. Tingkat kepadatan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam,
yaitu sebagai berikut.
Kepadatan populasi mencapai tingkat berlebih jika kepadatannya melebihi kepadatan yang mampu
didukung. Dapat dikatakan juga bahwa lingkungan telah sampai kepada batasnya sehingga pada saat
yang bersamaan akan terjadi masalah lingkungan atau ketimpangan ekologi.
1. Pasal 1 ayat 2
2. Pasal 1 ayat 12
3. Pasal 4 ayat 1
BAB lll
PEMBAHASAN
Pertumbuhan penduduk dapat menimbulkan dampak yang sangat luas, apalagi jika pertumbuhan
penduduk yang terjadi cenderung berdampak negatif. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan penduduk
yang terjadi tidak di imbangi oleh sarana dan prasarana yang memadai, banyak sekali dampak negatif
yang dapat ditimbulkan.
Dilihat dari perspektif ekologis pertumbuhan penduduk yang cepat dapat berdampak kepada
meningkatnya kepadatan penduduk, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan mutu lingkungan secara
menyeluruh. Menurut Soemarwoto (1991:230-250) bahwa secara rinci dampak kepadatan penduduk
sebagai akibat laju pertumbuhan penduduk yang cepat terhadap kelestarian lingkungan adalah sebagai
berikut:
4. Meningkatnya limbah rumah tangga sering disebut dengan limbah domestik. Dengan naiknya
kepadatan penduduk berarti jumlah orang persatuan luas bertambah. Karena itu jumlah produksi limbah
persatuan luas juga bertambah. Dapat juga dikatakan di daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi,
terjadi konsentrasi produksi limbah.
5. Pertumbuhan penduduk yang terjadi bersamaan dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang
melahirkan industri dan sistem transport modern. Industri dan transport menghasilkan limbah industri
dan limbah transport. Di daerah industri juga terdapat kepadatan penduduk yang tinggi dan transport
yang ramai. Di daerah ini terdapat produksi limbah domestik, limbah industri dan limbah transport.
7. Semakin besar jumlah penduduk, semakin besar kebutuhan akan sumber daya. Bagi penduduk
agraris, meningkatnya kebutuhan sumber daya yang utama adalah kebutuhan lahan dan air. Dengan
berkembangnya teknologi dan ekonomi, kebutuhan akan sumber daya lain juga meningkat, yaitu bahan
bakar dan bahan mentah untuk industri. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan sumber daya,
terjadilah penyusutan sumber daya. Penyusutan sumber daya berkaitan erat dengan pencemaran. Makin
besar laju penyusutan maka semakin besar dan pada umumnya semakin besar pula pencemaran.
Kerusakan lingkungan dari aspek pertanian dan kehutanan merupakan dua aspek yang menonjol.
Pertumbuhan penduduk, penggunaan teknologi modern dan kurangnya kesadaran terhadap lingkungan
adalah faktor penyebab kerusakan lingkungan. Di bidang pertanian, semakin besar jumlah penduduk
maka kebutuhan akan bahan makanan semakin meningkat, berakibat pada peningkatan produksi bahan-
bahan makanan yang semakin meningkat dan memadai. Diantaranya dengan melakukan ekstensifikasi
dan intensifikasi pertanian.
Penggunaan pupuk yang terlalu berlebihan menyebabkan tercemarnya lingkungan perairan dan sungai.
Di samping itu ada beberapa jenis insektisida (golongan organokhlorin) yang menjadi ancaman terbesar
terhadap kualitas air (Wijono, 1998). Dengan demikian pemakaian atau penggunaan bahan-bahan kimia
yang sangat besar telah menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan yang berakibat kepada
menurunnya derajat kesehatan masyarakat.
Menurut Jones (1993) sektor kehutanan telah mengalami satu delematika yang tajam. Satu sisi hutan
merupakan sumber daya alam yang harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat (walaupun dalam
prakteknya, justru hanya untuk kepentingan sekelompok orang), sementara disisi lain, pemerintah
mempunyai kewajiban untuk tetap menjaga dan memelihara kelestarian hutan dengan segala isinya.
Akan tetapi dalam keadaan seperti ini ternyata terjadi tarik menarik, dimana akhirnya kepentingan
ekonomi dapat mengalahkan kepentingan ekologi.
Pertumbuhan penduduk yang cepat juga memberikan andil besar dalam kerusakan hutan. Terjadinya
konversi lahan hutan dijadikan sebagai lahan perumahan, pertanian dan proyek-proyek industri adalah
wujud dari pertambahan penduduk yang signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan penduduk
baik tekanan yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar ternayata telah menyebabkan
terjadinya konversi lahan. Tekanan dari luar dapat dilihat dari dampak kepadatan penduduk yang
mengakibatkan tekanan kuat terhadap lahan pertanian. Akibatnya upaya melakukan perambahan hutan
sebagai satu-satunya alternatif pemenuhan lahan pertanian, tanpa memperdulikan dampak dari
kelestariannya.
3.2 Kondisi Pertumbuhan Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, dan Keadaan Lingkungan di Tiga Negara
Berpenduduk Terbesar di Dunia
Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, pertumbuhan penduduk memiliki
dampak terhadap lingkungan. Jika dikaitkan dengan aspek ekonomi, pertumbuhan penduduk juga
berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Semakin besar jumlah penduduk, maka kebutuhan akan
konsumsi, pengeluaran pemerintah untuk layanan sosial, dan lain lain juga meningkat sehingga nilai
pendapatan domestik bruto suatu negara juga akan cenderung meningkat. Pertumbuhan ekonomi yang
juga dipengaruhi oleh produksi suatu negara juga mempengaruhi kualitas lingkungan. Peningkatan
produksi mengakibatkan pertumbuhan ekonomi, namun di sisi lain peningkatan produksi juga cenderung
menyebabkan peningkatan polusi atau limbah, yang berpengaruh pada menurunnya kualitas lingkungan.
Kualitas lingkungan memiliki beberapa indikator, namun dalam pembahasan makalah ini akan digunakan
dua indikator, yakni indikator emisi gas karbon dioksida (CO2 Emission) dan persentase lahan pertanian
(% forest area)
Menurut data yang diperoleh dari WorldBank, lima negara dengan penduduk terbesar di dunia adalah
China, India, Amerika Serikat, Indonesia, dan Brazil. China dan India jumlah penduduknya bahkan
mencapai lebih sari satu milyar jiwa. Dalam pembahasan ini, akan ditunjukkan kondisi tiga negara
dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, yakni China, India, dan Amerika Serikat