BAB 5 Penentuan Tekanan Kapiler
BAB 5 Penentuan Tekanan Kapiler
47
fasa cairan yang tidak bercampur ( immicible ) dan juga antara cairan atau
gas dengan padatan. Kombinasi dari semua tegangan permukaan yang
aktif akan menentukan tekanan kapiler dan kebasahan dari batuan porous.
Tekanan kapiler pada batuan berpori didefinisikan sebagai perbedaan
tekanan antara fluida yang membasahi batuan dengan fluida yang bersifat
tidak membasahi batuan jika di dalam media berpori tersebut terdapat dua
atau lebih fasa fluida yang tidak bercampur dalam kondisi statis.
Perbedaan tekanan dua fluida ini adalah perbedaan tekanan antara fluida
“non-wetting fasa” (Pnw) dengan fluida “wetting fasa” (Pw) atau secara
matematis dapat dilihat bahwa :
Pc = Pnw - Pw
Dimana :
Pc = Tekanan Kapiler, dyne/cm2
Pnw = Tekanan pada permukaan fluida non wetting phase, dyne/cm2
Pw = Tekanan pada permukaan fluida wetting phase, dyne/cm2
Tekanan permukaan fluida yang lebih rendah terjadi pada sisi
pertemuan permukaan fluida immiscible yang cembung. Di reservoir
biasanya air sebagai fasa yang membasahi (wetting phase), sedangkan
minyak dan gas sebagai non-wetting phase atau tidak membasahi.
Tekanan kapiler mempunyai pengaruh yang penting dalam reservoir
minyak atau gas, yaitu:
1. Mengontrol distribusi fluida di dalam reservoir.
2. Merupakan mekanisme pendorong minyak dan gas untuk bergerak
atau mengalir melalui pori-pori reservoir sampai mencapai batuan
yang impermeabledalam arah vertikal.
3. Mengetahui batas antara air dan minyak.
4. Mengetahui halus – kasarnya suatu batuan reservoir.
48
Tekanan kapiler dalam batuan berpori tergantung pada ukuran pori-
pori dan macam fluidanya. Secara kuantitatif dapat dinyatakan dalam
hubungan sebagai berikut :
2. . cos
Pc .g .h
r
Dimana :
Pc = Tekanan Kapiler, dyne/cm2
σ = Tegangan permukaan antara dua fluida, dyne/cm2
Cos Ө = sudut kontak permukaan antara dua fluida
r = jari – jari pori – pori, cm
∆ρ = Perbedaan densitas fluida, gr/cm3
g = percepatan gravitasi, cm/s2
h = tinggi kolom, cm
49
rendah dan ketebalan zona transisinya lebih tipis dari pada reservoir
dengan permeabilitas yang rendah.
50
batuan untuk menata atau mengisi setiap pori batuan dengan fluida yang
berisi bersifat membasahi.
Tekanan didalam tabung kapiler diukur pada sisi batas antara
permukaan dua fasa fluida. Fluida pada sisi concave (cekung) mempunyai
tekanan lebih besar dari pada sisi convec (cembung). Perbedaan tekanan
diantara dua fasa fluida terebut merupakan besarnya tekanan kapiler di
dalam tabung.
51
Karena nilai ρa sangat kecil maka :
Pc = ρw . g . h
Dimana :
Pa = Tekanan udara, dyne/cm2
Pw = Tekanan air, dyne/cm2
Pc = Tekanan kapiler, dyne/cm2
ρw = Densitas air, gr/cc
ρo = Densitas minyak, gr/cc
g = Percepatan gravitasi, m/det2
h = tinggi kolom, m
Kenaikan fluida di dalam tabung kapiler juga dapat diamati dari
keseimbangan gaya – gaya yang bekerja pada permukaan tabung. Gaya –
gaya yang bekerja pada permukaan tabung kapiler adalah :
Fa = AT . 2 . r (Gaya ke atas)
Fa = r2 . ρw . g . h (Gaya ke bawah)
Dalam keadaan seimbang, maka gaya – gaya ini akan dapat dibuat
menjadi persamaan tekanan kapiler, yakni :
Fa = Fb
AT . 2 . R = r2 . ρw . g . h
2 . AT= r . ρw . g . h
2𝜎𝑜𝑤 . cos 𝜃
= ρw . g . h
𝑟
2𝜎𝑜𝑤 . cos 𝜃
= Pc
𝑟
Dimana :
σow = Tegangan permukaan antar fluida, dyne/cm2
r = Jari – jari tabung, cm
Pc = Tekanan kapiler, dyne/cm2
52
b. Untuk sistem minyak-air :
Untuk sistem minyak – air penurunan persamaannya sama
dengan sistem udara – air, hanya saja pada sistem minyak – air nilai
dari densitas minyak diperhitungkan, sehingga persamaannya menjadi:
Pc = (ρw – ρo) . g . h
2𝜎𝑜𝑤 . cos 𝜃
𝑃𝑐 =
𝑟
53
14. 14 - 15 Pressure Control
15. 16 - 17 dan 21 Pressure Relief Velve
16. Pump Plunger
17. Yoke Stop
18. Traveling Yoke
54
Gambar 5.5. Measuring Screw
55
Gambar 5.7. Picnometer Lid
56
Gambar 5.9. Pump Scale
57
Gambar 5.11. Vacuum Gauge
58
Gambar 5.13. Pressure Relief Valve
59
Gambar 5.15. Pressure Hoss
5.3.2. Bahan :
1. Fresh Core
2. Gas
60
Gambar 5.17. Fresh Core
61
1. Pasang picnometer lidpada tempatnya, pump metering plunger
diputar penuh dengan manipulasi handwheel.
2. Buka vacuum valve pada panel, sistem dikosongkan sampai
small gauge menunjukkan nol, kemudian panel valve ditutup,
picnometer dikosongkan sampai tekanan absolute kurang dari
20 micro.
3. Putar handwheel sampai metering plunger bergerak maju dan
mercury level mencapai lower reference mark.
4. Moveable scale ditetapkan dengan yoke stop (pada 28 cc) dan
handwheel dial diset pada pembacaan miring kanan pada angka
15.
5. Mercury diinjeksikan ke picnometer sampai pada upper
referencemark, skala dan dial menunjukkan angka nol(0).
6. Jika pembacaan berbeda sedikit dari nol, perbedaan tersebut
harus ditentukan dan penentuan untuk dial handwheel setting
pada step 4. Jika perbedaan terlalu besar yoke stop harus direset
kembali dan deviasi pembacaan adalah 0,001 cc.
62
e. Putar pompa hingga mercury mencapai upper reference mark
lagi dan biarkan stabil selama 30 detik.
f. Baca dan catat tekanan pada small pressure gauge serta
hubungan volume scale dan dial handwheel (gunakan dial)
yang miring kekiri sebagai pengganti 0-5 cc, Graduated
interval pada skala.
g. Step d, e, f diulang untuk setiap kenaikan pada sistem,
kemudian catat volume dan tekanan yang didapat. Jika tekanan
telah mencapai limit 1 atm, bukan Nitrogen valve.
h. Jika telah mencapai limit gunakan 0,150 atm gauge.
i. Jika test telah selesai tutup panel nitrogen valve, sistem tekanan
dikurangi dengan mengeluarkan gas sampai tekanan sistem
mencapai 1 atm.
j. Data yang didapat kemudian diplot, maka akan terlihat
bagaimana terjadinya perubahan pressure-volume.
A – B = Perubahan volume oleh tekanan (pada tekanan rendah)
C – D = Perubahan volume pada tekanan tinggi
E = Inflection point
63
5. Pump scale diikat dengan yoke stop dan dial handwheeldiset
pada pembacaan 15 (miring ke kanan). Dan berikan
pembacaan pertama 28,150 cc.
6. Mercury diinjeksikan sampai mencapai upper reference
mark. Baca besarnya bulk volume dari pump scale dan
handwheel dial. Sebagai contoh jika pembacaan skala lebih
besar dari 12 cc dan dial handwheel menunjukkan 32,5 maka
bulk volume sample 12,325 cc.
7. Gerakkan pump scale dan handwheel dial pada pembacaan
0,000 cc.
8. Putar bleed valve, maka gas / udara mengalir ke sistem
sampai level mercury turun 3 sampai 5 mm di bawah upper
reference mark.
9. Putar pompa sampai permukaan mercury mencapai tanda
paling atas dan usahakan konstan selama 30 detik.
10. Baca dan catat tekanan (low pressure gauge) dan volume
scale beserta handwheel dial (miring ke kiri) untuk
mengganti 0-5 cc graduated interval pada scale.
11. Step 8, 9, 10 diulang untuk beberapa kenaikkan tekanan. Jika
tekanan telah mencapai 1 atm buka nitrogen valve. Jika
sistem telah mencapai limit pada 0-2 atm gauge, gauge
diisolasi dari sistem dan gunakan 0-150 atm gauge.
12. Step 11 diulangi sampai tekanan akhir didapat.
Catatan : fluktuasi thermometer 1 – 2 oC.
13. Jika test telah selesai, nitrogen valve ditutup. Tekanan sistem
dikurangi sampai mencapai tekanan atm dengan
mengeluarkan gas lewat bleed valve.
64
5.6 Hasil Analisa dan Perhitungan
5.6.1 Hasil Analisa
Vb = 60 cc
Vp = 30 cc
65
Tabel 5.2. Pressure dan Volume
Pressure (atm) Volume (cc)
0 0
1 0.15
4 0.25
9 0.35
15 0.4
25 0.45
35 0.48
40 0.49
50 0.5
60 0.51
100 0.54
110 0.56
120 0.59
125 0.62
128 0.64
130 0.67
131 0.69
132 0.71
133 0.74
134 0.77
135 0.8
136 0.83
137 0.87
139 0.99
140 1
66
5.6.2 Perhitungan
Kolom 2 (Correct Pressure) = Indicator Pressure + 0,05 atm
1. 0,51 + 0,05 = 0,56 atm
2. 1,52 + 0,05 = 1,57 atm
3. 3,1 + 0,05 = 3,15 atm
4. 4,51 + 0,05 = 4,56 atm
5. 6,61 + 0,05 = 6,66 atm
6. 8,1 + 0,05 = 8,15 atm
7. 11,6 + 0,05 = 11,65 atm
8. 16,8 + 0,05 =16,85 atm
9. 24,7 + 0,05 =24,75 atm
10. 36,9 + 0,05 =36,95 atm
11. 59,3 + 0,05 =59,35 atm
12. 75,2 + 0,05 =75,25 atm
13. 80,5 + 0,05 =80,55 atm
14. 85,5 + 0,05 =85,55 atm
15. 90,9 + 0,05 =90,95 atm
16. 95,7 + 0,05 =95,75 atm
17. 100,9 + 0,05 =100,95 atm
18. 105,9 + 0,05 =105,95 atm
19. 115,7 + 0,05 =115,75 atm
20. 120,6 +0,05 =120,65 atm
67
Kolom 4 (Pressure Volume Correction)
Dengan cara interpolasi antara PV correction dengan P = Kolom 1
1−0,51 0,15−x
1. = 1
1−0 0,15−0
0,51
0,49 0,15−x
=
1 0,15
0
0,15-x = 0,0735
0,15 x 0
x = 0,0765 cc
4−1,52 0,25−x 4
2. = 1,52
4−1 0,25−0,15
2,48 0,25 − x
=
3 0,1
1
0,75 – 3x= 0,248 0,25 x 0,15
x = 0,167 cc
4 3,1 0,25 x 4
3. =
4 1 0,25 0,15 3,1
0,9 2,5 x
=
3 0,11
1
0,75 – 3x= 0,09 x 0,15
0,25
x = 0,22 cc
9 4,51 0,35 x 9
4. =
94 0,35 0,25 4,51
4,49 0,35 x
=
5 0,1
4
1,75 - 5x = 0,449
0,35 x 0,25
x = 0,260 cc
68
9 6,61 0,35 x 9
5. =
94 0,35 0,25 6,61
2,39 0,35 x
=
5 0,1 4
1,75 – 5x = 0,239 0,35 x 0,25
x =0,302 cc
9 8,1 0,35 x 9
6. =
9 4 0,35 0,25 8,1
0,9 0,35 x
=
5 0,1
4
1,75 – 5x = 0,09 x 0,25
0,35
x =0,332 cc
15 11,6 0,4 x 15
7. =
15 9 0,4 0,35 11,6
3,4 0,4 x
=
6 0,05
9
2,4 – 6x = 0,17 x 0,35
0,4
x =0,371 cc
25 16,8 0,45 x 25
8. =
25 15 0,45 0,4 16,8
8,2 0,45 x
=
10 0,05
15
4,5 – 10x = 0,41 x 0,4
0,45
x =0,409 cc
69
25 24,7 0,45 x 25
9. =
25 15 0,45 0,9 24,7
0,3 0,45 x
=
10 0,05
15
4,5 – 10x= 0,015 x 0,4
0,45
x =0,448 cc
40 36,9 0,49 x 40
10. =
40 35 0,49 0,48 36,9
3,1 0,49 x
=
5 0,01
35
2,45 – 5x = 0,031 x 0,48
0,49
x =0,483 cc
60 59,3 0,51 x 60
11. =
60 50 0,51 0,5 59,3
0,7 0,51 x
=
10 0,01
50
5,1 – 10x = 0,007 x 0,5
0,51
x =0,509 cc
70
100 80,5 0,54 x 100
13. =
100 60 0,54 0,51 80,5
19,5 0,54 x
=
40 0,03
60
21,6 – 40x= 0,585 x 0,51
0,54
x =0,525 cc
100 71
0,56 x 0,54
9,1 0,56 x
=
10 0,02
72
Kolom 5 (Actual Volume of Mercury Injection)
Kolom3 – Kolom 4
73
Kolom 6 (Mercury Saturation)
1. 26,123cc = 87,07 %
x 100%
30cc
22,533cc
x 100%
2. 30cc = 75,11 %
15,18cc
x 100%
3. 30cc = 50,60 %
15,14cc
x 100%
4. 30cc = 50,46%
13,398cc
x 100%
5. 30cc = 44,66 %
6. 10,668cc = 35,56 %
x 100%
30cc
9,329cc
x 100%
7. 30cc = 31,09 %
8,591cc
x 100%
8. 30cc = 28,63 %
8,222cc
x 100%
9. 30cc = 27,04 %
8,217cc
x 100%
10. 30cc = 27,39 %
74
11. 7,351cc = 24,50 %
x 100%
30cc
6,979cc
x 100%
12. 30cc = 23,26 %
7,375cc
x 100%
13. 30cc = 24,58 %
6,471cc
x 100%
14. 30cc = 21,57 %
6,427cc
x 100%
15. 30cc = 21,42 %
5,958cc
x 100%
17. 30cc = 19,86 %
6,049cc
x 100%
18. 30cc = 20,16 %
5,623cc
x 100%
19. 30cc = 18,74 %
5,806cc
20. x 100% = 19,35 %
30cc
75
5.7 Pembahasan
Pada percobaan 6, kita menghitung tekanan kapiler dari 20 sampel
reservoir dan yang pertama kita hitung adalah correct pressure (kolom 2)
dengan menembahkan 0,05 dari indicator pressure. Tahap 2 kita
menghitung pressure volume correction dengan metode interpolasi dan
hasilnya pressure volume correction berbanding lurus dengan indicator
pressure dan correct pressure sedangkan pressure volume correction
berbanding terbalik dengan indicator volume of mercury injection.
Tahap 3 kita menghitung actual volume of mercury injection
dengan mengurangkan hasil dari indicator volume of mercury injection
(kolom 3) dengan pressure volume correction (kolom 4).Selanjutnya tahap
4,kita menghitung mercury saturation dengan menggunakan rumus :
𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑜𝑓𝑀𝑒𝑟𝑐𝑢𝑟𝑦𝐼𝑛𝑗𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛
𝑥 100%
𝑉𝑝
76
Pressure Vs Volume
160
140 1, 140
120
Pressure (atm)
100
80
60 Pressure Vs Volume
40
20
0,0
0
0 0.5 1 1.5
Volume (cc)
77
Correct Pressure vs Mercury
140
Saturation
120 19.35, 120.75
Correct Pressure (atm)
100
80
60
Correct Pressure vs
40 Mercury Saturation
20
0
0 20 40 60 80 100
Mercury Saturation (%)
Grafik 5.2. Hubungan Mercury Saturation (%) dan Correct Pressure (atm)
78
berhubungan dengan saturasi karena apabila Pc besar maka Sw kecil
begitu pula sebaliknya.
Pada percobaan ini penentuan tekanan kapiler dengan menggunakan
mercury sebagai fluida yang diinjeksikan, diperoleh bahwa untuk setiap
perubahan saturasi mercury terjadi pula perubahan tekanan koreksi. Hal
ini juga dapat dianalogikan pada reservoir, dimana untuk perbedaan
saturasi fluida yang tidak saling larut maka akan diperoleh nilai tekanan
kapiler yang berbeda pula.
Pengaplikasian Tekanan Kapiler dalam dunia perminyakan adalah
sebagai tahap awal untuk menentukan kedalaman zona perforasi dan
sebagai tahap awal dalam menentukan Well komplesi.
5.8 Kesimpulan
1. Perbedaan tekanan yang ada antara permukaan dua fluida yang tidak
tercampur sebagai akibat dari pertemuan permukaan yang
memisahkan kedua fluida tersebut.
2. Correct pressure berbanding terbalik dengan mercury saturation
yaitu dengan berkurangnya Correct pressure akan meningkatkan
mercury saturation.Sedangkan padahubungan tekanandengan
volume berbanding lurus, semakin besar volume maka nilai tekanan
akan semakin menigkat.
3. Nilai dari pressure berbanding lurus dengan volume.
4. Dengan mengetahui tekanan kapiler suatu formasi kita dapat
menentukan secara efesien letak kedalaman sumur yang akan di
komplesi.
5. Hubungan Pc dan Sw, jika Pc meningkat maka Sw menurun
79
80