PERTENMUAN 1&2 - 2019ok

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

TUJUAN PEMBELAJARAN:

Mahasiswa dapat Merumuskan pengertian


hakekat manusia.

Mahasiswa Dapat Menjelaskan pengertian


manusia menurut pandangan ilmiah dan filsafat.

Mahasiswa Dapat Menjelaskan pandangan


manusia sebagai makhluk individu

Mahasiswa Dapat Menjelaskan pandangan


manusia sebagai makhluk sosial

Mahasiswa Dapat Menjelaskan pandangan


manusia sebagai makhluk susila

Mahasiswa Dapat Menjelaskan pandangan


manusia sebagai makhluk keberagamaan

Oleh:

Agus Ridwan Mbh, S.pd., M.Pd


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

0
2019

A. Manusia Menurut Pandangan Ilmiah dan Filsafat

Dalam pandangan klasik dan rasional tentang manusia faktanya manusia


adalah makhluk yang berakal. Menurut Plato akal adalah alat untuk mengarahkan
budi pekerti. Aristoteles juga berpendapat bahwa akal manusia adalah

kekuatan yang tertinggi dari jiwa dan merupakan kebanggaan dan


keagungan manusia. Manusia menurut pandangan ilmu Antropologi adalah

homo sapien. Pandangan antropologi budaya manusia adalah organisme


sosio budaya. Pandangan ilmu psikologi manusia adalah individu yang
belajar. Pandangan ilmu sosiologi manusia adalah animal sociale (binatang

yang bermasyarakat). Menurut Aristoteles ilmu politika manusia sebagai

animal politicon (binatang yang hidup berpolitik). Pandangan ilmu ekonomi

manusia adalah animal econominicus (binatang yang terus berusaha


memperoleh kemakmuran materiil).

Manusia menurut pandangan filsafat manusia adalah:


1. Manusia seutuhnya (animal symbolicum).

2. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk

menyatakan pikiran sebagai milik manusia yang unik (animal rationale).


1
3. Hewan yang mempunyai kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol untuk

mengkomunikasikan pikirannya (animal sociale).

4. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menalar

dan menyadari sebagai pribadi yang menalar.

5. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk

mengkombinasikan unsur-unsur yang menghasilkan suatu yang kreatif.

6. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol maka dapat

mengadakan perbedaan moral.

7. Hewan yang mempunyai kemampuan menggunakan simbol-simbol dapat menyadari

diri sendiri sebagai pribadi.

Sifat-sifat manusia yang demikian harus dipahami oleh para


pelaku pendidikan sebagai dasar pengembangan proses
pendidikan guna mencapai hasil sebagaimana diharapkan
baik untuk masa depan peserta didik itu sendiri maupun
untuk pembangunan secara luas.

B. Manusia sebagai Makhluk Individu


Setiap insan yang dilahirkan tentunya mempunyai pribadi yang berbeda atau
menjadi dirinya sendiri, sekalipun sanak kembar. Itulah uniknya manusia. Karena

2
dengan adanya individulitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan,
cita-cita, kecenderungan, semangat, daya tahan yang berbeda.
Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri
yang sangat essensial dari adanya individualitas pada diri setiap insan.

Mengenal perbedaan individual murid ini sangat


penting bagi guru

Maka:

Guru dapat menyikapi siswa dengan cara tertentu dalam


proses pembelajaran. Guru tidak bisa memperlakukan siswa
secara seragam. Keunikan siswa hendaknya dihadapi dengan
cara-cara yang beragam guna mencapai efektifitas
pembelajaran.
Menurut Oxendine dalam (Tim Dosen TEP, 2005) bahwa perbedaan
individualitas setiap insan nampak secara khusus pada aspek sebagai berikut:

1. Perbedaan fisik: usia, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran,
penglihatan, kemampuan bertindak.

2. Perbedaan sosial: status ekonomi,agama, hubungan keluarga, suku.

3. Perbedaan kepribadian: watak, motif, minat dan sikap.


3
4. Perbedaan kecakapan atau kepandaian

Sifat-sifat keindividualitasan setiap insan perlu

ditumbuhkembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi

kenyataan, disini pendidikan berfungsi membantu peserta didik untuk

membentuk kepribadianya atau keindividualannya. Sebagai makhluk individu,

manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan tindakan

instingtif, dan hal ini hanya bisa diperoleh melalui pendidikan dan

pengalaman belajar (Tim Dosen FIP-UM,1995).

Pendidikan harus mengembangkan peserta didik agar


MAKA mampu menolong dirinya sendiri. Pendidik hanya
menunjukan jalan dan memberikan motivasi
bagaimana cara memperoleh sesuatu dalam
mengembangkan dirinya.

Artinya bahwa dalam

Proses pendidikan itu yang aktif bukan hanya pendidik


tetapi juga peserta didik. Proses pendidikan adalah
tindakan bersama, berlangsung dalam suatu pergaulan timbal
balik, yang juga memperhatikan kepribadian tiap peserta
didik, kesefahaman,keserasian, kebersamaan antara pendidik
dan peserta didik untuk menumbuhkan rasa saling percaya
dan ini merupakan dasar untuk menumbuhkan kewibawaan

4
Pendidikan adalah suatu hak fundamental, maka masyarakat
mempunyai kewajiban untuk memberikan kesempatan pendidikan yang diimplikasikan

oleh hak itu, (Arbi, 1988). Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama

antara keluarga, pemerintah dan masyarakat. Dilain pihak dikatakan


bahwa pendidikan berhubungan untuk ”dapat membangun diri sendiri serta bersama-
sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.

C. Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya.

Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya


sendiri. Sebagai makhluk sosial karena manusia menjalankan peranannya
dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan

perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali


melalui medium kehidupan sosial.

Manusia sebagai makhluk sosial, nampak


pada kenyataan bahwa tidak pernah ada
manusia yang mampu menjalani
kehidupan ini tanpa bantuan orang lain.

5
Kesadaran manusia sebagai makhluk sosial, justru memberikan rasa
tanggungjawab untuk mengayomi individu yang jauh lebih ”lemah” dari

pada wujud sosial yang ”besar” dan ”kuat”. Kehidupan sosial,


kebersamaan, baik itu non formal (masyarakat) maupun dalam bentuk-bentuk

formal (institusi, negara) dengan wibawanya wajib mengayomi individu.

Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah

kesadaran manusia tentang status dan posisi dirinya adalah kehidupan


bersama, serta bagaimana tanggungjawab dan kewajibannya
didalam kebersamaan.

Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk


hukum, mendirikan kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam kelompok

yang lebih besar. Dalam perkembangan ini, spesialisasi dan integrasi atau
organisasi harus saling membantu. Sebab kemajuan manusia
nampaknya akan bersandar kepada kemampuan manusia untuk kerjasama

dalam kelompok yang lebih besar. Kerjasama sosial merupakan syarat untuk
kehidupan yang baik dalam masyarakat yang saling membutuhkan.

Melalui pendidikan dapat dikembangkan suatu keadaan yang seimbang antara

perkembangan aspek individual, sosial, moral dan religi, agar

menjadi manusia yang bisa menjalani kehidupan bersama.


6
D. Manusia sebagai Makhluk Susila

Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang

lebih tinggi. Menurut bahasa ilmiah sering digunakan istilah etiket (persoalan

kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Jadi kesusilaan


selalu berhubungan dengan nilai-nilai. Pada hakekatnya manusia memiliki

kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga

dikatakan manusia itu adalah makhluk susila.

Dirjarkara mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai-


nilai tersebut dalam perbuatan. (Dirjarkara, 1978,36-39) nilai-nilai merupakan

sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan,

keluhuran, kemuliaan dan sebagainya, sehingga dapat diyakini dan

dijadikan pedoman dalam hidup.

Hubungan dan kebersamaan dengan sesama manusialah manusia dapat hidup dan

berkembang sebagai manusia. Manusia bertindak, tidak sembarang bertindak,


melainkan mereka dapat mempertimbangkan, merancang, dan

mengarahkan tindakannya. Persoalan mengenai masalah apakah

tindakannya baik dan tidak baik, adalah persoalan tentang nilai, persoalan
Dengan pendidikan pula peserta didik dapat tumbuh
norma , persoalan moral atau susila. Peran pendidikan disini membantu.
kesadarannya terhadap nilai, dapat tumbuh suatu sikap untuk
berbuat dan mau berbuat selaras dengan nilai, atau berbuat
selaras dengan apa yang seharusnya diperbuat. Perbuatan
7
yang selaras dengan nilai itulah yang menjadi inti dari

perbuatan yang bertanggung jawab.


mengarahkan perbuatan anak dalam kehidupannya dimasa
mendatang.

Kodrat manusia sebagai makhluk susila dapat hidup aktif-kreatif,


sadar diri dan sadar lingkungan, maka intervensi pendidikan bukan
hanya sekedar penanaman kebiasaan atau latihan namun juga

memerlukan motivasi dan pembinaan kata hati atau hati nurani yang

kelak akan membentuk suatu keputusan.

Oleh karena itu pendidikan harus mampu menciptakan manusia


susila, dengan mengusahakan peserta didik menjadi manusia pendukung

norma, kaidah, dan nilai-nilai susila dan sosial yang dijunjung tinggi
oleh masyarakatnya.

Pentingnya mengetahui dan menerapkan secara nyata


norma,nilai dan kaidah masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari mempunyai beberapa alasan, antara lain:

1. Untuk kepentingan dirinya sendiri sebagai individu

8
Setiap individu harus dapat menyesuaikan terhadap kehidupan dan
bertingkah laku sesuai norma, nilai, dan kaidah yang berlaku pada
masyarakat, agar individu tersebut merasa aman, diterima dalam kelompok
masyarakat tersebut.

2. Untuk kepentingan stabilitas kehidupan masyarakat itu sendiri


Dalam kehidupan bermasyarakat tentunya memiliki aturan yang berupa
norma, nilai dan kaidah sosial yang mengatur tingkah laku individu yang
bergabung didalamya. Norma, nilai dan kaidah sosial tersebut merupakan
hasil persetujuan bersama demi untuk dilaksanakan dalam kehidupan
bersama, demi untuk mencapai tujuan bersama (Tim Dosen FIP UM,
1995).

E. Manusia sebagai Makhluk Keberagamaan

Manusia adalah makhluk beragama, dalam arti bahwa mereka percaya


dan/atau menyembah Tuhan, melakukan ritual (ibadah) atau

upacara-upacara. Suatu fenomena bahwa manusia menyembah,

berdoa, menyesali diri dan minta ampun kepada sesuatu yang ghaib,

walaupun kemudian ada yang menjadi agnostic (tidak mau tahu akan adanya

Tuhan) atau atheis (mengingkari adanya Tuhan). Mereka cenderung untuk

mengganti Tuhan yang bersifat pribadi seperti negara, ras,


proses alam, pengabdian total untuk mencari kebenaran atau
ideal-ideal yang lain.

Hubungan pribadi manusia dengan Tuhan lebih bersifat trasendental,


karena hubungan ini lebih banyak melibatkan rohani pribadi manusia yang

9
bersifat perseorangan. Dengan adanya agama maka manusia mulai

menganutnya. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah


makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia
memerlukan agama demi keselamatan hidupnya. Manusia dapat menghayati
agama melalui proses pendidikan agama, penanaman sikap dan kebiasaan dalam

beragama dimulai sedini mungkin, meskipun masih terbatas pada latihan

kebiasaan (habit formation). Tetapi sebagai pengembangan pengkajian lebih


lanjut tentunya tidak dapat diserahkan hanya kepada satu pihak sekolah saja atau
orang tua saja melainkan keduannya harus berperan. Oleh karena itu dimasukkannya
kurikulum pendidikan agama di sekolah-sekolah.

Tugas pendidikan yaitu membina pribadi manusia untuk


mengerti, memahami, menghayati, dan mengamalkan aspek-
aspek religi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Selaras
dengan pandangan manusia sebagai makhluk beragama, maka
menggali nilai-nilai yang melandasi pendidikan itu hendaknya
memperhatikan nilai-nilai yang bersumber pada Tuhan Yang

Maha Esa dengan meyeimbangkan antara kehidupan


dunia dan akherat.
F. Potensi Manusia
Manusia dikaruniai fasilitas istimewa dan tidak dimiliki makhluk lain yaitu

berupa akal. Dengan akal, Tuhan memberi tugas untuk mengatur,

mengelola, memberdayakan dan menjaga kelestarian alam.

10
Manusia juga diberikan kelebihan yaitu rasa, karsa, cipta, karya, dan
hati nurani. Dari semua kelebihan tersebut bisa dikembangkan kedalam potensi-
potensi yang bersumber dari cipta, yaitu potensi intelektual atau intelectual
quontien (IQ). Potensi dari rasa, yakni potensi emosional atau emosional

quontien (EQ) dan potensi spiritual atau spiritual quontien (SQ).


Sedangkan potensi yang bersumber dari karsa adalah potensi ketahanan atau adversity
quontien (AQ) dan potensi vokasional quontien (VQ).

Dengan IQ, manusia mampu menyatakan benar dan salah


berdasarkan intelektual. Kita mampu menghitung, membuat konstruksi

bangunan, meyusun program.


Dengan EQ, manusia mampu mengendalikan amarah, memiliki rasa iba,
kasih sayang, tanggung jawab, kerjasama dn kesenia (estetika). Dengan
adanya EQ maka muncul sikap sabar, lemah lembut ataupun sebaliknya.

Dengan SQ, manusia membedakan mana yang baik dan yang buruk. Potensi
ini sangat terkait dengan etika atau nilai-nilai moral, baik dan buruk, serta
nilai-nilai keagamaan.

Dengan AQ, manusia mampu menghadapi berbagai hambatan dan


tantangan hidup. Dengan adanya ini muncul sikap tabah, tangguh, memiliki
daya juang dan kreatifitas.

Dengan VQ, manusia mampu dan cenderung pada bidang-bidang


ketrampilan atau kejuruan. Misalnya bidang olahraga, kesenian, dan teknik.

11
Pada hakekatnya, kedua potensi AQ dan VQ merupakan manisfestasi dari
berbagai potensi diri yang direalisasikan dalam tindakan.

Berikut akan dideskripsikan bagaimana potensi-potensi itu berproses pada


diri manusia. Potensi pikir, awal dari proses pengembangan diri manusia.

Contoh:

seorang pelukis ingin membuat sebuah gambar yang menarik menurut

pendiriannya. Dia punyai ide atau pikiran wujud benda yang mau dilukis, katakanlah
gambar wanita. Setelah ide itu muncul dan pikiran mulai berproses, selanjutnya dia menilai

secara psikologis (rasa) bahwa model gambar wanita yang mau dilukis itu cocok, indah,
dan menarik. Berikutnya muncul kehendak (rasa) untuk mewujudkan keinginan membuat
lukisan wanita itu. Kehendak akan muncul dan ingin diwujudkan apabila hasil penilaian
psikologis (rasa) cocok dengan selera sang pelukis. Selanjutnya, ketika pada diri manusia sudah

ada kehendak untuk mewujudkan lukisan wanita, daya cipta muncul bagaimana memulai
dan menggambarkan model lukisan yang diinginkan. Hasil dari daya cipta ditunjukkan dengan

wujud nyata, yakni yang berupa lukisan wanita sebagaimana yang dibayangkannya.

Karena manusia adalah mahluk beretika, termasuk pelukisnya juga mahluk etika, maka
karya cipta manuisa itu harus mengandung nilai etika. Tidak semaunya pelukis itu
membuat lukisan apapun tanpa mempertimbangkan etika. Kalau tidak, walaupun karya ciptanya

bisa diterima orang lain, itu sangat terbatas. Tetapi jika etika sosial dan keagamaan
menjadi dasar dari semua karya cipta manusia akan sangat memungkinkan untuk diterima oleh

12
lebih banyak orang dan lebih abadi. Inilah fungsi daripada potensi hati nurani
dalam diri manusia, yang berfungsi sebagai penyeleksi dan memberi penerangan pada

setiap karya cipta manusia.

****semoga sukses***

TUGAS ANALISIS MATERI: 1. Pandangan Tentang Manusia

1. Membandingkan perbedaan manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk


susila dan makhluk keberagamaan

2. Analisislah perbedaan manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk susila dan
makhluk keberagamaan.

3. Buatlah analisis tentang potensi saudara sebagai manusia.

13

Anda mungkin juga menyukai