Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat


1. Pengertian
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit,
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat untuk perbaikan sanitasi lingkungan,
pemberantasan penyakit-penyakit menular, pendidikan untuk kebersihan
perorangan, perorganisasian sosial pelayanan-pelayanan medis dan
perawatan untuk diagnosis dini. Pengembangan rekayasa sosial untuk
menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan yang layak dalam memelihara
kesehatan (Efendy, 2000).

2. Tujuan Kesehatan Masyarakat


Tujuan pelayanan kesehatan menurut Effendi tahun 1998 ada dua tujuan
yaitu:
a. Tujuan Umum
Adalah mencoba menentukan kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan yang diselenggarakan, sehingga dapat tercapai tingkat
kepuasan pada masyarakat yang menerima pelayanan.
b. Tujuan Khusus
1. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang di layani.
2. Pelayanan yang harus di terima oleh penduduk.
3. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang
di layani.
4. Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan
sumber-sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
(Effendi, 1989)

3. Menurut Effendi (2005) Prinsip-prinsip dasar kesehatan masyarakat


a. Promotif (Peningkatan Kesehatan)

7
8

Usaha yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan yang


meliputi usaha-usaha peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan
perorangan, lingkungan, olahraga secara teratur, istirahat yang cukup
dan rekreasi.
b. Preventif (Pencegahan Penyakit)
Usaha yang ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit,
melalui usaha-usaha pemberian imunisasi pada bayi dan anak, ibu
hamil pemeriksaan secara berkala untuk mendeteksi penyakit secara
dini.
c. Kuratif ( Pengobatan)
Usaha yang ditujukan kepada orang yang sakit untuk diobati
secara tepat, sehingga dalam waktu yang singkat dapat dipulihkan.
d. Rehabilitatif (Pemulihan kesehatan)
Usaha yang ditujukan kepada penderita yang baru pulih dar
penyakit-penyakit yang dideritanya melalui pelatihan-pelatihan yang
telah terprogram dan dapat pula dilakukan melalui latihan fisioterapi
(Indan, 2000).

4. Upaya yang dapat yang dikatagorikan sebagai seni atau penerapan


ilmu kesehatan masyarakat sebagai berikut (Effendi, 2005) :
a. Pemberantasan penyakit menular maupun tidak menular
b. Perbaikan sanitasi lingkungan
c. Perbaikan lingkungan lingkungan
d. Pemberantasan vector
e. Pendidikan (penyuluhan kesehatan masyarakat)
f. Pelayanan kesehatan ibu dan anak
g. Pembinaan gizi masyarakat
h. Pengawasan sanitasi, tempat-tempat umum
i. Pengawasan obat dan minum
j. Pembinaan peran serta masyarakat dan sebagainya (Masjoer,
2000).
5. Pilar Utama Ilmu Kesehatan Masyarakat antara lain :
a. Epidemiologi
b. Biostatistik atau istirahat kesehatan
c. Kesehatan Lingkungan
d. Pendidikan kesehatan dan ilmu prilaku
9

e. Administrasi kesehatan masyarakat


f. Kesehatan kerja.

B. Konsep Dasar Asuhan Kesehatan Komunitas


1. Pengertian
Asuhan kesehatahn komunitas merupakan suatu proses yang
dilakukan dengan tindakan yang berkelanjutan dan dengan menggunakan
metode proses keperawatan, kebidanan dan pemberdayaan komunitas.
Pada dasarnya pelaksanaan asuhan keperawatan,kebidanan dan
pemberdayaan komunitas mencakup dua daerah yaitu: pusat kesehatan
masyarakat dan Rumah Sakit. Pola asuhan Kesehatan komunitas
merupakan salah satu kegiatan pokok dari puskesmas. Sasaran kegiatannya
diarahkan pada keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil. Dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat perlu ditata dan diarahkan mengingat
permasalahan kesehatan merupakan permasalahan yang besar dan semakin
kompleks. Tatanan dan arahan upaya kesehatan tersebut telah diwujudkan
oleh bangsa Indonesia dalam bentuk Sistem Kesehatan Nasional (SKN).
(Anderson, 2006).

2. Tujuan
Tujuan asuhan kesehatan komunitas adalah membantu klien baik
sebagai individu, keluarga maupun masyarakat agar mampu melaksanakan
kegiatan sehari-hari secara mandiri. Dengan kemandirian masyarakat,
derajat kesehatan yang optimal dapat dicapati dalam pembangunan
kesehatan yang ditegaskan dalam SKN. Selain itu juga bertujuan
membantu dan mendorong masyarakat berperan serta dalam upaya
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan (Anderson, T
Elishbeth. 2006).

3. Tahapan
Menurut Sumijatun (2005) Asuhan komunitas mempunyai
beberapa tahapan yaitu :
a. Pengkajian
10

Kegiatan yang dilakukan adalah :


1. Pengumpulan data
Data umum meliputi daerah binaan, keadaan geografis, luas
wilayah dan pola geografis (Sumijatun, 2005)
2. Pengolahan data
Data dapat diperiksa kembali sehingga terbatas dari
kesalahan dan dapat diuji kebenarannya. Disini dapat disimpulkan
pengolahan data bermaksud untuk mengorganisasi data, yaitu
pengolahan, mengatur, mengurutkan, mengelompokan, memberi
kode dan mengkatagorikan (Anderson, T Elishbeth. 2006).
Menurut Sumijatun (2005) Langkah-langkah dalam
pengolahan data :
1. klasifikasi data
2. kategori data
3. perhitungan data
4. tabulasi data
5. interprestasi data
3. Analisa data
Kemampuan mengkaitkan dan menghubngkan data dengan
kognitif yang dimiliki sehinggah dapat diketahui kesenjangan atau
masalah yang dihadapi (Sumijatun, 2005)
4. Rumusan masalah
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan
yang dihadapi oleh masyarakat. Dan semua masalah tersebut tidak
mungkin dapat diatasi sekaligus, oleh karena itu diperlukan
prioritas masalah (Sumijatun, 2005)
5. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah keperawatan,
kebidanan, pemberdayaan masyarakat dan kesehatan masyarakat
perlu mempertimbangkan factor-faktor sebagaio kriteria
diantaranya adalah
a. Perhatian masyarakat
b. Prevalensi
c. Berat ringannya masalah
d. Kemungkinan masalah untuk diatasi
11

e. Tersedianya sumber daya manusia


f. Adanya masalah politik
b. Perencanaan
Asuhan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa
yang telah ditetapkan. Rencana yang disusun harus mencakup
(Sumijatun, 2005) :
a. Merumuskan tujuan yang akan dicapai
b. Rencana tindakan yang akan dilaksanakan
c. Kriteria hasil nilai untuk terciptanya suatu tujuan
c. Implementasi
Merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan,
kebidanan, pemberdayaan masyarakat yang telah disusun. Prinsip-
prinsip dalam pelaksanaan.
a. Berdasarkan respon masyarakat
b. Sesuai dengan sumberdaya yang tersedia di masyarakat dalam
memelihara diri sendiri dan masyarakat
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan diri
sendiri serta lingkungan.
d. Mempertimbangkan kebutuhan kesehatan dan keperawatan,
kebidanan, pemberdayaan dan kesehatan masyarakat secara
esensial.
e. Memelihara partisipasi dan peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan keperawatan, kebidanan, dan pemberdayaan
masyarakat.
d. Evaluasi
Menurut Sumijatun (2005) Menilai seberapa jauh kenerhasilan
yang dapat dicapai sesuai dengan kriteria yang diciptakan, dengan
menggunakan metode penilaian yaitu :
1. Observasi langsung, mengamati secara langsung perubahan yang
terjadi dalam keluarga.
2. Wawancara, mewawancarai keluarga yang berkaitan dengan
perubahan sikap apakah ia telah menjalankan anjuran yang
dilaksanakan sesuai dengan rencana.
12

3. Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan


yang dibuat dalam tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan
rencana.
4. Latihan simulasi, berguna dalam menentukan perkembangan
kesanggupan melaksanakan asuhan keperawatan, kebidanan, dan
pemberdayaan komunitas (Sumijatun, 2005).

C. Konsep Penyakit
a. PHBS (Perilaku hidup bersih dan sehat)
1. Pengertian
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kasadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat (Sowden, 2007).
Hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di
lingkungan yang memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta
menjalankan pola/perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan
yang sehat dapat memberikan efek terhadap kualitas kesehatan
(Sowden, 2007)
Kesehatan seseorang akan menjadi baik jika lingkungan
yang ada di sekitarnya juga baik. Begitu juga sebaliknya, kesehatan
seseorang akan menjadi buruk jika lingkungan yang ada di
sekitarnya kurang baik.
Dalam penerapan hidup bersih dan sehat dapat dimulai
dengan mewujudkan lingkungan yang sehat. Lingkungan yang
sehat memiliki ciri-ciri tempat tinggal (rumah) dan lingkungan
sekitar rumah yang sehat (Sowden, 2007).

2. Tujuan PHBS (Perilaku hidup bersih dan sehat)


Tujuan PHBS adalah meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup
bersih dan sehat.
13

a) Tujuan Umum
Meningkatnya Rumah Tangga Ber-PHBS di RW 01, RT 01,
02, 03, dan 04 Kelurahan 16 ulu, kecamatan seberang ulu II
Kota Palembang.
b) Tujuan Khusus
Meningkatnya pengetahuan, kemauan dan kemampuan
anggota rumah tangga untuk melaksanakan PHBS, Berperan
aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat.

3. Manfaat PHBS
a) Tidak terkena penyakit kulit.
b) Terhindar dari penyakit DBD
c) Terhindar dari penyakit cacingan
d) Terbebas dari segala penyakit

4. Langkah-langkah Mencapai Pola Hidup Sehat


Kesehatan dipengaruhi banyak faktor, ada faktor bawaan,
faktor didapat dan faktor lingkungan . Ada yang bisa disikapi atau
disiasati tapi ada yang harus diterima apa adanya, kalau orang-
orang yang tinggal dikota harus bersiap untuk menghisup udara
yang tercemar polusi, bekerja malam harus mengorbankan tidur
malam dan sebagainya.
Hidup sehat dan benar itu hanya dengan empat kalimat,
yaitu: makan yang pantas, berolahraga dengan teratur, stop
merokok dan alcohol, serta mental dan bathin tenang dan seimbang
(Sowden, 2007).

5. Macam-Macam Perilaku Hidup Sehat Berdasarkan Tempat


Menurut Sowden (2007) Macam-macam Perilaku Hidup Sehat
Berdasarkan tempat yaitu:
a. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan
mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
14

berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat


(Sowden, 2007)
PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai
Rumah Tangga ber PHBS yang melakukan 10 PHBS yaitu :
1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2) Memberi ASI ekslusif
3) Menimbang balita setiap bulan
4) Menggunakan air bersih
5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6) Menggunakan jamban sehat
7) Memberantas jentik dd rumah sekali seminggu
8) Makan buah dan sayur setiap hari
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10) Tidak merokok di dalam rumah

b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Institusi


Kesehatan
PHBS di Institusi Kesehatan adalah upaya untuk
memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung dan petugas
agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat dan berperan aktif dalam mewujudkan
Institusi Kesehatan Sehat dan mencegah penularan penyakit di
institusi kesehatan.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran
untuk menilai PHBS di Institusi Kesehatan yaitu :
1) Menggunakan air bersih
2) Menggunakan Jamban
3) Membuang sampah pada tempatnya
4) Tidak merokok di institusi kesehatan
5) Tidak meludah sembarangan
6) Memberantas jentik nyamuk. (Sowden, 2007)

c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat –


tempat Umum
PHBS di Tempat-tempat Umum adalah upaya untuk
memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-
tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk
15

mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan


tempat – tempat Umum Sehat.
Tempat-tempat Umum adalah sarana yang
diselenggarakan oleh pemerintah/swasta, atau perorangan yang
digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat seperti sarana
pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana perdagangan dan
olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran
untuk menilai PHBS di Tempat – Tempat Umum yaitu :
1) Menggunakan air bersih
2) Menggunakan jamban
3) Membuang sampah pada tempatnya
4) Tidak merokok di tempat umum
5) Tidak meludah sembarangan
6) Memberantas jentik nyamuk

d. Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah


PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat
lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif
dalam mewujudkan lingkungan sehat.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran
untuk menilai PHBS di sekolah yaitu :
1) Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan
menggunakan sabun
2) Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
3) Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
4) Olahraga yang teratur dan terukur
5) Memberantas jentik nyamuk
6) Tidak merokok di sekolah
7) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap
6 bulan
8) Membuang sampah pada tempatnya

e. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat Kerja


PHBS di Tempat kerja adalah upaya untuk
memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu
16

mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan


aktif dalam mewujudkan Tempat Kerja Sehat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat
kerja antara lain :
1) Tidak merokok di tempat kerja
2) Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja
3) Melakukan olahraga secara teratur/aktifitas fisik
4) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum
makan dan sesudah buang air besar dan buang air kecil
5) Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja
6) Menggunakan air bersih
7) Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar
8) Membuang sampah pada tempatnya
9) Mempergunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis
pekerjaan

b. Karies Gigi
1. Pengertian
Karies gigi adalah suatu proses kronis, regresif yang dimulai
dengan larutnya mineral email, sebagai akibat terganggunya keseimbangan
antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam
microbial dari substrat (medium makanan bagi bakteri) yang dilanjutkan
dengan timbulnya destruksi komponen- komponen organic yang akhirnya
terjadi kavitasi (pembentukan lubang) (Kedney, 2002).
Karies dentis merupakan proses patologis berupa kerusakan yang
terbatas di jaringan gigi mulai dari email kemudian berlanjut ke dentin.
Karies dentis ini merupakan masalah mulut utama pada anak dan remaja,
periode karies paling tinggi adalah pada usia 4-8 tahun pada gigi sulung dan
usia 12-13 tahun pada gigi tetap, sebab pada usia itu email masih
mengalami maturasi setelah erupsi, sehingga kemungkinan terjadi karies
besar. Jika tidak mendapatkan perhatian karies dapat menular menyeluruh
dari geligi yang lain (Behrman, 2002).

2. Jenis Karies Gigi


17

Menurut Widya (2008), jenis karies gigi berdasarkan tempat terjadinya :


a. Karies Insipiens
Merupakan karies yang terjadi pada permukaan email gigi (lapisan
terluar dan terkaras dari gigi), dan belum terasa sakit hanya ada
pewarnaan hitam atau cokelat pada email.
b. Karies Superfisialis
Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dalam dari email dan
kadang-kadang terasa sakit.
c. Karies Media
Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi)
atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa. Gigi
biasanya terasa sakit bila terkena ransangan dingin, makanan asam dan
manis.
d. Karies Profunda
Merupakan karies yang telah mendekati atau bahkan telah mecapai
pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa. Biasanya terasa sakit
secara tiba-tiba tanpa ransangan apapun. Apabila tidak segera diobati
dan ditambal maka gigi akan mati, da untuk perawatan selanjutnya
akan lebih lama dibandingkan pada karies-karies lainnya.

3. Proses terjadinya Karies Gigi


Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di
permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses
menempel pada waktu pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam
laktat yang 10 akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan
menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi
(Suryanwati, 2010). Secara perlahan-lahan demineralisasi internal berjalan
ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi
(pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam
proses tersebut.
Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi
sehingga permukaan mudah rusak secara secara mekanis, yang
menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat dilihat. Pada karies dentin
yang baru mulai yang terlihat hanya lapisan keempat (lapisann transparan,
18

terjadi atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan


terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan
opak/tidak tembus penglihatan, di dalam tubuh terdapat lemak yang
mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas).
Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi.
Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga
(lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin partibular
diserang), lapisan empat dan lapisan lima (Suryawati, 2010).

4. Faktor Penyebab Terjadinya Karies Gigi


Menurut Yuwono (2003) faktor yang memungkinkan terjadinya karies
yaitu :
a. Umur
Terdapat tiga fase umur yang dilihat dari sudut gigi geligi yaitu :
1) Periode gigi campuran, disini molar 1 paling sering terkena karies
11.
2) Periode pubertas (remaja) umur antara 14 tahun sampai 20 tahun
pada masa pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat
menimbulkan pembengkakan gusi, sehingga kebersihan mulut
menjadi kurang terjaga. Hal ini menyebabkan presentase karies
lebih tinggi.
3) Umur antara 40-50 tahun, pada umur ini sudah terjadi retraksi atau
menurunya gusi dan papil sehingga sisa-sisa makanan lebih sukar
dibersihkan.
b. Kerentanan permukaan gigi
1) Morfologi gigi
Daerah gigi yang mudah terjadi plak sangat mungkin terjadi
karies.
2) Lingkungan gigi
Lingkungan gigi meliputi jumlah dan isi saliva (ludah), derajat
kekentalan dan kemampuan buffer yang berpengaruh terjadinya
karies, ludah melindungi jaringan dalam rongga dengan cara
pelumuran elemen gigi yang mengurangi keasuan okulasi yang
disebabkan karena penguyahan.
c. Air Ludah
Pengaruh air ludah terhadap gigi sudah lama diketahui terutama
dalam mempengaruhi kekerasan email. Hubungan air ludah dengan
karies gigi telah diketahui bahwa pasien dengan sekresi air ludah yang
19

sedikit atau tidak ada sama sekali memliki presentase karies gigi yang
semakin meninggi misalnya oleh karena : terapi radiasi kanker ganas,
xerostomia, klien dalam waktu singkat akan mempunyai presentase
karies tinggi. Sering juga ditemukan pasien-pasien balita berumur 2
tahun dengan kerusakan atau karies seluruh giginya, aplasia kelenjar
proritas (Yuwono, 2003).
d. Bakteri
Menurut Yuwono (2003) tiga jenis bakteri yang sering menyebabkan
karies yaitu :
1. Streptococcus
Bakteri kokus gram positif ini adalah penyebab utama karies dan
jumlahnya terbanyak di dalam mulut, salah satu 13 spesiesnya yaitu
streptococcus mutan, lebih dari dibandingkan yang lain dapat
menurunkan pH medium hingga 4,3 %. Streptococcus mutan terutama
terdapat populasi yang banyak mengkonsumsi sukrosa.
2. Actynomyces
Semua spesies actynomyces memfermentasikan glukosa, terutama
membentuk asam laktat, asetat, suksinat, dan asam format.
Acytynomyces viscous dan actynomyces naesundil mampu
membentuk karies akar, fisur dan merusak periodontonium.

3. Lactobacilus
Populasinya mempengaruhi kebiasaan makan, tempat yang paling
disukai adalah lesi dentin yang dalam. Lactobacilus hanya dianggap
faktor pembantu proses karies.
4. Plak
Plak ini terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah
seperti mucin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dengan
sisa makanan serta bakteri. Plak ini mula-mula terbentuk, agar cair
yang lama kelamaan menjadi kelat, tempat bertumbuhnya bakteri.
5. Frekuensi makan-makanan yang menyebakan karies (makanan
karigenik).
Frekuensi makan dan minum tidak hanya menimbulkan erosi,
tetapi juga kerusakan gigi atau karies gigi. Konsumsi makanan manis
20

pada 14 waktu senggang jam makan akan lebih berbahaya daripada


saat waktu makan utama.

4. Pencegahan Karies Gigi


Menurut Mansjoer (2009), penatalaksanaan pencegahan karies gigi
dilakukan dengan:
Perawatan mulut dilakukan dengan mempraktekkan instruksi berikut :
1) Sikatlah gigi sekurang - kurangnya dua kali sehari pada waktu –
waktu yang tepat yaitu waktu sesudah makan, sebelum tidur,
ditambah dengan sesudah bangun tidur.
2) Pilihlah sikat gigi yang berbulu halus, permukaan datar dan
kepala sikat kecil.
3) Gunakan dental gloss (benang gigi) sedikit satu kali sehari.
4) Gunakan pencuci mulut anti plak yang mengandung antibiotic
(vancomycin), enzim (destronase) dan antiseptic (chlor hexidine
0,1%).
5) Untuk anak yang masih kecil dan belum dapat menggunakan
sikat gigi dengan benar, dapat digunakan kain pembersih yang
tidak terlalu tipis untuk membersihkan bagian depan dan
belakang gigi, gusi serta lidah. Cara mempergunakan yaitu
dengan melilitkan pada jari kemudian digosokkan pada gigi.
6) Kunjungi dokter gigi sedikitnya 6 bulan sekali atau bila
mengalami pengelupasan gigi, lika oral yang menetap lebih dari
dua minggu atau sikat gigi.
7) Diet
Karies dapat dicegah dengan menurunkan jumlah gula dalam
makanan yang dikonsumsi. Hindarkan kebiasaan makan
makanan yang merusak gigi (permen, coklat dan lain sebagainya)
dan membiasakan mengkonsumsi makanan yang menyehatkan
gigi (buah dan sayur).
8) Flouridasi
Flouridasi dilakukan dengan memungkinkan dokter gigi
memberikan sel dental pada gigi, menambahkan fluoride pada
suplai air minum dirumah, penggunaan pasta gigi yang
mengandung fluoride atau menggunakan tablet, tetesan atau
hisapan natrium floiuride. Karies gigi dapat dihindarkan tablet,
tetesan atau hisap natrium floiuride. Karies gigi dapat
21

dihindari/dicegah apabila anak melakukan perawatan gigi dengan


benar setelah mengkonsumsi makanan kariogenik.

C. REUMATIK
a. Pengertian
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan,
nyeri dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya
(Adellia, 2011).
1. Jenis reumatik :
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:
a. Reumatik Sendi ( Artikuler )
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama
reumatik sendi (reumatik artikuler). Penyakit ini ada beberapa
macam yang paling sering ditemukan yaitu:
1) Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses
peradangan menahu yang tersebar diseluruh tubuh, mencakup
keterlibatan sendi danberbagai organ di luar persendian.
Peradangan kronis dipersendian menyebabkan kerusakan
struktur sendi yang terkena.Peradangan sendi biasanya
mengenai beberapa persendian sekaligus. Peradangan terjadi
akibat proses sinovitis (radang selaput sendi) serta
pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan
padarawan sendi dan tulang di sekitarnya, terutama di
persendiantangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi
pada kedua sisi). Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui
dengan pasti. Ada yang mengatakan karena mikoplasma,
virus, dan sebagainya.Namun semuanya belum terbukti.
Berbagai faktor termasuk kecenderungan genetik, bisa
mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan beberapa kasus
Artritis Rematoid telah ditemukanberhubungan dengan
keadaan stres yang berat, seperti tiba-tibakehilangan suami
atau istri, kehilangan satu-satunya anak yang disayangi,
22

hancurnya perusahaan yang dimiliknya dan sebagainya.


Peradangan kronis membran sinovial mengalami pembesaran
(Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran
darah yang menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan respon
peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian
dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus
dapat menyebar keseluruh sendi sehingga semakin
merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut.
Proses ini secara perlahan akan merusak sendi dan
menimbulkan nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).
2) Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih
dengan penyebab yang belum diketahui, namun
mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran
klinis yang sama.Proses penyakitnya berawal dari masalah
rawan sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh
persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum, kapsul
dan jaringan sinovial, serta jaringan ikat sekitar persendian
(periartikular). Pada stadium lanjut, rawan sendi mengalami
kerusakan yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisur, dan
ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi penyakit
ini tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapafaktor risiko
yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, yaitu : Usia
lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin wanita lebih sering, Suku
bangsa, genetik, kegemukan dan penyakit metabolik, cedera
sendi, pekerjaan, dan olah raga, kelainan pertumbuhan,
kepadatan tulang, dan lain-lain.
3) Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam
urat darah (hiperurisemia) . Reumatik gout merupakan jenis
penyakit yang pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila
diabaikan, gout juga dapat menyebabkan kerusakan sendi.
Penyakit ini timbul akibat kristal monosodium urat di
23

persendian meningkat. Timbunan kristal ini menimbulkan


peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout
akut. Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum
diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi
faktor genetic dan faktor hormonal yang menyebabkan
gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan
karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena
meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu
mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Purin
adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam
nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok
asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat
meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum
tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obatobat kanker,
vitamin B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan),
penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada
penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya
terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan metabolisme
lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi
akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.

b. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)


Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan
lunak di luar sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga
reumatik luar sendi (ekstra artikuler rheumatism). Jenis – jenis
reumatik yang sering ditemukan yaitu:
1) Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang
tubuhdan anggota gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh
perempuan usia lanjut, penyebabnya adalah faktor kejiwaan.
2) Tendonitis dan tenosivitis
24

Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang


menimbulkannyeri lokal di tempat perlekatannya. Tenosivitis
adalah peradanganpada sarung pembungkus tendon.
3) Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada
tulang.Entesis ini dapat mengalami peradangan yang disebut
entesopati. Kejadian ini bisa timbul akibat menggunakan
lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.

4) Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan
tendonatau otot ke tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan
olehreumatik gout dan pseudogout.
5) Back Pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan
proses degenerarif diskus intervertebralis, bertambahnya usia
danpekerjaan fisik yang berat, atau sikap postur tubuh yang
salahsewaktu berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya
bisaakibat proses peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik dan
fraktur.
6) Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua
orang pernah mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang
kebawah (lumbosakral dan sakroiliaka) Yang dapat menjalar ke
tungkai dan kaki.
7) Frozen shoulder syndrome
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di
pangkallengan atas yang bisa menjalar ke lengan atas bagian
depan, lenganbawah dan belikat, terutama bila lengan diangkat
keatas atau digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu
menjaditerbatas.
8) Tenosivitis de quervain
Mengenai otot abductor pollicis longus dan ekstensor
pollicis brevis pada pergelangan tangan yang searah dengan ibu
25

jari. Tempat yang sakit bisa tampak bengkak, terasa panas dan
nyeri.
9) Jari pelatuk (stenosing tenosynovis)
Pada keadaan ini biasanya penderita mengeluh jari
tanganyang ditekuk sukar diluruskan kembali. Gerakan jari
semakin lama semakin kaku terutama pada malam hari sewaktu
akan tidur. Suatu saat jari tidak bisa ditekuk atau diluruskan
kembali. Keadaan ini bisa timbul spontan akibat trauma berulang
pada telapak tangan ataupun terlalu banyak mengerjakan pekerjaan
tangan. Bisa terkait dengan osteoatritis atau reumatoid atritis pada
sendi tersebut atau disloksi tendon dapat menyebabkan gejala
diatas.
10) Tendonitis Achilles
Tendon achilles merupakan tendon dari otot – otot betis
yang melekat pada tumit bagian belakang. Keadaan ini
menimbulkan rasa nyeri bila kaki digerakkan. Dalam keadaan
lanjut, menampakkan kakipun sukar dilakukan.
11) Carpal Tunnel Syndrome
Kelainan ini menyebabkan rasa baal (parestesia) pada
telapak tangan dan jari-jari, tanpa melibatkan jari kelima (ibu jari).
Keadaan ini terjadi akibat penekanan pada saraf medianus melalui
terowongan karpal oseosa-fibrosa.
12) Sindrom fibromyalgia
Penyakit ini mungkin disebabkan oleh proses peradangan
atau spasme lokal otot. Namun faktor pencetus timbulnya
fibromalgia adalah infeksi oleh virus, kuman, atau parasit, trauma
atau akibat beban kerja, postur tubuh yang tidak normal, udara
dingin dan lembab, serta ketegangan jiwa

D. HIPERTENSI
a. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di
atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Smeltzer &
Bare, 2002).
26

Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu


gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh diam-diam
(Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai
dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya
(Sustrani, 2006).
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang
ditandai oleh meningkatnya tekanan darah dalam tubuh. Seseorang yang
terjangkit penyakit ini biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit
lain seperti stroke, dan penyakit jantung (Rusdi dan Nurlaela, 2009).
Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa
hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik, baik
tekanan sistolik maupun diastolik, karena gangguan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
b. Etiologi
Menurut Indriyani (2009), Sekitar 20% populasi dewasa
mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka menderita
hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab
medisnya. Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab
tertentu (hipertensi sekunder).
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1) Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak/belum
diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh
hipertensi).
2) Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/sebagai akibat
dari adanya penyakit lain.
3) Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-
sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder.
Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit
ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
27

Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah


feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan
hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin).
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
 Stenosis arteri renalis
 PielonefritisGlomerulonefritis
 Tumor-tumor ginjal
 Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
 Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
 Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
 Hiperaldosteronism
 Sindroma Cushing
 Feokromositoma
3. Obat-obatan
 Pil KB
 Kortikosteroid
 Siklosporin
 Eritropoietin
 Kokain
 Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
2. Penyebab Lainnya
 Koartasio aorta
 Preeklamsi pada kehamilan
 Porfiria intermiten akut
 Keracunan timbal akut
 Peningkatan kecepatan denyut jantung
 Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
 Peningkatan TPR yang berlangsung lama
28

c. Klasifikasi
Beberapa klasifikasi hipertensi:
1. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7
Komite eksekutif dari National High Blood Pressure
Education Program merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari
46 professionalm sukarelawan, dan agen federal. Mereka
mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure)
pada tabel 1, yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi nasional Amerika
Serikat (Sani, 2008).
Tabel 2.1
Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention,
Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)
Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih*
Kategori Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg)
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi +
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110
(Sumber: Sani, 2008)
Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang
sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan
peningkatan resiko komplikasi kardiovaskuler. Data ini mendorong
pembuatan klasifikasi baru yang disebut pra hipertensi (Sani, 2008).

2. Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)


WHO dan International Society of Hypertension Working
Group (ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi
optimal, normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang,
dan hipertensi berat (Sani, 2008).
Tabel 2.2
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistol (mmHg) Diatol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
< 130 < 85
Normal
130-139 85-89
Normal-Tinggi
29

Tingkat 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 90-99


Sub-group: perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi
≥ 140 < 90
(Isolated systolic
hypertension)
140-149 <90
Sub-group: perbatasan
(Sumber: Sani, 2008)

d. Manifestasi
Menurut Damayanti (2013), pada sebagian besar penderita, hipertensi
tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala
terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi
(padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa
saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala berikut:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran
dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

e. Faktor Predisposisi
30

Menurut Elsanti (2009), berdasarkan faktor pemicu, hipertensi dapat


disebabkan oleh beberapa hal seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan
(tidak dapat dikontrol). Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita
kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi.
Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam
terjadinya hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress,
kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor
lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial.
Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf
simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas,
saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan
darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan,
dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum
terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari
populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang
erat dengan terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat
dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi
penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan
penderita yang mempunyai berat badan normal.

f. Hubungan Umur Dan Hipertensi


Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi
orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari
orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani
secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai
menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi
pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada
31

wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Hanns Peter (2009),
mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk
samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta,
dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri
ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya
penyesuaian diri.
Menurut Hans Peter (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan
lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada:
 Elastisitas dinding aorta menurun
 Katub jantung menebal dan menjadi kaku
 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun
 Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah
 Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi
 Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

g. Patofisiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2002), Mekanisme yang mengontrol
konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada
medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis
ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bias terjadi.
32

Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh


darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.

h. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi
menurut Sustrani (2006) adalah sebagai berikut, diantaranya :
1. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient
iskemik attack (TIA).
2. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard
akut (IMA).
3. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
4. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.

i. Penatalaksanaan
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi,
karena olahraga isotonik seperti bersepeda, jogging, dan senam aerobik yang
teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan
tekanan darah. Olahraga juga dapat digunakan untuk mengurangi/mencegah
obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang
berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis
menurut Kowalski (2010), yaitu:
33

1. Pengobatan non obat (non farmakologis)


Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol
tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan
atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat
anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai
sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
a. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
b. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan
makan penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit
dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai
pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap
pada pengobatan farmakologis.

c. Ciptakan keadaan rileks


Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat
mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan
darah.
d. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama
30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
e. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat
antihipertensi yang beredar saat ini, diantaranya sebagai berikut:
a. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan
cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang
yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh
obatannya adalah Hidroklorotiazid.
b. Penghambat Simpatetik
34

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf


simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh
obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
c. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui
penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada
penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti
asma bronkial. Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan
Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat
menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah
turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme
(penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-
hati.

d. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah
dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk
dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang
kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala
dan pusing.
e. Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan
zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek
samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit
kepala dan lemas.
f. Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk
golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek
35

samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala


dan muntah.
g. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat
Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya
pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah
Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit
kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari
faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat
penyakit ini bisa ditekan.

3. Pengobatan Tradisional
Menurut Damayanti (2013), pengobatan tradisional yang paling
umum dilakukan masyarakat dan mudah caranya adalah dengan
meminum perasan air timun. Secara klinis, mentimun mengandung zat-zat
saponin (yang berfungsi mengeluarkan lendir), protein, Fe atau zat besi,
sulfur, lemak , kalsium, Vitamin A, B1 dan juga C. Jika memakai
pendekatan matematis, maka dalam 100 gram mentimun terdapat 0,7
gram protein, 12 kkl kalori, 0,1 gram lemak, 21 miligram fosfor, 0,3
miligram Fe, 0,3 karbohidrat, 8,0 vitamin C, dan 0,3 miligram Vitamin A
dan juga vitamin B1. Berbagai zat ini bersifat porgonik yang disinyalir
mampu menurunkan tekanan darah dalam tubuh.
Para ahli menjawab alasan mengapa khasiat mentimun untuk darah
tinggi sangat baik. Alasannya tak lain adalah sifat uretic pada mentimun
yang terdiri dari 90% air mampu mengeluarkan kandungan garam dari
dalam tubuh. Mineral yang kaya dalam buah mentimun memang mampu
mengikat garam dan dikeluarkan melalui urin.

Anda mungkin juga menyukai