Abstrak
Bekicot (Achantina fulica) merupakan hewan yang dianggap menjijikkan karena memiliki lendir. Ternyata lendir
tersebut memiliki kandungan protein Achasin yang tinggi berfungsi sebagai anti bakteri. Lendir bekicot dapat
dimanfaatkan sebagai pengganti obat, karena kandungan Achasin dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram
Positif dan Gram Negatif. Pemanfaatan lendir bekicot dimaksudkan juga sebagai pengganti obat-obatan kimia
yang harganya relatif mahal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lendir bekicot
(Achantina fulica) terhadap pertumbuhan bakteri Gram Positif (Staphylococcus aureus) dan bakteri Gram
Negatif (Salmonella typhosa). Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan analisis sidik ragam multivariat
dengan dua species bakteri dan dilanjutkan dengan uji Duncans pada taraf kepercayaan 95%. Kemudian
dilanjutkan dengan uji t untuk melihat perbedaan daya hambat terhadap kedua bakteri tersebut. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh lendir bekicot(Achantina fulica) terhadap pertumbuhan bakteri Gram
Positif (Staphylococcus aureus) dan bakteri Gram Negatif (Salmonella typhosa). Konsentrasi efektif lendir
bekicot (Achantina fulica) terhadap Staphylococcus aureus adalah 90% sampai 100% dan terhadap Salmonella
typhosa adalah 60% sampai 100%.
Abstract
Snails (Achantina fulica) is an animal that is considered disgusting because it has mucus. It turns out the mucus
has a high protein content Achasin serves as an anti-bacterial. Snail slime can be used as a substitute for
medication, because the content. Achasin because the content can inhibit the growth of Gram Positive and Gram
Negative. Snail slime utilization is also intended as a substitute for chemical drugs which is relatively expensive.
The purpose of this study was to determine the effect of snail slime (Achantina fulica) on the growth of Gram
Positive bacteria (Staphylococcus aureus) and Gram-negative bacteria (Salmonella typhosa). This type of
research is experimental with multivariate analysis of variance with two species of bacteria and continued with
the Duncans test at 95% confidence level. Then proceed with the t-test to see differences in inhibition against
both bacteria. The results showed that there are significant snail mucus (Achantina fulica) on the growth of Gram
positive bacteria (Staphylococcus aureus) and Gram-negative bacteria (Salmonella typhosa). Effective
concentration of snail slime (Achantina fulica) against Staphylococcus aureus is 90% to 100% and against
Salmonella typhosa is 60% to 100%.
Korespondensi : Misbahul Huda, Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang, Jl. Soekarno-
Hatta No. 1 Bandar Lampung, mobile: 081383294939, e-mail: misbahulhuda48@ymail.com
(Staphylococcus aureus) dan Gram Negatif bagi manusia. Binatang-binatang ini meliputi
(Salmonella tiphosa). unggas, babi, binatang pengerat, sapi, kura-kura
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk sampai burung kakaktua. Demam Enterik
mengetahui pengaruh lendir bekicot (Achantina merupakan salah satu penyakit yang sering
fulika) terhadap pertumbuhan bakteri Gram ditimbulkan Salmonella.Salmonella yang
Positif (Staphylococcus aureus) dan Gram termakan mencapai usus halus dan masuk ke
Negatif ( Salmonella thyposa). kelenjar getah bening lalu dibawa aliran darah.
Bekicot mempunyai kandungan gizi yang Kemudian dibawa oleh darah menuju berbagai
berupa protein yang terkandung sekitar 12 gram organ termasuk usus di mana organism
per 100 gram dagingnya. Juga kandungan lain berkembang biak dalam jaringan limfoid dan
seperti lemak 1%, hidrat arang 2%, Calcium diekskresi dalam tinja. Setelah masa inkubasi
237 mg, phospor 78 mg %, Fe 1,7 mg % serta 10-14 hari, timbu demam, lemah, sakir kepala,
vitamin B kompleks terutama vitamin B2. Selain konstipasi. Demam sangat tinggi, limpa serta
itu kandungan asam amino daging bekicot liver menjadi besar. Jumlah sel darah putih
cukup banyak: dalam 100 gram daging bekicot mejadi rendah (Tim Mikrobiologi Fakultas
kering antara lain terdiri atas leusin 4,62 gram, Kedoteran Universitas Brawijaya, 2003).
lisin 4,35 gram, arginin 4,88 gram, asam Enterokolitis merupakan gejala yang
aspartat 5,98 gram dan asam glutamat 8,16 paling sering dari infeksi salmonella. Setelah
gram. Bekicot memiliki zat anti bakteri berupa makan salmonella, 8 hingga 48 jam timbul
Protein Achasin yang mampu menghambat mual, sakit kepala,muntah dan diare yang hebat,
pembentukan bagian-bagian yang umum dari dengan bebrapa lekosit dalam tinja tetapi jarang
strain bakteri seperti lapisan peptidoglikan dan terdapat darah. Biasanya diawali dengan
memebran sitopasma (Otsuka 1991 dalam demam lebih dari seminggu, pada awalnya
Beniyati 2007). seperti terkena flu (tanpa batuk dan pilek).
Bekicot mempunyai banyak manfaat Demam tifus muncul pada sore dan malam hari
yang berguna bagi kesehatan manusia. dan tidak turun juga meski diberi obat penurn
Manfaatnya antara lain: panas / demam. Lidah terlihat berselaput putih
a. Sebagai obat penyakit dalam, seperti susu di bagian tengah. Bila semakin parah,
radang selaput mata, jantung, penyakit liver dan limpa membengkak (Jawetz, 2005)
liver, dan hepatitis B. Gejala klinis dari paparan Salmonella
b. Sebagai obat telan, lendir yang digunakan thyposa yaitu:
adalah lendir dari bagian cangkang yang 1. Keracunan lewat makanan
runcing. 2. Menelan kuman yanga ada pada makanan
c. Sebagai obat sakit gigi yang tercemar.
d. Obat luar seperti luka sayatan dan luka 3. Penetrasi ke dalam sel-sel epitel dan
robek, mempercepat pematangan bisul selaputlendir dan invasi ke sekitarnya
e. Liur bekicot juga dapat dimanfaatkan. menyebabkan terjadinya radang akut.
4. Kolonisasi kuman pada ileum dan cecum
Salah satu penyakit yang sering menimpa 5. Pengeluaran prostaglandin oleh adanya
masyarakat indonesia adalah penyakit kulit. enterotoksin, mengakbatkna terjadinya
Penyakit ini bayak disebabkan karena infeksi adenilsiklasadan meningkatnya AMP
bakteri Staphylococcus aureus. siklis.
Staphylococcus aureus merupakan salah 6. Peningkatan sekresi cairan pada usus kecil
satu penyebab penyakit infeksi kulit yang masih dan usus besar.
banyak terdapat di Indonesia dan bersifat 7. Tidak membutuhkan pengobatan yang
piogenik. Setiap jaringan ataupun alat tubuh khas kecuali untuk mengganti cairan yang
dapat diinfeksi olehnya dan menyebabkan hilang.
timbulnya penyakit dengan tanda-tanda yang 8. Pemberian antibotik akan mempernbanyak
khas, yaitu peradangan, nekrosis dan jumlah embawa kuman
pembentukan abses. Infeksinya dapat berupa 9. Terjadi abses lokal, osteomitosis, dan
furunkel yang ringan pada kulit sampai berupa endokarditis
suatu piema yang fatal (Warsa, 1994).
Salmonella thyposa bersifat infektif
terhadap manusia dan infeksi organisme ini METODE
berarti ditularkan dari sumber manusia.Tetapi,
sebagian besar salmonella bersifat patogen bagi Rancangan penelitian ini adalah
binatang yang merupakan sumber untuk infeksi Randomized Controlledtrial yaitu melakukan
treatment, kemudian efeknya diukur pada akhir menurut NCCLS (National Committee for
penelitian. Clinical Laboratory Standart).
Jenis penelitian ini adalah eksperimen Data yang diperoleh disajikan dalam
dengan variabel bebas lendir bekicot dan bentuk tabel kemudian data dianalisa dengan
variabel terikat pertumbuhan bakteri Gram analisa sidik ragam multivarian dengan dua
Positif (Staphylococcus aureus) dan Gram species bakteri dan dilanjutkan dengan uji
Negatif (Salmonella thyposa). Duncan pada taraf kepercayaan 95%. Kemudian
Populasi pada penelitian ini adalah lendir dilanjutkan dengan Uji T untuk melihat
bekicot. Sampel yang digunakan adalah lendir perbedaan daya hambat lendir bekicot terhadap
bekicot dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, bakteri Gram Positif (Staphylococcus aureus)
40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 100% dan Gram Negatif (Salmonella typhosa). Untuk
dengan 3x pengulangan. melihat kecendrungan konsentrasi lendir
Aquadest steril digunakan sebagai bekicot dalam menghambat pertumbuhan
kontrol negatif dan cloramphenicol sebagai bakteri Gram Positif dan Gram Negatif
kontrol positif. Penelitian dilakukan di Jurusan dilakukan uji Regresi Linier.
Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang pada bulan Juli-Agustus 2011. Hasil
Objek pengamatan dari penelitian ini
adalah mengamati adanya hambatan Setelah dilakukan uji daya hambat lendir
pertumbuhan bakteri Gram Positif bekicot (Achantina fulica) terhadap bakteri
(Staphylococcus aureus) dan Gram Negatif ( Staphylococcus aureus diperoleh hasil bahwa
Salmonella thyposa) dengan cara mengukur pada konsentrasi 20%, 30%, 40%, 50%, 60%,
diameter zona hambat berdasar NCCLS pada 70%, 80%, 90% dan 100% terbentuk zona
media setelah diolesi bakteri dan ditempelkan hambat (zona jernih) di sekitar disk. Zona
disk yang direndam pada lendir bekicot. hambatan yang terbentuk diukur dengan zona
Data diperoleh dengan cara pengukuran reader satuan mm, seperti yang terdapat pada
diameter zona hambatan yang terbentuk tabel di bawah ini:
menggunakan zona reader dalam satuan mm
Grafik 1. Diameter zona hambat lendir bekicot (Achantina fulica) terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus
Diameter zona hambat lendir bekicot (Achantina fulica) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus
30
25
Diameter Zona Hambat
25
19,3
20 17,7
14
15 12,7 13,3
8,7 9,3
10 6
7,7
5
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan antar perlakuan persentase, baik
pada taraf nyata 5% dan 1% didapatkan F secara nyata ataupun berbeda sangat nyata.
hitung> F table yang berarti perbedaan Kemudian hasilnya kita terjemahkan dalam
konsentrasi lendir bekicot (Achantina fulica) bentuk huruf kecil antar perlakuan pada tabel
Dari hasil Uji Duncan’s menunjukkan adanya
Tabel 1. Diameter zona hambat lendir bekicot (Achantina fulica) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus
Angka-angka pada kolom yang tidak diikuti dari diameter zona hambat lendir bekicot
oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda terhadap Staphylococcus aureus. Pengenceran
nyata pada peluang 5% menurut Uji Duncan’s. perlakuan 50% sudah menunjukkan
Pada konsentrasi lendir bekicot 10% belum peningkatan zona hambat yang sangat
menunjukkan perbedaan yang nyata dengan signifikan, begitu juga dengan pengenceran
konsenrtrasi 20%, begitu juga pada konsentrasi 80% dan perlakuan pengenceran yang sangat
30%, sedangkan pada konsentrasi 40% berbeda berbeda hasilnya dengan semua perlakuan
nyata dengan konsentrasi 10%. Konsentrasi adalah pengenceran 100% yang menunjukkan
50% berbeda nyata dengan konsentrasi 10%- angka yang paling signifikan.
40%, sedangkan konsentrasi 50% dan 60% Setelah dilakukan uji daya hambat lendir
berbeda nyata dengan konsentrasi 40%. bekicot (Achantina fulica) terhadap bakteri
Konsentrasi 50%-70% tidak berbeda nyata, Salmonella typhosa diperoleh hasil bahwa pada
tetapi konsentrasi 80% berbeda nyata dengan konsentrasi 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%,
50%-70%. Konsentrasi 80% tidak berbeda 80%, 90% dan 100% terbentuk zona hambat
nyata dengan 90%, namun 80%-90% berbeda (zona jernih) di sekitar disk. Zona hambatan
nyata dengan 100%, dan konsentrasi 100% yang terbentuk diukur dengan zona reader
berbeda nyata dengan semua perlakuan. Hal ini satuan mm, seperti yang terdapat pada tabel di
menunjukkan bahwa pada pengenceran 10%- bawah ini:
40% tidak terjadi perbedaan yang signifikan
Grafik 2. Diameter zona hambat lendir bekicot (Achantina fulica) terhadap pertumbuhan
bakteri Salmonella thyposa
Diameter zona hambat lendir bekicot (Achantina fulica) terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella
thyposa
25 21
19 19,7
18 18
20 16
15 10,3
8,7
10 7,3
6
5
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
Tabel 2. Sidik ragam diameter zona hambat lendir bekicot terhadap pertumbuhan
bakteri Salmonella thyposa.
Sumber F tabel
Db JK KT F hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 672,5 74,7 6,28 2,46 3,60
Ulangan 2 0,4 0,2
Acak 18 214,3 11,9
Total 29 887,2
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa memberikan pengaruh sangat nyata terhadap
pada taraf nyata 5% dan 1% didapatkan F diameter zona hambatan yang terbentuk,
hitung> F table yang berarti perbedaan sehingga dilanjutkan pada uji beda nyata
konsentrasi lendir bekicot (Achantina fulica) terkecil 5%.
Tabel 3. Diameter zona hambat lendir bekicot terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella thyposa
Angka-angka pada kolom yang tidak diikuti menunjukkan peningkatan zona hambat yang
oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda signifikan dibandingkan 10%-40%, dan
nyata pada peluang 5% menurut Uji Duncan’s. pengenceran 80%-100% berbeda nyata dengan
Pada konsentrasi lendir bekicot 10% belum semua perlakuan.
menunjukkan perbedaan yang nyata dengan Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan
konsenrtrasi 20%, begitu juga pada konsentrasi pengenceran 80%-100% memiliki diameter
30%, sedangkan pada konsentrasi 40% berbeda zona hambat terbesar.
nyata dengan konsentrasi 10%. Konsentrasi Dari hasil di atas didapatkan hasil bahwa
50% berbeda nyata dengan konsentrasi 10%- diameter daya hambat pertumbuhan
40%, sedangkan konsentrasi 50% dan 60% Salmonellla typhosa baru terbentuk pada
berbeda nyata dengan konsentrasi 40%. konsentrasi 20%, dan agak membesar diameter
Konsentrasi 50%-70% tidak berbeda nyata, zone hambatannya pada konsentrasi 30%
tetapi berbeda nyata dengan 80%-100%. Hal ini sebesar 8,7 mm.Zona hambat perumbuhan
menunjukkan bahwa pada pengenceran 10%- bakteri mulai nampak signifikan pada
40% tidak terjadi perbedaan yang signifikan konsentrasi 10,3 mm dan semakin membesar
dari diameter zona hambat lendir bekicot pada konsentrasi 50% ke atas, konsentrasi
terhadap Salmonella thyposa. tertinggi
Perlakuan pengenceran 50%-70% sudah
Chloramfenicol 30 mcg ≤ 12 13 – 17 ≥ 18