STRUKTUR MOLEKUL
II
Tujuan Pembelajaran :
1. Geometri molekul
Geometri molekul adalah susunan tiga-dimensi dari atom-atom dalam suatu molekul.
Geometri molekul mempengaruhi sifat-sifat kimia dan fisisnya, seperti titik leleh, titik
didih, kerapatan, dan jenis reaksi yang dialaminya. Secara umum, panjang ikatan
dansudut ikatan harus ditentukan lewat percobaan. Secara sederhana kita dapat
meramalkan geometri molekul atau ion dengan tingkat keberhasilan yang cukup
tinggi jika kita mengetahui jumlah elektron disekitar atom pusat dalam struktur Lewis-
nya. Dasar pendekatan ini adalah asumsi bahwa pasangan elektron di kulit valensi
suatu atom bertolakan satu sama lain. Kulit Valensi (Vallance-shell) adalah kulit
terluar yang ditempati elektron dalam suatu atom yang biasanya terlibat dalam
ikatan. Dalam ikatan kovalen, sepasang elektron, yang sering disebut pasangan
ikatan, berperan dalam mengikat dua atom. Tetapi, dalam molekul poliatomik,
dimana terdapat dua atau lebiih ikatan antara atom pusat dan atom sekitarnya, tolak-
menolak antara elektron-elektron dalam pasangan ikatan yang berbeda m
menyebabkan pasangan itu berada sejauh mungkin satu sama lain. Pendekatan
untuk kajian bentuk molekul ini disebut model “tolakan pasangan-elektron kulit-
valensi” (TPEKV) (valence-shell electron-pair repulsion, VSEPR) karena pendekatan
ini dapat menjelaskan susunan geometrik dari pasangan elektron disekitar atom
pusat sebagai akibat tolak-menolak antara pasangan elektron.
Dua aturan umum dalam model TPEKV :
Dalam kaitannya dengan tolak-menolak pasangan elektron, ikatan rangkap dua
dan ikatan rangkap tiga dapat diperlakukan seperti ikatan tunggal. Pendekatan ini
sesuai dengan tujuan kalitatif. Tetapi, dalam kenyataannya ikatan rangkap
dua/rangkap tiga “lebih besar” dibandingkan ikatan tunggal, karena kerapatan
yang lebih tinggi dari ikatan rangkap dua atau rangkap tiga diantara dua atom,
akan membutuhkan ruang yang lebih besar.
Jika suatu molekul memiliki dua atau lebih struktur resonansi, kita dapat
menerapkan model TPEKV pada setiap struktur tersebut. Muatan formal biasanya
tidak ditunjukkan.
Berdasarkan aturan diatas molekul-molekul akan dibagi ke dalam dua kelompok
besar, apakah atom pusatnya mengandung pasangan elektron bebas atau tidak..
1. Molekul yang atom pusatnya tidak memiliki pasangan elektron bebas
Untuk sederhananya kita akan memperhatikan molekul-molekul yang hanya
mengandung dua unsur, A dan B, dimana A adalah atom pusatnya. Molekul ini
memiliki rumus umum ABx dengan x adalah bilangan bulat 1,2,... (jika x =1
molekul, kita dapatkan molekul diatomik AB yang bentuknya linear).
Contoh :
a. AB2 : Berilium klorida (BeCl2)
Struktur Lewis berilium klorida dalam wujud gas adalah;
Cl Be Cl
Karena pasangan ikatan saling tolak menolak satu sama lain, pasangan-
pasangan tersebut harus berada pada ujung yang berlawanan dalam garis
lurus agar keduanya berada sejauh mungkin satuu sama lain. Jadi sudut
Cl−B−Cl diramalkan 180°, dan molekulnya berbentuk linear.
b. AB3 : Boron triflourida (BF3)
Boron triflourida mengandung tiga ikatan kovalen, atau pasangan ikatan.
Dalam susunan yang paling stabil, ketiga ikatan BF mengarah pada titik sudut
segitiga sama sisi dengan B sebagai titik pusat segitiga.
B
F
F
c. AB4 : Metana (CH4)
Struktur Lewis metana;
H
H C H
H
Karena terdapat empat pasangan ikatan, geometri metana (CH4) adalah
tetrahedral. Tetrahedral atau tetrahedron memiliki empat sisi yang semuanya
berupa segitiga sama sisi. Dalam molekul tetrahedral, atom pusatnya (atom C)
terletak pada pusat tetrahedron dan empat atom lainnya terletak pada sudut-
sudutnya. Dengan sudut ikatannya 109,5°.
d. AB5 : Fosfor pentaklorida (PCl5)
Struktur lewis fosfor pentaklorida (dalam fasa gas) adalah:
Cl
Cl
P Cl
Cl
Cl
Elektron-elektron dalam suatu ikatan ditahan oleh gaya tarik inti kedua atom yang
berikatan. Elektron-elektron ini mempunyai distribusi ruang yang kurang
dibandingkan pasangan elektron bebas; yaitu, elektron tersebut menempati ruang
yang lebih kecil daripada pasangan elektron dengan satu atom tertantu. Karena
pasangan elektron bebas dalam molekul menempati ruang yang lebih besar,
pasangan ini mengalami tolakan yang lebih kuat daripada pasangan elektron bebas
tetangganya dan dari pasangan elektron ikatan. Untuk mencatat jumlah total
pasangan ikatan dan pasangan elektron bebas, kita menandai molekul yang memiliki
pasangan elektron bebas sebagai ABxEy, dengan A adalah atom pusat, B adalah
atom sekitar, dan E adalah pasangan elektron bebas pada A. Baik ᵪ dan y berupa
bilangan bulat; x = 2,3... dan y = 1,2,... Jadi nilai nilai-nilai x dan y berturut-turut
menandai jumlah atom sekitar dan jumlah pasangan elektron bebas pada atom
pusat.
Contoh;
a. AB2E; belerang dioksida (SO2)
Struktur lewis untuk belerang disoksida adalah
-
O S O
S
-
O O
Karena tolakan antara pasangan elektron bebas dan pasangan elektron ikatan
lebih kuat daripada tolakan pasangan elektron ikatan, kedua ikatan belerang-
oksigen terdorong sedikit sehingga sudut OSO menjadi lebih kecil dari 120°.
b. AB3E; amonia (NH3)
Molekul amonia mengandung tiga elektron ikatan dan sepasang elektron bebas:
H N H
H
Susunan keseluruhan keempat pasang elektron adalah tetrahedral. Tapi dalam
NH3 satu pasangan elektron adalah pasangan elektron bebas, sehingga geometri
NH3 adalah segitiga piramida (disebut demikian karena tampak seperti piramida,
dengan atom N sebagai puncaknya). Karena pasangan elektron bebas menolak
pasangan elektron ikatan lebih kuat, ketiga ikatan NH terdorong untuk lebh dekat
satu sama lain:
H H H
Jadi sudut HNH dalam amonia lebih kecil daripada sudut tetrahedral yang ideal
sebesar 109,5°.
H O H
H H
Sudut ikatan HOH adalah 104,5 dengan geometri H2O adalah menekuk.
F F
Atom belerang pusat mempunyai lima pasang elektron yang susunannya adalah
segitiga bipiramida. Tetapi dalam molekul SF4, salah satu pasang elektronnya
adalah pasangan elektron bebas, sehingga molekul tersebut harus memiliki salah
satu dari geometri berikut:
F F
F F
S F S
F F
F
(a) (b)
Pada (a) pasangan elektron bebas menempati posisi ekuatorial, dan pada (b)
pasangan elektron bebas menempati posisi aksial. Posisi aksial memiliki tiga
pasang elektron tetangga pada sudut 90˚ dan sepasang elektron tetangga pada
sudut 180˚, sedangkan posisi ekuatorial memiliki dua pasang elektron tetangga
pada sudut 90˚ dan dua pasang lagi pada sudut 120˚. Tolakannya kecil pada (a),
dan tentunya (a) adalah struktur yang teramati lewat percobaan. Bentuk ini
kadang-kadang digambarkan sebagai bentuk tetrahedron terdistorsi.
2. Momen dipol
Momen dipol (µ) adalah ukuran kuantitatif kepolaran ikatan yang merupakan hasil
kali muatan Q dan jarak antar muatan r.
Sebagai contoh untuk penentuan momen dipol ini kita dapat menjelaskan melalui
senyawa hidrogen flourida (HF) yang mempunyai ikatan kovalen dengan ikatan
polar. Pada senyawa HF terjadi pergeseran elektron dari H ke F karena atom F
lebih elektronegatif daripada atom H. Pergeseran kerapatan elektron dilambangkan
dengan menempatkan panah silang ( ) diatas struktur Lewis untuk
menunjukkan arah pergeseran.
H F
Pemisahan muatan yang terjadi dapat dilukiskan dengan
+ -
H F
dimana δ (delta) melambangkan muatan parsial. Pemisahan muatan ini dapat
dibuktikan dengan medan listrik. Ketika medan listrik dinyalakan, molekul HF
mengarahkan ujung negatifnya ke arah lempeng positif dan ujung positif ke
lempeng negatif. Untuk mempertahankan kenetralan listrik, muatan pada kedua
ujung molekul diatomik yang bermuatan listrik netral haruslah sama besarnya dan
berlawanan tanda. Pada persamaan diatas, Q hanya merujuk pada besar muatan
dan tidak pada tandanya, jadi µ selalu positif. Momen dipol biasanya dinyatakan
dalam satuan debye (D), dari nama seorang kimiawan Belanda-Amerika Peter
Debye. Faktor konversinya adalah
C
O C linearO
Molekul
O O Jumlah momen dipol
(tidak ada momen dipol)
Molekul menekuk
(memiliki momen dipol)
Panas diatas menunjukan pergeseran kerapatan elektron dari atom karbon yang
kurang elektronegatif ke atom oksigen yang lebih elektronegatif. Pada kedua kasus,
momen dipol keseluruhan dari molekul tersusun atas dua momen ikatan, yaitu
momen dipol dalam masing-masing ikatan polar C=O. Momen ikatan adalah suatu
besaran vektor, yang berarti bahwa besaran itu memiliki nilai dan arah. Momen
dipol yang terukur sama dengan jumlah vektor momen-momen ikatan. Kedua
momen ikatan dalam CO2 yang linear, jumlah moemn dipolnya sama dengan nol. Di
sisi lain, jika molekul CO2 menekuk, kedua momen ikatan memiliki jumlah, sehingga
molekulnya mamiliki momen dipol. Secara percobaan, ditemukan bahwa karbon
dioksida tidak memiliki momen dipol. Jadi, kita menyimpulkan bahwa molekul
karbon dioksida adalah linear. Sifat linear karbon dioksida telah dikonfirmasi melalui
pengukuran percobaan lain. Bertentangan dengan CO2, belerang dioksida (SO2)
memiliki geometri yang menekuk. Jadi, molekul ini polar karena kedua momen
ikatan tidak saling meniadakan satu sama lain:
O O
Jumlah momen dipol