Oleh:
Fraud (kecurangan) itu sendiri secara umum merupakan suatu perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan atau luar organisasi, dengan
maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau kelompoknya yang secara
langsung merugikan pihak lain. Orang awam seringkali mengasumsikan secara sempit
bahwa fraud sebagai tindak pidana atau perbuatan korupsi.
Korupsi, Kecurangan yang terjadi tata kelola yang kurang baik serta penyalahgunaan
wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang
tidak sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion).
1) Pada fraud terdapat suatu kelalaian material atau pemberian keterangan palsu yang
sengaja dibuat oleh pelaku kejahatan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Pada
corruption harus ada penyalahgunaan jabatan atau posisi kekuasaan untuk keuntungan
pribadi. Namun jika pelaku fraud adalah pejabat publik, kelalaian material atau representasi
palsu diasumsikan adalah penyalahgunan jabatan atau posisi kekuasannya, sehingga tidak
terdapat perbedaan.
3) Unsur lain yang berbeda adalah keterlibatan pihak ketiga. Menurut Profesor Rossouw,
fraud kemungkinan tidak melibatkan pihak ketiga, sedangkan korupsi tentu termasuk pihak
ketiga. Demikian juga, dalam fraud terdapat keuntungan pada satu pihak dan kerugian pada
pihak lain, sedangkan pada korupsi, upaya penyalahgunaan posisi belum tentu
menyebabkan kerugian pada pihak lain.
2
4) Fraud mempunyai lingkup yang lebih luas daripada korupsi (walaupun pengertian dan
lingkup korupsi saat ini berdasarkan UNCAC semakin diperluas), dan dilihat dari sudut
pandang secara umum Fraud merupakan induk dari korupsi, manipulasi dan kecurangan
3
CONTOH KASUS FRAUD dan KORUPSI
1. Contoh Kasus Korupsi
Penyidik Kejaksaan Negeri Bogor menetapkan Direktur Umum PD Pasar Pakuan Jaya
Kota Bogor, Deni Harumantaka, sebagai tersangka. Ia terjerat kasus dugaan korupsi investasi
dana penyertaan modal pemerintah sebesar Rp 15 miliar. Deni ditetapkan sebagai tersangka
setelah penyidik menemukan alat bukti berupa emas logam mulia sebanyak 10 keping
dengan total berat 605 gram. Dari hasil pemeriksaan secara maraton, tersangka
mendepositokan uang penyertaan Modal pemerintah untuk revitalisasi pasar sebesar Rp 15
miliar di Bank Muamalat. Uang tersebut didepositokan dalam kurun waktu 9 bulan dengan
mengajukan tiga kali perpanjangan. Uang senilai Rp 15 miliar tersebut kemudian diambil
dari bank dan diserahkan ke kas perusahaan BUMD itu. Namun, bunganya diinvestasikan
dalam bentuk emas logam mulia seberat 605 gram atau senilai Rp 312.350.000. Setelah
beberapa kali menjalani pemeriksaan, tersangka secara sukarela menyerahkan 550 gram
emas, antara lain emas pecahan 100 gram tiga keping, 50 gram tiga keping dan 24 gram
empat keping.
Akibat perbuatannya, tersangka dikenakan pasal 2 ayat 1 junto pasal 18 subsidar pasal
8 UU Nomor 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi atas perubahan UU Nomor 31
tahun 1999, dengan ancaman minimal 4 maksimal 20 tahun penjara.
4
Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK atas 35 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD), terdapat 474 permasalahan kelemahan sistem pengendalian internal yaitu
kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, kelemahan sistem pengendalian
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, dan kelemahan struktur pengendalian
internal (Tempo, April 2016).
Sistem pengendalian akuntansi tersebut mencakup pengendalian internal salah
satunya untuk menjamin terciptanya laporan keuangan yang reliable. Maka dari itu auditor
juga memiliki tanggung jawab menilai semua risiko-risiko yang terjadi dalam perusahaan.
Dalam melaksanakan audit, audit eksternal menggunakan standar terbaru yaitu
International Standards on Auditing (ISA). Menurut Tuanakotta (2013:10) audit berbasis ISA
menerapkan konsep audit berbasis risiko (risk-based audit). Risiko audit (audit risk) adalah
risiko memberikan opini audit yang tidak tepat (expressing an inappropriate audit opinion)
atas laporan keuangan yang disalah sajikan secara material (Tuanakotta, 2013:89).
Kelemahan sistem pengendalian akuntansi tersebut merupakan salah satu pemicu
terjadinya risiko kecurangan. Risiko kecurangan akan dijadikan dasar menetapkan prosedur
audit yang sesuai untuk mendeteksi adanya salah saji material. Tujuan audit ialah menekan
risiko audit ini ke tingkat rendah yang dapat diterima auditor (to reduce this audit risk to an
acceptably low level) (Tuanakotta, 2013:89).
Disamping itu dalam melaksanakan risk-based audit auditor juga bertanggung jawab
untuk melakukan penilaian terkait risiko error dan kecurangan (fraud). Penilaian risiko pada
tahap awal dari risk-based audit tersebut dinamakan risk assessment dimana auditor akan
melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji
yang material dalam laporan keuangan (Tuanakotta, 2013:95).
5
ATURAN yang TERKAIT dengan FRAUD dan KORUPSI
b. Pasal 368 tentang Pemerasan dan Pengancaman (definisi KUHP: “dengan maksud
untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa
seseorang dengan kekerasan atau mengancam kekerasan untuk memberikan barang
sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain,
atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan piutang”).
c. Pasal 372 tentang Penggelapan (definisi KUHP: dengan sengaja dan melawan hukum
dimiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain,
tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan”).
d. Pasal 378 tentang Perbuatan Curang (definisi KUHP: “dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai
nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian
kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu
kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang”).
f. Pasal 406 tentang Menghancurkan atau Merusakkan Barang (definisi KUHP:” dengan
sengaja atau melawan hukum menghancurkan, merusakkan, membikin tak dapat
dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik
orang lain”).
6
mengatur tindak pidana perpajakan, undang-undang tentang pencucian uang, undang-
undang perlindungan konsumen, dan lain-lain.
2. KORUPSI
a. Barang siapa dengan melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu badan yang secara langsung merugikan keuangan Negara
dan atau perekonomian Negara dan atau perekonomian Negara atau diketahui patut
disangka olehnya bahwa perbuatan tersebut merugikan keuangan Negara (Pasal 2);
b. Barang siapa dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
badan menyalah gunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan secara langsung dapat merugikan Negara atau
perekonomian Negara (Pasal 3).
c. Barang siapa melakukan kejahatan yang tercantum dalam pasal 209, 210, 387, 388,
415, 416, 417, 418, 419, 420, 425, 435 KUHP.