Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak Dana desa terhadap pembangunan dan kesejahteraan di
wilayah Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan dengan membandingkan
indikator pembangunan dan kesejahteraan antara sebelum dan setelah adanya Dana desa. Penelitian ini
menggunakan sampel sebanyak 75 desa yang ada di Kabupaten Bantul. Metoda analisis data menggunakan uji
beda dua rata-rata untuk melihat dampak yang dihasilkan dari alokasi Dana desa. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada pembangunan fisik dan kesejahteraan masyarakat antara
sebelum adanya Dana desa dan setelah diberikannya Dana desa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian
Dana desa oleh pemerintah memberikan dampak terhadap pembangunan fisik dan kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kata kunci: Dana desa, Pembangunan, kesejahteraan, uji beda dua rata-rata
Abstract
This study aimed to determine the impact of village funds on development and welfare in Bantul Regency
Special Region of Yogyakarta. The study was conducted by comparing indicators of development and welfare
between before and after the village funds. The sample of the study was 75 villages of Bantul Regency. The data
analysis used paired sample t-test to saw the impact resulting from the allocation of village funds. The test
results showed that there were significant differences in physical development and community welfare between
before the existence of village funds and after the village funds were given. These results indicated that the
provision of village funds by the government has an impact on physical development and community welfare in
the Bantul Regency Special Region of Yogyakarta.
Keywords: village funds, development, welfare, paired sample t-test
85 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis|Vol. 7 No.1, July 2019, 85-93|E-ISSN: 2548-9836
1. Pendahuluan mekanisme pemberian sanksi apabila terdapat
penyimpangan dalam implementasi pengelolaan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun Dana desa.
2014 Tentang Desa, desa adalah desa dan desa adat
atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya Adanya Dana desa diharapkan dapat memberikan
disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum dampak yang signifikan bagi masyarakat, baik
yang memiliki batas wilayah yang berwenang terhadap pembangunan maupun kesejahteraan.
untuk mengatur dan mengurus urusan Untuk mencapai hal tersebut, masyarakat harus ikut
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berpartisipasi dalam penyusunan program-program
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, yang akan diDanai oleh alokasi Dana desa. Hal ini
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati diharapkan dapat mewujudkan Rencana
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah (RPJMN) 2015-2019, visi, misi, dan agenda (nawa
Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain cita) yang berfungsi untuk menjadi menjadi
dibantu perangkat Desa sebagai unsur pedoman kementerian/lembaga dalam menyusun
penyelenggara Pemerintahan Desa. rencana strategis dan acuan dasar dalam
pemantauan dan evaluasi RPJMN. RPJMN juga
Sebagai bentuk dukungan atas pelaksanaan tugas dapat menjadi acuan bagi masyarakat yang
dan fungsi desa dalam penyelenggaraan berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan
pemerintahan dan pembangunan desa dalam segala normal.
aspeknya sesuai dengan kewenangan yang dimiliki,
UU Nomor 6 Tahun 2014 memberikan wewenang Beberapa pemaparan tersebut menunjukkan bahwa
kepada Pemerintah untuk mengalokasikan Dana evaluasi dan pengawasan terhadap Dana desa
Desa. Dana Desa tersebut dianggarkan setiap tahun merupakan hal yang penting. Dana desa merupakan
dalam APBN yang diberikan kepada setiap desa hal yang diharapkan dapat membawa perubahan
sebagai salah satu sumber pendapatan desa. yang cepat bagi masyarakat desa. Penelitian ini
Kebijakan ini sekaligus mengintegrasikan dan kemudian diharapkan dapat memberikan gambaran
mengoptimalkan seluruh skema pengalokasian bagaimana dampak alokasi alokasi Dana desa
anggaran dari Pemerintah kepada desa yang selama terhadap pembangunan fisik serta kesejahteraan
ini sudah ada. Sumber-sumber pendapatan Desa masyarakat. Pembangunan fisik dalam hal ini
yaitu; (1) pendapatan asli desa (2) Dana desa yang adalah pembangunan infrastruktur serta sarana
bersumber dari APBN (3) bagian dari hasil PDRD yang menunjang kehidupan masyarakat desa.
Kab/kota (4) alokasi Dana desa dari Kab/Kota (5) Kesejahteraan masyarakat pada paper ini
bantuan keuangan dari APBD Provinsi dan APBD merupakan tingkat kemiskinan.
Kab/Kota (6) hibah dan sumbangan pihak ketiga
dan (7) lain-lain pendapatan desa yang sah. Tujuan
diberikannya Dana desa adalah untuk 2. Tinjauan Pustaka
meningkatkan pelayanan publik di desa,
mengentaskan kemiskinan, memajukan Dana Desa
perekonomian desa, mengatasi kesenjangan
pembangunan antardesa serta memperkuat Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan
masyarakat desa sebagai subjek dari pembangunan. fungsi desa dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan desa dalam segala aspeknya
Evaluasi merupakan salah satu hal yang penting sesuai dengan kewenangan yang dimiliki, UU
dalam pengelolaan Dana desa. Evaluasi diperlukan
Nomor 6 Tahun 2014 memberikan mandat kepada
untuk memastikan agar pada setiap tahapan
Pemerintah untuk mengalokasikan Dana desa.
pengelolaan Dana desa tidak terjadi penyimpangan.
Secara umum, proses evaluasi dilakukan sejak dari Dana desa tersebut dianggarkan setiap tahun dalam
tahap perencanaan sampai dengan laporan APBN yang diberikan kepada setiap desa sebagai
pertanggungjawaban. Pelaksanaan evaluasi salah satu sumber pendapatan desa. Kebijakan ini
dilakukan secara berjenjang dari level pusat hingga sekaligus mengintegrasikan dan mengoptimalkan
daerah. Proses evaluasi di tingkat pusat dilakukan seluruh skema pengalokasian anggaran dari
oleh Kementerian Keuangan, bersama dengan Pemerintah kepada desa yang selama ini sudah ada.
Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Desa
dan PDTT. Proses pelaksanaan evaluasi oleh Berdasarkan Buku Pintar Dana Desa
pemerintah pusat dilakukan secara sinergis dan (2017), saat ini masih terdapat anggaran
terpadu. Hal tersebut sangat diperlukan untuk Kementerian/Lembaga (K/L) yang berbasis desa
memastikan bahwa penggunaan Dana desa sesuai mencapai sekitar 0,28% dari total anggaran K/L
dengan prioritas yang ditetapkan dan untuk Tahun 2017. Dana-Dana tersebut selanjutnya
memastikan bahwa ketercapaian output dapat lebih diintegrasikan dalam skema penDanaan Dana desa,
maksimal. Pemerintah juga telah menetapkan
86 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis|Vol. 7 No.1, July 2019, 85-93|E-ISSN: 2548-9836
sehingga pembangunan desa menjadi lebih optimal. Terdapat perdebatan yang mewarnai pemikiran
Dana desa adalah Dana APBN yang diperuntukkan tentang pembangunan pedesaan di Indonesia pada
bagi desa yang ditransfer melalui APBD masa Orde Baru dan awal Orde Reformasi, yaitu
kabupaten/kota dan diprioritaskan untuk mengenai pendekatan yang digunakan dalam
pelaksanaan pembangunan; dan pemberdayaan pembangunan itu sendiri. Secara sederhana
masyarakat desa. Dana desa dihitung berdasarkan terdapat tiga kutub pemikiran tentang
jumlah desa dan dialokasikan dengan pembangunan pedesaan di Indonesia. Kelompok
memperhatikan: jumlah penduduk, angka pertama melihat wilayah pedesaan dan
kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan masyarakatnya sebagai sesuatu yang khas dan
geografis. spesifik, dan dalam menggerakan pembangunan di
wilayah pedesaan, pendekatan yang digunakan
Menurut Fitri (2015), pengelolaan alokasi Dana adalah dengan sedikit mungkin campur tangan
desa selayaknya dapat mencerminkan komitmen pemerintah. Pada sisi lain, para pemikir yang
pemerintah daerah untuk melaksanakan melingkari kekuasaan pada saat itu, sebagai
pemerintahan yang tidak mengorbankan kelompok kedua, cenderung melihat desa sebagai
kepentingan publik (public sphere). Selama ini, sesuatu yang homogen dan perlu digerakkan
pembiayaan pembangunan desa masih bergantung dengan campur tangan pemerintah yang maksimal.
pada pendapatan asli desa dan swadaya masyarakat Pemikiran inilah yang melandasi disusunnya
yang jumlah maupun sifatnya tidak dapat berbagai cetak biru pembangunan pedesaan dan
diprediksi. Oleh karena itu, dalam rangka ditetapkannya berbagai peraturan perundangan
mendukung pembangunan di wilayah pedesaan, yang menjadikan desa sebagai suatu wilayah yang
pemerintah pusat mengarahkan kepada beberapa homogen dan steril dari kegiatan politik praktis,
kabupaten untuk melakukan pengalokasian Dana serta menjadi alat pemerintah dalam pembangunan.
langsung ke desa dari APBD-nya. Pemerintah juga
menyatakan bahwa adanya otonomi yang dimiliki Kelompok ketiga mencoba menyeimbangkan
oleh desa ataupun dengan sebutan lainnya dan kekuatan masyarakat pedesaan dan negara dalam
kepala desa melalui pemerintahan desa dapat menentukan arah dan tujuan perubahan sosial yang
diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari terjadi dalam masyarakat pedesaan. Beberapa
pemerintah pusat maupun daerah untuk pemikiran dari kelompok pertama antara lain dapat
melaksanakan urusan-urusan pemerintah tertentu. diikuti pada tulisan Tjondronegoro (1978), Pincus
Disamping itu, setiap upaya pembangunan di (1996), serta Rozelle dan Swinnen (2000) yang
kawasan perdesaan yang dilakukan oleh menekankan perlunya dilakukan transformasi
pemerintah kabupaten/kota dan atau pihak ketiga kekuasan politik dan penguasaan alat-alat produksi
harus mengikutsertakan pemerintahan desa. kepada lapisan masyarakat yang memiliki potensi
produksi terbesar, tetapi berada dalam kedudukan
Pembangunan Desa yang lemah. Kelompok ini mensyaratkan perlunya
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah dilakukan pengaturan kembali struktur penguasaan
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 3 tahun 2015 atas tanah, sistem hubungan penguasaan,
tentang Pendampingan Desa mendefinisikan pemilikan, sakap-menyakap sebagai dasar dalam
pembangunan desa sebagai upaya peningkatan modernisasi pedesaan. Kegiatan industri akan
kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar- berkembang sebagai akibat surplus dari pertanian,
besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. dan kelebihan tenaga kerja dari pertanian secara
Pembangunan desa tidak terlepas dari manajemen bertahap akan diserap sektor pengolahan hasil
pembangunan daerah, baik di tingkat kabupaten pertanian dan industri. Pemikiran kelompok kedua
maupun provinsi, karena pembangunan desa harus dapat di lihat dalam tulisan Pakpahan (2000) dan
melihat keterkaitan antara antardesa, desa dalam Lokollo (2004), dan para teknokrat Orde Baru,
kecamatan, antarkecamatan dan kabupaten, serta yang menekankan pada upaya penyeragaman
antarkabupaten. pendekatan dalam pembangunan pedesaan.
Pemikiran dari kelompok inilah yang banyak
Pembangunan desa memiliki peran penting dalam mewarnai berbagai kebijakan pembangunan
pembangunan nasional. Pembangunan desa tidak pedesaan di Indonesia, terutama pada masa Orde
hanya mencakup pembangunan fisik, tapi juga Baru.
pembangunan non fisik. Oleh karena itu, sumber
daya manusia yang menjadi pelaksana Pemikiran kelompok ketiga antara lain dapat dilihat
pembangunan desa harus diperhatikan dan pada tulisan Soetrisno (1988), yang menyatakan
dikembangkan dengan baik pula. harus ada equal-partnership antara rakyat desa dan
87 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis|Vol. 7 No.1, July 2019, 85-93|E-ISSN: 2548-9836
aparat perencana dan pelaksana pembangunan. kesejahteraan sosial merupakan serangkaian
Beberapa persepsi yang keliru dalam pelaksanaan aktifitas yang terorganisasi yang ditunjukan untuk
pembangunan pedesaan adalah persepsi bahwa meningkatkan kualitas hidup, relasi sosial, serta
aparat desa merupakan sumber energi dalam peningkatan kehidupan masyarakat yang selaras
pembangunan dan bukan sumber informasi dengan standar dan norma-norma masyarakat
(Soetrisno, 1988). Selain itu, masyarakat desa sebagai tujuan, cita-cita, pedoman dan aspirasi agar
sering kali diposisikan sebagai pihak yang terpenuhi kebutuhan materi, sosial dan spiritual.
digerakkan untuk mendukung pembangunan yang
direncanakan dan dilaksanakan pemerintah tanpa Berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2009
diminta pendapatnya. Soetrisno (1988) juga Tentang Kesejahteraan Sosial, kesejahteraan
menyatakan bahwa sistem panutan dalam masyarakat ialah kondisi terpenuhinya kebutuhan
pembangunan pedesaan sebagai sesuatu yang tidak material, spiritual, dan sosial warga negara agar
berdasar, dan desa di Indonesia beragam sehingga dapat hidup layak dan mampu mengembangkan
hendaknya tidak ada upaya penyeragaman. Sistem diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
cetak biru dalam pembangunan pedesaan akan Ukuran tingkat kesejahteraan dapat diukur dengan
membuat pembangunan efisien, namun tidak kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan
menumbuhkan partisipasi dari masyarakat. Tidak material dan spiritualnya.
ada yang keliru dari ketiga pendekatan tersebut Dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat desa
karena semuanya mempunyai dasar berpijak dan pemerintah desa salah satu di dukung oleh adanya
alasan yang kuat. Namun, ketiga pemikiran pengelolaan badan usaha milik desa atau Bumdes.
tersebut belum dengan jernih memilah persoalan Pembentukan Bumdes di masukan guna
masyarakat desa sebagai persoalan individu mendorong dan menampung seluruh kegiatan
masyarakat dan sebagai persoalan suatu komunitas. peningkatan pendapatan masyarakat, baik yang
Bila hal ini dapat dipilah dengan baik maka berkembang menurut adat istiadat/ budaya
pentahapan pembangunan pedesaan dapat setempat, maupun kegiatan perekonomian yang di
dilakukan dengan melihat tingkat perkembangan serahkan untuk dikelola oleh masyarakat melalui
kebutuhan mereka secara individu dan sebagai program/proyek pemerintah dan pemerintah
sebuah komunitas. daerah. Pemberian Dana desa diharapkan dapat
Pemerintah berusaha untuk keluar dari berbagai mendukung masyarakat dalam mengembangkan
masalah ketimpangan pembangunan antara desa desa dan meningkatkan kesejahteraan.
dengan kabupaten/kota melalui alokasi Dana desa. Penelitian Terdahulu
Alokasi Dana desa diharapkan dapat menghasilkan
berbagai output sarana dan prasarana publik desa, Beberapa penelitian terkait dengan Dana desa,
serta dampak yang baik terhadap kualitas hidup pembangunan, dan kesejahteraan masyarakat telah
masyarakat desa. Adanya alokasi Dana desa dilakukan di Indonesia. Mahfudz (2009)
diharapkan dapat menjadikan desa memiliki sarana melakukan penelitian mengenai dampak alokasi
dan fasilitas yang memadai sehingga dapat Dana desa terhadap pemberdayaan masyarakat dan
menunjang kehidupan masyarakat sehari-hari. kelembagaan desa. Pada aspek pengalokasian
ADD, sebagian besar penggunaan ADD ternyata
Kesejahteraan Masyarakat Desa lebih banyak diarahkan pada kegiatan fisik
Menurut Sulistiyani (2004), pemberdayaan (pembangunan sarana dan prasarana fisik), disusul
merupakan suatu proses menuju budaya, atau kemudian untuk penambahan kesejahteraan
proses untuk memperoleh daya atau kekuatan atau perangkat desa dalam bentuk Dana purna bakti,
kemampuan, dan atau proses pemberian daya tunjangan dan sejenisnya serta sebagian lagi untuk
kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. kegiatan rutin.
Pemberdayaan menekankan bahwa orang Oleh (2014) melakukan penelitian mengenai
memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kebijakan alokasi Dana desa dalam
kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi memberdayakan masyarakat. Penelitian dilakukan
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang di Desa Cerme, Kecamatan Grogol, Kabupaten
menjadi perhatiannya. Kediri. Adanya Dana desa yang harus dikelola
Kesejahteraan menurut Poerwadarminta (2000) secara mandiri memberikan dampak yang positif
adalah aman, sentosa, dan makmur. Arti baik bagi pemerintah desa maupun masyarakat
kesejahteraan meliputi keamanan, keselamatan, dan Desa Cerme. Selain itu, kehadiran ADD juga
kemakmuran. Kesejahteraan atau biasa disebut memberikan keleluasan dari Desa Cerme untuk
88 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis|Vol. 7 No.1, July 2019, 85-93|E-ISSN: 2548-9836
mengelola pemerintah desa, pembangunan serta Pengembangan Hipotesis
sosial kemasyarakatannya secara otonom.
Pelaksanaan ADD yang didalamnya terdapat proses Pembangunan fisik dapat didefinisikan sebagai
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai pembangunan yang dapat dirasakan langsung oleh
dengan tahapan-tahapan yang ada dalam masyarakat atau pembangunan yang tampak oleh
pemberdayaan masyarakat. Keterlibatan mata (Kuncoro, 2010, p.20). Perubahan identik
masyarakat dalam pelaksanaan ADD dengan adanya wujud atau bentuk dari
mengkondisikan masyarakat berada pada tahapan pembangunan, misalnya sarana perumahan, sarana
pemberdayaan, dimana semua itu mengarah pada peribadahan, sarana pembuatan jalan, sarana
masyarakat yang mandiri pada akhirnya. pendidikan, dan sarana umum lainnya.
Pembangunan fisik contohnya adalah dengan
Saputra (2016) meneliti tentang efektifitas membangun jalan, jembatan, lapangan terbang,
pengelolaan Dana desa pada Desa Lembean di gedung, pelabuhan, dan lain sebagainya.
Kabupaten Bangli. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa efektivitas pengelolaan alokasi Dana desa Pembangunan fisik dilakukan agar masyarakat
dari tahun 2009-2014 sudah berada dalam kategori dapat menggunakan sarana infrastruktur yang ada
efektif. Tingkat efektivitas pengelolaan alokasi untuk menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari.
Dana desa pada Desa Lembean yaitu tahun 2009 Mahfudz (2009) menyatakan bahwa sebagian besar
(98,98%), 2010 (100%), 2011 (100%), 2012 penggunaan ADD lebih banyak diarahkan pada
(98,24%), 2013 (100%), dan 2014 (99,57%). Meski kegiatan fisik (pembangunan sarana dan prasarana
demikian, Desa Lembean masih mengalami fisik). Adanya alokasi Dana desa pembangunan
kesulitan dalam merealisasikan alokasi Dana desa. fisik di desa bisa dilakukan sesuai kebutuhan
Hambatan tersebut kemudian diatasi dengan masyarakat. Pembangunan yang disesuaikan
melakukan pelatihan, meningkatkan kordinasi unit dengan kebutuhan desa masing-masing dapat
kerja, dan anggaran Dana cadangan. membantu masyarakat dalam memperoleh akses
dan fasilitas yang memadai dan benar-benar
Daraba (2017) melakukan penelitian mengenai dibutuhkan di desa tersebut.
pengaruh Dana desa terhadap pastisipasi
masyarakat di Kecamatan Galesong Utara. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Alam, Ulwiya, dan
penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif Nurhidayah (2018) menunjukkan bahwa adanya
signifikan Dana desa terhadap tingkat partisipasi alokasi Dana desa berkontribusi dalam
masyarakat. Program Dana desa mempunyai pembangunan fisik di Desa Tuntang. Pembangunan
konstribusi sebesar 0,329 terhadap peningkatan yang dilakukan pada Desa Tuntang pada tahun
partisipasi masyarakat. Nilai R2 terkoreksi sebesar 2018 digunakan untuk membangun talud, saluran
0,789. Nilai ini menjelaskan bahwa sebanyak 78,9 irigasi, dan pengaspalan jalan.
% variasi yang berbeda dari tingkat partisipasi H1: Terdapat perbedaan pembangunan fisik setelah
masyarakat ditentukan oleh program Dana desa adanya alokasi Dana desa
pada taraf signifkansi = 0,05.
Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 Tentang
Nafidah dan Anisa (2017) meneliti tentang Kesejahteraan Sosial mendefinisikan kesejahteraan
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa di masyarakat sebagai kondisi terpenuhinya
Kabupaten Jombang. Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga
bahwa pengelolaan keuangan desa di beberapa desa negara agar dapat hidup layak dan mampu
di Kabupaten Jombang telah dikelola dengan mengembangkan diri, sehingga dapat
akuntabel, mulai dari tahap perencanaan sampai melaksanakan fungsi sosialnya. Alokasi Dana Desa
tahap pertanggungjawaban. Beberapa kendala yang mendorong peningkatan taraf hidup dan
dihadapi oleh desa di Kabupaten Jombang kesejahteraan masyarakat desa apabila diaktifkan
diantaranya adalah kelambatan pencairan anggaran, secara intensif dan efektif. Kesejahteraan
kemampuan sumber daya manusia yang terbatas, masyarakat dapat diukur dengan kemampuannya
dan kurang maksimalnya pendampingan desa. Sari dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual.
dan Abdullah (2017) menganalisis ekonomi
kebijakan Dana desa terhadap kemiskinan di Pembangunan pedesaan sebagai sasaran
Temanggung. Hasil analisis menunjukkan bahwa pembangunan, ditujukan untuk mengurangi
adanya Dana desa berpengaruh terhadap berbagai kesenjangan desa dan kota dan
kemiskinan yang ada di Temanggung. peningkatan perekonomian di Desa. Pemberian
Dana Desa merupakan wujud dari pemenuhan hak
desa untuk menyelenggarakan otonominya agar
89 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis|Vol. 7 No.1, July 2019, 85-93|E-ISSN: 2548-9836
tumbuh dan berkembang. Peran pemerintah desa dan kesejahteraan masyarakat. Data yang disajikan
ditingkatkan dalam memberikan pelayanan dan merupakan data pembangunan fisik dan
kesejahteraan masyarakat serta mempercepat kesejahteraan masyarakat, baik sebelum
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dan diberikannya Dana desa maupun setelah
wilayah yang ditujukan untuk meningkatkan diberikannya Dana desa.
kesejahteraan masyarakat desa. TABEL 1.
STATISTIK DESKRIPTIF
Sari dan Abdullah (2017) menemukan bahwa N Min. Max.
Rata- Deviasi
adanya Dana desa berpengaruh terhadap Rata Standar
Pembangunan – 75 0,00 135,00 47,24 26,42
kesejahteraan masyarakat, yang ditandai dengan sebelum
adanya penurunan kemiskinan yang ada di Pembangunan – 75 12,00 110,00 51,81 23,03
Temanggung. Mahfudz (2009) menyatakan bahwa sesudah
Kesejahteraan – 75 0,00 0,77 0,39 0,15
penggunaan ADD pada peringkat kedua banyak sebelum
dialokasikan untuk peningkatan kesejahteraan Kesejahteraan – 75 0,00 1,96 0,24 0,32
masyarakat desa. Penelitian tersebut sejalan dengan sesudah
penelitian Oleh (2014) yang menyatakan bahwa
kehadiran ADD juga memberikan keleluasan pada Tabel 1 menunjukkan hasil analisis statistik
desa untuk mengelola pemerintah desa, deskriptif yang telah dilakukan. Pembangunan fisik
pembangunan, serta kesejahteraan sosial yang dilakukan sebelum adanya pemberian Dana
masyarakat secara otonom. desa menghasilkan nilai minimum 0, nilai
maksimum 135, rata-rata 47,24, dan deviasi standar
H2: Terdapat perbedaan kesejahteraan masyarakat sebesar 26,42. Pembangunan fisik yang dilakukan
setelah adanya alokasi Dana desa. setelah pemberian Dana desa memperoleh nilai
minimum 12, maksimum 110, rata-rata 51,81, dan
3. Metode Penelitian deviasi standar 23,03. Kesejahteraan masyarakat
Penelitian ini merupakan penelitian metode pada tabel 4.1 disajikan dalam nilai desimal.
kuantitatif dengan uji beda rata-rata yaitu Paired Apabila dijelaskan dengan persentase,
Sample T-Test. Penelitian dilakukan dengan kesejahteraan masyarakat sebelum diberikannya
mengumpulkan data-data ke desa di Kabupaten Dana desa nilai minimumnya sebesar 0%,
Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Data-data maksimum sebesar 77%, rata-rata 39% dan standar
yang dikumpulkan merupakan indikator deviasi 15%. Kesejahteraan masyarakat setelah
pembangunan fisik dan kesejahteraan masyarakat. diberikannya Dana desa menghasilkan nilai
Terdapat 75 (tujuh puluh lima) desa yang di minimum 0%, maksimum 196%, rata-rata 24%,
Kabupaten Bantul yang merupakan populasi. dan standar deviasi 32%.
Seluruh anggota populasi menjadi subjek dalam
Uji beda dua rata-rata dilakukan untuk menguji
penelitian ini.
apakah terdapat perbedaan rata-rata antara dua
Pengumpulan data dilakukan dengan metode sampel yang berhubungan (Ghozali, 2009, p.66).
dokumentasi (archival data) yang berasal dari Pada penelitian ini, tujuan penelitian adalah untuk
Laporan Keuangan Desa dan program-program mengetahui dampak alokasi Dana desa terhadap
kerja yang terkait dengan pembangunan fisik dan pembangunan fisik dan kesejahteraan masyarakat.
kesejahteraan masyarakat desa yang diDanai Tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan
dengan alokasi Dana desa. Analisis dilakukan uji beda dua rata-rata untuk data pembangunan
mulai dengan menghitung masing-masing indikator fisik dan kesejahteraan masyarakat sebelum dan
dari pembangunan fisik dan kesejahteraan sesudah diberikannya Dana desa.
masyarakat. Setelah pengukuran masing-masing TABEL 2.
variabel dilakukan, selanjutnya dilakukan HASIL PENGUJIAN SAMPEL
pengujian hipotesis. Perbandingan pembangunan Rata- t Sig. (2
fisik dan kesejahteraan masyarakat sebelum dan Keterangan
Rata hitung tailed)
setelah alokasi Dana desa dilakukan secara
serentak. Pembangunan Fisik -4,57 -2,537 0,013
Kesejahteraan 0,15 3,661 0,000
Masyarakat
4. Hasil dan Pembahasan
Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk
mengetahui nilai minimum, maksimum, rata-rata Tabel 4.2 tersebut merupakan hasil uji beda dua
dan standar deviasi dari data pembangunan fisik rata-rata untuk pembangunan fisik dan
kesejahteraan masyarakat. Ghozali (2009)
90 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis|Vol. 7 No.1, July 2019, 85-93|E-ISSN: 2548-9836
menyebutkan bahwa perbedaan dua rata-rata masyarakat pedesaan sehingga memenuhi
signifikan secara statistik apabila nilai t hitung kebutuhan sehari-hari dengan lebih baik.
lebih besar dari t tabel. Besarnya signifikansi yang Masyarakat yang sejahtera adalah masyarakat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 95%, yang standar kehidupannya sesuai dengan norma-norma,
memiliki nilai t tabel 1,96. serta masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan
materi, sosial, dan spiritualnya.
Hipotesis pertama penelitian ini menyatakan bahwa
pembangunan fisik lebih baik setelah adanya Dana Dana desa yang diberikan oleh Pemerintah
desa. Pada pengujian pembangunan fisik, diperoleh merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk
t hitung sebesar -2,537 dengan tingkat signifikansi mengurangi ketimpangan yang terjadi antara desa
1,3%. Hasil tersebut memperoleh t hitung yang dan kota. Adanya Dana tersebut memberikan
lebih besar dari t tabel. Hasil tersebut menunjukkan kesempatan kepada desa untuk dapat melengkapi
bahwa terdapat perbedaan pembangunan fisik sarana dan prasarana yang belum dimiliki oleh
antara sebelum adanya pemberian Dana desa dan desa. Dana desa juga digunakan untuk melakukan
setelah pemberian Dana desa. Artinya, hipotesis program pemberdayaan masyarakat desa sehingga
pertama penelitian ini diterima. masyarakat menjadi lebih mandiri (Oleh, 2014).
Tangkumahat, Panelewen, dan Mirah (2017)
Oleh (2014) menyatakan bahwa pemberian Dana menyebutkan bahwa adanya Dana desa
desa akan menghemat biaya pembangunan desa meningkatkan penyerapan tenaga kerja masyarakat.
dan desa dapat mengelola sendiri proyek Tenaga kerja tersebut melaksanakan berbagai
pembangunannya. Pembangunan yang dilakukan di kegiatan proyek yang diDanai oleh Dana desa serta
desa tidak lagi hanya dibiayai oleh swadaya menjadi kader-kader di Puskesmas.
masyarakat. Dana desa dapat digunakan untuk
membangun dan memperbaiki sarana dan fasilitas Fokus dari Dana desa di Kabupaten Bantul adalah
yang dimiliki oleh desa. Adanya fasilitas dan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
sarana yang memadai akan memudahkan akses Pembangunan infrastruktur wisata di Kabupaten
masyarakat. Masyarakat juga akan dapat terlayani Bantul akan dapat memberikan manfaat ekonomi
dengan baik, karena desa diberikan kewenangan untuk masyarakat di sekitarnya sehingga dapat
untuk mengelola pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan. Selain itu, Kabupaten
pemerintahnnya sendiri. Bantul juga menggunakan Dana desa untuk
mengembangkan koperasi dan BUMDes (Sidik,
Dana desa yang diperoleh oleh Kabupaten Bantul 2018). Tujuan dari pengembangan koperasi dan
meningkat pada tahun 2018 (Sidik, 2018). Dana BUMDes adalah peningkatan kualitas hidup dan
desa di Kabupaten Bantul dipriroritaskan untuk kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bantul.
pembangunan dan peningkatan kesejahteraan Masyarakat juga diberikan program padat karya
masyarakat. Dana desa yang diperoleh digunakan dan juga pelatihan untuk meningkatkan hasil
untuk membangun infrastruktur, baik untuk pertanian mereka. Sektor pertanian menjadi
kegiatan masyarakat maupun untuk infrastruktur perhatian, karena sebagian besar masyarakat
pariwisata. Pembangunan infrastruktur ini juga memiliki mata pencaharian sebagai petani (Sidik,
dibarengi dengan program padat karya sehingga 2018).
dapat memberdayakan masyarakat di sekitar daerah
wisata. Tujuan dari pemberian Dana desa adalah
pemberdayaan masyarakat desa agar dapat
Hipotesis kedua penelitian ini menyatakan bahwa memiliki kehidupan yang lebih baik. Di sisi lain,
kesejahteraan masyarakat lebih baik setelah adanya pelaksanaan dan penggunaan Dana desa masih
Dana desa. Pengujian kesejahteraan masyarakat harus diperbaiki dan ditingkatkan. Kurniawan
menunjukkan t hitung 3,661 yang melebihi t tabel (2018) menyebutkan bahwa pelaporan penggunaan
1,96 dengan tingkat signifikansi 0%. Hasil tersebut Dana desa belum dapat dilakukan dengan tepat
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan waktu. Selain itu, penggunaan Dana desa harus
kesejahteraan masyarakat antara sebelum adanya diawasi supaya tidak disalahgunakan. Upaya
pemberian Dana desa dan setelah pemberian Dana pelatihan terhadap aparatur desa terkait
desa. Dengan kata lain, hipotesis kedua penelitian pengelolaan Dana desa juga perlu untuk dilakukan
ini diterima. (Wardhana, 2018). Hal tersebut penting untuk
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang mengawal Dana desa agar sepenuhnya digunakan
dilakukan oleh Sari dan Abdullah (2017) serta untuk kepentingan masyarakat.
penelitian Tangkumahat, Panelewen, dan Mirah 5. Simpulan dan Saran
(2017). Mereka menemukan bahwa alokasi Dana
desa berpengaruh signifikan terhadap tingkat Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang
kemiskinan di desa. Adanya Dana desa dapat telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, maka
membantu penyediaan fasilitas dan sarana bagi dapat disimpulkan:
91 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis|Vol. 7 No.1, July 2019, 85-93|E-ISSN: 2548-9836
1. Dana desa memberikan dampak terhadap Badan Penerbitan Universitas Diponegoro:
pembangunan fisik. Semarang.
E. Kementerian Keuangan Republik Indonesia,
Adanya Dana desa memberikan kesempatan bagi 2017. Buku Pintar Dana Desa. Indonesia.
desa untuk melakukan pembangunan dan F. Kuncoro, M., 2010. Ekonomi Pembangunan:
pemerintahannya sendiri. Kesempatan tersebut Teori, Masalah, dan Kebijakan. UPP AMP
memungkinkan pembangunan sarana, fasilitas, dan YKPN.
infrastruktur desa menjadi lebih baik dan sesuai G. Kurniawan, D., 2018. 21 Desa di Bantul
dengan kebutuhan masing-masing desa di Belum Serahkan Laporan Pemakaian Dana
Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa. Dalam
2. Dana desa memberikan dampak terhadap http://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2018/
kesejahteraan masyarakat. 09/27/511/942219/21-desa-di-bantul-belum-
serahkan-laporan-pemakaian-Dana-desa-.
Dana desa dapat digunakan oleh masyarakat untuk Diakses pada 27 Oktober 2018.
melakukan kegiatan pemberdayaan dalam H. Lokollo, E. M., 2004. Linking Farmers with
mendorong produktivitas. Adanya kegiatan Markets: Ways to reduce poverty through
pemberdayaan tersebut dapat mendorong tergalinya supply chain management. CGPRT Flash, 2
potensi yang dimiliki masyarakat sehingga dapat (9).
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di I. Mahfudz. 2009. Analisis Dampak Alokasi
Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Dana Desa (ADD) terhadap Pemberdayaan
Masyarakat dan Kelembagaan Desa. Jurnal
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa Organisasi dan Manajemen, 5 (1).
adanya Dana desa memberikan dampak bagi J. Nafidah, L. Nasehatun, dan Nur Anisa, 2017.
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa di
Kabupaten Bantul. Akan tetapi, beberapa Kabupaten Jombang. Jurnal Ilmu Akuntansi,
permasalahan terkait dengan pelaksanaan serta 10 (2).
pelaporan Dana desa juga perlu mendapatkan K. Oleh, H. F., 2014. Pelaksanaan Kebijakan
perhatian khusus dari Pemerintah. Hal tersebut Alokasi Dana Desa (ADD) dalam
dilakukan agar pelaksanaan Dana desa berjalan Memberdayakan Masyarakat Desa di Desa
dengan tepat sasaran serta pertanggungjawabannya Cerme, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri.
dapat dilakukan dengan baik dan tepat waktu. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, 2
(1).
Penelitian ini dilakukan terbatas pada desa-desa di
L. Pakpahan, A., 2000. Increasing the scale of
Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta
small-farm operations in Indonesia.
sehingga diperlukan kehati-hatian dalam
Indonesian Center for Agro Socioeconomic
melakukan generalisasi hasil penelitian. Penelitian
Research, Bogor.
selanjutnya hendaknya menggunakan cakupan
M. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
wilayah desa yang lebih luas sehingga dapat
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 3
meningkatkan kemampuan generalisasi hasil.
tahun 2015 tentang Pendampingan Desa.
N. Pincus, J., 1996. Class Power and Agrarian
Change. Land and labor in rural West Java.
Daftar Pustaka MacMillan Press Ltd., Great Britain, pp. 248.
O. Poerwadarminta, W. J. S., 2000. Kamus Besar
A. Alam, M.S., Ulwiya, A., dan Nurhidayah, M., Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.
2018. Pemanfaatan Alokasi Dana Desa P. Rozelle, S., dan Swinnen, J. F. M., 2000.
Terhadap Pembangunan Perdesaan (Studi Transition and Agriculture. Dept. of
Kasus di Tuntang Kecamatan Tuntang Agricultural & Resource Economics Univ. of
Kabupaten Semarang). Jurnal Ilmu Ekonomi California, Davis Working Paper No. 00-021.
dan Pembangunan, 18 (2). Q. Saputra, I. W., 2016. Efektivitas Pengelolaan
B. Daraba, H.D., 2017. Pengaruh Program Dana Alokasi Dana Desa pada Desa Lambean
Desa terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli
di Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Tahun 2009-2014. Jurnal Jurusan Pendidikan
Takalar. Sosiohumaniora, 19 (1). Ekonomi, 6 (1).
C. Fitri, 2015. Kinerja pemerintah desa dalam R. Sari, I. M., dan Abdullah, M. F., 2017.
pengelolaan alokasi Dana desa pada Desa Analisis Ekonomi Kebijakan Dana Desa
Vatunonju Kecamatan Biromaru Kabupaten terhadap Kemiskinan Desa di Kabupaten
Sigi. E-Jurnal Katalogis, 3 (11). Tulungagung. Jurnal Ekonomi Pembangunan,
D. Ghozali, I., 2009. Aplikasi Analisis 15 (1).
Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. S. Sidik, H., 2018a. Legislator: alokasi Dana
desa Bantul 2018 naik. Dalam
92 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis|Vol. 7 No.1, July 2019, 85-93|E-ISSN: 2548-9836
https://jogja.antaranews.com/berita/352203/le
gislator-alokasi-Dana-desa-bantul-2018-naik.
Diakses pada 26 Oktober 2018.
T. Sidik, H., 2018b. Dana Desa di Bantul
diprioritaskan untuk pemberdayaan
masyarakat. Dalam
https://jogja.antaranews.com/berita/360549/D
ana-desa-di-bantul-diprioritaskan-untuk-
pemberdayaan-masyarakat. Diakses 26
Oktober 2018.
U. Soetrisno, L., 1988. Negara dan peranannya
dalam menciptakan pembangunan desa yang
mandiri. Prisma No. 1 Tahun XVII, Januari
1988.
V. Sulistiyani, A. T., 2004. Kemitraan dan
Model-Model Pemberdayaan. Gaya Media:
Yogyakarta.
W. Tangkumahat, F. V., Panelewen, V. V. J., dan
Mirah, A. D. P., 2017. Dampak Program
Dana Desa Terahdap Peningkatan
Pembangunan dan Ekonomi di Kecamatan
Pineleng Kabupaten Minahasa. Agri-Sosio
Ekonomi, 13 (2A), pp. 335-342.
X. Tjondronegoro, S. M. P., 1978. Modernisasi
pedesaan: Pilihan strategi dasar menuju fase
lepas landas. Prisma, 3, pp. 15-25.
Y. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009
Tentang Kesejahteraan Sosial.
Z. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa.
AA. Wardhana, W., 2018. Sosok Sugiono: Selalu
Berusaha agar Dana Desa Bermanfaat. Dalam
http://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2018/
09/20/511/940689/sosok-sugiyono-selalu-
berusaha-agar-Dana-desa-bisa-bermanfaat.
Diakses pada 26 Oktober 2018.
93 | Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis|Vol. 7 No.1, July 2019, 85-93|E-ISSN: 2548-9836