KELOMPOK 1
Nama Kelompok :
1. Debbi Devinta Ambri (1406305027 / 01)
2. Nadya Anjani (1406305043 / 02)
3. Putu Ari Raditya (1406305088 / 07)
4. I Kadek Widhiadnyana (1406305117 / 13)
5. I Dewa Gede Ngurah Raditya (1406305159 / 24)
2
Perkembangan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Desa Pakraman di
Provinsi Bali sampai saat ini cukup pesat. Jika dicermati data laporan PT Bank
Pembangunan Daerah (BPD) Bali, perkembangan LPD di Bali sangat
menggembirakan. Setelah 30 tahun berjalan, keberadaan LPD terbukti mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedesaan sekaligus menyangga tumbuh
dan berkembangnya budaya Bali sebagai aset bangsa. LPD tidak saja memerankan
fungsinya sebagai lembaga keuangan yang melayani transaksi keuangan masyarakat
desa tetapi telah pula menjadi solusi atas keterbatasan akses dana bagi masyarakat
pedesaan yang nota bene merupakan kelompok masyarakat dengan kemampuan
ekonomi terbatas.
Kesuksesan LPD ini merupakan buah dari konsep pendirian dan pengelolaan
LPD yang digali dari kearifan lokal dan kultural masyarakat Bali yang berbasis pada
kebersamaan, kekeluargaan dan kegotong-royongan. Kendati ide pendirian LPD
berasal dari Pemerintah Daerah Bali (Gubernur Prof. IB Mantra), akan tetapi sujatinya
gagasan itu digali dari sesuatu yang telah berkembang sebagai kultur dan kearifan
lokal masyarakat Bali. Artinya, gagasan LPD sesungguhnya berakar pada adat dan
budaya masyarakat Bali.
Penyebab kesuksesan LPD juga berasal dari pola pengelolaan yang berbasis
komunitas dengan landasan nilai-nilai kekeluargaan dan kegotong-royongan dalam
bingkai adat dan budaya Bali. Masyarakat di Desa Pakraman menjadi pemilik
sekaligus pengelola LPD yang menjalankan tugas dan fungsinya dalam ikatan
komitmen untuk mencapai kesejahteraan dan kemajuan bersama.
Sebagai buah dari inisiatif dan pengelolaan oleh masyarakat Desa Pakraman
itu lalu hasil yang dicapai juga akhirnya dinikmati secara bersama-sama. Hasil
bersama itu tidak saja tercermin melalui manfaat ekonomi, tetapi yang jauh lebih
penting adalah manfaat sosial-budaya berupa semakin kokohnya adat dan budaya.
LPD menjadi sumber utama pendanaan kegiatan adat, budaya maupun sosial
masyarakat di Desa Pakraman.
Tujuan pendirian sebuah LPD pada setiap desa adat, berdasarkan penjelasan
peraturan Daerah No.2/ 1988 dan No. 8 tahun 2002 mengenai lembaga peerkreditan
desa(LPD), adalah untuk mendukung pembangunan ekonomi perdesaan melalui
peningkatan kebiasaan menabung masyarakat desa dan menyediakan kredit bagi
usaha skala kecil, untuk menghapuskan bentuk – benttuk eksploitasi dalam hubungan
kredit, untuk menciptakan kesempatan yang setara bagi kegiatan usaha pada tingkat
3
desa, dan unttuk meningkatkan tingkat monetisasi didaerah perddesaan (Government
of Bali, 1988, Government of Bali, 2002).
Ada empat faktor yang saling terkait yang dapat menjelaskan pertumbuhan
LPD yang sangat cepat tersebut sebagai lembaga perantara keuangan di provinsi Bali.
1. Pertama, pertumbuhan LPD yang cepat tersebut secara tidak langsung
menunjukan bahwa pemerintah provinsi Bali memiliki keinginan politis yang kuat
untuk menyediakan akses kredit bagi masyarakatnya melaluui pendirian LPD.
2. Kedua, pertumbuhan yang sangat cepat pada portofolio nasabah dan pinjaman
LPD mengindikasikan bahwa LPD – baik sebagai lembaga keungan maupun
mekanisme tata- kelolanya – sesuai dengan dan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat Bali, terutama didaerah perdesaan.
3. Ketiga, Karena masing – masing LPD beroperasi hanya disebuah desa adat yang
wilayahnya relatih kecil, anggota komunitas memiliki informasi yang cukup
mengenai LPD dan dapat dengan mudah mengaksesnya.
4. Keempat, jumlah tabungan menunjukan bahwa LPD bukan hanya merupakan
lembaga pemberi pinjaman ( lending institution) tetapi juga sebagai lembaga
tabungan (saving institution), yang berarti LPD telah mampu berperan sebagai
lembaga perantara keuangan seperti halnya Bank umum.
4
semakin luas, sejalan dengan kemajuan peradaban, teknologi informasi dan
globalisasi perekonomian. Karena LPD merupakan perusahaan yang dinamis
sehingga mendorong pertumbuhan perekonomian, sehingga usaha LPD bukan saja
sebagai penyimpanan dan pemberian kredit, tetapi juga sebagai alat lalu lintas
pembayaran, stabilitas dan pembayaran, stabilitas dinamisator pertumbuhan
perekonomian suatu desa. Dari pengertian di atas, dapat diartikan bahwa LPD adalah
suatu lembaga perantara dalam proses peredaran uang, maupun sebagai sumber
pembiayaan pembangunan di wilayah desa adat yang ada di Bali pada umumnya.
5
a. Menerima/menghimpun dana dari krama desa dalam bentuk tabungan dan
deposito.
b. Memberikan pinjaman untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif pada
sektor pertanian, industri/kerajinan kecil, perdagangan dan usaha-usaha lain yang
dipandang perlu.
c. Usaha-usaha lain yang bersifat pengerahan dana desa.
d. Penyertaan modal pada unsur-unsur lainnya.
e. Menerima pinjaman-pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan.
8
5 Perbedaan LPD dengan Lembaga Keuangan Lainnya
LPD sebagai lembaga keuangan milik komunitas desa pakraman memiliki
perbedaan yang sangat besar dengan lembaga-lembaga keuangan lain.
a. LPD dengan Bank
LPD sebagai lembaga keuangan komunitas desa pakraman menggunakan Pasal 18A
dan Pasal 18B Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
dasar konstitusinya, sedangkan Bank berpedoman Pasal 23D, dan Pasal 33 Undang-
undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai dasar
konstitusinya. LPD memiliki landasan konstitusional yang berbeda dengan Bank,
selain landasan konstitusional yang berbeda dasar hukum LPD juga memiliki
perbedaan dengan Bank. LPD menggunakan Undang-undang No.32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, sedangkan Bank menggunakan Undang-undang No.7
Tahun 1992 tentang Perbankan sebagai dasar hukumnya. Sifat keanggotaan LPD
adalah tertutup dan yang boleh menjadi anggota hanyalah warga masyarakat desa
pakraman sedangkan Bank sifat keanggotaannya adalah umum siapapun berhak
menjadi anggota dengan berdasarkan atas pilihan dari pemegang saham
b. LPD dengan Lembaga Keuangan Mikro
LPD dibandingkan dengan Lembaga Keuangan Mikro juga menganut dasar
konstitusional yang berbeda. Lembaga Keuangan Mikro selanjutnya disebut LKM,
menggunnakan dasar konstitusional yakni Pasal 33 Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan LPD menggunakan Pasal 18A dan Pasal
18B Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan
konstitusionalnya. LKM menggunakan Undang-undang No.1 Tahun 2013 yang
disahkan pada 11 Desember 2012 lalu sebagai dasar hukum dari LKM. LKM
didirikan dengan motif untuk menunjang kebutuhan usaha kecil menengah dari
masyarakat dengan memberikan pinjaman dengan transaksi-transaksi kecil dan jangka
pendek agar dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat,
sedangkan motif pendirian LPD adalah memelihara kebudayaan yang ada di Bali serta
sebagai sarana untuk mensejahterakan masyarakat desa pakraman dengan dasar
hukum Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Kepemilikan LKM dapat dimiliki oleh siapapun bagi seluruh warga negara indonesia
dan badan usaha milik desa/kelurahan serta pemerintah daerah kabupaten/kota dan
atau koperasi, sesuai dengan ketentuan Pasal 8 Undang-undang No.1 Tahun 2013.
9
Berbeda dengan LPD yang berperan sebagai lembaga komunitas desa pakraman yang
kepemilikannya hanya diperuntukan bagi seluruh masyarakat desa pakraman
c. LPD dengan Koperasi
Koperasi sama seperti lembaga keuangan lainnya menggunakan pasal 33 Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan
konstutusionalnya, dan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya sudah jelas berbeda
dengan LPD yang menggunakan Pasal 18A dan Pasal 18B Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan konstitusionalnya. Terlepas
dari landasan konstitusional yang berbeda, Koperasi juga memiliki tujuan yang
berbeda dengan LPD bila dicermati secara seksama. Sesuai dengan ketentuan Pasal 4
Undang-undang No.17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian dapat diketahui bahwa
Koperasi didirikan dengan tujuan untuk mensejahterakan anggota pada khususnya
kemudian masyarakat pada umumnya, sedangkan LPD mengemban tujuan
memelihara kebudayaan yang ada di Bali serta sebagai sarana untuk mensejahterakan
masyarakat desa pakraman. Keanggotaan Koperasi dijelaskan dalam Pasal 26
Undang-undang No.17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian bahwa keanggotaan
Koperasi bersifat umum dan setiap warga negara Indonesia yang mampu
melaksanakan tindakan hukum dan dapat bertanggung jawab dapat menjadi anggota
Koperasi, berbeda dengan LPD yang keanggotaannya mencakup seluruh masyarakat
desa pakraman, jadi yang dapat menjadi anggota pengurus LPD hanyalah masyarakat
desa pakraman ditempat dimana LPD yang bersangkutan melaksanakan kegiatannya.
Lebih lanjut dijelaskan pada Perda Tingkat I Bali Nomor 2 Tahun 1988 dalam
pasal 6 bahwa modal terdiri dari :
a. Swadaya masyarakat sendiri dan atau irunan krama desa.
b. Bantuan pemerintah.
10
c. Modal LPD dalam perkembangan lebih lanjut terdiri dari pemupukan modal,
pemanfaatan tabungan nasabah dan pinjaman.
7.3 Produk yang Dikeluarkan oleh Suatu LPD Diterima oleh Masyarakat Desa
Pakraman
Faktor pendukung keberhasilan yang ketiga masih berhubungan dengan faktor
kedua, pada faktor yang ketiga pengurus LPD menilai bahwa pendukung atas
berhasilnya suatu LPD hingga sampai seperti saat ini bahwa produk-produk yang
11
mereka miliki dapat diterima dengan baik dan dimanfaatkan secara bijak oleh
masyarakat desa pakramannya. LPD dalam kiprahnya selama beberapa tahun
belakangan dengan bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat desa pakraman telah
mengeluarkan produk-produk yang inovatif dan tentunya dinilai sangat membantu
oleh masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Suartana, I Wayan. 2009. Aristektur Pengelolaan Risiko Pada Lembaga Perkreditan Desa
(LPD). Udayana University Press: Bali.
http://rismameiky.blogspot.co.id/2014/05/tugas-bank-lembaga-keuangan.html [Diakses pada tanggal
29 Oktober 2016].
http://letsreadingme.blogspot.co.id/2015/05/pengertianperan-dan-fungsi-lembaga.html?m=1[Diakses
pada tanggal 29 Oktober 2016].
12